PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam,
akibat gangguan aliran darah otak. Stroke merupakan masalah medis yang utama
bagi masyarakat modern saat ini. Stroke juga akan membebani ekonomi keluarga
karena besarnya biaya yang dibutuhkan untuk kesembuhan atau pemulihan
penderita.1
Dari data American Heart Association - Heart Disease and Stroke Statistic
2008, di Amerika diperkirakan terdapat hampir 4,7 juta penderita stroke yang
bertahan hidup dan terdapat sekitar 780.000 orang mendapat serangan stroke untuk
pertama kalinya atau serangan stroke berulang setiap tahunnya. 2 Untuk negara negara berkembang atau Asia kejadian stroke hemoragik sekitar 30% dan stroke
iskemik 70%.1
Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan angka kejadian stroke
menurut data dasar rumah sakit sekitar 63 per 100.000 penduduk usia diatas 65
tahun terserang stroke. Sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih
dari 125.000 jiwa per tahun. Tercatat 80% pasien stroke hemoragik disebabkan
hipertensi dan 20% karena adanya kelainan pembuluh darah di otak sejak dini/lahir
dan pecah saat bertambah usia.3
Hasil dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2008 adalah
jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 1000 populasi. Jumlah populasi sekitar
211 juta jiwa berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke. Jumlah ini dari
tahun ke tahun akan terus bertambah seiring pertambahan usia. 4
Kementerian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi
Sistem Saraf Pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik/menit).
Gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. 6 Hal ini
dimungkinkan karena perdarahan spontan pada substansi otak (perdarahan
intracerebral primer atau perdarahan subarachnoid yang secara berurutan menjadi
stroke hemoragik) atau tidak tercukupinya suplai darah yang menuju bagian dari
otak sebagai akibat dari aliran darah yang lambat atau rendah, trombosis atau
emboli yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah, jantung, atau darah
(stroke iskemik atau infark cerebal).7
B. Klasifikasi stroke
Stroke dapat di klasifikasi menjadi :
1. Stroke non hemoragik, merupakan 85% dari kasus stroke dan berdasarkan
waktunya terdiri atas:
a.
Transcient ischaemic attack (TIA): serangan stroke sementara yang
b.
c.
d.
bicara,
hemiplegia,
parestesia
setengah
tubuh
yang
a. Umur
Setiap kali penambahan usia 10 tahun dihitung dari masa usia 35 tahun
risiko stroke meningkat dua kali lipat. Sebanyak 5% orang Indonesia
berusia diatas 65 tahun pernah mengalami satu kali serangan stroke.3
b. Ras/suku bangsa
Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami oleh orang
Jepang dan Cina.
cenderung
mengalami
stroke
perdarahan
intrakranial,
Sistolik (mmHg)
<120
120 139
140 159
160
Diastolik (mmHg)
<80
80 89
90 99
100
Konsentrasi Glukosa
Darah Sewaktu
Konsentrasi Glukosa
Plasma Puasa
Plasma Vena
Darah Kapiler
Bukan DM
< 100
<9
Belum Pasti DM
100 199
90 199
DM
200
200
Plasma Vena
Darah Kapiler
< 100
< 90
100 125
90 99
126
100
11
juga
dapat
menyebabkan
12
stroke
lewat
efek
snoring
Defisit neurologis
13
Kehilangan komunikasi
Pada stroke dapat dimanifestasikan sebagai disartria, disfasia, dan
afasia. Mulut tidak simetris, lidah mencong bila diluruskan. Disartria
yakni kesulitan bicara yang ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti akibat paralysis otot. Disfasia atau afasia yakni kehilangan
bicara terutama ekspresif dan reseptif. Bicara tidak jelas (pelo/rero/cadel)
dan kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan atau gangguan bicara
seperti sengau atau ngaco. Tidak memahami pembicaraan orang lain. Sulit
memikirkan atau mengucapkan kata kata yang tepat.
3.
Gangguan persepsi
Yaitu
ketidakmampuan
untuk
menginterprestasikan
sensasi.
Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau
salah satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan,
terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar.
4.
terjadi
karena
ketidakmampuan
mengkomunikasikan
Hilangnya keseimbangan/koordinasi
Gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik, berjalan menjadi
sulit, langkahnya kecil kecil, sempoyongan atau terjatuh.
7.
F. Diagnosa
1. Pemeriksaan fisik
Meliputi penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi (ABC) dan
tanda - tanda vital (yaitu, denyut nadi, respirasi, suhu). Kepala dan ekstremitas
juga
diperiksa
untuk
membantu
menentukan
penyebab
stroke
dan
15
a.
b.
c.
d.
e.
Elektrokardiogram
(EKG)
dapat
dilakukan
untuk
mendeteksi
16
b.
c.
d.
Urea, protein darah, asam urat, kreatinin, albumin, fungsi hati, urin
lengkap.
e.
dengan cara yang cepat dan tepat maka diperlukan metode lain , misalnya
metode skoring, yaitu berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien
masuk rumah sakit.
0
Compos mentis
1
Somnolen, mengantuk
N (nyeri kepala)
Tidak ada
M (muntah)
Tidak ada
Ada
D (diastole)
17
2
sopor/koma
A (atheroma)
Tidak ada
: perdarahan supratentorial
: perlu CT scan
: infark cerebri
Dengan/tanpa
-
Penurunan kesadaran
Nyeri kepala
Reflek babinski
Ya
-
stroke PIS
18
Ya
stroke PIS
Ya
stroke PIS
Ya
stroke infark
Ya
stroke infark
G. Diagnosis Banding
1.
Stroke Non Hemoragik
2.
Stroke Hemoragik
H. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Langkah pertama dalam mencegah stroke adalah dengan memodifikasi
gaya hidup dalam segala hal dan memodifikasi faktor risiko. Anjuran bagi
pasien dalam pencegahan primer sebagai berikut:
a. Menghindari:
Rokok, stres mental, minum kopi dan alkohol, kegemukan, obat obat
yang mempengaruhi serebrovaskuler.
19
b. Mengurangi:
Asupan lemak, asupan kalori, konsumsi garam berlebihan (diet rendah
garam), kolesterol yang berlebihan.
c. Mengontrol dan mengendalikan:
Hipertensi,
diabetes
mellitus,
penyakit
jantung,
penyakit
b.
c.
d.
e.
Stop merokok.
f.
g.
h.
I. Penatalaksanaan
Stroke non- hemoragik
1. Terapi umum
20
a.
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu
bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
penyebabnya
Jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter
intermiten).
e. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 15002000 mL dan elektroit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung
glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika
fungsi menelannya baik
f.
Jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun,
g.
h.
110 mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan- pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per
oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu,
k.
furosemid.
2. Terapi khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan
antikoagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant
tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu
citicolin atau piracetam (jika didapatkan afasia).
22
BAB II
KESIMPULAN
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi
Sistem Saraf Pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik/menit).
Gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian.
Smeltzer dan Bare memaparkan stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
dari empat kejadian seperti thrombosis, embolisme serebal, iskemia, dan hemoragik
serebal.Stroke dapat diklasifikasikan menjadi stroke hemoragik dan stroke non
hemoeagik.
Gejala klinis dari stroke berupa defisit neurologis, kehiangan komunikasi,
ganggua persepsi, kerusakan pada lobus frontal, disfungsi kandung kemih,
kehilangnya keseimbangan, gangguan kesadaran.
Umur, ras, jenis kelamin, riwayat keluarga merupakan faktor resiko terjadinya
stroke yang tidak bisa dimodifikasi. Sedangkan hipertensi, Diabetes melitus, pasca
stroke, abnormalitas lemak, perokok, alkohol, obat-obatan, obesitas, stres merupakan
faktor resiko terjadinya stroke yang bisa di modifikasi.
23
STATUS PASIEN
I.
ANAMNESA PRIBADI
Nama
: M. Yusuf
Umur
: 70 tahun
Pekerjaan
: -
: islam
Alamat
Tanggal masuk
: 13 desember 2013
24
: Compos Mentis
o Tekanan darah
: 140/90 mmHg
o Heart rate
: 92x / i, reguler
o Respiratory rate
: 24 x / i, reguler
o Temp
: 37,2oC
(-)
2. Brudzinski I
(-)/(+)
3. Brudzinski II
(-)/(-)
4. Brudzinski III
(-)/(-)
5. Brudzinski IV
(-)/(-)
6. Kernig
(-)/(+)
B. Rangsangan Radikuler
1. Laseque
(-)/(+)
2. Cross Laseque
(+)/(-)
3. Lhermitte Test
(-)/(-)
C. Nervus Cranialis
1. N-I (Olfactorius)
a. Normosmia
:+
b. Anosmia
:-
c. Parosmia
:-
d. Kakosmia
:-
e. Uncinate fit
:-
25
2. N-II (Opticus)
a. Tes Konfrontasi
(+) / (+)
(+) / (+)
(+)/(+)
Indirect
( + ) / ( + ) , isokor
(+)/(+)
c. Ptosis
(-)/(-)
d. Lafgoltamus
(-)/(-)
-/-
a. Refleks kornea
(+)/(+)
b. Jaw Refleks
-/-
4. N-V (Trigeminus)
:+/+
-/-
Mengangkat alis
-/-
(-)/(-)
26
Tes Romberg
Tes Stepping
Tes Berbisik
b. Pendengaran
(+)
b. Refleks batuk
(+)
c. Refleks muntah
(+)
8. N-XI (Accessorius)
a. Kekuatan m. sternocleidomastoideus
(+) / (+)
b. Kekuatan m. trapezius
(+) / (+)
9. N-XII Hypoglossus
a. Menjulurkan lidah
(+)
b. Menggerakkan ke lateral :
(+) / (-)
c. Fasikulasi
d. Atropi
Biceps
(+)/(+)
Triceps
(+)/(+)
KPR
(+)/(+)
D. Pemeriksaan Motorik
1. Refleks
a. Refleks Fisiologis
27
APR
(+)/(+)
Babinski
(-)/(-)
Oppenheim
(-)/(-)
Chaddock
(-)/(-)
Gordon
(-)/(-)
Scaeffer
(-)/(-)
Rossolimo
(-)/(-)
Hoffman-Trommer
(-)/(-)
b. Refleks Patologis
2. Kekuatan Otot
a. Ekstremitas Superior Dextra
: 55555
: 55555
: 33333
: 33333
55555
33333
55555
33333
3. Tonus Otot
a. Hipotoni
b. Hipertoni
1. Tremor
2. Chorea
3. Tic
E. Sistem Ekstrapiramidal
28
4. Fasikulasi
5. Mioklonic Jerk
6. Atetosis
7. Asterixis
8. Balismus
9. Tardiv Diskinesia
1. Romberg Test
2. Tandem Walking
1. Atensi . konsentrasi
2. Bahasa
F. Sistem Koordinasi
G. Fungsi Kortikal
Jangka panjang
4. Agnosia
V. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Dari anamnesa didapati bahwasanya pasien mengalami
kelemahan pada
extermitas kiri, perut terasa kembung, mual, tengkuk terasa berat, dan nyeri
kepala yang hilang timbul.
Dari pemeriksaan rangsang meningeal, ditemukan kernig (+) sinistra
Dari pemeriksaan rangsang radikuler laseque ( + ) sinistra
Dari pemeriksaan refleks fisiologis, didapatkan refleks biceps (+)/(+), refleks
triceps(+)/(+), ACR (+) .
29
4,40 x 10 6 / l
HGB
12,4 g/dl
HCT
37,4 %
PLT
276 x 10 3 / l
WBC
9,1 x 10 3 / l
LED
45 km/ jam
KGD Random :
158 Mg/ dl
ureum
50,2 mg/ dl
Kreatinin
4,62.
Uric acid
9,2 mg/dl
Kesimpulan :
Cerebral infark didaerah basal ganglia dan periventrikel kanan
cerebral atrofi sinilis.
30
2.
Stroke Hemoragik
TERAPI
Bed Rest.
Diet M II.
IVFD RL 20 gtt / i
Citicolin 1 amp / 8 jam
Lansoprazole 3 x 1
Ondancetron 8mg/ 8 jam
X.
ANJURAN
CT Scan kepala
Darah lengkap
KGD
31
FOLLOW UP HARIAN
No. Hari / Tanggal
1.
Status Present
KU :
Thrapy
Bed Rest.
Diet M II.
IVFD RL 20 gtt / i
Sohobion 1x1
13 Desember 2013
2.
TD
120 / 70 mmHg.
HR :
104x/i
RR
29x/i
Furosemide 1x1
: 39 C
39 oC
Bed Rest
(hemiparese sinistra),
Diet MII
pusing.
IVFD RL 20 gtt / i
PCT 3X1
Lansoprazole 3x1
KU :
14 Desember 2013
140 / 90 mmHg.
HR :
94 x/i
RR
16x/i
: 37,2 oC
32
3.
KU :
Bed Rest
Diet MII
IVFD RL 20 gtt / i
PCT 3X1
120 / 80 mmHg.
Lansoprazole 3x1
HR :
82 x/i
RR
19 x/i
: 37 0C
Bed Rest
Diet MII
IVFD RL 20 gtt / i
TD
140 / 80 mmHg.
PCT 3X1
80 x/i
Lansoprazole 3x1
RR : 20 x/i
T : 36,7 0C
15 desember 2013
4.
16 Desember 2013
HR :
33