Anda di halaman 1dari 11

BAB I

A. Latar Belakang Masalah


Kemampuan menulis naskah cerpen merupakan suatu keterampilan
menulis cerita fiksi yang mengungkapkan pengalaman sendiri dan orang lain.
Menulis cerpen juga merupakan pengabadian curahan-curahan perasaan dan
pikiran pengarang. Cerpen bisa diubah menjadi sebuah naskah drama, supaya
tidak mengalami banyak kesulitan ketika menulis naskah drama. Menulis naskah
drama harus mengutamakan dialog yang dipertunjukan oleh tokoh-tokoh yang
dipentaskan. Dengan mengubah naskah cerpen menjadi naskah drama, kita harus
lebih teliti memperhatikan dialog-dialog dan deskuipsi cerita pendek tersebut.
Naskah drama biasanya menggunakan kalimat-kalimat langsung yang
lengkap

dengan

penjelasan-penjelasan

sikap,

tokoh,

tempat/latar,

dan

mengungkapkan kalimat yang ditulis dengan jelas dan padat. Menulis cerpen
sedikit lebih mudah daripada menulis naskah drama. Maka apabila kita
menemukan kesulitan menulis cerpen, terlebih dahulu kita ubah menjadi naskah
drama, dapat juga dilakukan dengan mengambil sebuah cerpen karya orang lain
dan mengubahnya menjadi naskah drama, dengan kata lain menyadur karya
tersebut menjadi naskah drama. Kemampuan menulis naskah drama ini
dipengaruhi faktor-faktor, seperti banyak membaca, memiliki wawasan luas serta
kesabaran yang teguh. Menulis naskah drama dapat dikuasai seseorang, apabila
ia memiliki kesungguhan dalam belajar.
Seseorang dapat menulis naskah

drama,

bukan

hanya

dari

kesungguhannya dalam belajar, melainkan proses kegiatan belajar juga


mempengaruhinya. maka didalam menulis naskah drama dari cerpen kita harus
dimotivasi sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri merupakan
model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan masalah
utama dalam sebuah pembelajaran.
Pemerolehan hasil belajar menulis naskah drama dari cerpen maupun
mengubah naskah cerpen menjadi naskah drama harus ada faktor yang saling
memotivasi, salah satunya yaitu menerapkan pembelajaran inkuiri didalam
mengubah naskah cerpen menjadi naskah drama, karena kita harus menemukan
unsur-unsur intrinsik cerpen terlebih dahulu yang selanjutnya mengubah kaidah
penulisannya menjadi naskah drama.

Tujuan pengajaran menulis naskah drama di sekolah supaya siswa mampu


mengekspresikan perasaannya maupun orang lain. Pembelajaran inkuiri
memudahkan siswa menulis serta menemukan masalah dalam sebuah tulisan dan
mencari jawabannya sendiri, khususnya mengubah naskah cerpen menjadi
naskah drama. Tetapi masih banyak siswa yang belajar tanpa model
pembelajaran hanya mengandalkan penjelasan guru, sehingga siswa menjadi
lemah minat belajarnya.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dicari penyelesaiannya, sebagai upaya
membantu siswa untuk menguasai mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya
menerapkan model pembelajaran inkuiri pada kemampuan mengubah naskah
cerpen menjadi naskah drama.
1. Apa Itu Drama?
2. Bagaimana Menulis Naskah Drama?
3. Apa Saja Unsur-unsur dalam Drama?
C. Tujuan Umum
Secara umum penulisan masalah bertujuan mendiskripsikan tentang judul
Mengapresiasi Drama Sebagai Karya Sastra

BAB II
PEMBAHASAN
A. Naskah Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama
dari Dramaadalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di

pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada


para pendengar.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan
dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa
juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk
kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.
Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan
tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya
sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada
semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan
pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext
atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Menulis dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, asalkan kita
menemukan insipirasi. Di dalam menulis naskah drama kita sangat memerlukan
ketelitian menyampaikan ide. Menulis naskah drama bisa kita lakukan dengan
mengekspresikan perasaan, pikiran kita. Hal tersebut dilakukan tidak jauh
berbeda ketika kita menulis naskah cerpen. Menurut pendapat Ade Husnul
Mawadah, Naskah drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk
percakapan (dialog) yang dipertunjukkan oleh tokoh-tokoh di pentas.
Menurut pendapat Aminudin Naskah drama berbeda dengan naskah
cerpen, naskah cerpen berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa yang
terjadi, namun naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung.
menentukan latar cerita, membuat kerangka alur cerita,

dan

mengembangkan kerangka menjadi naskah drama.


a. Menentukan Tokoh-Tokoh Cerita
Di dalam menulis naskah drama sangat perlu memperhatikan kaidah
penulisan naskah drama, diantaranya: judul pengarang diletakkan di bagian
paling awal, tokoh-tokoh drama hurup awalnya ditulis dengan huruf kapital,
keterangan babak, keterangan suasana, dialog diawali dengan penulisan nama
tokoh, titik dua (:), kalimat dialog yang ditulis dengan tanda petik,keterangan
prilaku tokoh ditulis huruf miring dan diletakkan dalam kurung, penutup
3

babak ditandai pergantian setting panggung, dan keterangan suasana


panggung ditulis dalam kurung, serta menguasai langkah-langkah menulis
naskah drama. Menulis naskah drama bisa dilakukan dengan mengubah
naskah cerpen menjadi nasakah drama. Langkah utama yang diperlukan
adalah menentukan tokoh-tokoh cerita. Sebelum kita menentukan tokoh-tokoh
dalam sebuah cerita kita harus mengetahui apa itu tokoh serta perwatakannya.
Menurut pendapat Abrams dalam buku Ade Husnul Mawadah,Tokoh adalah
orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan.

Sejalan

dengan

hal

ini,

Ade

Husnul

Mawadah

mengemukakan ,Tokoh / perwatakan dalam drama dibedakan menjadi 3 jenis


sebagai berikut :
1. Tokoh protagonis, yaitu tokoh utama dalam drama yang dimunculkan
untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi dalam cerita.
2. Tokoh antagonis, yaitu yang bertentangan dengan tokoh protagonis, tokoh
antagonis biasanya selalu menghalangi tokoh protagonis, bahkan ada
yang berusaha menghancurkan tokoh protagonis.
3. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pendamai, tokoh ini tidak memiliki sikap
protagonis dan antagonis, tokoh ini menjadi penengah antara tokoh
protagonis dan antagonis, terutama ketika berada dalam konflik.
Menurut pendapat Admin, Di dalam menentukan tokoh ada dua yang
harus dilakukan yaitu pada langkah ini kita mulai menentukan nama masingmasing tokoh, dengan gambaran wataknya. Perwakilan dapat dibedakan
menjadi dua, fisik dan psikis (sifat atau karakter). Selanjutnya Halimah
mengemukakan, Tokoh drama serta lingkungan sosial yang jelas. Sejalan
dengan hal ini menurut Sisitsamoeri, Berdasarkan segi peran atau tingkat
pentingnya tokoh dalam suatu cerita dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
central charater (tokoh utama) dan peripheral character (tokoh tambahan). Ada
tiga kriteria menentukan tokoh utama yaitu :
1) Mencari tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh
lain.
2) Mencari tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan.
4

3) Melihat intesitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun


cerita (tema).
Dari beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan tokoh-tokoh sangat
mempengaruhi naskah drama, karena dengan adanya tokoh maka cerita akan
hidup, maksudnya dapat berkembang karakternya,serta dapat menarik
perhatian pembaca. Menulis naskah drama juga dapat dengan mengubah
naskah cerpen menjadi naskah drama, yang perlu menentukan tokoh-tokoh
yang membangun cerita. Oleh karenanya krteria menentukan tokoh uta sangat
penting dalam menyusun naskah drama. Mencari tokoh yang paling banyak
berhubungan dengan tokoh lain maksudnya supaya tokoh dapat bergerak
bebas. Mencari tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan
maksudnya,tokoh har us sesuai dengan latar yag ditentukan.Melihat intensitas
keterlibatan tokoh dalam peristiwa maksudnya tokoh harus sesuai dengan
tema yang telah ditentukan untuk membangun sebuah cerita.
Tokoh-tokoh yang ditentukan itu sesuai dengan pentingnya tokoh serta
fungsi tokoh itu dalam naskah drama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
contoh di bawah ini.

b. Menentukan Latar Cerita


Menulis naskah drama dari naskah cerpen, tidak perlu menciptakan
latar, tetapi hanya menentukan latar cerpen yang sudah ada, dan disadur ke
dalam latar drama. Latar di dalam lakon cerita drama harus mendukung para
tokoh cerita dan tindakannya seperti: sikap,prilaku baik tokoh,prilaku buruk
tokoh. Sejalan dengan ini Nurgiyantoro mengemukakan,Latar memberikan
pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana
tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi.
Menurut pendapat Ade husnul Mawadah, Latar disebut juga sebagai
landasan, tumpu, mengacu pada pengertian, tempat, hubungan waktu, dan
5

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa. Selanjutnya Asep Sambodja


mengemukakan, Semakin detailnya seorang penulis memberi latar bagi
tokoh yang diciptakannya, maka semakin besar pula kemungkinan untuk
mengembangkan gagasan atau mengarahkan karakter tersebut menuju sebuah
drama yang menarik. Burhan Nurgianto juga mengemukakan Latar
merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat,
tokoh melakukan dan dikenai sesuatu kejadian.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan latar dalam penulisan
sebuah naskah drama sangat penting, karena latar merupakan tempat
terjadinya sebuah cerita, waktu terjadinya sebuah cerita, dan bagaimana
keadaan maupun suasana dalam sebuah drama, selain itu latar juga dapat
memberikan kesan kepada pembaca,tentang kehidupan sosial yang nyata,
sehingga seolah -olah cerita itu benar terjadi. Tanpa menentukan latar maka
naskah drama tidak akan memiliki karakter tokoh yang berkembang dan
menarik, karena adanya latar, dapat mengembangkan karakter untuk lebih
menarik. Untuk lebih jelasnya latar dari sebuah cerpen yang akan dijadikan
latar dalam drama, judul Pengacau latar :
(1).Halaman depan rumah (tempat), siang hari(waktu), udara panas (suasana)
(2).Di dalam rumah (tempat), siang hari (waktu), Ane marah- marah
(suasana)
(3).Sekolah (tempat), pagi hari (waktu), sepi dan sunyi (suasana)
(4).Taman kota (tempat), esok hari (waktu), damai dan tenteram (suasana)
Latar tersebut merupakan tempat terjadinya cerita dan waktu terjadinya
cerita. Latar tersebut juga dapat menceritakan suasana ataupun bagaimana
kejadian itu terjadi. Maka latar harus jelas dalam sebuah cerita supa pembaca
naskah drama dapat memahami kejaian yang ter dalam cerita tersebut.
c. Membuat Kerangka Alur Cerita
Di dalam menulis naskah drama dari sebuah cerpen, menentukan tokohtokoh, dan menentukan latar, membuat kerangka alur cerita juga sangat
penting, karena dengan adanya alur maka sistematika penulisan akan tertata

rapi. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Nurgiantoro, Alur atau plot sangat
berkaitan dengan tokoh cerita. Di dalam kaitannya dengan tokoh yang
dipermasalahkan tak hanya apa yang dilakukan dan dialami oleh tokoh cerita,
melainkan juga apa jenis aktivitas dan kejadiannya itu sendiri yang mampu
memunculkan konflik.
Menurut pendapat Ade Husnul Mawadah, plot/ alur adalah salah satu
unsur fungsional dalam drama. Plot dalam drama disusun dalam kerangka
situasi cerita, yaitu :
1).
2).
3).
4).
5).
6).

Eksposisi, yaitu gambaran selintas mengenai drama.


Konflik, yaitu terjadinya peristiwa yang melibatkan prilaku cerita.
Komplikasi, yaitu terjadinya peristiwa baru dalam cerita.
Krisis, yaitu pertentangan yang diimbangi dengan jalan keluar
Resolusi, yaitu penyelesaian cerita.
Keputusan, yaitu berakhirnya konflik dalam cerita.
Menurut Alwi di dalam web sisitsaomeri alur drama dibagi menjadi

babak-babak dan adegan-adegan, yang meliputi :


1). Pengenalan (deskripsi), pada bagian ini, penonton mulai mendapat
gambaran tentang permasalahan yang akan disajikan dalam cerita.
2). Permasalahan (konflik) pada bagian ini mulai dihadirkan permasalahan
berupa pertikaian atau pertentangan antara tokoh protagonis dan tokoh
antagonis.
3). Penggawatan (klimaks) tahap ini ditandai dengan penyajian puncak
pertentangan antar tokoh.
4). Penyelesaian (solusi) tahap penyelesaian menghadirkan munculnya titik
terang sebagai jalan keluar sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan
masalah.
5). Penyelsaian (ending) pementasan drama dilanjutkan sampai dengan
tahap penyelesaian Sesuai naskah drama.
Selanjutnya, Aminudin mengemukakan bahwa, Membuat kerangka
alur cerita dan naskah drama merupakan pengembangan umum alur cerpen.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil pengertiannya
bahwa di dalam menulis naskah drama dari cerpen, harus memiliki kerangka
alur cerita, naskah untuk menggambarkan bagaimana suasana situasi yang
akan ditulis dalam naskah drama. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut

dapat dinyatakan bahwa menulis naskah drama akan sistematis apabila kita
mengikuti kerangka alur cerita.
B. Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka tempat penelitian
dilaksanakan di SMP Negeri 3 Padangsidimpuan, yang terletak di jalan K.H
Ahmad Dahlan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan,
dengan Kepala Sekolah Drs. Ibnu Hajar alumni STKIP Tapanuli Selatan.
Adapun guru-guru bahasa Indonesia berjumlah 11 orang, yaitu : Saiyah
Hasibuan S.Pd., Asran, Nurainun S.Pd., Emmy Hayati Lubis S.Pd., Teti Iriani
S.Pd., Nelli Anna, Siti Khodijah Rkt S.Pd., Hermin Ros Silitonga S.Pd.,
Risna Seri S.Pd., Siti Kholijah S.Pd., Masitoh.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian

merupakan

cara

ilmiah

mendapatkan

data/informasi dan tujuan dengan kegunaan tertentu. Menurut Nana Syaodikh


Metode penelitian adalah rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitiab yang disadari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan
filosofis dan ideologis. Pertanyaan-pertanyaan tentang isu-isu yang
dihadapi. Sejalan dengan itu Nana Syaodikh mengemukakan Metode
deskuiptif adalah suatu metode penelitian yang diperlukan, menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung pada saat ini atau saat
lampau.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
deskriptif adalah gambaran fenomena yang jelas tentang data-data.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kesimpulkan dari pembahasan diatas bahwa drama bukan
sekedar pementasan saja, melainkan drama merupakan suatu karya sastra. Drama
sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama
ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian, tujuan drama
bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang
sebenarnya adalah naskah sastra tadi telas dipentaskan. Tetapi bagaimanapun,
naskah drama tertulis selalu dimsukkan sebagai karya sastra.
Dalam pembuatan pementasan drama terlebih dahulu adalah membuat
naskah drama, karena naskah drama ini sangat penting sebagai panduan dalam
bermain drama atau teater. Setelah naskah drama dibuat lalu dibentuklah tokoh
yang akan memerankan lakon yang akan diperankan. Kemudian, drama di
pentaskan berdasarkan unsure-unsurnya. Agar mementasan lebih hidup dan
berjalan dengan baik.
Dengan begitu diharapkan pembaca maupun siswa-siswi SMA dapat
mengapresiasi drama sehingga drama dapat dikembangkan dan dilestarikan.
Entah itu yang modern maupun tradisional. Agar drama atau teater tidak amti
karena terdesak oleh budaya barat dan teknologi.

B. Saran
Dengan kesimpulan diatas serta pembahasan yang penulis buat,
diharapkan ada kritik dan saran dari berbagai pihak baik dari pembaca maupun
guru pembina, agar dari isi makalah ini dapat diperbaiki kesalahan ataupun
kekeliruan dalam pengetikan sehingga penulis bisa belajar dari kesalahankesalahan agar menghasilkan makalah atau karya tulis yang lebih baik lagi.
Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Nana Syaodikh Sukmodinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2010)
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2010)
Abrams (Dalam Buku Ade Husnul Mawaddah), Menceritakan Pengalaman, (Jakarta:
Sketsa Aksara Lalitya, 2010)

10

BIOGRAFI
Nama saya NEVITRI RUMIERTI RAMBE lahir pada tanggal 6 Juni
1994 di Simataniari Pendidikan SD tamat pada tahun 2005, SMP
tamat tahun 2008, SMA tamat tahun 2011 kemudian melanjutkan ke
perguruan tinggi STKIP Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan Jurusan
Bahasa Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan sekarang (semester
VII) dan sekarang saya sudah PKL/KKL.

11

Anda mungkin juga menyukai