oleh :
KELOMPOK III
1. Agus Rajo
NPM 13070097
2. Efrina
NPM 13070056
3. Nova Yanti
NPM 13070064
4. Leli Wani
NPM 13070082
5. Primadani Astika
NPM 13070096
6. Dasmiati
NPM 13070076
NPM 13070091
8. Siska Magdalena
NPM 13070043
9. Wagini
NPM 13070049
Mata Kuliah
: WACANA
Dosen Pengampuh
Semester
: V-B/46
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
masih memberikan kita kesempatan untuk hidup dan menikmati karunia- Nya.
Adapun penugasan makalah ini karena turunnya mata kuliah Wacana Bahasa
Indonesia dengan judul Wacana Berdasarkan Tujuan yang turun pada semester V
(lima) dan diasuh oleh ibu Mina Syanti Lubis, M.Pd.
Wacana merupakan satuan bahasa, artinya wacana merupakan bagian
bahasa, bukan bagian sesuatu yang lain yang sejajar dengan satuan-satuan lainnya.
Satuan itu mengandung unsur terlengkap, tertinggi, terbesar, dan membawa
amanat lengkap jika dibandingkan dengan satuan-satuan bahasa yang lain, yaitu
fonem, morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat
Semoga makalah kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................
.....................................................................................................
C. Tujuan / Manfaat .........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wacana.......................................................................
B. Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan...............................................
.....................................................................................................
1. Wacana Informatif................................................................
2. Wacana Prosedural...............................................................
3. Wacana Hortatori..................................................................
4. Wacana Regulatif.................................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .....................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Chaer (2007: 265) Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata
hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut
wacana (Inggris: Discourse). Bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam
sintaksis, banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari kalimatkalimat yang ada di sekitarnya, maka kalimat itu menjadi satuan kalimat yang
tidak mandiri.
sebagian besar dari kalimat yang digunakan dalam praktek berbahasa termasuk
kalimat yang demikian.
Kalimat-kalimat itu tidak punya makna dalam kesendiriannya. Mereka
baru mempunyai makna bila berada dalam konteks dengan kalimat-kalimat
yang berada di sekitarnya. Kalau kalimat itu adalah unsur pembentuk wacana,
maka persoalan kita sekarang, apakah wacana itu, apa-apa saja jenis wacana,
dan bagaimana contoh wacana tersebut. Untuk dapat memahami wacana akan
dibahas lebih lanjut pada BAB II.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah yang
terdapat dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian wacana?
2. Apa saja jenis wacana berdasarkan tujuan?
3. Bagaimana contoh wacana?
C. Tujuan / Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan wacana.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis wacana berdasarkan tujuan.
3. Untuk mengetahui bagaimana contoh wacana.
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Pengertian Wacana
Menurut Baryadi (Poerwadarminta, 1976: 1144) kata wacana berasal
dari kata vacana (bacaan) dalam bacaan sanskerta. Kata vacana itu kemudian
masuk ke dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Jawa Baru vacana atau wacana
(bicara, kata, ucapan). Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru itu kemudian
diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana (ucapan, percakapan,
kuliah).
Kata wacana dalam bahasa Indonesia dipakai sebagai padanan (atau
terjemahan) kata discourse dalam bahasa Inggris. Secara etimologis kata
discourse itu berasal dari bahasa Latin discursus (lari kian kemari). Kata
discursus itu diturunkan dari bentuk discurrere. Bentuk discurrere itu
merupakan gabungan dari dis dan currere (lari, berjalan kencang). Dalam
konteks tata bahasa, wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar.
Menurut Chaer (2007: 267) banyak dan berbagai macam definisi
tentang wacana telah dibuat orang. Namun, dari sekian banyak definisi dan
yang berbeda-beda itu, pada dasarnya menekankan bahwa wacana adalah suatu
bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan
gramatikal tertinggi atau terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti
terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh
pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar ( dalam wacana lisan), tanpa
keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Menurut Setiawan (2015) wacana ialah sebuah tulisan yang memiliki
urutan yang teratur atau logis. Di dalam sebuah wacana ada unsur-unsur yang
harus memiliki kepasuan dan kesatuan. Sebelum kita menuliskan sebuah
wacana, kita harus menentukan dahulu sebuah tema, tujuannya agar sesuai
dengan bentuk di dalam wacana, dan mengurutkan atau menyusun kerangka
karangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan bahasa
terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan
Baryadi
(2002:
12)
berbagai
jenis
wacana
dapat
Damayanti (2015)
wacana dimana aspek simbol bahasa merupakan hal yang terpenting. Dalam
hal ini, wacana berfungsi untuk menyampaikan informasi. Sebenarnya semua
teks memberikan informasi di samping tujuan lainnya, misalnya untuk
menggambarkan sesuatu (deskriptif), untuk bercerita (naratif), untuk
mempengaruhi orang lain (argumentatif). Jenis yang satu ini memang betulbetul terpusat pada memberi informasi saja, informasi yang langsung
dibutuhkan. Biasanya teks ini merupakan teks yang singkat saja. Misalnya, teks
jam praktek dokter, teks jam kedatangan dan keberangkatan kereta api, bus
atau kapal terbang, dan lain-lain . Kusuma dan ayu (2009: 54).
Dalam wacana informatif, yang biasanya merupakan pemberitahuan
singkat saja, perlu ada hubungan teks dan situasi komunikasi. Singkatnya
wacana menyebabkan apa yang dikemukakan menjadi tidak jelas, dan mungkin
tidak koheren, apabila tidak ditopang oleh situasi komunikasi.
Di dalam teks dialog, terdapat pertukaran ujaran antara dua orang
pengirim atau lebih yang saling bertukar peran. Setiap ujaran itu harus
mempunyai hubungan dengan ujaran lain yang merupakan jawaban. Apabila
terjadi komunikasi yang kacau, maka teks ini bukan hanya tidak koheren saja,
tetapi tidak akan berjalan baik. Wacana informatif ini memiliki tujuan yaitu
untuk:
a.
b.
c.
Kosasih (2015)
Contoh wacana informatif dapat dilihat pada lampiran.
2. Wacana Prosedural
Menurut Ananda amilia, dkk (2015) wacana prosedural adalah wacana
yang menuturkan sesuatu secara berurutan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan. Unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak dapat dikacaukan
urutannya atau dibolak balik. Urgensi unsur yang lebih dahulu merupakan
landasan untuk unsur sesudahnya. Wacana ini dibuat untuk menjawab
pertanyaan bagaimana cara sesuatu bekerja atau bagaiman proses terjadinya,
atau proses melakukan sesuatu.
Pendapat lain yaitu menurut Mulyana (2005: 48) wacana prosedural
digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu
harus dilaksanakan. Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau
aturan tertentu agar tujuan kegiatan tertentu itu berhasil dengan baik.
Sedangkan menurut Unyil (2015)
cara melakukan atau membuat sesuatu dengan tepat dengan prosedur yang
benar dan tepat.
Contoh wacana prosedural dapat dilihat pada lampiran.
3. Wacana Hortatori
Menurut Ananda amilia, dkk (2015) wacana hortatori adalah wacana
yang berisi ajakan atau nasihat dan kadang-kadang bersifat memperkuat
keputusan supaya lebih menyakinkan.
Sedangkan menurut Rahman (2015) wacana hortatori adalah wacana
yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik
terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya persuasif, tujuannya adalah
untuk mencari pengikut agar bersedia melakukan, atau menyetujui pada hal
yang disampaikan dalam wacana tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana hortatori adalah tuturan yang
berisi ajakan. Tuturan dapat pula berupa ekspresi yang memperkuat keputusan
untuk menyakinkan. Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar
atau pembaca agar terpikat akan suatu
wacana selalu berusaha untuk memiliki pengikut atau penganut, atau paling
tidak menyetujui pendapat yang dikemukakannya itu, kemudian terdorong
untuk melakukan atau mengalaminya. Yang termasuk wacana hortatori antara
lain khotbah, pidato tentang politik. Tujuan dari wacana meyakinkan pembaca
bahwa sesuatu harus atau tidak harus dilakukan dengan argumen yang tepat.
Contoh wacana hortatori dapat dilihat pada lampiran.
4. Wacana Regulasi
Pengertian dari regulasi adalah peraturan. Jadi pengertian wacana
regulasi adalah wacana yang berisi suatu cara yang digunakan untuk
mengendalikan masyarakat dengan aturan tertentu. Wacana regulasi ini banyak
digunakan untuk menggambarkan peraturan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Tujuan dari wacana regulasi ini adalah untuk mengendalikan
perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan.
Contoh wacana regulasi dapat dilihat pada lampiran.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
selalu berusaha untuk memiliki pengikut atau penganut, atau paling tidak
menyetujui pendapat yang dikemukakannya itu, kemudian terdorong untuk
melakukan atau mengalaminya. Yang termasuk wacana hortatori antara
lain khotbah, pidato tentang politik. Tujuan dari wacana meyakinkan
pembaca bahwa sesuatu harus atau tidak harus dilakukan dengan argumen
yang tepat.
4. Wacana regulasi adalah wacana yang berisi suatu cara yang digunakan
untuk mengendalikan masyarakat dengan aturan tertentu. Wacana regulasi
ini banyak digunakan untuk menggambarkan peraturan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Tujuan dari wacana regulasi ini adalah untuk
mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau
pembatasan.
B. Saran
1.
DAFTAR PUSTAKA
Baryadi, Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa.
Jogjakarta: Pustaka Gondho Suli
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Kusuma, Oke dan Ayu Basoeki Harahap. 2009. Telaah Wacana. Jakarta: The
Cultural Institute.
http://amaliabasindoda09.blogspot.co.id/2012/10/jenis-jenis-wacana.html. diakses
pada 13-11-2015. Pada pukul 20.00 WIB
http://unyil1284.blogspot.co.id/2013/01/klasifikasi-wacana.html. diakses pada 1311-2015. Pada pukul 20.00 WIB
http://wacanalingustik.blogspot.co.id/2012/10/wacana.html. diakses pada 13-112015. Pada pukul 20.00 WIB
http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-regulasi/. diakses pada 1311-2015. Pada pukul 20.00 WIB
http://remajasampit.blogspot.co.id/2014/01/jenis-jenis-wacana.html. diakses pada
13-11-2015. Pada pukul 20.00 WIB