Anda di halaman 1dari 6

Argometer pada Ojek Motor Berbasis

Mikrokontroler
Amien Santoso, Eru Puspita ST.M.Kom2, Ressa Akbar ST.CCNA3
1

Mahasiswa D3, Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS, Surabaya


Staff Pengajar, Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS, Surabaya
3
Staff Pengajar, Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS, Surabaya
mean_thoz@yahoo.com

Berdasarkan dari pengalaman tersebut pada proyek


akhir ini menciptakan sebuah alat Argometer pada Ojek
Motor yang mana secara sistem sama sama
menampilkan harga seperti argometer pada taxi. Namun
untuk metode operasional seperti sistem perhitungan atau
perumusan harga, bentuk alat dan sistem mekanisme
menyesuaikan pada sepada motor.

Abstrak

Argometer merupakan sebuah alat untuk mengukur


biaya atau banyaknya uang yang wajib dibayar
penumpang saat berkendara dengan taksi. Cara
perhitungannya didasarkan pada jarak tempuh dan waktu
penggunaan.
Hasil yang dicapai dari proyek akhir ini adalah
argometer yang dirancang pada ojek motor berbasis
mikrokontroler, yang mana secara sistem mengadopsi
dari sistem argometer pada taksi. Secara bentuk tampilan
akan ada sebuah lcd yang akan mendeteksi berapa harga
yang akan di bayar pada pengguna ojek motor.
Titik acuan yang digunakan dalam sistem argometer
ini, yakni menggunakan dua sistem pada sensor rotary
encoder yang memberikan data berupa output pulsa dan
program waktu di dalam ATMega 16 yang berjalan
bersamaan ketika alat ini di aktifkan.

B.

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas


dalam proyek akhir adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
membuat
sistem
alogritma
pemrograman alat ukur jarak yang ditempuh
pada sepeda motor dengan kecepatan dan waktu
tempuh pada sepeda motor tersebut.
2. Bagaimana membuat perancangan atau desain
sensor rotary encoder dengan baik secara
output pada sensor jarak dan kecepatan yang
akan masuk ke mikrokontroler untuk diproses
lebih lanjut.
3. Bagaimana cara menetukan jumlah banyak
lubang pada rotary agar bisa presisi dalam
pengkuran.
4. Bagaimana cara menghitung pulsa kebentuk
rupiah.

Kata kunci : sensor rotary encoder,mikrokontroler


ATmega 16, program waktu yang bersamaan ketika di
aktifkan.

I. PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pada era teknologi ini sudah banyak alat yang
diciptakan untuk mempermudah aktifitas atau kinerja pada
manusia. Bahkan pada dunia elektronikapun sudah bukan
sebagai kebutuhan sekunder melainkan sudah menjadi
kebutuhan primer. Dalam hal ini untuk kebutuhan
elektronika juga sangat berpengaruh terhadap sebuah fitur
tambahan pada alat transportasi. Salah satu contoh yakni
argometer. Dimana fungsi pada argometer itu sendiri
adalah sebagai alat untuk menampilkan harga dan waktu
yang ditempuh oleh setiap jasa pengguna angkutan umum.
Argometer juga bisa menjadi sebuah acuan pada pengguna
jasa angkutan umum untuk menghindari kecurangan pada
supir angkot umum, salah satu contohnya pada supir taxi
yang tidak dapat semena - mena membuat tarif atau harga
semaunya. Karena pada setiap perusahaan tarif angkutan
umum telah membuat ketentuan atau standarisasi tarif
angkutan umum.

Perumusan Masalah

D.

Batasan Masalah
1.

2.

3.

Pada proyek akhir ini juga menggunakan


sensor rotary encoder untuk menghitung
jumlah perputaran poros roda motor yang
nantinya output pada rotary encoder yang
berupa pulsa tersebut di prosess dalam
mikrokontroler dan dalam alat tidak
menampilkan jumlah banyaknya putaran
hanya pengkoversian harga dari output pulsa.
Sistem kerja argometer dengan kecepatan
rata-rata 40 kilometer perjam dalam tingkat
kemacetan normal dan dengan asumsi bensin
tidak termasuk hitungan biaya argometer.
Jarak waktu tempuh penumpang akan
dikenakan biaya tambahan yakni per 1 menit
akan bertambah Rp 100,- .

II. TEORI PENUNJANG


B. Rotary Encoder
A.

Mikrokontroler ATMega 16

Mikrokontroler AT mega 16 adalah sebuah fitur


mikrokontroler generasi AVR (Alf and Vegards Risk
processor). ATMega16 berbasis pada arsitektur RISC
(Reduced Instruction Set Computing), dimana satu
instruksi dapat dieksekusi dalam satu clock, dan dapat
mencapai 1 MIPS (Million Instruction Per Second) per
MHz. Mikrokontroler ATMega16 memiliki keistimewaan
dibanding jenis mikrokontroler AT89C51, AT89C52,
AT80S51, dan AT89S52 yaitu pada mikrokontroler
ATMega16 memiliki port input ADC 8 channel 10 bit.
Mikrokontroler ATMega16 memiliki 40 pin kaki
dengan konfigurasi sebagai berikut :

Rotary encoder adalah komponen elektromekanik


yang dapat memonitor gerakan dan posisi. Rotary encoder
umumnya menggunakan sensor optik untuk menghasilkan
serial pulsa yang dapat diartikan menjadi gerakan, posisi,
dan arah. Sehingga posisi sudut suatu poros benda berputar
dapat diolah menjadi informasi berupa kode digital oleh
rotary encoder untuk diteruskan oleh rangkaian kendali.
Rotary encoder umumnya digunakan pada pengendalian
robot, motor drive, dsb. Yang menjadi pilihan untuk
proyek ini adalah Incremental Encoder. Rotary Encoder
Relatif (sering disebut juga Incremental Encoder)
digunakan ketika metode pengkodean absolut tidak bisa
digunakan
(disebabkan
ukuran
dan
bentuk
piringan/cakram). Metode ini juga menggunakan piringan
yang dipasang pada poros, tetapi ukuran piringan/cakram
kecil, dengan jumlah garis radial yang banyak, seperti
jeruji roda.

Gambar 2.2 Bentuk fisik incremental encoder


Gambar 2.1 Konfigurasi pin ATMega 16

C. Rangkaian Schmit Trigger


Beberapa fitur Fitur yang tersedia dalam
mikrokontroler ATMega16, yaitu :
a) Frekuensi clock maksimum 16 MHz.
b) Jalur I/O 32 buah, yang terbagi dalam port A,
port B, port C, dan port D.
c) Analog to Digital Converter (ADC) 10 bit
sebanyak 8 input.
d) Analog to Digital Converter (ADC) 10 bit
sebanyak 8 input.
e) CPU 8 bit yang terdiri dari 32 register.
f) Watchdog timer dengan osilator internal.
g) SRAM internal sebesar 1K byte.
h) Memori flash sebesar 8Kbyte dengan kemampuan
read while write.
i) Interrupt internal maupun eksternal.
j) Port komunikasi SPI (Serial Pheripheral
Interface)
k) EEPROM (Electrically Erasable Program-mable
Read Only Memory) sebesar 512 byte yang dapat
diprogram saat operasi.
l) Analog komparator.
m) Komunikasi serial standar USART dengan
kecepaatan maksimal 2,5 Mbp.

Schimitt triger pada dasarnya adalah komparator


dengan 2 nilai pembanding (upper trip point/UTP dan lower
trip point/LTP). Bekerjanya sebagai berikut. Misalkan sinyal
digital dimasukan ke schmitt triger. Pada saat sinyal berada di
logika 1, maka output schmitt trigger harus 1 juga (tergantung
jenis, kalau dgital buffer input dan output dama, tapi kalau
inverter, outputnya kebalikan input). Apabila sinyal tersebut
mendapat gangguan noise sehingga level menjadi turun, maka
selama levelnya masih diatas LTP, output akan tetap.
Kebalikannya jika sinyal berada di logika rendah, pada saat
sinyal mendapat noise dan lebel jadi naik, maka selama level
tidak melebihi UTP,output akan tetap.Jadi schmitt triger akan
menghilangkan pengaruh noise tersebut. Aplikasinya biasanya
ada di bagian input suatu sistem.Trigger Schmit merupakan
komperator regeneratif yang berfungsi sebagai pembanding
dengan umpan balik positif. Untuk mengubah tegangan masuk
yang perubahannya sangat lambat kedalam keluaran yang
berubah tajam bentuk gelombangnya (hampir tiodak kontinyu)
dan timbul tepat pada harga tertentu dari tegangan masuk
diperlukan rangkaian pemicu schmit dimana sinyal masuk
dapat diambil sembarang selama bentuk gelombangnya

peroidik dengan amplitudo cukup besar untuk melewati titik


perpindahan atau batas jangkauan histerissis (VH) sehingga
menhasilkan keluaran gelombang persegi. Pada dasarnya
rangkaian pemicu schmit op-amp seperti terlihat pada gambar
2.30, dimana adanya pembagian tegangan seghingga diperoleh
umpan balik positif. Bila tegangan keluaran mengalami
kejenuhan positif, maka tehamgam positif diumpamakan
kembali ke masukan tak membalik, masukan positif ini
menjaga keluaran pada keadaan tinggi. Sebaliknya, bila
tegangan masuk mengalami kejenuhan negatif diumpamakan
kembali kemasukan tak membalik dan keluaran pada keadaan
rendah. Dalam hal ini umpan balik positif memperkuat
keadaan keluaran yang ada, jadi faktor umpan balik adalah :

Bila keluaran mengalami kejenuhan positif, tegangan acuan


yang diterapkan pada masukan tak membalik adalah :
Vacu = + B.Vjen

A. Gambaran Umum
Sistem dari kenerja alat ini yakni sensor akan
memberikan sebuah data berupa output pulsa yang akan di
kirimkan ke Mikrokontroler ATMega 16 untuk di proses,
namun sebelum di kirim ke mikrokontroler akan melewati
rangkaian schmit trigger atau rangkaian pemicu jika pada saat
sinyal berada di logika 1, maka output schmitt trigger harus 1
juga (tergantung jenis, kalau dgital buffer input dan output
dama, tapi kalau inverter, outputnya kebalikan input). Apabila
sinyal tersebut mendapat gangguan noise sehingga level
menjadi turun, maka selama levelnya masih diatas LTP,
output akan tetap. Kebalikannya jika sinyal berada di logika
rendah, pada saat sinyal mendapat noise dan lebel jadi naik,
maka selama level tidak melebihi UTP,output akan tetap.Jadi
schmitt triger akan menghilangkan pengaruh noise tersebut.
Ketika sebuah alat argometer tersebut di on kan
maka timer / waktu akan menghitung berapa lama durasi yang
akan dicapai. LCD akan menampikan Harga.

Bila keluarannya mengalami kejenuhan negatif, tegangan


acuan adalah :
Vacu = - B.Vjen

Gambar 3.2 Sensor rotary encoder pada roda motor

Gambar 2.3 (a) Pemicu Schmit (b) Histerisis

III. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

Perancangan untuk pemasangan pada sensor ini


menggunakan bahan alumunium untuk perekat encoder yang
akan siap mendeteksi jumlah lubang untuk dan menghitung
jumlah putaran yang sudah terlewati oleh sensor encoder.
Dimana dalam diameter dari roda as depan 50 cm. Jadi setiap
kali berputar 1,57 meter.

Gambar 3.4 Tampilan pada Argometer

Gambar 3.1 Blok Diagram

Gambar 3.6 ATMega 16

B. Rangkaian schmit trigger


Pada dasarnya rangkaian schmit trigger ini sebagai
rangkaian penunjang pada untuk memicu untuk ketika
rangkain tersebut memiliki output pulsa yang berada di titik
tengah tengah namun mendekati posisi aktif high maka akan
dideteksi aktif high begitu juga sebaliknya.

Gambar 3.11 Switching Dc to Dc

Efisiensi yang rendah pada regulator sejenis


LM7805 dikarenakan kelebihan tegangan input regulator akan
dirubah menjadi panas sehingga sebagian besar daya input
akan hilang karena dirubah menjadi panas tersebut.
Bagaimanapun juga semua regulator harus mendapatkan
tegangan input yang lebih tinggi daripada tegangan regulasi
output untuk mendapatkan tegangan yang teregulasi.
D. Digram Alir Sistem
Metode diagram alir sistem ini yakni awal dari
kinerja alat yang bermulai dari sensor, sampai menuju Lcd /
tampilan.

Gambar 3.9 Rangkaian schmit trigger

C. Rangkaian switching
Rangkaian regulasi tegangan yang baik tidaklah
sederhana dan pada kesempatan kali ini akan dibahas
mengenai power supply dengan rangkaian regulasi switching.
Power supply dengan regulasi switching ini lebih dikenal
sebagai power supply switching. Kelebihan power supply
switching adalah efisiensi daya yang besar sampai sekitar 83%
jika dibandingkan dengan power supply dengan regulasi biasa
yang menggunakan sejenis LM 7805.

IV. HASIL DAN ANALISA

Pembuktian pada aktif high yakni pada tegangan


4,18 dimana pada tahap tersebut keaadaan pada optocoupler U
tertutup atau sensor transmiter tidak dapat mengirim sinyal
pulsa ke reciever.

A. Uji Coba Pengiriman data dari optocoupler U


Pengujian rangkaian pada optocoupler U
yakni memasukkan pada port interupt yang akan di counter
terus menerus untuk menampilkan output pulsa yang akan di
proses ke dalam mikrokntroler dan dari percobaan tersebut
sudah berhasil.
Optocoupler U mengeluarkan 1 ouput pulsa yang
mana secara perhitungannya jumlah roda dalam sekali
berputar mengeluarkan 1 ouput pulsa yang mana sesuai pada
jumlah banyaknya lubang pada rotary.
Pada pengujiannya yakni dengan cara optocoupler
U dengan cara ditutup dan di buka transmitter dan receiver.

. PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan uji coba pada argometer ini
maka memperoleh kesimpulan bahwa :
1.
Argometer ini menggunakan sistem sensor
optocoupler U yang mana akan maberikan output berupa pulsa
yang akan di konversikan dalam bentuk harga
2.
Ada penambahan waktu pada program jika
alat argometer ini di on kan dimana juga berpengaruh untuk
biaya tambahan setiap 1 menit argometer itu di jalankan.
3.
Untuk menentukan jumlah putaran pada
roda harus menghitung duliu luas dari range roda motor. Dan
juga jumlah lubang pada rotary.
B. Saran
Dalam pembuatan argometer ini terdapat banyak
sekali kekurangan yang karena keterbatasan waktu, biaya serta
pikiran, tidak dapat dilakukan. Maka untuk tahap
pengembangan selanjutnya, ada beberapa hal yang penulis
inginkan untuk diperbaiki diantaranya:

Gambar 4.1 Pengujian Optocoupler U aktif low

Saat pengujian ini di lakukan dengan cara


optocoupler berada dalam keadaan terbuka / terkena cahaya
antara transmitter dan receiver
yang terdeteksi dalam
keaadaan aktif low yakni 0,12 berarti pada saat 0,18 maka
data tersebut berada pada titik ground.

1.
Alat ini hanya bisa mengkonversi dalam
bentuk pulsa bukan jarak yang sesungguhnya.
2.
Agometer
ini
juga
belum
bisa
mengidentifikasi arah dari poros roda motor apakah mundur
atau maju.
3.
Sistem dari sensor sangatlah rentan rusak
bila terkena air, karena tidak ada lapisan penutupnya.
4.
ada goncangan.

Gambar 4.2 Pengujian Optocoupler U aktif high

Sensor tidak akan berjalan presisi apabila

DAFTAR PUSTAKA
[1] http:// iswanto.blogspot.com. di akses pada
November, 25, 2010, 9:16:10 AM
[2] http:// arwinda_rizkiawan.html di akses pada
Januari, 07, 2011, 11:19:10 AM
[3] . http:// www.wikipedia.com
[4] sensor rotary rncoder. www.google.com
[5] www.google.com

Anda mungkin juga menyukai