Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan merupakan sesuatu hal yang sudah mulai terjadi sejak


bertemunya sel telur dengan sel sperma dalam kandungan sang ibu, kemudian lahir
sampai dewasa.
Jika dilihat dari satu sisi perkembangan hampir sama dengan pertumbuhan.
Tetapi pada hakikatnya perkembangan berbeda halnya dengan pertumbuhan,
pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran atau fungsi-fungsi
mental, sedangkan perkembangan mengandung makna pemunculan hal-hal baru.
Sebagaimana telah dibahas pada semester sebelumnya, individu dalam suatu
perkembangannya mengalami beberapa tahapan dan fase-fase. Beberapa fase-fase
tersebut tidak akan kita bahas lagi pada pembahasan kali ini.
Selama perkembangannya, kehidupan individu-individu itu tidak statis
melainkan dinamis, dan sudah barang tentu tidak ada orang yang menyangkal bahwa
perkembangan itu merupakan hal yang berkesinambungan. Namun pada kondisi
riilnya, kesinambungan perkembangan tersebut ada yang mengalami gangguan dan
ada yang tidak. Sehingga perkembangan yang mengalami gangguan tersebut dikaji
lebih mendalam tentang penyebab, penanganan dan sebagainya yang berkenaan
tentang gangguan-gangguan itu.
Adapun dalam makalah ini, kita membatasi pembahasan tentang gangguan
tersebut pada gangguan koordinasi perkembangan dan gangguan perkembangan
pervasif, sehingga pembahasan kita dapat lebih terfokus dan bisa lebih terperinci.

A. Gangguan Koordinasi Perkembangan

Gangguan koordinasi perkembangan atau yang lebih sering disebut gangguan


koordinasi motorik pada sekarang ini merupakan gangguan satu-satunya didalam
kategori gangguan keterampilan motorik. Gangguan ini ditandai dengan kinerja dalam
aktivitas yang memerlukan koordinasi motorik yang lebih jelas lebih lambat
dibandingkan yang diharapkan. Anak mungkin memiliki keterlambatan dalam
mencapai kejadian motorik, seperti duduk, merangkak, dan berjalan. Pasien biasanya

canggung pada keterampilan motorik kasar dan halus tetapi tidak terganggu secara
keseluruhan.
Gangguan koordinasi motorik dapat juga berupa defisit dalam menulis dengan
tangan dan dalam frekuensi menjatuhkan barang. Anak-anak dengan gangguan ini
mungkin secara motorik menyerupai anak-anak dengan usia yang lebih muda.

B. Gangguan Perkembangan Pervasif

Gangguan perkembangan pervasif adalah kelompok kondisi psikiatrik dimana


keterampilan sosial yang diharapkan, perkembangan bahasa, dan kejadian perilaku
tidak berkembang secara sesuai atau hilang pada masa anak-anak awal. Pada
umumnya gangguan mempengaruhi berbagai bidang perkembangan, bermanifestasi
pada awal kehidupan dan menyebabkan disfungsi persisten.
Gangguan perkembangan pervasif dikategorikan menjadi gangguan autistik,
gangguan Rett, gangguan disintegratif masa anak-anak dan gangguan Asperger.
Disamping keempat kategori tersebut masih terdapat satu jenis gangguan lagi yang
cenderung lebih baik untuk psikoterapi yakni gangguan perkembangan pervasif yang
tidak ditentukan.
Kedua gangguan di atas akan di bahas lebih lanjut di bab pembahasan berikut
ini.

BAB II
2

ISI
2.1

GANGGUAN KOORDINASI PERKEMBANGAN


Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat

(DSM-IV);gangguan koordinasi motorik sekarang merupakan gangguan satu-satunya


didalam kategori gangguan keterampilan motorik. Gangguan ini dulunya dimasukkan
sebagai suatu gangguan psikiatrik dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R).
Gangguan ditandai dengan aktivitas motorik yang lambat. Gangguan motorik
dapat berupa anak memiliki keterlambatan dalam mencapai kejadian motorik, seperti
duduk, berjalan dan lain-lain. Selain itu anak mengalami gangguan belajar dan
frekuensi menjatuhkan barang. Gangguan secara motorik menyerupai anak-anak
dengan usia lebih muda. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan berdasarkan kondisi
medis, seperti palsi serebral, distrofi otot, atau gangguan neuromuskular lain.
1.

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gangguan koordinasi motorik tidak diketahui pasti, diperkirakan

sekitar 6 persen dari anak-anak usia sekolah. Rasio antara perempuan dan laki-laki
tidak diketahui, laporan dalam literatur menyebutkan rasio laki-laki berbanding
perempuan yakni 2:1 hingga 4:1.
2.

ETIOLOGI
Penyebab gangguan koordinasi motorik tidak diketahui, hipotesisnya adalah

termasuk penyebab organik dan perkembangan. Gangguan koordinasi motorik dan


gangguan komunikasi memiliki hubungan yang erat, walaupun tidak diketahui pasti
penyebabnya. Gangguan koordinasi motorik kemungkinan memilki penyebab yang
multifaktorial.

Faktor resiko yang berperan dalam gangguan koordinasi motorik adalah;


Prematuritas
3

Hipoksia
Malnutrisi Perinatal
Berat-Badan Lahir Rendah
Kelainan Neuro Kimia
Lesi Lobus Parietalis
3.

DIAGNOSIS
1. Riwayat tentang prilaku awal motorik anak
2. Pengamatan langsung aktifitas motorik (Skrining informal)

Meminta anak melakukan pekerjaan yang melibatkan koordinasi


motorik kasar;seperti melompat, meloncat dan berdiri pada satu
tungkai.

Meminta anak melakukan pekerjaan yang melibatkan koordinasi


motorik halus;menjentikkan jari dan mengikat tali sepatu.

Koordinasi mata dan tangan;seperti menangkap bola dan meniru


tulisan.

3. Tes khusus koordinasi motorik, diantaranya;

Bender Gestalt Visual Motor Test

Frosting Movement Skills Test Battery

Bruininks-Oseretsky Test of Motor Development

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Koordinasi Perkembangan


A. Kinerja dalam aktivitas sehari-hari yang memerlukan koordinasi motorik
adalah secara bermakna di bawah yang diharapkan menurut usia kronologis
pasien dan inteligensia yang terukur. Hal ini dapat bermanifestasi denagan
keterlambatan yang nyata dalam pencapaian kejadian motorik (misalnya,
berjalan, merangkak, duduk),menjatuhkan barang-barang, kecanggungan,
prestasi buruk dalam olahraga, atau tulisan tangan yang buruk.
B. Gangguan dalam criteria A secara bermakna mengganggu pencapaian
akademik atau aktivitas hidup sehari-hari.
C. Ganggguan bukan karena kondisi medis umum (misalnya, palsi serebral,
hemiplegia, atau distrofi otot) dan tidak memenuhi criteria untuk gangguan
perkembangan pervasive.
4

D. Jika terdapat retardasi mental, kesulitan motorik adalah melebihi dari apa yang
biasa menyertainya.
By; DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,ed 4.
Hak cipta American Psychiatric Association, Washington, 1994.
4.

GAMBARAN KLINIS
Pada masa bayi dan anak-anak awal gangguan mungkin bermanifestasi seperti

keterlambatan pekerbangan normal, seperti berputar, merangkak, duduk, berdiri,


berjalan, mengancingkan baju, dan mengunci resleting celana. Umur 2-4 tahun,
kecanggunagan tampak pada hampir semua aktivitas yang memerlukan koordinasi
motorik. Anak yang terkena tidak dapat memegang benda, dan mereka mudah
menjatuhkannya, gaya berjalan mereka tidak mantap, mereka seringkali tersandung
pada kakinya sendiri, dan mereka mungkin menabrak anak-anak lain saat berusaha
mendekati mereka.
Pada anak yang lebih besar gangguan koordinasi motorik mungkin terlihat
dalam permainan di meja, seperti mencocokkan kepingan gambar atau membangun
balok, dan pada tiap jenis permainan bola. Banyak anak dengan gangguan juga
memiliki gangguan bicara. Anak yang lebih tua mungkin juga memiliki masalah
kesulitan sekolah sekunder, termasuk masalah perilaku dan emosional, memerlukan
intervensi terapetik yang tepat.
5.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding adalah gangguan medis yang menghasilkan kesulitan

koordinasi (seperti palsi serebral dan distrofi muscular), gangguan perkembangan


pervasive, koordinasi biasanya tidak berdiri sebagai deficit dibandingkan dengan
keterampilan

lain.

Anak-anak

menunjukkan gangguan otot

dengan

gangguan

neuromuscular

mungkin

yang lebih global dibandingkan kecanggungan dan

keterlambatan kejadian motorik. Pada kasus tersebut, pemeriksaan neurologist


biasanya mengungkapkan deficit yang lebih luas dibandingkan yang ada pada
gangguan koordinasi motorik.
6.

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS


Beberapa penelitian menyatakan hasil bahwa anak yang memiliki kapasitas

intelektual rata-rata atau diatas rata-rata jauh lebih baik karena mereka mampu belajar
5

mengkompenssasi deficit koordinasinya. Kecanggungan menetap sampai masa remaja


dan kehidupan dewasa. Pada kasus berat yang tetap tidak terobati, pasien mungkin
memilki sejumlah komplikasi sekunder, seperti kegagalan berulang pada pekejaan
akademik dan non-akademik di sekoah, masalah berulang dalam berusaha bergabung
dengan teman sebaya dan ketidakmampuan bermain dan berolahraga. Masalah ini aka
menimbulkan frustasi.
7.

TERAPI
Terapi gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorik perceptual,

teknik latihan neurofisiologis untuk disfungsi motorik, dan pendidikan fisik yang
dimodifikasi. Teknik Montessori mungkin berguna bagi banyak anak prasekolah,
karena menekankan perkembangan keterampilan motorik. Masalh perilaku atau
emosional sekunder dan gangguan komunikasi yang terjadi bersamaan harus
ditangani dengan metode terapi yang sesuai. Tidak ada penelitian skala besar yang
telah melaporkan efek terapi, walupun penelitian kecil telah menyatakan bahwa
segala upaya pendekatan pelatihan keterampilan motorik adalah berguna.
Konseling dengan orangtua membantu menurunkan kecemasan dan rasa
bersalah pada orangtua terhadap gangguan anak dan meningkatkan kesadaran mereka,
yang memberikan keyakinan bagi mereka untuk membantu anak.

GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF

2.2

Gangguan perkembangan pervasif adalah kelompok kondisi psikiatri di amna


keterampilan social yang diharapkan, perkembangan bahasa, dan kejadian perilaku
tidak berkembang secara sesuai atau hilang pada masa anak-anak awal. Pada
umumnya, gangguan mempengaruhi berbagai bidang perkembangan, bermanifestasi
pada awal kehidupan dan menyebabkan disfungsi yang persisten. Menurut
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ketiga (DSM-III),
terdapat beberapa gangguan kategori gangguan perkembangan pervasive, dintaranya
adalah;

Gangguan Autistik

Gangguan Rett

Gangguan Disintegratif Masa Anak-anak

Gangguan Asperger
6

2.2.1

GANGGUAN AUSTISTIK

a.

SEJARAH
Tahun 1867 Henry Maudsley adalah dokter psikiatrik pertama yang

memberikan perhatian serius kepada anak-anak kecil dengan gangguan mental berupa
penyimpangan, keterlambatan, dan distorsi yang jelas pada proses perkembangan.
Pada awalnya semua gangguan tersebut dianggap sebagai psikosis.
Tahun 1943 Leo Kanner dalam tulisan klasiknya Autistic Disturbance of
Affective Contact, menyebutkan istilah autisme anfatil dan memberikan sumbangan
yang menyeluruh untuk sindroma masa anak-anak awal. Kanner mencurigai indroma
tersebut lebih sering terjadi dan menyatakan bahwa sering terjadi pengklasifikasian
antara gangguan autistic dan retardasi mental atau skizofrenik.
b.

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi. Gangguan autistic terjadi dengan angka 2 sampai 5 kasus per

10.000 anak (0.02-0.05%) dibawah usia 12 tahun. Jika retardasi mental berat dengan
cirri autistic dimasukkan, angka dapat meningkat sampai setinggi 20 per 10.000.
Jenis Kelamin. Tiga sampai lima kali lebih banyak anak laki-laki menderita
gangguan autistic dibandingkan dengan anak perempuan. Tetapi anak permpuan
cenderung meliki gangguan autistic lebih serius (tingkat lebih parah) dan lebih
mungkin memilki riwayat keluarga gangguan kognitif dibandingkan anak laki-laki.
c.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Gangguan autistic adalah suatu gangguan perkembangan perilaku. Walaupun

gangguan autistic pertama kali dianggap berasal dari psikologis atau psikodinamik,
banyak bukti-bukti yang terkumpul mendukung adanya subtrat biologis.
Factor psikodinamika dan keluarga. Kanner menulis bahwa beberapa orangtua
dengan anak-anak autistic memilki intelektual tinggi dan cenderung sedikit
mengekspresikan perhatian yang murni terhadap ank-anaknya. Tetapi temuan tersebut
tidak digunakan lagi, sama halnya dengan teori kekerasan dan penolakan orangtua
yang tidak jelas. Namun, beberapa anak autistic berespon terhadap stressor
psikososial, seperti kelahiran seorang adik atau pindah ke rumah baru.

Kelainan

organik-neurologis-biologis.

Kelainan

tersebut

adalah;

lesi

neurologis, rubella kongenital, fenilketonuria (PKU), sklerosis tuberosus dan


gangguan Rett. Anak autis menunjukkan banyak tanda komplikasi dibandingkan anak
normal dan anak-anak dengan gangguan lain. Temuan menyatakan komplikasi
kehamilan dalam trimester pertama sebagai salah satu penyebab autis. Kelainan yang
disertai setelah lahir mungkin mencerminkan migrasi sel yang abnormal dalam enam
bulan pertama gestasi. 4-32% orang autistik memiliki kejang grand mal dan kira-kira
20-25% orang autis menunjukkan pembesaran ventrikular. Berbagai kelainan
elektroensefalogram (EEG) ditemukan pada 10-83% anak autistik, walaupun kelainan
pada EEG bukan spesifik untuk gangguan autistik terdapat indikasi kegagalan
lateralisasi serebral. Suatu pemeriksaan otopsi menemukan penurunan hitung sel
purkinje dan pada penelitian lain terdapat peningkatan metabolisme kortikal difus
selama pemeriksaan tomografi emisi positron (PET).
Faktor genetik. Dalam beberapa penelitian antara 2-4% keluarga autistik
ditemukan terkena gangguan autistik. Angka kesesuaian gangguan autistik pada dua
penelitian besar tehadap anak kembar adalah 36% pada pasangan monozigotik
dibandingkan 0% pada pasangan dizigotik pada salah satu penelitian dan kira-kira
96% pada psangan monozigotik dibandingkan kira-kira 27% pada pasangan dizigotik
pada penelitian yang kedua. Tetapi pada penelitian kedua, zigositas ditegakkan hanya
pada kira-kira separuh sampel.
Faktor Imunologis. Beberapa bukti menyatakan bahwa inkompatibilitas
imunologi antara ibu dan embrio atau janin dapat menyebabkan gangguan autistik.
Faktor perinatal. Selama gestasi , perdarahan maternal setelah trimester
pertama dan mekanium dalam cairan amnion telah dilaporkan lebih sering ditemukan
pada anak autistik dibandingkan populasi umum. Dalam periode neonatus, anak
autistik memiliki insidenssi tinggi gawat pernapasan dan anemia noenatus. Beberapa
bukti menyatakan tingginya insidensi pemakaian medikasi selama kehamilan oleh ibu
dari anak autistik.
Temuan neuroanatomi. Lobus temporalis telah diperkirakan sebagai bagian
terpenting dalam otak yang mungkin abnormal dalam gangguan autistik. Perkiraan
tersebut didasarkan pada laporan sindroma mirip autistik pada beberapa ornag yang
mengalami kerusakan lobus temporalis. Temuan lain pada gangguanautistik adalah
penurunan sel purkinje di serebelum, kemungkinan menyebabkan kelainan atensi,
kesadaran dan proses sensorik.
8

Temuan biokimiawi. Sekurang-kurangnyan sepertiga pasien dengan gangguan


autistik mengalami peningkatan serotonin plasma.temuan ini tidak spesifik untuk
pasien autis. Pada beberapa anak autistik, peningkatan homovanillic acid (suatu
metabolit utama dopamin) dalam cairan serebrospinalis. Beberapa bukti menyatakan
bahwa keparahan gejala menurun saat rasio 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA,
Metabolit seronin) cairan serebrospinal terhadap hemovanillac acid cairan
serebrospinal mungkin berbanding terbalik dengan kadar serotinin darah.
d.

DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS


Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Autistik;

A. Total enam (atau lebih) hal dari (1), (2), dan (3), dengan sekurangnya dua dari (1),
dan masin-masing satu dari (2) dan (3);
1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh
sekurang-kurangnya dua dari berikut:
a) Gangguan jelas dalam penggunaan peilaku nonverbal multipel
seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak-gerik
untuk mengatur interaksi sosial
b) Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sesuai menurut tingkat perkembangan
c) Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat,
atau pencapaian dengan orang lain (misalnya, tidak memamerkan,
membawa atau menunjukkan benda yang menarik minat)
d) Tidak ada timbal balik sosial atau emosional
2) Gangguan kualitatif dalam komunikasi seperti yang ditunjukkan oleh
sekurang-kurangnya satu dari berikut;
a) Keterlambatan dalam atau sama sekali tidak ada, perkembangan
bahasa ucapan (tidak disertai oleh usaha untuk berkompensasi
melalui cara komunikasi lain seperti gerak-gerik atau mimik)
b) Pada individu dengan bicara yang adekuat, gangguan jelas dalam
kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan
dengan orang lain
c) Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara stereotipik dan
berulang

d) Tidak adanya berbagai mainan khayalan atau permainan pura-pura


sosial yang spontan yang sesuai menurut tingkat perkembangan
3) Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik,
seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut;
a) Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan
terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya
b) Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual
yang spesifik dan non-fungsional
c) Manerisme

motorik

stereotipik

dan

berulang

(misalnya,

menjentikkan atau memuntirkan tangan atau jari atau gerakan


kompleks seluruh tubuh)
B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada sekurangnya satu bidang berikut,
dengan onset sebelum usia 3 tahun; (1) interaksi sosial, (2) bahasa yang digunakan
dalam komunikasi sosial, atau (3) permainan simbolik atau imaginatif
C. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan disintegratif masa kanakkanak.
By; DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,ed 4.
Hak cipta American Psychiatric Association, Washington, 1994.
KARAKTERISTIK FISIK
PENAMPILAN. Usia 2-7 tahun, mereka cebderung lebih pendek dibandingkan
populasi normal.
TANGAN DOMINAN. Banyak anak autis yang mengalami kegagalan laterisasi.
Yaitu, mereka tetap ambidekstrosus pada suatu usia saat dominansi serebral
ditegakkan pada anak normal. Anak autistic juga memiliki insiden tinggi
dermatoglifik abnormal (contoh;sidik jari) dibandingkan populasi umum, yang
mungkin mengarahkan gangguan pada perkembangan neuroektodermal.
PENYAKIT FISIK PENYERTA. Insidensi yang tinggi mengalami infeksi saluran
pernafasan bagian atas, bersendawa yang berlebihan, kejang demam, konstipasi
dan gerakan usus yang kendur dibandingkan control. Ank-anak autis biasanya
tidak mengeluh rasa sakit secara verbal atau dengan isyarat, dan tidak
menunjukkan malaise pada anak yang sakit. Perilaku dan keakrabannya mungkin

10

membaik dengan derajat yang jelas jika merasa sakit dan pada beberapa kasus hal
tersebut adalah petunjuk adanya penyakit fisik.
KARAKTERISTIK PERILAKU
GANGGUAN KUALITATIF PADA INTERAKSI SOSIAL
Semua anak autistic gagal menunjukkan keakraban yang lazim terhadap
orangtua mereka dan orang lain. Anak autis tidak bias membedakan orangtunya dan
orang lain, setiap orang dianggap sama. Tidak mau digendong apabila ada orang
dewasa yang mendekat serta tidak pernah ditemukan senyum dibibirnya. Mereka
hamper tidak menunjukkan rasa cemas ketika ditinggal orang tuanya dan berada di
tempat asing baginya. Jika anak autis telah memasuki usia sekolah terlihat kegagalan
dirinya dalam bermain sesame teman sebayanya. Pada masa remaja akhir, orang autis
memiliki keinginan untuk bersahabat, tetapi

karena kecanggungannya sehingga

mereka tidak mampu. Remaja denagan autistic memiliki perasaan seksual, namun
tidak ada kompetensi dan keterampilan social menghalangi mereka untuk
mengembangkan hubungan seksual. Sangat jarang bagi orang autistic untuk menikah.
GANGGUAN KOMUNIKASI DAN BAHASA
Hal ini adalah salah satu kriteria utama untuk mendiagnosis gangguan autistik.
Anak-anak autistik bukan hanya enggan untuk bicara dan kelainan bicara mereka
bukan karena tidak adanya motivasi. Anak autistik tidak kompeten dalam kompetensi
sosial dan percakapan mereka tidak ditandai oleh timbal balik. Dalam tahun pertama
kehidupan, beberapa anak autis mengeluarkan bunyi-bunyi klik suara, pekikan dan
suku kata tanpa arti. Anak autis verbal leebih banyak menggunakan kata-kata yang
tidak dimengerti olehnya. Pembicaraan mereka mengandung ekolalia atau frasa
stereotipik di luar konteks. Kelainan tersebut sering disertai dengan pembalikan kata
sebutan; Kamu ingin mainan? saat ia bermaksud mengiginkan mainan. Kesulitan
dalam artikulasi juga ditemukan. Beberapa anak yang paling cerdas menunjukkan
minatnya pada angka dan huruf, serta belajar membaca sendiri tanpa pernah mengerti.
PERILAKU STEREOTIPIK
Aktivitas atau permainan anak autis jika ada adalah kaku dan monoton.
Mereka sering memutarkan, membanting dan membariskan benda. Pada tingkatan
yang tinggi, mereka menunjukkan beberapa kelainan gerakan. Stereotipik, manerisme
11

dan seringai adalah yang sering kali terlihat dan dapat menurun pada situasi
terstruktur.
KETIDAKSTABILAN MOOD DAN AFEK
Beberapa anak dengan gangguan autistik menunjukkan perubahan emosional
yang tiba-tiba dengan ledakan tawa atau tangisan tanpa terlihat alasan dan tidak
mengekspresikan pikiran yang sesuai dengan afek.
RESPON TERHADAP STIMULASI SENSORIK
Anak-anak autistik mungkin responsif secara berlebihan atau kurang responsif
pada stimulasi sensorik (misalnya suara dan nyeri). Mereka mungkin secara selektif
mengabaikan ucapan yang diarahkan padanya, sehingga sering diduga tuli. Banyak
yang menagalami peningkatan ambang nyeri dan perubahan respon nyeri. Anak autis
mungkin melukai dirinya sendiri dengan parah dan tidak menangis. Juga banyak anak
autis yang menikmati musik.
GEJALA PERILAKU LAIN
Hiperkinesis adalah masalah perilaku yang sering terjadi pada anak autistik yang
muda. Perilaku melukai diri sendiri adalah berupa membentur kepala, menggigit,
mencakar, dan menarik rambut. Selain itu, insomnia,enurosis dan enkopresis dan
enkopresis juga sering ditemukan.
e.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding utama adalah skizofrenia dengan onset masa anak-anak,

retardasi mental dengan gejala perilaku, gangguan bahasa reseptif/ekspresifcampuran,


ketulian congenital atau gangguan pendengaran yang parah, pemutusan psikososial
dan psikosis disintegrative (regresif).
Prosedur untuk diagnosis banding pada sistem multiaksial
1. Tentukan tingkat intelektual
2. Tentukan tingkat perkembangan bahasa
3. Pertimbangkan apakah perilaku anak sesuai dengan

12

i.

Usia kronologis

ii.

Usia mental

iii.

Usia bahasa

4. Jika tidak sesuai, pertimbangkan diagnosis banding gangguan psikiatrik

menurut
i.

Pola interaksi social

ii.

Pola bahasa

iii.

Pola permainan

iv.

Perilaku lain

5. Kenali tiap kondisi medis yang relevan


6. Pertimbangkan apakah terdapat ada factor psikososial yang relevan

Karena anak-anak dengan gangguan perkembangan pervasive biasanya


memiliki banyak masalah penyerta.
Skizofrenia dengan onset masa anak-anak. Walaupn tersedia luas literature
untuk gangguan autistic, terdapat sdikit data tentang anak dibawah usia 12 tahun yang
memenuhi criteria diagnosis untuk autistic. Jika kedua gangguan ditemukan,
keduanya harus didiagnosis. Cirri utamahalusinasi atau waham, dengan insidensi
kejang dn retardasi mental yang lebih rendah dan dengan I.Q yang lebih tinggi
dibandingkan anak autistic.
Retardasi mental dengan gejala perilaku. Kira-kira 40% anak autistic adalah
teretardasi sedang, berat atau sangat berat dan anak yangteretardasi mungkin memiliki
gejala perilaku yang temasuk ciri utama yang membedakan antara gangguan autistic
dan retardasi mental adalah bahwa : anak teretardasi mental biasanya berhubungan
dengan orang tua atau anak-anak lain dengan cara yang sesuai dengan umur
mentalnya, mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain dan
mereka memiliki sifat gangguan yang relative tetap tanpa pembelahan fungsi.

13

Gangguan bahasa reseptif / ekspresif campuran, memiliki cirri mirip


autistic.
Afasia didapat dengan kejang adalah kondisi yang jarang yang kadang
kadang sulit dibedakan dari gangguan autistic dan gangguan disintegrative masa anakanak. Anak-anak tersebut normal dalam beberapa tahun sebelum kehilangan bahasa
reseptifnya dan ekspresifnya selama periode beberpa minggu atau bulan. Sebagian
dari mereka mengalami kejang.gangguan dalam peahaman bahasa terjadi ditandai
oleh pola berbicara yang menyimpang.
Ketulian congenital /gangguan pendengaran yang parah. Anak anak autis
sering tidak minat bebicara mereka sering dianggap tuli.anak yang tuli berespon
hanya terhadap suara keras atau normal dan berespon hanya terhadap suara yang
lunak atau lemah.
Pemutusan pikososial, gangguan parah dalam lingkungan fisik dan
emosional dapat menyebabkan anak

tampak apatis, menarik diri dan terasing.

Keterampilan bahasa dan motorik terhambat, dan bisa cepat membaik jika
ditempatkan dilingkungan ssosial yang menyenangkan.
f.

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS


Beberapa nank autistic menderita kehilangan semua atau beberapa bicara yang

ada sebelumnya, pada usia 12-24 bulan. Sebagai aturan umum, anak-anak
autistikdengan I.Q diatas 70 dan mereka yang menggunakan bahasa komunikatif pada
usia 5-7tahun memiliki prognosis yang terbaik. Pada 2/3 orang dewasa autistic tetap
mengalami kecacatan parah dan hidup dalam ketergantungan penuh atau setengah
tergantung. Baik dengan sanak saudara. Hanya 1-2& yang mencapai status normal
dan ambang. Prognosis membaik jika lingkungan atau rumah adalah suportif dan
mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut yang sangat banyak.
g.

TERAPI
Tujuannya adalah menurunkn gejala perilaku dan membantu perkembangan

fungsi yang terlambat, rudimenter atau tidak ada, seperti keterampilan bahasa dan
merawat diri sendir. Disamping itu, orang tua yang sering kecewa memerlukan
bantuan dan konseling.

14

Latihan diruang kelas yang terstruktur dalam kombinasi dengan metoda


perilaku adalah metoda terapi yamng paling efektif untuk banyak anak autistic dan
lebih unggul dibandingkan tipe pendekatan perilaku lainnya. Penelitian yang
terkendali baik menunjukkan bahwa peningkatan dalam bidang bahasa dan kognisi
dan penurunan perilaku maladaptive dicapai dengan program perilaku yang konsisten.
Melatih dengan cermat orang tua dalam konsep dan keterampilan modifikasi perilaku
dan menghilangkan keprihatinan orang tua dapat memberikan keuntungan yang cukup
besar dalam bidang bahasa, kognitif dan social dari perilaku, tapi program latihan
melelahkan dan memerlukan banyak waktu orang tua.
Walaupun tidak ada obat yang ditemukan spesisik untuk gangguan autistic,
psikofarmakoterapi adalah tambahan yang berguna bagi program terapi menyeluruh.
Pemberian haloperidol menurunkan gejala perilaku dan mempercepat belajar.lithium
dapat dicoba untuk perilaku agresif atau melukai diri sendiri jika medikasi lain gagal.

2.2.2

GANGGUAN RETT
Pada tahun 1965 Andreas Rett, seorang dokter Austria, mengenali suatu

sindroma pada 22 anak perempuan yang tampaknya memiliki perkembangan normal


selama periode sekurangnya 6 bulan,diikuti oleh pemburukan perkembangan yang
menakutkan
Penyebab gangguan rett tidak diketahui, walaupun perjalanan penyakit yang
memburuk secara progresif setelah periode awal yang normal adalah sesuai dengan
gangguan metabolic. Pada sebagian kecil ditemukan hiperamonemia.kemungkinan
gangguan rett mamiliki dasar genetic.
a.

Diagnosis dan gambaran klinis


Lima bulan pertama setelah lahir, bayi memiliki keterampilan motorik yang

sesuai dengan usia, lingkaran kepala normal dan pertumbuhan normal. Pada umur 6
bulan sampai 2 tahun anak-anak mengalami ensefalopati progresif, dengan sejumlah
cirri karakteristik . tanda sering kali berupa hilangnya gerakan tangan yang bertujuan,
yang digantikan oleh gerakan stereotipik, seperti memuntirkan tangan, hilangnya
bicara yang sebelumnya telah didapatkan, retardasi psikomotor, atau ataksia. Gerakan
stereotipik lain pada tangan dapat terjadi, seperti menjilat atau menggigit jari dan
gerakan menepuk atau menjentik. Pertumbuhan lingkaran kepala melambat, yang
15

menyebabkan mikrosefali. Semua keterampilan bahasa hilang dan keterampilan


komunikatif reseptif maupun akspresif dan social tampaknya mendatar pada tingkat
perkembangan antara 6 bulan dan 1 tahun. Koordinasi otot yang buruk dan gaya
berjalan memiliki kualitas yang tidak mantap dan kaku.
Ciri penyerta adalah kejang pada 75% anak yang terkena.penyerta tambahan,
respirasi yang ireguler, dengan episode hiperventilasi, apnea, dan menahan nafas.
Disorganisasi bernafas terjadi pada sebagian besar pasien saat mereka terjaga, saat
tidur pernapasan biasanya normal. Banyak juga yang menderita skoliosis. Saat
gangguan memberat, tonus otot tampaknya meningkat dari kondisi hipotonik pada
awalnya menjadi spastisitas sampai rigiditas. Walaupun dapat hidup dengan baik
namun setelah 10 tahun gangguan, banyak pasien hidup diatas kursi roda, dengan
kelemahan otot, rigiditas dan hamper tidak ada kemampuan berbahasa. Keterampilan
komunikasi reseptif dan ekspresif dan sosialisasi jangka panjang tetap pada tingkat
perkembangan yang kurang dari 1 tahun.
Kriteria diagnostik untuk gangguan rett
A. Semua berikut:
1) Perkembangan prenatal yang tampaknya normal
2) Perkembangan psikomotor yang tampaknya normal selama lima

bulana pertama setelah lahir.


3) Lingkaran kepala yang nomal saat lahir
B. Onset semua berikut ini setelah periode perkembangan normal:
1) Pertambahan pertumbuhan kepala antara usia 5 dan 48 bulan
2) Hilangnya keterampilan tangan bertujuan yang sebelumnya telah

dicapai antara usia 5 dan 30 bulan dengan diikuti perkembangan


gerakan tangan stereotipik
3) Hilangnya keterlibatan social dalam awal perjalanan
4) Terlihatnya

gaya berjalan
terkoordinasi secara buruk.

atau

gerakan

batang

tubuh

yang

5) Gangguan parah pada perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif

dengan retardasi psikomotor yang parah.


b.

Diagnosis banding
16

Bebrapa anak dengan gangguan rett mendapatkan diagnosis awal dengan


gangguan autistic karena adanya ketidakmampuan yang jelas dalam interaksi social
pada kedua gangguan tersebut. Pada gangguan rett anak menunjukkan pemburukan
kejadian perkembangan, lingkaran kepala dan pertumbuhan keseluruhan, pada
gangguan autistic, penyimpangan perkembangan pada sebagian besar kasus terjadi
sejak awal. Pada gangguan rett gerakan tangan yang spesifik dan karakteristik selalu
ditemukan, pada gangguan autistic berbagai menerisme tangan mungkin terjadi atau
tidak. Koordinasi yang buruk, ataksia dan apraksia merupakan bagian dari gangguan
rett yang ditemukan. Pada gangguan rett, kemampuan verbal biasanya hilang sama
sekali, pada gangguan autistk, tidak ada disorganisasi pernapasan yang ditemukan dan
kejang tidak berkembang pada sebagian besar pasien jika kejang berkembang
kemungkinan lebih sering terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa anakanak.

c.

Perjalanan penyakit dan prognosis

Prognosis tidak diketahui sepenuhnya tetapi pasien tersebut yang hidup sampai masa
dewasa tetap pada tingkat kognitif dan social yang sama dengan tingkat pada tahun
pertama kehidupan.
d.

Terapi
Fisioterapi telah bermanfaat bagi disfungsi otot dan terapi antikonvulsan

biasanya diperlukan untuk mengendalikan kejang. Terapi perilaku berguna untuk


mengendalikan perilaku melukai diri sendiri dan dapat membantu mengatur
disorganisasi pernapasan.

2.2.3

GANGGUAN DISINTEGRATIF MASA ANAK-ANAK


Dikenal juga dengan sindrom Heller dan psikosis disintegrative ahun 1908

sebagai pemburukan selama beberapa bulan pada fungsi intelektual , social, dan
bahasa yang terjadi pada anak dengan usia 3 dan 4 tahun dengan fungsi yang
sebelumnya adalah normal.
a.

Etiologi
17

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi gangguan telah berhubungan dengan


kondisi neurologis lain, termasuk gangguan kejang, sklerosis, dan berbagai gangguan
metabolic.
b.

Diagnosis dan gambaran klinis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan karakteristik usia, gambaran klinis, dan

perjalanan penyakit. Cirri inti dari gangguan adalah hilangnya keterampilan


komunikasi, regresi yang jelas pada interaksi timbal balik. Gejala afektif sering
ditemukan, terutama kecemasan, dan regresi kecakapan dalam menolong diri sendiri.
Untuk mendapatkan diagnosis anak harus menunjukkan kehilangan keterampilan
dalam dua bidang : bahasa , perilaku social atau adaptif dan keterampilan motorik.
Diagnosis banding
Yaitu gangguan autistic dan gangguan rett. Sebelum onset gangguan
disintegrative masa anak-anak (terjadi pada usia 2 tahun atau lebih), bahasa sudah
berkembang sampai pembentukan kalimat. Kalau pada gangguan autistic, bahasa
biasanya tidak melebihi atu kata atau frase. Tetapi jika terjadi gangguan, anak-anak
dengan gangguan disintegrative masa anak-anak lebih mungkin tidak memiliki
kemampuan berbahasa dibandingkan pasien gangguan autistic yang berfungsi baik.
Pada gangguan rett pemburukan terjadi lebih awal dibandingkan gangguan
disintegrative masa anak-anak dan gerakan tangan stereotipik yang karakteristik
untuk gangguan rett tidak terjadi pada gangguan disintegrative masa anak-anak.
c.

Perjalanan penyakit dan prognosis


Sebagian besar tetap pada retardasi mental yang sekurangnya sedang.

d.

Terapi
Terapinya sama dengan untuk gangguan autistic.

2.2.4

GANGGUAN ASPERGER
Pada tahun 1944 Hans A sperger, seorang dokter Austria, menggambarkan

suatu sindroma yang dinamakan psikopati autistic. Gambaran awalnya adalah orang
dengan intelegensia normal yang menunjukkan gangguan kualitatif dalam interaksi
18

social timbale balik dan keanehan perilaku tanpa keterlambatan dalam perkembangan
bahasa.
a.

Etiologi
Penyebab gangguan asperger tidak diketahui, tetapi penelitian menyatakan

kemungkinan hubungan dengan gangguan autistic.


b.

Diagnosis dan gambaran klinis


Gambaran klinis sekurangnya dua indikasi gangguan : gaya komunikatif non

verbal yang jelas abnormal,kegagalan mengembangkan hubungan dengan teman


sebaya, tidak adanya timbale balik social atau emosional dan gangguan kemampuan
untuk mengekspresikan kesenangan atas kebahagiaan orang lain, minat yang terbatas
dan pola perilaku selalu ditemukan.
c.

Diagnosis banding
Yaitu gangguan autistic, gangguan perkembangan perfasif yang tidak

ditentukan dan pada pasien yang mendekati masa dewasa, gangguan kepribadian
schizoid. Yang paling jelas adalah criteria tentang keterlambatan dan disfungsi bahasa.
Tidak adanya keterlambatan bahasa adalah persyaratan untuk gangguan asperger,
tetapi gangguan bahasa adlah gangguan inti dari gangguan autistic.
d.

Perjalanan penyakit dan prognosis


Factor yang berhubungan dengan prognosis yang baik adalah I.Q normal dan

tingkat keterampilan social yang tinggi.


Untuk pasien dengan gangguan social yang parah, beberapa teknik yang sama
dengan yang digunakan untuk gangguan autistic kemungkinan bermanfaat dalam
terapi gangguan asperger.

2.2.5

GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF YANG TIDAK

DITENTUKAN
Gangguan tersbut harus didiagnosis, jika seorang anak menunjukkan
gangguan kualitatif dalam perkembangan interaksi social timbale balik dan
19

keterampilan komunikasi verbal dan nonverbal tetapi tidak memenuhi criteria untuk
gangguan perkembangan pervasive lainnya, skizofrenia, atau gangguan kepribadian
skizotipal.
Terapi
Pendekatan

terapi,

sama

dengan

gangguan

autistic.

Sekolah

bisa

dimingkinkan. Dibandingkan dengan anak-anak autistic, anak-anak dengan gangguan


perkembangan pervasive yang tidak ditentuka biasanya memiliki keterampilan
berbahasa yang lebih baik dan lebih menyadari dirinya sendiri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Gangguan Autistik
20

1. Gangguan autistik adalah suatu gangguan perkembangan perilaku. Beberapa fakor


yang menyebabkan terjadinya gangguan autistik sebagai berikut :
Faktor psikodinamika dan keluarga
Kelainan organik-neurologis-biologis
Faktor genetik
Faktor imunologi
Faktor perinatal
Temuan neuroanatomi
Temuan biokimiawi
2. Karateristik fisik pada anak autistik :
Anak antara usia 2 dan 7 tahun, mereka cenderung lebih pendek dibandingkan
populasi normal.
Tangan dominan
Insiden mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas lebih tinggi
Bersendawa berlebihan
Kejang, demam, konstipasi dan gerakan usus yang kendur
Mungkin sebagian anak autistik tidak menunjuk malaise seperti pada anak
sakit.
3. Karakteristik perilaku pada anak autistik :
Gangguan kualitatif pada interaksi sosial
Gangguan komunikasi dan bahasa
Perilaku Stereotipik
Ketidakstabilan mood dan afek
Respon terhadap stimulasi sensorik
Gejala perilaku lain : Hiperkinesis
4. Fungsi intelektual pada anak autistik, kira-kira 40% anak-anak dengan autisme
memiliki intelegensia (IQ) dibawah 50-55 (retardasi mental sedang, berat, atau sangat
berat), 30 % memiliki nilai 50-70 (retardasi mental ringan) dan 30% memiliki nilai 70
atau lebih. Kira-kira seperlima anak autistik memiliki kecerdasan normal.
21

5. Diagnosis banding gangguan autistik adalah skizofrenia.


6. Terapi pada gangguan autistik bertujuan untuk menurunkan gejala perilaku dan
membantu perkembangan fungsi yang terlambat, rudimenter, atau tidak ada, seperti
keterampilan bahasa dan merawat diri-sendiri. Terapi yang terpilih yaitu metoda
pendidikan. Terapi tambahan yaitu psikofarmakoterapi dengan memberikan obat,
seperti : haloperidol, fenfluramine, naltroxone dan lithium.

a. Gangguan asperger
Gangguan Asperger adalah suatu sindroma yang dinamakan psikopati autistik.
Ganguan Asperger awalnya adalah orang dengan intelegensia normal yang
menunjukkan gangguan kualitatif dalam interaksi sosial dan keanehan perilaku
tanpa keterlambatan dalam perkembangan bahasa.
Indikasi gangguan sosial kualitatif berikut ini : gaya komunikatif nonverbal
yang jelas abnormal, kegagalan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya, tidak adanya timbal balik sosial atau emosional dan kemampuan untuk
mengekspresikan kesenangan atas kebahagian orang lain.

22

Anda mungkin juga menyukai