Anda di halaman 1dari 30

Abortus Imminens dan Hiperemesis Gravidarum

Oleh :
Laberna Shandra P.
(11-2013-258)
Pembimbing:
dr. FX Widiarso, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI-GINEKOLOGI


PERIODE 23 SEPTEMBER 2014 29 NOVEMBER 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
2014

29

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS

Nama

: Laberna Shandra P.

NIM

: 11.2013.258

Dr pembimbing / penguji

: Dr. FX. Widiarso, Sp.OG

Tanda tangan :

A. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. OH
Umur : 26 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIP0A0)
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sunggingan RT 03, RW 03 Kudus

Jenis kelamin : Perempuan


Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Masuk Rumah Sakit : 20 Oktober 2014
Pukul 09.00 WIB

Nama suami

: Tn. S

Umur

: 27 tahun

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Sunggingan RT 03, RW 03 Kudus

Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 20 Oktober 2014 Pukul 09.00 WIB
Keluhan utama
Pasien mengatakan keluar flek-flek coklat, disertai mual-mual dan muntah sejak tiga
hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita berusia 26 tahun, hamil 8 minggu, datang ke poliklinik kandungan dan
kebidanan Rumah Sakit Mardi Rahayu dengan keluhan keluar flek-flek coklat disertai mualmual dan muntah sejak 3 hari SMRS. Pasien muntah tiga hari berturut-turut. Dalam satu hari

29

pasien muntah sebanyak lebih dari 3 kali. Sebelum datang ke RS paginya muntah sebanyak
dua kali. Pasien mengeluh pusing, dan mual-mual.
Pasien tidak memiliki nafsu makan yang baik. Setiap mencoba untuk makan pasien
merasa ingin muntah. Selama 2 hari pasien belum BAB. BAK dalam sehari hanya tiga kali.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis. Pasien tidak pernah operasi. Ini merupakan
kehamilan yang pertama. Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. Pasien memiliki HPHT
20 Agustus 2014, saat ini pasien hamil 8 minggu.
Riwayat Kehamilan
Pasien rajin melakukan ANC di bidan dengan teratur. Tidak ada masalah yang ditemukan.
Riwayat Haid
Menarche

: 12 tahun

Siklus

: 20 hari

Lama

: 5 hari

Dismenorrhea

: (-)

Leukorrhea

: (-)

Menopause

: (-)

HPHT

: 20 Agustus 2014

HPL

:-

- Perkawinan 1 kali
- Menikah usia

: 26 tahun

- Lama menikah

: 3 bulan

- Riwayat KB

:-

Riwayat Kehamilan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil

Usia

ke

kehamilan persalinan
Hamil ini 8 -

Jenis

Penyulit
-

Penolong

Jenis

BB/TB

Umur

kelamin
-

lahir
-

sekarang
-

minggu
Riwayat Penyakit Dahulu

Os tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.

Tidak pernah menderita penyakit jantung, kencing manis, asma dan alergi.

29

Os tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing
manis, asma dan alergi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 84x/menit

Pernafasan

: 20x/menit

Suhu

: 36,5oC

Mata

: Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-

Telinga

: Tidak tampak kelainan

Hidung

: Tidak tampak kelainan

Mulut/gigi

: Tidak tampak kelainan

Leher

: Tidak tampak pembesaran KGB dan tiroid

Jantung

: BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)

Thorak

: Suara napas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

: Nyeri tekan suprapubik (+)

Ekstremitas

: Edema -/-

Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Wajah
Payudara
Abdomen

: Chloasma gravidarum (-)


: Pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+), puting
susu menonjol (+), pengeluaran ASI (-)
: Linea nigra (-) striae gravidarum (-), sikatrik (-), bekas operasi laparotomi(-),
TFU setinggi symphisis pubis

Periksa Dalam
-

Flx (+), fl (-)

V/U/V : tak ada kelainan

29

Portio : sebesar jempol tangan

OUE tertutup

Corpus uteri sebesar telur bebek

Adnexa : tak ada kelainan

Cavum Douglas : tak ada kelainan

Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
-

Golongan Darah / Rh
Waktu pendarahan/BT
Waktu pembekuan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit

O/Positif
1.30 menit
3.3 menint
12. 5 gram/dL
10. 9ribu
36,2%
337 ribu

Kimia
Gula darah sewaktu

93 mg/dl

Imunoserologi
HbsAg

Negatif

USG abdomen
Kantong kehamilan tampak janin. Ukuran kantong kehamilan sesuai dengan umur kehamilan
saat ini.
Ringkasan/Resume
Wanita berusia 26 tahun, hamil 8 minggu, datang ke poliklinik kandungan dan
kebidanan Rumah Sakit Mardi Rahayu dengan keluhan keluar flek-flek coklat disertai mualmual dan muntah sejak 3 hari SMRS. Pasien muntah tiga hari berturut-turut. Dalam satu hari
pasien muntah sebanyak lebih dari 3 kali. Pasien mengeluh pusing, dan mual-mual. Pasien
tidak memiliki nafsu makan yang baik. Setiap mencoba untuk makan pasien merasa ingin
muntah. Selama 2 hari pasien belum BAB. BAK dalam sehari hanya tiga kali. Pasien tidak
ada riwayat penyakit kronik dan riwayat operasi. Ini merupakan kehamilan yang pertama.
Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. Pasien memiliki HPHT 20 Agustus 2014, saat ini
pasien hamil 8 minggu.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan nyeri tekan suprapubik. Pada pemeriksaan
fisik ginekologi didapatkan Flx (+), Fl (-), V/U/V tak ada kelainan, portio sesuai jempol

29

tangan, OUE tertutup, corpus uteri sebesar telur bebek, adnexa dan cavum douglas tak ada
kelainan.
Pada pemeriksaan laboraturium darah dalam batas normal. Pemeriksaan USG
abdomen menunjukkan gambaran uterus membesar, terdapat kantung gestasi sesuai dengan
usia kehamilan.
Riwayat Haid
Menarche

: 12 tahun

Siklus

: 20 hari

Lama

: 5 hari

HPHT

: 20 Agustus 2014

HPL
:Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 84x/m
Pernapasan : 20x/m
: 36,5oC

Suhu

Diagnosis Kerja
GI P0 A0 26 tahun hamil 8 minggu dengan abortus imminens dan hiperemesis gravidarum
Pengelolaan

IVFD RL 20 tetes per menit + ondansentron 1 amp

Cygest (progesteron) 2x 400 mg

Inpepsa (Sucralfate) 4 x 2 sendok takar

Mediamer (B6) 3 x 1

Fetavita (multivitamin) 1 x 1

Diet

Bed rest

Follow Up
21 Oktober 2014, pukul 08.00 WIB
S : Pusing, lemas, mual, muntah 4x, keluar flek coklat ada namun sudah tinggal sedikit
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis

29

TD
Nadi
RR
Suhu
Mata
Jantung
Abdomen
Thorax
PPV

: 110/60 mmHg
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: 36,7C
: sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
: BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
: membuncit, nyeri tekan (-), bekas operasi (-), bising usus (+), normal
: SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
: (+) Flek coklat

A : GIP0 A0, umur 26 tahun, dengan abortus immenes dan hiperemesis gravidarum
P :
o RL 20 tetes per menit + ondansentron 1 amp
o Cygest (progesteron) 2x 400 mg
o Inpepsa (Sucralfate)4 x 2 sendok takar
o Mediamer (B6) 3 x 1
o Fetavita (multivitamin) 1 x 1
o Diet
o Bed rest

22 Oktober 2014, pukul 08.00 WIB


S : Pusing, lemas, sulit makan karena mual yang berlebihan, muntah 2x, flek coklat (-),
perut bagian bawah terasa kencang.
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
TD
: 100/60 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,8C
Mata
: sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Jantung
: BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax
: SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: membuncit, nyeri tekan (-), bekas operasi (-), bising usus (+), normal
PPV
: (-) Flek coklat
A : GIP0 A0, umur 26 tahun, dengan abortus immenes dan hiperemesis gravidarum
P :
o RL 20 tetes per menit + ondansentron 1 amp
o Cygest (progesteron) 2x 400 mg
o Inpepsa (sucralfate) 4 x 2 sendok takar
o Mediamer (B6) 3 x 1
29

o Fetavita (multivitamin) 1 x 1
o Diet
o Bed rest
23 Oktober 2014, pukul 08.00 WIB
S : Pusing, lemas, sudah bisa makan walau masih mual, muntah 2x, flek coklat (-)
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
TD
: 110/60 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5C
Mata
: sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Jantung
: BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax
: SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: membuncit, nyeri tekan (-), bekas operasi (-), bising usus (+), normal
PPV
: (-)
A : GIP0 A0, umur 26 tahun, dengan abortus immenes dan hiperemesis gravidarum
P :
o RL 20 tetes per menit + ondansentron 1 amp
o Cygest (progesteron) 2x 400 mg
o Mediamer (B6) 3 x 1
o Fetavita (multivitamin) 1 x 1
o Diet
o Bed rest
o Boleh pulang
Edukasi :

Kontrol kehamilan setiap bulan ke pelayanan kesehatan

Istirahat yang banyak dan jangan terlalu lelah

Diet makanan : menghindari makanan yang memicu mual dan muntah seperti
santan, makanan berlemak.

29

TINJAUAN PUSTAKA

ABORTUS

Abortus merupakan suatu proses berakhirnya suatu kehamilan dimana janin belum mampu
hidup di luar rahim (belum viable); dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Klasifikasi abortus
1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis.
2. Abortus buatan, (Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) yaitu:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau abortus
therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya adalah penyakit
jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim
ahli yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri atau psikolog.
b. Abortus buatan kriminal ( Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan
dilarang oleh hukum, atau dilakukan olehyang tidak berwenang.

Secara klinis abortus dibedakan menjadi : 1) abortus immens (keguguran mengancam), 2)


abortus insipiens (keguguran berlangsung), abortus inskompletus (keguguran tidak lengkap),
abortus kompletus (keguguran lengkap), abortus tertunda (missed abortion), abortus
habitualis (keguguran berulang). 1

Abortus Iminens
Threatenes abortion, ancaman keguguran
Didiagnosis bila seseorang wanita hamil < 20 minggu mengeluarkan darah sedikit per
vaginam. Pendarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai
sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Setengah dari
29

abortus iminens akan menjadi abortus komplet atau inkomplet, sedangkan pada sisanya
kehamilan akan terus berlangsung. Beberapa kepustakaan menyebabkan adanya risiko untuk
terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim ( intrauterine growth
retardation) pada kasus seperti ini.
Pendarahan sedikit pada hamil muda mungkin disebabkan oleh hal-hal lain, misalnya
placental sign ialah perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta.
Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai
beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus
mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis; nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah
yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul; atau rasa tidak nyama atau nyeri tumpul
di garis tengah suprapubis. Pencitraan dengan USG berguna untuk menentukan kesejahteraan
janin. 2
Terapi dengan bed rest total, obat hormonal, antispasmodika. Observasi kehamilan.

Gambar 1. Abortus imminens

Abortus Insipien
Abortus insipien (abortus sedang berlangsung) didiagnosis apabila wanita hamil
sebelum 20 minggu ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks
sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan
dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebakan infeksi

29

sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan
kehamilan pada keadaan ini merupakan indikasi kontra.
Terapinya berprinsip pada dilakukan evakuasi atau pembersihan kavum uteri (DK
atau suction curretage ) sesegera mungkin. 2

Gambar 2. Abortus insipien

Abortus Inkomplet
Abortus inkomplet proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui
jalan lahir tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Abortus inkompletus
ditangani hampir sama dengan abortus insipien, kecuali jika pasien dalam keadaan syok
karena perdarahan banyak. Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan
membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim
yang dianggap sebagai benda asing. Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya
dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada
abortus insipien. Pada beberapa kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks
akan menutup kembali. 2
Pengelolaan dengan memperbaiki keadaan umum: bila syok atasi syok harus
dilakukan resusitasi cairan (bahkan mungkin perlu tranfusi); bila Hb < 8 gr% tranfusi.
Evakuasi, uretonik dan antibiotik selama tiga hari. DK (dilatasi dan kuretase dapat dilakukan
setelah syok teratasi. 2

Abortus Kompletus
Abortus kompletus adalah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah
keluar melalui jalan lahir. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pengamatan
(minimal 1 jam) adanya perdarahan lebih lanjut mungkin sudah memadai. Jika terdapat hasil
29

konsepsi, harus diperiksa kelengkapannya dan dapat diserahkan untuk keperluan analisis
genetik atau pemeriksaan patologis lainnya. Pada kasus-kasus yang meragukan, pencitraan
uterus dengan USG akan merinci hasil konsepsi tersisa. Setelah pengamatan selesai, pasien
yang mengalami abortus komplit dapat pulang ke rumah dengan intruksi untuk
mempertahankan adanya tanda-tanda infeksi (demam, mengigil, nyeri), mengamati adanya
perdarahan per vaginam dan jangan melakukan hubungan seksual atau pencucian vagina
sampai pemeriksaan ulang dalam waktu sekitar 2 minggu untuk menentukan ada tidaknya
kekurangan penutupan serviks atau kelainan lainnya.2
Terapi tidak memerlukan tindakan DK, mungkin perlu tranfusi dan pengobatan
suportif laiinya untuk anemianya.

Gambar 3. Abortus Kompletus

Abortus Tertunda (Missed Abortion)


Abortus tertunda (Missed abortion) adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20
minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi ini tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau
lebih. Dengan pemeriksaan USG tampak janin tidak utuh, dan membentuk gambaran
kompleks, diagnosis USG tidak selalu harus tertahan 8 minggu.
Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga
menimbulkan gambaran abortus iminen. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil
karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin. Buah dada mengecil kembali. Gejala-gejala
lain yang penting tidak ada, hanya amenore berlangsung terus. Abortus spontan biasanya
berakhir selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati.

29

Penatalaksanaan terbaru missed abortion adalah induksi persalinan dengan


suposutoria prostaglandin E2, jika perlu diperkuat dengan oksitosin encer. 3
Risiko utama missed abortion adalah kemungkinan hipofibrinogenemia. Karena jika hasil
konsepsi tertahan lebih dari 4 minggu setelah kematian janin, pemantauan ketat fibrinogen
serum merupakan keharusan. 3

Abortus Habitualis
Bila abortus spontan terjadi 3 kali berturut-turut atau lebih. Kejadiannya jauh lebih
sedikit daripada abortus spontan (kurang dari 1%), lebih sering terjadi pada primi tua.
Penyebab abortus habitualis yang paling mungkin adalah kelainan genetik, kelainan anatomis
saluran reproduksi, kelainan hormonal, infeksi, kelainan faktor imunologis atau penyakit
sistemik. Namun pada sepertiga kasus abortus habitualis penyebabmya tetap tidak diketahui.
Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada trimester II.
Tindakan cervical cerclage Shirodkar atau McDonald pada beberapa kasus memperlihatkan
hasil yang positif.
Pengelolaan abortus habitualis bergantung pada etiologinya. 1

Blighted Ovum
Blighted Ovum atau yang dikenal sebagai kehamilan tanpa embrio atau kehamilan
kosong. Pada saat terjadi pembuahan, sel-sel tetap membentuk kantung ketuban, plasenta,
namun telur yang telah dibuahi (konsepsi) tidak berkembang menjadi sebuah embrio. Pada
kondisi blighted ovum kantung kehamilan akan terus berkembang, layaknya kehamilan biasa,
namun sel telur yang telah dibuahi gagal untuk berkembang secara sempurna, maka pada ibu
hamil yang mengalami blighted ovum, akan merasakan bahwa kehamilan yang dijalaninya
biasa-biasa saja, seperti tidak terjadi sesuatu karena memang kantung kehamilan berkembang
seperti biasa. Pada saat awal kehamilan, produksi hormon HCG tetap meningkat, ibu hamil
ketika dites positif, juga mengalami gejala seperti kehamilan normal lainnya, mual muntah,
pusing-pusing, sembelit dan tanda-tanda awal kehamilan lainnya. Namun ketika menginjak
usia kehamilan 6-8 minggu, ketika ibu hamil penderita blighted ovum memeriksakan
kehamilan ke dokter dan melakukan pemeriksaan USG maka akan terdeteksi bahwa terdapat

29

kondisi kantung kehamilan berisi embrio yang tidak berkembang. jadi gejala blighted ovum
dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG atau hingga adanya perdarahan layaknya
mengalami gejala keguguran mengancam (abortus iminens) karena tubuh berusaha
mengeluarkan konsepsi yang tidak normal.
Untuk penanganan kehamilan blighted ovum tidak ada jalan lain kecuali
mengeluarkan hasil konsepsi dari dalam rahim. Caranya bisa dilakukan dengan kuretase atau
dengan menggunakan obat. Namun kuretase dianggap memiliki kelebihan karena dapat
mencegah terjadinya infeksi dan juga pemeriksaan kromosom.

Gambar 4. USG Blighted ovum

Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik


Abortus infeksiosus adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa
infeksi, baik yang diperoleh dari luar RS maupun yang terjadi setelah tindakan di RS.
Tandanya amenore, perdarahan, keluar jaringan.
Abortus septik adalah keguguran yang disertai dengan infeksi berat, penyebaran
kuman sampai peredaran darah/ peritonium. Tandanya sakit berat, panas tinggi, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah turun, syok. Pada pemeriksaan kanalis servikalis terbuka, teraba
jaringan, perdarahan, tanda infeksi genital.

29

Gambar 2. Klasifikasi abortus

Pengobatan meliputi rawat inap, terapi antibiotik IV dosis tinggi (sesuai dengan organisme
yang dicurigai), pemberian cairan dan elektrolit dan pemantauan ketat tanda-tanda vital serta
pengeluaran urin. Uterus harus dikosognkan dan ini harus dikerjakan dengan DK segera
setelah pasien stabil. Semua hasil konsepsi harus dikeluarkan meskipun kuretase menyeluruh
uterus yang terinfeksi akan sangat memperbesar risiko sinekia uteri *sindrom Asherman).3

Tabel 1. Perbedaan abortus

29

ABORTUS IMMINENS
Definisi
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks
tertutup. 1

Penyebab
1.

Kelainan pertumbuhan hasil komsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat, penyebab
antara lain:
a.

Kelainan kromosom, misalnya trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks.


Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi paling sering menyebabkan abortus, 50%
angka kejadian pada trimester pertama, lalu insiden menurun pada trimester kedua
sekitar 20-30% dan 5-10% pada trimester ketiga.2

b.

Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua, dimana
kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma ovarium polikistik

c.

Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat


mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut
teratogen.

2.

Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili korlales menyebabkan


oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

3.

Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria
dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan laparotomi, peritonitis
umum,

dan

penyakit

menahun

seperti

brusellosis,

mononukleosis

infeksiosa,

toksoplasmosis.
4.

Kelainan traktus genetalia, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan
uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang
memegang peranan penting. Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah serviks

29

inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks berlebihan,
konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.1,2

Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi pendarahan desiduabasalis, diikuti dengan nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat pendarahan subdesidua menyebabkan terjadinya kontraksi uterus
dan mengawali adanya proses abortus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Selain itu Embiro rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan vili korialis cenderung dikeluarkan
secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau
di canalis servikalis. Pada kehamilan 8-14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan pendarahan. Ini terjadi dapat diawali
dengan pecahnya selaput ketuban terlebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang
cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Ini sering menimbulkan
pendarahan pervaginam banyak.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda asing
yang tidak jelas bentuknya (bligtes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.2,3

Tanda dan gejala


Adanya pendarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai
nyeri perut ringan atau tidak sama sekali.
Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang semakin bertambah buruk dengan
atau tanpa kelemah dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.3

Dasar diagnosis
29

1. Anamnesis pendarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan.
2. Pemeriksaan dalam fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus
sesuai dengan umur kehamilan
3. Pemeriksaan penunjang USG dapat menunjukkan
a.

Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.

b.

Meragukan. Jika hasil meragukan pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu


kemudian

c.

Buah kehamilan tidak baik, janin mati.

4. Tes kehamilan positif


kadar human chorionic gonadotropin (hCG). Kadar HCG serum wanita hamil yang
mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester
pertama lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens
yang kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus
imminens. Nilai batas hCG bebas 2ng/ml untuk norma (kontrol dan abortus
imminen namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens yang
mengalami keguguran dan kehamilan tuba). 1,3

Komplikasi
Pendarahan, perforasi syok adan infeksi. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil
konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.3

Penatalaksanaan
Efektivitas penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan karena umumnya penyebab
abortus imminens adalah kromosom abnornal pada janin. Messkipun banyak penelitian
menyatakan tidak ada terapi yang efektif untuk abortus imminens. Penatalaksanaan aktif
terdiri atas:
1. Tirah baring

29

Tirak baring merupakan unsur penting karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran
darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. Dosisnya 24-28 jam diikuti dengan
tidak melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi aktivitas ringan sehari-hari.
2. Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens, karena pada saat
berhubungan seksual, oksitosin disekresi oleh puting atau akibat stimulasi klitoris, selain itu
prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan
kolonisasi mikroorganisme di vagina.
3. Progesteron
Progesteron merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau memiliki efek
progesteron diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus imminens. Progesteron
merupakan produk utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus untuk
implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak
adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga
suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens disuga dapat mencegah
keguguran, karena fungsinya diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Kadar< 5-10 nanogram.
Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Penelitian dilakukan pada 154 wanita
yang mengalami perdarahan vaginal saat usia kehamilan kurang dari 13 minggu. Persentase
keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi (95,9%) pada kelompok yang
mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu
minggu dibandingkan kelompok yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%.
4. hCG (Human Chorionic Gonadotropin)
hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam mempertahankan kehamilan.
Karena itu hCG digunakan pada abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan.
Namun hasil tiga penelitian tidak ada cukup bukti tentang efektivitas penggunaan hCG pada
abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan.
5. Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal trimester
kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki flora abnormal vagina. Tujuh dari 16

29

orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin mengalami perbaikan, tidak


mengalami nyeri abdomen dan pendarahan vaginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa
antibiotik dapat digunakan sebagai terapi dan tidak menimbulkan anomali bayi.
6. Relaksan otot uterus
Bupherine hydrochloride merupakan vasidilator yang juga digunakan sebagai relaksan otot
uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang tidak baik dibandingkan penggunaan
plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas, dan tidak ada penelitian lain yang
mendukung pemberian tokolisis pada awal terjadinya abortus imminens. Namun untuk
keefektivitasan penggunanaan relaksan otot uterus dalam mencegah abortus imminens belum
banyak bukti yang cukup.
7. Profilaksis Rh (rhesus)
Konsesus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus perdarahan setelah 12
minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu. 3

Pencegahan
1. Vitamin
Mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko
keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care (ANC)
Merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau
mengidentifikasi dan mengobati kondisi mengancam kesehatan fetus/ bayi baru lahir dan atau
ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dankelahiran sebagai pengalaman
yang menyenangkan. Pada penelitian Herbst, dkk (2003) ibu hamil yan tidak melakukan
ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kehamilan prematur. 3

Prognosis
Abortus immines merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur, BBLRm
pendarahan anterpartum, KPD dan kematian prenatal. Prognosis menjadi kurang baik bila
perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta pembukaan serviks.
29

Tabel 1. Faktor-faktor yang memengaruhi prognosis abortus imminens

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Definisi
Hipemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton
dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielitis, dan sebagainya.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50% kehamilan. Kebanyakan perempuan mampu
mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simptom akan teratasi hingga
akhir trimenster pertama. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis. 4,5

Etiologi
Penyebab gestotsis-hiperemesis gravidarum tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga
terdapat faktor berikut ini.
1. Psikologis, bergantung pada :
a. Apakah si ibu dapat menerima kehamilannya
b. Apakah kehamilannya diinginkan atau tidak.
2. Fisik

29

a.

Terdapat kemungkinan masuknya villi khorealis ke dalam sirkulasi darah ibu.


Keadaan dapat dikatakan sebagai faktor alergi yang dianggap dapat menyebakan
kejadian hiperemesis gravidarum.

b.

Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan


human chorionic gonadothropin

c.

Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi:

Primigravida lebih sering dari multigravida. Sebagian kecil primigravida


belum mampu beradaptasi terhadap hormon esterogen dan gonadotropin
korionik.

Semakin meningkat pada mola hidatidosa, hamil ganda dan hidramnion


karena jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan
terjadinya hiperemesis gravidarum.

d.

Faktor gizi/anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum. 5

Patofisiologi
Hormonal: Meningkatnya

kadar human

chorionic

gonadotropin (hCG)

atau

komponen dari hormone ini berperan dalam menginduksi hiperemesis gravidarum.


Thyrotoxicosis atau

hyperthyroidism diduga memiliki kaitan dengan hiperemesis

gravidarum. Hormon lain yang terkait adalah serotonin. Serotonin adalah bahan kimiawi
dalam otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat dan saluran gastrointestinal (GI) . Selama
kehamilan , aktivitas saluran gastrointestinal bagian atas menurun dan menyebabkan
terjadinya mual dan muntah.
Gastrointestinal: Helicobacter

pylori bakteri

dalam

usus

yang

dapat

menyebabkan ulcus peptikum atau tukak lambung. Bakteri ini dijumpai pada sebagian besar
wanita hamil dan lebih banyak lagi pada kasus hiperemesis gravidarum.Untuk mengatasi
keadaan ini seringkali digunakan antibiotika.
Psikosiosial : Masih merupakan kontroversi , sejumlah peneliti menemukan kaitan
antara hiperemesis gravidarum dengan reaksi penolakan wanita terhadap kehamilan akibat
konflik keluarga atau lingkungannya.

29

Pembagian klinis
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan

Tingkat I

Muntah terus menerus sehingga menimbulkan : dehidrasi: turgor kulit turun, nafsu
makan berkurang, berat badan turun, mata cekung dan lidah kering; epigastrium nyeri
karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus; frekuensi nadi
sekitar 100x/menit, tekanan sistolik menurun; urin sedikit tapi masih normal; tampak
lemah dan lemas.

Tingkat II

Gejala lebih berat, dehidrasi makin meningkat akibatnya : turgor kulit makin turun,
lidah kering dan kototr, mata tampak cekung. Kardiovaskular : frekuensi nadi semakin
cepat rentang 100-140 kali/menit, nadi kecil karena darah turun, tekanan darah kurang
dari 80 mmHg, panas badan meningkat. Liver fungsinya tergganggu menimbulkan
ikterus yang khususnya tampak pada mata. Ginjal : dehidrasi menimbulkan gangguan
fungsi ginjal yang menyebabkan oliguria, anuria, terdapat timbunan benda aseton
yang dapat diperkirakan dengan baunya yang khas, bilirubin dalam urin. Berat badan
makin turun, kadang-kadang mukosa bercampur darah akibat ruptur esofagus dan
pecahnya mukosa lambung pada sindrom Malory Weiss.

Tingkat III

Walaupun tingat ketiga sangat jarang. Muntah berhenti atau terjadi muntah campur
darah karena mukosa lambung dan esofagus robek dan menimbulkan perdarahan.
Keadaan kesadaran makan menurun hingga mencapai somnollen atau koma. Terdapat
Wernicke : nistagmus, diplopia, gangguan mental. Pada kardiovaskular : nadi kecil,
tekanan darah menurunm dan temperatur meningkat. Gastrointestinal : ikterus
semakin berat, terdapat timbunan aseton yang semakin tinggi dengan bau yang makin
tajam. Ginjal: oliguria semakin berat dan menjadi anuria, bilirubin dan protein dalam
urin.5

29

Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah. Kemudian
diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis
makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis
juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya
hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat
penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor
serebri).

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda dehidrasi,
dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal
untuk menyingkirkan diagnosis banding.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan

penunjang

dilakukan

untuk

membantu

menegakkan

diagnosis

dan

menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,


urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes
fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat
dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis
gravidarum dengan hipertiroid 50- 60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi
infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan
berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun
mola hidatidosa.
Hiperemesis yang berlangsung lama (umumnya antara minggu 6-12) dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin intrauteri.6

29

Risiko
Maternal
Akibat defiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus 6, nistagmus,
ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff
(amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu,
untuk hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim (IUGR). 4

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian makanan
peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertimbangkan sebagai
terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis gravidarum dapat juga diterapkan pada
kasus hiperemesis gravidarum.
Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi
dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral
selama 24-48 jam. 7

Infus glukosa 10% atau 5% : RL adalah 2:1, 40 tetes per menit. Cairan dekstrosa dapat
menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg
diberikan sebelum pemberian cairan dektrose. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien
dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium.7

Obat. Obat-obatan diberikan apabila perubahan pola makan tidak mengurangi gejala,
sedangkan pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan diberikan setelah rehidrasi dan
kondisi hemodinamik stabil. Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika
toleransi oral pasien buruk.4,7

29

Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus,


Vitamin B12 200g/ hari/infus, vitamin C 200 mg/ hari/ infus
Fenobarbital 30mg im 2-3 x/ hari atau chlorpromasime 25-50 mg per hari IM atau
diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM
Antiemetik prometazin (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau proklorperazin
(stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per hari oral.
Antasida: asidrin 3x1 tablet per hari per oral atau milanta 3x 1 tablet per hari per oral
atau magnam 3x1 tablet per hari per oral. 4
Menurut

American

College

of

Obstetricans

and

Gynecologists

(ACOG)

merekomendasikan 10 mg piridoksin (vitamin B6) ditambah 12,5 mg doxylamine per oral


setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif.
Antiemetik konvensional seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan
aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin menyembuhkan
mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors
melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Obat-obatan tersebut
dikontraindikasikan terhadap pasien dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin,
penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang
yang tidak terkendali, dan glaukoma sudut tertutup.
Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin gagal.
Metoklopramid dan prometazin intravena memiliki efektivitas yang sama untuk mengatasi
hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek samping mengantuk dan pusing yang lebih
ringan. Metoklopramid memiliki efek samping tardive dyskinesia, tergantung durasi
pengobatan dan total dosis kumulatifnya. Oleh karena itu, penggunaan selama lebih dari 12
minggu harus dihindari.
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron mulai sering
digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas.
Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin,
tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko
malformasi mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan.7

29

Pengaturan Diet
Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet hiperemesis I.
Makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam setelah makan. Diet hiperemesis kurang mengandung zat gizi, kecuali
vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa hari.
Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan diet hiperemesis II. Pemberian
dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup dalam semua zat gizi,
kecuali kalsium.
Tabel 2. Obat-obatan untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan

29

Terapi alternatif
Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik
dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan
seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering
menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe lebih efektif
daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks
gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak ditemukan efek samping
signifikan terhadap keluaran kehamilan. Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per
oral, empat kali sehari.6,7

Prognosis

29

Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan
merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut menurun 30%
pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30%
pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu
dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia kehamilan 20-22
minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa
ibu dan janin.6

Evaluasi keberhasilan terapi


Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah komplikasi
seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5%
berat badan. Jika sudah terjadi komplikasi, perlu dilakukan tata laksana terhadap komplikasi
tersebut.Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan laboratoris. Secara klinis,
keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan
intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi. Parameter laboratorium yang
perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.7

29

DAFTAR PUSTAKA
1. Sastrawinata S. Ilmu kesehatan reproduksi obstetri patologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2004.h.1-9.
2. Hadijanto B. Dalam ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Pendarahan pada kehamilan
muda. Edisi ke-4. Cetakan ke-4. Jakarta: Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2014.h.461-74.
3. Sucipto N. Abortus imminens: upaya pencegahan, pemeriksaan, dan penatalaksanaan.
CDK-206. Volume 40 no.7; 2013. Diunduh
http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_206Abortus%20Imminens-Upaya%20Pencegahan
%20Pemeriksaan%20dan%20Penatalaksanaan.pdf . 29 October 2014.
4. Siddik D. Dalam ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Kelainan gastrointestinal. Edisi
ke-4. Cetakan ke-4. Jakarta: Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.h.814-7.
5. Manuaba IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC; 2007.h. 396-400.
6. Widayana A. Megadhana W, Kemara KP. Diagnosis dan penatalaksanaa hiperemesis
gravidarum. Fakultas kedokteran Universitas Udayana; 2012. Diunduh
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82530&val=970 . 29 Oktober 2014.
7. Gunawan K, manengker PS, Ocviyanti D. Diagnosis dan tata laksana hiperemesis
gravidarum. J Indon Med Assoc. Volume 61, Nomor: 11. Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta; November 2011.
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/1068/1059. 29
October 2014.

29

Anda mungkin juga menyukai