Anda di halaman 1dari 2
4 EMPATI DALAM KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN Samsuridjal Djauzi, Supartondo PENDAHULUAN Komunikasi dokter pasien merupakan landasan tama dalam proses diagnosis, terapi, rehabilitasi maupun pencegahan penyakit, Agar komunikasi dapat berjalan baik ‘maka kedua belah pihak baik dokter maupun pasien perlu ‘memolihara agar saluran komunikasi dapat terbuka lebar. Dari pibak dokter saluran komunikasi akan terbuka jika dokter bersedia mendengarkan secara aktif dan mempunyai ‘empati. Sedangkan dari segi pasien, saluran komunikasi ‘akan terbuka lebar jika pasien mempunyai motivasi untuk sembuh (atau diringankan penderitaannya) serta percaya kepada dokternya. Unsur kepereayaan pasien terhadap dokter tidak hanya akan terpelihara jika pasien yakin atas kemampuan dokter dalam mengobatinya namun tak kalah pentingnya pasien juga perlu yakin dokter akan memegang rahasia yang diungkapkanaya kepada dokter. Rahasia pribadi pasien diungkapkan kepada dokter dengan harapan ‘akan membantu dokter mencapai diagnosis penyakit secara tepat atau memilihtindakan terapi yang sesuai. Begitu besar kepercayaan pasien kepada dokter, rahasia pribadinya itu hanya diungkapkan kepada dokter aja, bahkan seringkali tidak diungkapkan kepada keluarga dekat atau sahabat sekalipun, Karena itulah dokter perlu menjaga kepercayaan ppasien dengan menyimpan rahasia tersebut dengan baik, Kewajiban dokter untuk menjaga rahasia telah dilaksanakan sejak zaman Hipocrates dan sampai sekarang ‘masih terpelibara baik. Namun dalam era informasi dewasa ini sering kali dokter didesak oleh berbagai pihak untuk ‘membuka rahasia dokter dengan alasan untuk kepent ‘umum. Hendaknya dokter dapat berpegang teguh pada sumpahnya untuk menjaga kerahasiaan pasien agar epercayaan pasien tetap terjaga. KETERAMPILAN KOMUNIKASI DAN EMPATI Manusia sudah berlatib berkomunikasi sejak lahir bahkan sekarang ini banyak pendapat yang mengemukakan janin dalam kandungan juga sudah mampu berkomunikasi Dengan demikian mahasiswa kedokteran diharapkan sudah mampu berkomunikasi dengan baik. Keterampilan yang sudah dipunyai mahasiswa kedokteran tersebut akan ‘merupakan modal utama dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan pasien. Namun setiap individu ‘mengalami perjalanan hidup yang berbeda mulai masa kecil, masa sekolah dan pergaulan di luar sekolah. Pengalaman hidup tersebut akan mempengaruhi keterampilan komunikasi seseorang. Jadi keterampilan komunikasi ‘mahasiswa kedokteran dapat berbeda-beda. Padahal dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai dokter kelak keterampilan komunikasi merupakan salah satu syarat yang penting untuk dikuasai. Karena itulah dalam pendidikan Kedokteran keterampilan komunikasi perlu dilatih. Keterampilan ini dapat dilatih dalam bentuk kegiatan kkurikuler, Namun peningkatan keterampilan ini dapat didukung melalui kegiatan mahasiswa di Iuar kampus. Pengalaman dalam mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa, organisasi sosial di masyarakat secara berkesinambungan dapat mempercepat penumbuhen cempati pada mahasiswa kedokteran. ‘Di negeri Timur, termasuk Indonesia keterampilan Komunikasi non verbal amat penting. Bahkan sering lebih penting daripada komunikasi verbal. Dokter di Indonesis perlu melatih diri untuk dapat membaca bahasa tubuh pasiennya agar dapat memahami pesan yang disampaikan ppasien melalui bahasa tubuh tersebut. Dalam masyarakat majemuk di Indonesia, terdapat berbagai suku yang 10 ‘mempunyai aneka ragam budaya, Keanekaragaman budaya ssuku di Indonesia ini periu dipahami terutama bagi dokter yang akan bertugas di daerah Perkembangan teknologi dapat mempermudah komunikasi. Namun dalam konteks dokter-pasien bbubungan tatap muke tak dapat digantikan begitu saja ‘dengan teknologi canggih yang ada. Hubungan dokter- pasien secara pribadi masih tetap cara terbaik untuk komunikasi pasien-dokter. EMPATI Seperti juga keterampilan komunikasi maka kemampuan cempati seseorang tumbuh sejak keeil. Beruntunglah mereka yang tumbuh dalam keluarga yang menumbuhkan cempati pada anak-anak. Namun tidak semua orang ‘memperoleh pendidikan untuk berempati pada orang lain. ‘Empat diperlukan untuk meningkatkan komunikasi dengan pasien. Dokter yang mampu merasakan perasaan pasiennya serta mampu pula menanggapinya akan lebih berhasil berkomunikasi dengan baik dengan pasien. Empati juga dapat dilatih dan ditingkatkan. Masyarakat tidak hanya ‘mengharapkan dokter mampu mengobati pasien dengan cara mutakhir,teliti, dan terampil tap juga berharap dokter mampu mendengarkan, menghormati pendapat pasien, >erlaku santun dan penuh pertimbangan. Dengan demikian dokter dibarapkan mampu berkomunikasi dengan baik serta ‘memberi nasehat tanpa menggurui Kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain dan menghormati nilai-nilai yang dianut pasien perlu ditumbuhkan. Kesediaan ini amat penting dalam ‘masyarakat Indonesia yang mempunyai banyak suku dan beraneka ragam budaya. Dokter hendaknya tidak ‘memaksakan nilai yang dianutnya kepada pasien, Mesh ddokter berkewajiban menumbuhkan perilaku sehat namun kewajiban terscbut disertai dengan menghargai pendapat orang lain dan penuh pertimbangan. Penggunaan teknologi canggih berdampak pada biaya kesehatan yang meningkat tajam. Padahal sebagian besar ‘masyarakat Indonesia belum mampu untuk membiayai biaya keschatan yang mahal tersebut. Rasa empati dokter ‘aken menyebabkan dia berhati-hati memilih pemeriksaan nu iagnostik maupun terapi yang dapat dipikul oleh pasien atau keluarganya. KOMUNIKASI, EMPATI, DAN ETIKAKEDOKTERAN Sebagian besar pelanggaran etika yang terjadi adalah akibat dokter tidak terampil berkomunikasi dan kurang ‘mempunyai empati. Bahkan di Amerika Serikat, latihan ketrampitan komunikasi yang diadakan secara rutin pada Pertemuan tahunan dokter spesialis imu penyakit dalam dlibarapkan dapat menurunkan tuntutan terhadap dokter. Dalam era berlakunya Undang Undang Praktek Kedokteran di Indonesia (2004) yang memungkinkan dokter dituntut baik secara perdata maupun pidana oleh pasien maka keterampilan komunikasi serta rasa empati iharapkan akan dapat meningkatkan mutu hubungan dokter-pasien di Indonesia. Hubungan dokter-pasien yang, baik akan menimbulkan suasana saling membantu dan bersahabat menuju keberhasilan pengobatan. Kita harus ‘menghindari hubungan dokter pasien menjadi hubungan produsen dan konsumen. Profesi kedokteran perlu ‘mengembangkan terus kemampuan anggotanya untuk berkomunikasi dan mempunyai empati, Dengan demikian kita tak akan terperangkap pada praktek kedokteran defensif yang amat mahal dan tak akan dapat dijangkau oleh ‘sebagian besar masyarakat kta REFERENS! "Me Manus IC. Teaching communication sills 10 clinical students. BMJ. 1993;306:1322-7, Guwandi J, Tindakan medik dan tanggung jawab produk medik. Jakarta: Balai Penesbit FKUL; 1993, ‘Samil RS. Bika Kedokteran Indonesia, esi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharja; 2001 ‘Supartondo. Pidato Ilmiah. Dokter Indonesian menghadapi tanatan pseu 2000, Disarmpaikan pada peringatan ulang tabun ke-70 Prof Supartondo. Ruang Killah Bagian Timu Penyakit Dalam KUL 22 Mei 2000. Supariondo. Menghadapi milenium ketiga,siapkan dokter Indone- ‘Acta Med Indones 2000:32:200, , Hollender M. The basic models of the doctor-patients Seas relationship. Arch Intern Med. 1956,97:588.92.

Anda mungkin juga menyukai