Anda di halaman 1dari 9

Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya infeksi (bakteri, parasit dan virus),

keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain. Menurut world gastroenterology


organisation global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi dalam 4 penyebab:
bakteri, virus, parasit dan noninfeksi (Setiawan. 2006).
Gambaran klinis diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih
dalam sehari, yang sering disertai dengan muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak
nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoranrasa mual dan muntah-muntah dapat
mendahului diare yang disebabkan oleh virus (Vila J et all, 2000).
Sebuah studi lain juga menyimpulkan CRO menangani dehidrasi (kekurangan cairan
tubuh) dan asidosis (keasaman darah meningkat) lebih cepat dan aman dibandingkan
cairan infus (Meadows et
all, 2005). Penelitian lain menunjukkan keuntungan lain oralit pada diare dengan
dehidrasi ringan-sedang adalah mengurangi lamanya diare, meningkatkan
(mengembalikan) berat badan anak, dan efek samping lebih minimal dibandingkan
cairan infus (Payne et all, 2004).
Prinsip tatalaksana dalam menangani diare akut menurut WHO terdapat empat hal yaitu: 1) penggantian cairan
(rehidrasi), yang diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang sudah
berlangsung; 2) pemberian makanan terutama ASI selama diare dan masa penyembuhan; 3) tidak menggunakan
obat anti diare, antibiotika digunakan hanya pada kasus kolera dan disentri; 4) petunjuk bagi orang tua serta
pengasuhnya tentang bagaimana merawat anak sakit terutama cara pembuatan oralit, tanda-tanda penyakit diare
yang mengharuskan dibawa ke petugas kesehatan, pencegahan diare.
Departemen kesehatan (2002) membuat pedoman tatalaksana diare yang dijelaskan
sebagai berikut, tahap pertama adalah menilai derajat dehidrasi dan tahap kedua
menentukan rencana pengobatan
PENYEMBUHAN DIARE dan GASTROENTERITIS
1.Minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang;pasien diare tidak boleh
dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering, prinsipnya: berikan makanan yang mudah dicerna
yang tidak membebani usus dan mengiritasi usus, seperti: rendah serat, banyak kuah, hindari santan dan hindari
bumbu-bumbu menyengat, berikan buah-buahan terutama pisang dan apel, karena kedua buah tersebut
mengandung kaolin, pektin, dan kalium yang dapat mengurangi diare.
2.Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI (Air Susu Ibu);
3.Cairan Rumah Tangga (CRO) dan oralit. Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan
mengatasi dehidrasi. Cairan yang biasa disebut sebagai cairan rumah tangga ini harus segera diberikan pada saat
mulai diare. Jika terjadi muntah, pemberian cairan dapat dihentikan selama kurang lebih 10 menit, selanjutnya
cairan diberikan perlahan-lahan (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit).Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit,
sehingga dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang bersama cairan. Oralit dapat mengurangi BAB sebesar
20% dan mengurangi muntah 30%, dan dapat mengurangi kebutuhan cairan infus sebesar 33%. Cairan rumah
tangga bisa meliputi air mineral, kuah sup, air teh encer, jus buah segar, sebaliknya, larutan-larutan yang
kandungan gulanya tinggi tidak boleh diberikan, contohnya adalah teh yang sangat manis, soft drink dan
minuman buah komersial yang manis.
4.Suplementasi seng (zinc), dapat mempercepat penyembuhan serta mengurangi angka kekambuhan diare. Seng
membantu pemulihan vili-vili usus yang rusak akibat diare.
5.Antimikroba yang sesuai dengan diagnosis diare. Diare karena infeksi virus, tidak rasional bila diberikan
antimikroba, cukup dengan pengobatan penunjang saja.
6.Bila diare sangat frekuen dapat diberikan obat-obat yang berfungsi untuk mengurangi pergerakan usus, tetapi
dengan pengawasan dokter.

7.Bisa diberikan juga obat-obat yang bersifat absorben, seperti arang aktif, dan kaolin pectin, yang dijual bebas.

Yang penting diperhatikan pada diare dan gastroenteritis:


Ada/tidaknya tanda-tanda dehidrasi/ kekurangan cairan.
Referensi
Halim-Mubin A, 2001. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi. EGC: Jakarta.
Pulungsih SP. Penanganan Diare di rumah secara tepat dan optimal. Naskah lengkap seminar penanganan
praktis masalah saluran cerna pada
anak. Disampaikan pada 23 Agustus 2001, Jakarta.
A. PENGERTIAN.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
. Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau
tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung atau usus
Tabel 1. Agen etiologi diare anak19,24,25,26
Etiologi
Contoh
Virus
Hepatitis A, Noroviruses (dan golongan
calicivirus lainnya), Rotavirus, golongan
virus lainnya (astroviruses, adenoviruses,
parvoviruses)
Bakteri
Bacillus anthracis, B. cereus, B. cereus,
Brucella abortus, B. melitensis, B. suis,
Campylobacter jejuni, Clostridium
botulinum, C. perfringens,
Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) and
other Shiga toxinproducing E. coli
(STEC), Enterotoxigenic E. coli (ETEC),
Listeria monocytogenes, Salmonella spp,
Shigella spp, Staphylococcus aureus,
Vibrio cholera, V. parahaemolyticus, V.
vulnificus, Yersinia enterocolytica and Y.
Pseudotuberculosis
Parasit
Angiostrongylus cantonensis,
Cryptosporidium, Cyclospora
cayetanensis, Entamoeba histolytica

Jamur
Candida spp, zygomycosis
Pada diare dengan etiologi noninfeksi, dapat disebabkan oleh:
- Malabsorbsi: karbohidrat, lemak, protein.
- Makanan: makanan basi, makanan belum layak waktu pemberian.
- Keracunan: makanan terkontaminasi toksin bakteri/tercampur bahan kimia toksik.
- Kondisi malnutrisi: marasmus, kwashiorkor.
- Alergi: susu, makanan laut.
- Imunodefisiensi.
- Faktor psikis.
Formula oralit baru standar WHO:
Tabel 5. Oralit formula baru WHO12
ORS osmolaritas terkurang
Glukosa anhidra
t Natrium klorida
Kalium klorida
Trisodium sitrat dihidrat
Berat total

Konposisi (dalam gram /liter)


13.5
2.6
1.5
2.9
20.5

Ketentuan memberikan oralit:


Memberikan ibu 2 bungkus oralit formula baru.
Melarutkan 1 bungkus oralit frmula baru dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam.
Memberikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Anak < 2 tahun: memberikan 50-100 ml tiap kali buang air besar
Anak > 2 tahun: memberikan 100-200 ml tiap kali buang air besar

Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus
dibuang
Menunjukkan pada ibu cara memberikan oralit:
1) Memberikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
2) Memberikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih besar
3) Apabila anak muntah, menunggu 10 menit, kemudian memberikan cairan lebih lama
(misalkan satu sendok tiap 2-3 menit)
4) Apabila diare berlanjut setelah oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain
seperti dijelaskan pada cara pertama atau kembali kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan tambahan oralit

B. PENYEBAB
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab
diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a)

Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan
vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,
terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.

b) Defisiensi

imum

terutama

SIGA

(secretory

imonol

bulin

A)

yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur


terutama canalida.

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:


a)

malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.

b) Kurang kalori protein.


c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1.

Faktor infeksi
a)

Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi
parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).

b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2.

Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.

3.

Faktor makanan

4.

Faktor psikologis

B. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga

gangguan

motalitas

usus,

terjadinya

hiperperistaltik

akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga


timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam
cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya

gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan


absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
-

Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.

Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan
terlalu lama.

Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
Rotavirus Diarheae (Mekanisme Terjadinya Diare yang Disebabkan Rotavirus)
REP | 21 February 2011 | 22:20

Dibaca: 10141

Komentar: 4

Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam,
tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Rotavirus merupakan 50% penyebab diare pada anak balita di
Negara maju. Di negara berkembang seperti Brazil dan Indonesia angkanya berkisar 30% - 40% (tahun 1970an).
(1)

Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100 nanometer yang berbentuk roda yang termasuk dalam family
Reoviridae. Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. grup A sering menyerang bayi dan grup B jarang
menyerang bayi. Terdapat empat serotipe major dan paling sedikit 10 serotipe minor dari rotavirus grup A pada
manusia. Pembagian serotipe ini didasarkan pada perbedaan antigen pada protein virus 7 (VP7). Virus ini terdiri
dari tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid dalam dan inti. Rota virus terdiri dari 11 segmen, setiap segmen
mengandung RNA rantai ganda, yang mana setiap kode untuk enam protein struktur ( VP1, VP2, VP3, VP4,
VP6, VP7 ) dan lima protein nonstruktur (NSP1, NSP2, NSP3, NSP4, NSP 5). Dua struktur protein yaitu VP7
yang terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4 yang terdiri dari protein P dan protease pembelahan
protein, merupakan protein yang melapisi bagian luar dari virus dan merupakan pertimbangan yang penting
untuk membuat vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian dalam paling banyak adalah VP6, dan
sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen, sedangkan protein nonstruktur kapsid bagian dalam
adalah NSP4 yang merupakan sebagai faktor virulensi dari rotavirus, meskipun protein lain juga terlibat dalam
mempengaruhi virulensi dari rotavirus.(2)
Rotavirus menyerang dan memasuki sel enterosit yang matang pada ujung vili usus kecil. Virus ini
menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil, berupa pemendekan villi dan terdapatnya infiltrat
sel-sel radang mononuklear pada lamina propria. Kelainan morfologis ini dapat minimal, dan hasil penelitian
baru menunjukan bahwa infeksi rotavirus tanpa kerusakan sel epitel dari usus halus. Rotavirus menempel dan
masuk dalam sel epitel tanpa kematian sel yang dapat menimbulkan diare. Sel epitel yang dimasuki oleh virus
mensintesis dan mensekresi sitokin dan kemokin, yang mana langsung menimbulkan respon imun dari penderita
dalam bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel epitel. Peneletian baru juga mengatakan diare terjadi pada
infeksi rotavirus karena adanya protein nonstruktural dari virus yang mirip dengan enterotoksin yang
menyebabkan sekresi aktif dari klorida melalui peningkatan kosentrasi kalsium intra sel (2).

Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan demam ringan sampai sedang
dan muntah yang disertai dengan mulainya tinja cair yang sering. Muntah dan demam khas mereda selama hari
kedua sakit, tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata.
Dehidrasi mungkin terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan neonatus
yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala (3).
Dalam pandangan klinis infeksi rotavirus terus berkembang dari diare ringan sampai diare berat yang
mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit, shock dan kematian pada bayi dan anak-anak. Pada anak
berumur diatas tiga bulan akan menimbulkan gastroenteritis, ketika terjadi reinfeksi akan gejalanya tidak
muncul (asimptomatik). Masa inkubasi dari rotavirus adalah 1-3 hari. Dengan serangan tiba-tiba dan
memberikan gejala demam, muntah dan diare berair (watery diarrhoea). Gejala gastrointestinal akan hilang
setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan infeksi rotavirus mungkin bisa sampai 2-3 minggu (4).
Berdasarkan penelitian dari Virdayanti 2002, didapatkan bahwa angka kejadian diare akibat Rotavirus adalah
merata sepanjang tahun sedangkan diare yang non Rotavirus angka kejadiannya tergantung dari adanya
perubahan musim. Hal ini membuktikan bahwa faktor dalam tubuh individu sangat berpengaruh didalam
terjadinya infeksi Rotavirus. Dalam hal ini faktor imunitas seseorang menjadi salah satu penentu terjadinya
infeksi ini. Dimana seseorang dengan imunitas yang rendah memiliki kemungkinan terbesar untuk mendafat
infeksi Rotavirus.(1)
Anamnesis sangat penting untuk menegakkan diagnosis dari diare oleh karena infeksi virus khususnya rotavirus.
Dari anamnesis dapat diketahui onset, frekuensi dari diare, durasi, volume, apakah diare berair (watery
diarrhea), diare berdarah atau berlemak. Dalam melakukan anamnesis pada pasien diare harus lebih fokus pada
beratnya diare dan dehidrasi. Intake sangat perlu ditanyakan, jumlah buang air kecil, kehilangan berat badan.
riwayat makanan.(5)
Untuk menegakkan diagnosis dari diare akut karena infeksi rotavirus diperlukan pemeriksaan feses dengan
metode rapid antigen tests, salah satunya dengan enzyme immunoassay (EIA) dengan sensitivitas dan spesifik
lebih dari 98 % atau latex agglutination test yang kurang sensitif dibanding EIA. Antibodi anti rotavirus yaitu
imunoglobulin A dan M diekresikan difeses setelah hari pertama terinfeksi rotavirus. Tes antibodi masih positif
sampai 10 hari setelah infeksi pertama dan dapat lebih lama lagi jika terjadi infeksi berulang. Oleh karena itu
pemeriksaan tes antibodi dapat digunakan untuk mendiagnosa rotavirus. (5)
Anak yang terinfeksi rotavirus biasanya mendapatkan terapi suportif untuk menghilangkan gejala dan
komplikasi. Contoh, terjadinya dehidrasi yang merupakan komplikasi paling potensial dari infeksi rotavirus,
keadaan ini sering ditangani dengan terapi redidrasi oral. Pada kasus-kasus berat yang diikuti oleh adanya
muntah, terapi oral sulit dilakukan dan ini memberikan indikasi untuk dilakukan pemberian cairan intravena
serta perawatan di rumah sakit Tujuan utama terapi adalah mencegah dehidrasi (rumatan), mengkoreksi
kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan mencegah gangguan nutrisi (6).
Sampai sekarang pun belum ditemukan obat yang mampu untuk membunuh Rotavirus, sehingga metode
pengobatan yang digunakan adalah pengobatan suportif, dimana sistem imun tubuh yang berperan utama
didalam proses penyembuhan.
Salah satu dari pengobatan suportif yang saat ini mulai banyak digunakan adalah penggunaan probiotik (Lactic
acid bacteria) yaitu bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara
meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus
telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi
untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak
terjadi. Bakteri baik yang termasuk ke dalam kelompok ini seperti Bifidobacterium, Eubacterium, dan
Lactobacillus. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai sebagai cara untuk
pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
rasional (antibiotic associated diarrhea) (7,8).
Mikroekologi yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat dinormalisir kembali dengan pemberian
bakteri probiotik. Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau gangguan keseimbangan
mikrobiota komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan peningkatan respon imun dari

sistem imun mukosa untuk menjamin terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang dapat
menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA
(SIgA) (9).
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan tatalaksana diare akut pada anak. Isolauri dan kawan-kawan
meneliti 71 anak yang dirawat dengan diare akut. Pasien secara acak diberikan probiotik (Lactobacillus GG),
atau lactobacillus GG diberikan sebagai bubuk kering, atau diberikan yogurt yang telah dipasteurisasi sebagai
plasebo. Lama diare berkurang dari 2,4 pada kelompok plasebo menjadi 1,4 hari pada kelompok yang
disuplementasi. Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa 82% diare disebabkan oleh rotavirus, ternyata reduksi
lamanya diare lebih nyata bila yang dianalisis hanya kasus diare yang disebabkan oleh rotavirus (10).
Mekanisme efek probiotik pada diare
1.

Perubahan lingkungan mikro lumen usus (Ph, Oksigen)

2.

Produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen

3.

Komposisi nutrien

4.

Mencegah adhesi patogen pada enterosit

5.

Modifikasi toksin atau reseptor toksin

6.

Efek tropik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient

7.

Imunomodulasi

Saat ini pencegahan terhadap infeksi Rotavirus sudah banyak digunakan terutama di Negara - Negara maju.
Untuk mencegah diare akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus peroral yaitu. Tetravalent-Rhesus based
rotavirus vaccine (RRV-TV) yang telah diizinkan digunakan untuk bayi di Amerika Serikat. Vaksin ini
sebaiknya diberikan pada usia 6 minggu - 1 tahun. Jadwal yang disarankan adalah 3 dosis berurutan pada usia
2,4 dan 6 bulan. Pemberian imunisasi rutin dengan vaksin tersebut akan menurunkan jumlah pasien diare yang
dirawat akibat rotavirus secara bermakna. Imunisasi ini di Amerika Serikat dan Filipina telah diwajibkan,
sementara itu di Indonesia vaksinasi rotavirus belum ada, tetapi vaksin rotavirus keluaran MERK dan GSK
sedang menunggu proses izin dari Badan POM. Vaksin diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8 minggu. Harganya
memang masih mahal.
Perilaku hidup bersih dan sehat mencegah penularan penyakit melalui fekal-oral tidak efektif dalam mencegah
penularan virus ini, oleh karena virus dapat hidup untuk jangka lama pada permukaan yang keras, pada air
terkontaminasi dan di tangan. Rotavirus relatif kebal terhadap disinfektan yang umum digunakan tetapi dapat
diinaktivasi dengan klorin.
Di tempat-tempat penitipan anak, mengenakan baju yang dapat menutup seluruh bagian tubuh bayi termasuk
menutup popok bayi, diketahui dapat menurunkan angka penularan infeksi.
Mencegah terjadinya pemajanan dari bayi dan anak kecil dengan orang yang menderita diare akut di dalam
lingkungan keluarga dan intitusi (11).
Infeksi rotavirus bersifat self-limited disease yang terjadi setelah 3-9 hari gejala muncul. Namun pada kasus ini
dapat terjadi dehidrasi berat yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Dengan rehidrasi yang tepat
akan dapat mencegah komplikasi yang serius (8,12).
Dr. Darryl Virgiawan Tanod

Anda mungkin juga menyukai