Anda di halaman 1dari 35

Logistik Indonesia: August 2010

1 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Harga CD Rp. 50.000 Kirim ke No rek. 2741222622 BCA KCP Pondok Bambu. Bonus soft copy akan dikirimkan setelah CD diterima

17 August 2010

Pages

Buku Pegangan Logistik Indonesia


Memperingati 17 Agustus 2010
Telah terbit e-Buku Logistik Praktis Berbahasa Indonesia

Home
60++ Berita Logistik Praktis dan
Selalu Bertambah

Member Group:

(minimalkan pemakaian kertas dan manfaatkan kemajuan tehnologi untuk belajar dengan cara baca dan lihat
video)

with Google Friend Connect

Members (127) More

Already a member? Sign in

Mari Belajar Bersama ...

Logistik Indonesia
Jakarta, DKI Jaya,
Indonesia
Memahami dan mengenali
potensi logistik lokal untuk
peningkatan kinerja bersumberkan
pengetahuan logistik global
View my complete profile

Yang Perlu Dibaca:

2011 (15)

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

2 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

2010 (45)
September (1)
August (29)
Buku Pegangan Logistik
Indonesia
Survey : Retail and
Consumer Products
Supply Chain...
Form Uji GDP - CDOB
Indonesia + Skor
Pencapaiannya...
Aneka Macam Picking
Modern
Drop Point
Implementation at
Jakarta

Bonus soft copy yang akan dikirimkan via email:

Kalibrasi Alat Ukur


Logistik
Logistik 2010 ++

1.Soft copy perhitungan kenaikan BBM


2.Soft copy implementasi GDP Balai POM Indonesia
3.Soft copy audit warehouse
4.Soft copy pembuatan KPI
5.Soft copy SOP logistik seluruh bagian

COLD CHAIN
MANAGEMENT
FMCG vs FARMASI
Job Desc & SOP
SDM Logistik
HSSE Logistik

Perhatikan Cara Pemakaiannya :

Goods Distribution
Practice (GDP)
SAP : "Setan Aja Pusing"
Belajar Untuk Tidak
Kehilangan Barang
Stock Take
Jurus Pengaman
Inventory : PROVISI
Management Barang
Promosi
Jika Barang Over,
Haruskah Return ?
13 Jurus Ramal
Inventory
Pengiriman Yang Sering
Terlambat Pasti Tamat
10 Noda Transporter
Yang Harus Dihindari

Jika ingin memilikinya, kirimkan email ke ir.widiyanto@gmail.com


atau SMS ke 0811888414
CD akan dikirimkan ke alamat pemesan setelah menggantikan biaya produksi
sebesar Rp. 50.000/cd
ke No rek. 2741222622 BCA KCP Pondok Bambu a/n ir.widiyanto
BONUS akan dikirimkan kealamat email yang terdaftar

Cara Pinter Pilih


Transporter
Management
Transportasi
Jeroan Gudang, Apa
Sajakah ?!
Blue Print Logistik
Indonesia
Perlu DOA Saat
Fahami KPI
KPI

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

3 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Kinerja Gudang
July (15)

Posted by Logistik Indonesia at 8:04 AM

No comments:

Recommend this on Google

Labels: general

Survey : Retail and Consumer Products Supply Chain


Report 2010
Summary dari Survey
Konsumen ritel dan produk industri tidak berkembang pada tahun 2010 ini, tetapi di Eropa
dan Amerika Utara ada indikator pertumbuhan yang kuat di Asia-Pasifik, Afrika dan
Amerika Selatan untuk sementara tahun ini.

Dalam hal suplay chain, menurunkan biaya adalah tujuan nomor satu. Penggunaan 3PLs
secara luas, dan terus tumbuh, walaupun masih ada kesenjangan dimana 3PLs bisa
mengisi, khususnya dengan memperluas penawaran produk dan usaha penjualan terhadap
usaha kecil dan menengah.
Sebuah tanda yang menggembirakan adalah kenyataan bahwa separuh dari semua
responden menyatakan bahwa mereka memiliki Chief Supply Chain Logistics Officer atau
Chief Officer di dalam organisasi mereka. Dan dengan 60% dari responden melaporkan
bahwa eksekutif SCM senior di perusahaan mereka menjabat dimanajemen (meskipun
Amerika Utara tertinggal Eropa dan daerah lainnya dengan angka sekitar 40%) kami yakin
dapat melaporkan bahwa fungsi SCM sekarang sangat baik diakui dan dihormati dalam
industri ritel dan produk konsumen.
Tentang eyefortransport, pelaksana survey

Didirikan pada tahun 1998, eyefortransport telah menjadi salah satu penyedia layanan
intelijen bisnis, penelitian independen, berita dan acara tingkat eksekutif untuk rantai
pasokan & industri logistik. eyefortransport memiliki dua fokus utama.
Hasil Survey
Strategi Logistic : Walmart baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan menguasai
transportasi inbound dari pemasok mereka. Dalam kasus ini, responden diminta untuk
mengidentifikasi posisi mereka untuk mengambil kendali transportasi inbound untuk
pemasok. Sebagian besar (58%) saat ini mengelola beberapa pemasok mereka
transportasi inbound ', meskipun lebih dari seperempat masih tidak memiliki rencana untuk
melakukannya.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

4 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Outsource ke 3PL :
Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka butuh 3PLs untuk melaksanakan
sebagian besar tugas logistil. 41% outsourcing lebih dari 75% dari kebutuhan mereka,
sementara 20% outsourcing antara 50% dan 75%. Hanya 11% tidak outsourcing logistik
mereka perlu 3PLs.

Rencana meningkatkan peranan 3PL:


Sebagian besar responden berharap untuk meningkatkan jumlah outsourcing untuk 3PLs
mereka selama 2 tahun ke depan, dengan 21% mengharapkan peningkatan yang signifikan
dan 34% mengharapkan peningkatan yang kecil. Sebagian tidak mengharapkan untuk
meningkatkan tingkat pelayanan outsourcing, sementara jumlah yang lebih tinggi dari
responden sudah outsource 100% persyaratan mereka dibandingkan dengan responden
mengharapkan untuk mengurangi tingkat mereka outsourcing.

Apakah mereka merubah transportasi untuk mengurangi biaya ?


Responden juga ditanya apakah mereka telah pindah ke mode transportasi yang lebih
lambat / lebih murah seperti Kereta atau Laut untuk mengurangi biaya, sebagai akibat dari
resesi. Opini dibagi pada strategi ini, dengan 46% telah berubah modus transportasi dan
54% tidak memiliki.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

5 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Bagaimana dengan Forecasting ?


Forecasting menrut mereka sebagian besar responden masih merasa bahwa mereka
memiliki ruang untuk perbaikan. Hanya 22% dari ritel dan konsumen rantai pasokan produk
eksekutif diberi nilai peramalan capabilties mereka sebagai baik atau sangat baik.
Memang, 30% nilai peramalan mereka sebagai kurang dari memuaskan atau sangat
miskin. Atau, kata lain dan satu dapat melaporkan bahwa 78% dari responden tidak akan
menilai capabilties peramalan mereka sebagai sesuatu yang lebih baik yang memuaskan.

Peranan Bagian SCM


Bagian selanjutnya dari laporan ini melihat peran eksekutif rantai suplai. Pertama,
responden ditanya apakah eksekutif puncak rantai pasokan mereka adalah pada papan
manajemen perusahaan. Secara keseluruhan, mayoritas (61%) memiliki suplai rantai
eksekutif atas mereka di papan manajemen perusahaan, meskipun, bila dilihat menurut
wilayah, situasi ini jauh lebih lazim di Eropa, Amerika Tengah atau Selatan, dan Asia
Pasifik, daripada di Amerika Utara dan Timur Tengah & Afrika.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

6 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Responden juga diminta untuk mengidentifikasi kepada siapa eksekutif puncak SCM
mereka lapor. Tepat setengah dari responden mengatakan bahwa eksekutif puncak SCM
mereka laporan ke / CEO Presiden mereka, sementara hanya 8% kata eksekutif puncak
SCM mereka melapor kepada seorang eksekutif senior di bawah board.

Fokus SCM 1 Tahun Kedepan


Bab ini berfokus pada keprihatinan responden terbesar untuk 12 bulan ke depan, meskipun
hasilnya tidak termasuk untuk Timur Tengah & Afrika, seperti ukuran sampel terlalu kecil
untuk pengamatan bermakna. Responden diminta untuk memilih hanya atas keprihatinan
mereka 3. tarif transportasi Secara keseluruhan, peningkatan adalah kekhawatiran
terbesar, diikuti oleh kapasitas transportasi ketat dan takut tiba-tiba melemahnya
permintaan. Supplier kegagalan, meningkatkan peraturan pemerintah, fluktuasi mata uang,
dan harga energi volatile juga sumber penting yang menjadi perhatian, meskipun kurang
responden khawatir mengenai prospek kepatuhan lingkungan baru atau gangguan yang
disebabkan oleh bencana alam.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

7 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Kekuatiran didalam SCM terhadap transportasi

Kekuatiran didalam SCM terhadap demand

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

8 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Kekuatiran didalam SCM terhadap perubahan mata uang

Kekuatiran didalam SCM terhadap kenaikan harga BBM/Energi

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

9 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Survey dilakukan pada Mei - Juni 2010 di wilayah tsb diatas.


Mudah-mudahan dapat dijadikan pembanding untuk Indonesia tercinta.

Posted by Logistik Indonesia at 7:29 AM

2 comments:

Recommend this on Google

Links to this post

Labels: general

12 August 2010

Form Uji GDP - CDOB Indonesia + Skor


Pencapaiannya

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

10 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

GDP - Goods Distribution Practice atau yang keren di Indonesia disebut CDOB, bukanlah
majority milik dari industri farmasi saja. Walaupun di farmasi CDOB menjadi suatu
kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaksana-pelaksana di lapangannya.
Khusus dunia farmasi, Indonesia sudah memiliki standar GDP lokal yang akan diterapkan
tahun 2010 ini hingga kedepan. Konsep dan mapping telah dilakukan oleh Balai POM
kebeberapa distributor farmasi di Indonesia untuk mengetahui sejauh mana tingkat
implementasinya.
Di blog ini, saya mencoba memberikan alternatif baru kepada rekan-rekan yang
berkecimpung di dunia farmasi untuk mencoba mengukur seberapa jauh kondisi lapangan
kita terhadap standard GDP Indonesia.
Bahan yang digunakan adalah 100% apa yang digunakan BPOM untuk mengaudit
PBF-PBF di Indonesia, namun saya mencoba menambahkan tingkat ukuran (skor)
seberapa jauh atau sedekat apa kondisi distribusi anda dengan ideal pencapaian standard
GDP ini.
Basis referensinya adalah GDP WHO tahun 2010 dan acuan BPOM 2010.
Aturan yang dibuat didalam form ini adalah sbb:

Form telah dibuatkan menjadi satu kesatuan dengan analisa dan aturannya.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

11 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Komponen audit GDP/CDOB ini adalah:


ASPEK DETAIL

1. PROFIL SARANA
2. MANAGEMENT MUTU*
3. PERSONALIA
4. BANGUNAN DAN PERALATAN
5. DOKUMENTASI
6. KOMODITI (OBAT)
7. INSPEKSI DIRI
8. PENYALUR VAKSIN/COLD CHAIN PRODUCT (CCP)
9. PEDAGANG BESAR BAHAN BAKU FARMASI
10. PBF PENYALUR NARKOTIKA
11. PBF PENYALUR PSIKOTROPIKA
12. LAIN-LAIN

Contoh hasil analisa:

Pencapaian adalah seberapa jauh operasional gudang farmasi ini menuju kesempurnaan
GDP/CDOB. Misal dari data diatas, untuk Penyalur Vaksin/CCP adalah 60% artinya
operasional PT ABC Farmasi untuk menyalurkan vaksin baru 60% memenuhi standard
CDOB yang ditetapkan. Masih ada 40% perbaikan yang harus dilakukan jika perusahaan
ini menginginkan standard CDOB.
Secara keseluruhan, PT ABC Farmasi telah mencapai 72% standard CDOB dan skor ini
memberikan predikat yang otomatis akan muncul dikolom atas "Masih Berat Mendapatkan
GDP/CDOB".
Mau mencoba dan mendapatkan form soft copynya ?

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

12 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Kirim email ke ir.widiyanto@gmail.com

Posted by Logistik Indonesia at 1:13 AM

No comments:

Recommend this on Google

Links to this post

Labels: quality

10 August 2010

Aneka Macam Picking Modern


Picking (penyiapan barang) ada banyak macamnya.
Cobalah klik Video dibawah ini dan anda akan menyaksikan betapa didalam logistik
modern, inovasi picking tiada henti.

1. Picking by light
2. Picking by voice
3. Picking by tote
4. Picking by mggm
Tujuan dari inovasi tsb adalah : mempercepat proses penyiapan barang.
Adakah yang dapat anda terapkan didalam perusahaan anda ?
Apa perbedaanya ? Gambar memberikan sejuta pemahaman.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

13 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Anda dapat melihat ratusan video logistik yang dapat di copy dan share jika sudah
memiliki Hand Book Logistic Indonesia Buku I

Posted by Logistik Indonesia at 6:34 PM

No comments:

Recommend this on Google

Links to this post

Labels: warehouse

09 August 2010

Drop Point Implementation at Jakarta


Optimizing Supply Chain by Utilization of Local Latest Updating (ULLU)
Management of Jabotabeks Drop Point (DP) to increase of LIFR, OTD and reducing
Operation Cost by fully utilize of JORR

LITERATURE BACKGROUND
Donald Waters (2003, Logistics -139) said that to determine location is important enough

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

14 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

for organizations to look at every available analyst before reaching a conclusion. If the
logistic strategy calls for short delivery times, then facilities must be in locations that can
achieve this; if the strategy calls for low costs, facilities will probably be centralized to get
economical scale.
Supply chain management (SCM) is the management of a network of interconnected
businesses involved in the ultimate provision of product and service packages required by
end customers (Harland, 1996).[1] Supply Chain Management spans all movement and
storage of raw materials, work-in-process inventory, and finished goods from point of
origin to point of consumption (supply chain).
Another definition is provided by the APICS Dictionary when it defines SCM as the "design,
planning, execution, control, and monitoring of supply chain activities with the objective of
creating net value, building a competitive infrastructure, leveraging worldwide logistics,
synchronizing supply with demand, and measuring performance globally."
ORIGINAL CONDITION: YEAR 2008-2009
The company business is Pharmacy. Some unique patterns of pharmacys business are
fulfill followed by the company, such as same day delivery for order receipt before 2pm, 4
hours order emergency (called cito) and others.
Coverage area
Jabotabek (Jakarta Bogor Tangerang and Bekasi area) was supported by 4 branches
completed with product storage, sales and finance office and order processing. Each of
them had minimal rental cost around 125 Million Rupiah per year, 10 Billion of stock
storage, 10 sales staffs, 4 finance staffs, 4-5 staffs of warehouse and logistic and also 2
staffs for customer services.
Warehouse & Logistic
To handling around of 10 Billions Rupiah of stock, more than 14,000 of customers and
more than 8,000 transactions per month, its need minimal 4 staffs plus the 1 supervisor.
They supported by 2 delivery schedules for every branch and serves to customer by 5-10
motorcycles and 2-3 blind van.
Order process
Per branch had 2-3 staffs to receive and process the order to the system. The order from
customer come to the branch by 4 ways : phone, fax, salesman and also by mail. Two
agreements whit customer are that order come before 2pm will be delivered at same day
and after 2pm will be delivered the day after. Exclude cito.
Tangible and intangible cost
To operate one branch, the tangible cost are fix and variable cost, such as : warehouse
and office rental cost, staff cost, operational cost (water, electricity, phone etc). For
intangible cost come from handling receiving stock come from central warehouse to branh,
picking and packing stock to fulfill customer order, stock take cost, government audit cost,
closing end of month cost, provide GDP standard cost etc.
Problems
1. Out of stock is an usual issue for every end of month. Its happen due to central
warehouse should prepare huge stock for 4 branches in the very short day only, 30
or 31. This condition will have impact to LIFR (line item fill rate) and also OTD (On
Time Delivery).
2. High % of logistic cost
3. Intangible activity which is spent much time and effort to full fill the requirement

THE PROJECT
The ideas of the project come from availability of Jakarta Outer Ring Road (JORR) . This
facility is possible to create an access for all customers around Jabotabek.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

15 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Basic concept

Drop point (DP) is an consolidation process of warehouses, finance activity and order
process into single warehouse by implementation of cross docking process from central
warehouse at DP to the customer.
The goods will be prepared, picked and packed and also completed with invoice at Bekasi
central warehouse and then cross docked at DP before hand over to customer.
There are two types of transportation used : blind van from Bekasi central warehouse and
motorcycles from DP.
As preparation, branch Cikarang and branch Pulomas (Jkt1) already merged to central
warehouse as part of learning curve how to serve direct customer from central warehouse
instead of deliver to branches only. Second process, branch Pasar Minggu (Jkt3) merged
half to central warehouse and half to branch Kebayoran (Jkt2). At the end process, branch
Kebayoran (Jkt2) merged to 2 drop points.

Steps of the project


Step 1: mapping customers outlet base
Its very important step which will have impact to determine of how many DP should be
available to cover and closer to customer.

The number is very important


also to determine at the next
step for how many motorcycle
will support this DP.
From this step, its determined
where the DP should be
available based on the weight
of the customer number.
Step 2: determine DP
locations
To determine DP locations, its used simple method, called Me2. This method means to
compare to the current friendly competitor which are already available.
This step to make sure that DP location is reasonable to available at that location.
When its compare to the current competitor, its look that the best number of DP and
alternative locations are on Grogol (DP1), BSD (DP2), Pasar Minggu (DP3) and Bogor
(DP4).
Step 3: mapping alternative to the JORRs facility.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

16 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

By download from Google map, the DPs must be mapped to the JORR access. Its very
important due to the speed of delivery from central warehouse at Bekasi will depend on
how fast Blind Van can reach the DP.
Step 4: create the DP
Team already define how look like DPs are:
Investment:
Low investment
Facilities at DP:
Owned by company
Motor pool for cross-docking
Motor cycles for distributing products to the dedicated points area of coverage
(dedicated territory)
Admin DP (Finance) and no sales admin (Sales)
System :
All order from DPs territory managed by Head Office
All delivery plan/return consolidated and managed at central warehouse including their
document pertinent to billing, delivery process
All return from points territory come to DP before it goes to central warehouse
Products/goods at DP deliver regularly from central warehouse by truck van
Products/goods cross docked at DP and distributed to customer within DPs territory
Expire product return coming to DP and to be managed and consolidated by central
warehouse
Step 5: re-engineering operation process
By closing 4 branches and move all activities to central warehouse, its need to
reengineering the existing process with 2 conditions:
1. Do not add the man power
2. Use existing system support
The major activities needed to be re-engineering are:
Order preparation release time, must ketchup departure time
Hand over product and document at both central warehouse and DP
Exceptional delivery for non DP customers
Step 6: calculating support armada and set up schedule
Ideally the unit number of armada should not more than as current. To achieve this, its
need to be re-calculated in very detail schedule and activity.
Based on the customers number, its determined 12 motorcycles for DP1, 3 motorcycles
for DP2, 3 motorcycles for DP3 and 3 motorcycles for DP4. The rest of 9 motor cycles
and 9 blind vans are ready available at central warehouse.
Time motion study was implemented to know what the best schedule to prepare the goods
for all activities such as : order receipt time, pick and pack, documentation, hand over to
blind vans driver, the best time to departure, time to arrival and hand over to motorcycles
rider, lead time to customer, reverse documentation and also payment process.
By implementing of Donald Waters theory (2003, Logistics 326), there are two
approaches to determine routing. First uses geographical arguments regardless of the
actual roads and second look at the road network and finds shortest routes through it.
Its done more than 3 months to finalize the schedule of optimum delivery for 4 drop points
and divided in to 4 time schedules:
1. 1st departure is on 5 am covers DP1, DP2, DP3 and DP4. This route will back to
central warehouse at 11 am. This blind van will be used again for 4th departure
next.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

17 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

2. 2nd departure is on 10 am and only cover DP1 then back to central warehouse
waiting for 4th departure.
3. 3rd departure is on 12 am by use 4 blind vans for all DPs. Three of them will go
direct to customers.
4. 4th departure is on 14.30 pm by use 4 blind vans and only 1 of them will go direct to
customers.

Step 7: review and potential improvement


During 3-6 months after implementation, some activities were reviewed and adjusted to the
better processes. The processes that adjusted due to review period are:
Hand over process and transport manifest documentation
Alternative access during afternoon departure
Reverse delivery documentation
Potential improvement already planned to cover Sukabumi and Cianjur area from DP Bogor
which was previously by Bandung branch and also prepare the next drop point plus (DP +)
for Bandung branch by utilizing Tol Purbaleunyi (Jakarta Bandung) and preparing all the
order from Central Warehouse Bekasi.

RESULT AND ACHIEVEMENT

1. Line Item Fill Rate (LIFR) increasing significantly during end of the month closing
period.
2. On Time Delivery (OTD) increasing OTD and double certainty delivery time to
customer.
3. Trips/day increasing from average 2 time per day become average 3.5 times per
day.
4. Supply chain cost reducing minimal 450 mio per year for branch rental, 180 Mio
for electricity per year.
5. No complexity of operation by no intangible cost for handling receiving stock come
from central warehouse, picking and packing stock to fulfill customer order, stock
take cost, government audit cost, closing end of month cost, provide GDP standard
cost etc.

Posted by Logistik Indonesia at 9:57 PM

No comments:

Recommend this on Google

Links to this post

Labels: general

06 August 2010

Kalibrasi Alat Ukur Logistik

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

18 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Kalibrasi adalah salah satu aktifitas wajib yang dilakukan pada alat-alat ukur yang bekerja
didalam dunia logistik. Yang dilakukan didalam kalibrasi adalah meng-nol-kan kembali
alat-alat yang digunakan sehingga memiliki ketepatan yang tertinggi.
Kalibrasi dapat dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk oleh negara, misalnya Badan
Meteorologi Indonesia atau lembaga swasta yang memiliki standard kalibrasi nasional.
Secara perusahaan, kalibrasi dapat dilakukan secara internal dengan mengacu pada
master kalibrasi yang telah ditentukan.
Kalibrasi sebaiknya dilakukan minimal 1x pertahun dan sesuai dengan petunjuk teknis yang
telah disepakati pada alat tsb,
Beberapa alat ukur yang dipergunakan didalam logistik antara lain:
TERMOMETER AIR RAKSA

Fungsi Termometer Air Raksa


Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Thermometer analog bisa juga disebut
sebagai thermometer manual, karena cara pembacaannya masih manual. Penggunaan
air raksa sebagai bahan utama thermometer karena koefisien muai air raksa terbilang
konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hampir selalu
sama. Namun ada juga beberapa termometer keluarga mengandung alkohol dengan
tambahan pewarna merah. Termometer ini lebih aman dan mudah untuk dibaca.]
Jenis khusus termometer air raksa, disebut termometer maksimun, bekerja dengan adanya
katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke atas melalui
katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada katup dan tidak dapat
kembali ke bohlam membuat air raksa tetap di dalam tabung. Pembaca kemudian dapat
membaca temperatur maksimun selama waktu yang telah ditentukan. Untuk
mengembalikan fungsinya, termometer harus diayunkan dengan keras. Termometer ini
mirip desain termometer medis.
Air raksa akan membeku pada suhu -38.83 C (-37.89 F) dan hanya dapat digunakan
pada suhu diatasnya. Air raksa, tidak seperti air, tidak mengembang saat membeku
sehingga tidak memecahkan tabung kaca, membuatnya sulit diamati ketika membeku. Jika
termometer mengandung nitrogen, gas mungkin mengalir turun ke dalam kolom dan
terjebak disana ketika temperatur naik. Jika ini terjadi termometer tidak dapat digunakan
hingga kembali ke kondisi awal. Untuk menghindarinya, termometer air raksa sebaiknya
dimasukkan ke dalam tempat yang hangat saat temperatur di bawah -37 C (-34.6 F).
Pada area di mana suhu maksimum tidak diharapkan naik di atas - 38.83 C (-37.89 F)
termometer yang memakai campuran air raksa dan thallium mungkin bisa dipakai.
Termometer ini mempunyai titik beku of -61.1 C (-78 F).
Pengukuran Termometer Air Raksa

Termometer air raksa umumnya menggunakan skala suhu Celsius dan Fahrenhait. Celsius
memakai dua titik penting pada skalanya: suhu saat es mencair dan suhu penguapan air.
Es mencair pada tanda kalibrasi yang sama pada thermometer yaitu pada uap air yang
mendidih. Saat dikeluarkan termometer dari uap air, ketinggian air raksa turun perlahan. Ini
berhubungan dengan kecepatan pendinginan (dan pemuaian kaca tabung). Jadi pegukuran
suhu celsius menggunakan suhu pencairan dan bukan suhu pembekuan.
Titik didih Celcius yaitu 0 C (212 F) dan titik beku pada 100 C (32 F). Tetapi peneliti
lain -Frenchman Jean Pierre Cristin mengusulkan versi kebalikan skala celsius dengan titik
beku pada 0 C (32 F) dan titik didih pada 100 C (212 F). Dia menamakannya
Centrigade.
Cara kerja Termometer Air Raksa
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan kandungan air
raksa di ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga
hampa udara. Jika temperatur meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas
pipa dan memberikan petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

19 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

telah ditentukan. Adapun cara kerja secara umum adalah sbb ;


1. Sebelum terjadi perubahan suhu, volume air raksa berada pada kondisi awal.
2. Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon air raksa dengan perubahan
volume.
3. Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan menyusut jika suhu
menurun.
4. Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan lingkungan.
Kalibrasi Termometer Air Raksa
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.
Proses kalibrasi thermometer antara lain :
Letakkan silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer
disaat seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku air.
Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut mendidih
seluruhnya saat dipanaskan.

TERMOMETER DIGITAL

Fungsi Termometer Digital


Termometer merupakan salah satu alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui suhu objek
(benda/tubuh).
Prinsip kerja Termometer Digital
Termometer digital, biasanya menggunakan termokopel sebagai sensornya untuk
membaca perubahan nilai tahanan. Secara sederhana termokopel berupa dua buah kabel
dari jenis logam yg berbeda yang ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik
penyatuan ini disebut hot junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan
antara tegangan (volt) dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu
memiliki tegangan tertentu pula. Pada temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan
yang berbeda dengan logam B, terjadilah beda tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat
dideteksi. Jadi dari input temperatur lingkungan setelah melalui termokopel terdeteksi
sebagai perbedaan tegangan (volt). Beda tegangan ini kemudian dikonversikan kembali
nilai arusnya melalui pengkomparasian dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian
komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt
kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui layar/monitor berupa
seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh termokopel.
Termokopel ini macam-macam, tergantung jenis logam yang digunakan. Jenis logam akan
menentukan rentang temperatur yang bisa diukur (termokopel suhu badan (temperatur
rendah) berbeda dengan termokopel untuk mengukur temperatur tungku bakar (temperatur
tinggi)), juga sensitivitasnya.
Secara terperinci prinsip kerja thermometer digital dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sensor yg berupa PTC atau NTC dengan tingkat sensitifitas tinggi akan berubah nilai
tahanannya jika terjadi sebuah prubahan suhu yg mengenainya.
Perubahan nilai tahanan ini linear dengan perubahan arus, sehingga nilai arus ini bisa
dikonversi ke dalam bentuk tampilan display
Sebelum dikonversi, nilai arus ini di komparasi dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian
komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt yg
akan dikonversi ke display.
Pembacaan Pengukuran Termometer Digital
Pembacaan pengukuran termometer ini dilakukan langsung dari nilai display dengan
memperhatikan garis segmen yang ada.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

20 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Kalibrasi Termometer Digital


Kalibrasinya biasa menggunakan kalibrator manual atau otomatis, kalibrator manual suhu
yg dikenakan ke sensor adalah suhu pemanas nyata dimulai dari 0 derajat untuk setting
ofsetnya. Kalibrasi otomatis terdiri dari suhu pemanas dan checker untuk gain dalam
rangkaian komparatornya
Material Penyusun Termometer Digital
Termometer digital memiliki bagian penyususn terpenting. Material penyusun tersebut
adalah sebagai berikut:
*
*
*
*
*

Sensor PTC/ NTC


Komparator (OP-amp dan sejenisnya)
ANALOG to Digital konverter
Dekoder display (IC 7447 TTL misalnya)
Display (7 segmen, LCD, monitor)

ANEMOMETER
Fungsi Anemometer
Pengamatan unsur-unsur cuaca dan iklim memerlukan alat-alat meteorologi yang bersifat
peka, kuat, sederhana dan teliti. Ditinjau dari cara pembacaannya, alat meteorologi terdiri
atas dua jenis, yaitu:
Recording yaitu alat yang dapat mencatat data secara terus-menerus, sejak pemasangan
hingga pergantian alat berikutnya. Contoh : barograf dan anemograf.
Non recording yaitu alat yang digunakan bila datanya harus dibaca pada saat-saat tertentu
untuk memperoleh data. Contoh: barometer, ermometer dan anemometer.
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin.
Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort). Sedangkan
satuan meteorologi dari arah angin adalah 0o 360o serta arah mata angin. Anemometer
harus ditempatkan di daerah terbuka.
Pada saat tertiup angin, baling-baling/mangkok yang terdapat pada anemometer akan
bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan angin meniup mangkok-mangkok
tersebut, makin cepat pula kecepatan berputarnya piringan mangkok-mangkok. Dari jumlah
putaran dalam satu detik maka dapat diketahui kecepatan anginnya. Di dalam anemometer
terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat
pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort.c Gambar Anemometer
adalah :
Tipe Anemometer
Anemometer sendiri terdapat dua tipe secara umum. Tipe tersebut adalah sebagai berikut:
a. Anemometer dengan tiga atau empat mangkok
Sensornya terdiri dari tiga atau empat buah mangkok yang dipasang pada jari-jari yang
berpusat pada suatu sumbu vertikal atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros
vertikal. Seluruh mangkok menghadap ke satu arah melingkar sehingga bila angin bertiup
maka rotor berputar pada arah tetap. Kecepatan putar dari rotor tergantung kepada
kecepatan tiupan angin. Melalui suatu sistem mekanik roda gigi, perputaran rotor mengatur
sistem akumulasi angka penunjuk jarak tiupan angin. Anemometer tipe cup counter hanya
dapat mengukur rata-rata kecepatan angin selama suatu periode pengamatan. Dengan
alat ini penambahan nilai yang dapat dibaca dari satu pengamatan ke pengamatan
berikutnya, menyatakan akumulasi jarak tempuh angin selama waktu dari kedua
pengamatan tersebut, sehingga kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi jarak
tempuh tersebut dibagi lama selang waktu pengamatannya.
b. Anemometer Termal
Anemometer ini merupakan satu sensor yang digunakan untuk mengukur kecepatan fluida
(angin) sesaat. Cara kerja dari sensor ini berdasarkan pada jumlah panas yang hilang
secara konvektif dari sensor ke lingkungan sekeliling sensor. Besarnya panas yang

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

21 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

dipindahkan dari sensor secara langsung berhubungan dengan kecepatan fluida yang
melewati sensor. Jika hanya kecepatan fluida yang berubah, maka panas yang hilang bisa
diinterpretasikan sebagai kecepatan fluida tersebut. Kerja Anemometer ini mengikuti
prinsip tabung pitot, yaitu dihitung dari tekanan statis dan tekanan kecepatan.
Proses Pengukuran Anemometer
Berikut contoh perhitungan sederhana kecepatan angin yang diukur dengan anemometer
tiga mangkok. Panjang lingkaran susunan mangkok-mangkok adalah 3 m, dan susunan
itu pada suatu waktu berputar 20 kali dalam waktu 10 detik, maka kecepatan angin dapat
dihitung : [(20x3)/10 m = 6 m/dt]
Untuk memudahkan menghitung putaran dari pada piringan anemometer maka salah
satu mangkok diberi warna lain.

Sehubungan dengan karena adanya perbedaan kecepatan angin dari berbagai ketinggian
yang berbeda, maka tinggi pemasangan anemometer ini biasanya disesuaikan dengan
tujuan atau kegunaannya. Untuk bidang agroklimatologi dipasang dengan ketinggian sensor
(mangkok) 2 meter di atas permukaan tanah. Untuk mengumpulkan data penunjang bagi
pengukuran penguapan Panci Kelas A, dipasang anemometer setinggi 0,5 m. Di lapangan
terbang pemasangan umumnya setinggi 10 m. Dipasang didaerah terbuka pada pancang
yang cukup kuat. Untuk keperluan navigasi alat harus dipasang pada jarak 10 x tinggi
faktor penghalang seperti adanya bangunan atau pohon. Sebagian besar Anemometer ini
umumnya tidak dapat merekam kecepatan angin dibawah 1-2 mil/jam karena ada faktor
gesekan apa awal putaran.
Proses Kalibrasi Anemometer
Proses kalibrasi anemometer dilakukan secara periodik agar perfomansi dan hasil
pencatatan tetap stabil dan baik. Berikut urutan proses kalibrasi pada anemometer.

TERMOKOPEL
Fungsi Termokopel
Pada dunia elektronika, termokopel merupakan sensor suhu yang banyak digunakan untuk
mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang
sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan
batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 C.
Cara Kerja Termokopel
Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck
menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan panas
secara gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek
termoelektrik. Untuk mengukur perubahan panas ini, gabungan dua macam konduktor
sekaligus sering dipakai pada ujung benda panas yang diukur. Konduktor tambahan ini
kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan mengalami perubahan tegangan secara
berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda. Menggunakan logam yang berbeda
untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan
perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah
sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt tiap
derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa
kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya,
kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting diingat
bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan temperatur
absolut.
Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai
temperatur referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek pengukuran. Termokopel
dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk membuat termopile, dimana tiap
sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan dingin
ke suhu yang lebih rendah.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

22 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang memungkinkan untuk
digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan pada sambungan
dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara sederhana termokopel
tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi sambungan lansung dan instrumen kontrol.
Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain yang
sensitif terhadap suhu (seperti termistor atau dioda) untuk mengukur suhu sambungan input
pada peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi suhu di antara ujungujungnya.
Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui dapat disimulasikan,
dan koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan kompensasi hubungan
dingin. Biasanya termokopel dihubungkan dengan alat indikasi oleh kawat yang disebut
kabel ekstensi atau kompensasi. Tujuannya sudah jelas. Kabel ekstensi menggunakan
kawat-kawat dengan jumlah yang sama dengan kondoktur yang dipakai pada Termokopel
itu sendiri. Kabel-kabel ini lebih murah daripada kabel termokopel, walaupun tidak terlalu
murah, dan biasanya diproduksi pada bentuk yang tepat untuk pengangkutan jarak jauh umumnya sebagai kawat tertutup fleksibel atau kabel multi inti. Kabel-kabel ini biasanya
memiliki spesifikasi untuk rentang suhu yang lebih besar dari kabel termokopel. Kabel ini
direkomendasikan untuk keakuratan tinggi. Kabel kompensasi pada sisi lain, kurang
presisi, tetapi murah.
Mereka memakai perbedaan kecil, biasanya campuran material konduktor yang murah
yang memiliki koefisien termoelektrik yang sama dengan termokopel (bekerja pada
rentang suhu terbatas), dengan hasil yang tidak seakurat kabel ekstensi. Kombinasi ini
menghasilkan output yang mirip dengan termokopel, tetapi operasi rentang suhu pada
kabel kompensasi dibatasi untuk menjaga agar kesalahan yang diperoleh kecil. Kabel
ekstensi atau kompensasi harus dipilih sesuai kebutuhan termokopel. Pemilihan ini
menghasilkan tegangan yang proporsional terhadap beda suhu antara sambungan panas
dan dingin, dan kutub harus dihubungkan dengan benar sehingga tegangan tambahan
ditambahkan pada tegangan termokopel, menggantikan perbedaan suhu antara
sambungan panas dan dingin.
HYGROMETER
Prinsip Kerja Hygrometer
Hygrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua thermometer.
Thermometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua
untuk mengukur suhu udara jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas
yang basah). Thermometer Bola Kering: tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan
mengukur suhu udara sebenarnya.
Thermometer Bola Basah: tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu
saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan
mempergunakan
Psychrometer ialah :
Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer
Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah
Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain
Letak bola kering atau bola basah
Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain
Fungsi Hygrometer
Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara relative (RH)
Proses Pengukuran
Higrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang satu
menunjukkan temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan
diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya. skala kelembaban
biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu dengan derajat celcius.
Ada bentuk higrometer lama yakni berbentuk bundar atau berupa termometer yang
dipasang didinding. Cara membacanya juga sama, bisa dilihat pada raksanya di
termometer satu yang untuk mengukur kelembaban dan satu lagi yang mengukur suhu.
yang bundar ya dibaca skalanya.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

23 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Perlu diperhatikan pada saat pengukuran dengan hygrometer selama pembacaan haruslah
diberi aliran udara yang berhembus kearah alat tersebut, ini dapat dilakukan dengan
mengipasi alat tersebut dengan secarik kertas atau kipas. Sedangkan pada slink, alatnya
harus diputar.
Kalibrasi
Sebuah sistem kalibrasi higrometer telah dirancang dan dibuat dalam rangka peningkatan
kemampuan kalibrasi higrometer untuk menghasilkan sebuah sistem kalibrasi yang dapat
memberikan kemampuan ukur terbaik di bawah 2,5%. Sistem yang dibangun
memanfaatkan prinsip kerja divided flow atau aliran terbagi. Pengujian dilakukan terhadap
sistem tersebut pada rentang kelembaban relative yang biasa dipakai untuk melakukan
kalibrasi, yaitu dari 10% hingga 95%. Pengukuran ketidakseragaman test chamber telah
dilakukan pada rentang kelembaban tersebut dengan menggunakan dua buah sensor. Hasil
akhir pengujian menunjukkan sistem yang dibangun mampu memberikan kemampuan ukur
terbaik masing-masing adalah 0,62% pada RH 10% dan 0,51% pada RH 60% dan 95%.
NERACA DIGITAL/ELEKTRONIK
Fungsi
Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi dalam tinjauan
fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak dipengaruhi gravitasi, sedangkan
berat dipengaruhi oleh gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik maupun bukan elektrik secara
umum adalah sebagai alat pengukur massa. Kegunaan neraca ini tergantung dari skala
dari neraca tersebut misal neraca/timbangan elektrik yang ada di pasar swalayan dengan
yang di laboratorium tentu sensitivitas dan skala neracanya jauh berbeda.
Proses Pengukuran
Secara umum proses meninbang dengan neraca elektronik/digital adalah:
Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.
Pastikan timbangan menunjukkan angka nol( jika tidak perlu di koreksi).
Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda.
Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan tersebut.
Untuk pengukuran yang sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit, karena hanya
dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan.

Kalibrasi
Pengontrolan Timbangan/Neraca
Timbangan/Neraca dikontrol dengan menggunakan anak timbangan yang sudah terpasang
atau dengan dua anak timbangan eksternal, misal 10 gr dan 100 gr. Timbangan/Neraca
elektronik, harus menunggu 30 menit untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan
timbangan yang sangat sensitif, hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang
ditetapkan. Timbangan harus terhindar dari gerakan (angin) sebelum menimbang angka
nol harus dicek dan jika perlu lakukan koreksi. Penyimpangan berat dicatat pada
lembar/kartu kontrol, dimana pada lembar tersebut tercantum pula berapa kali timbangan
harus dicek. Jika timbangan tidak dapat digunakan sama sekali maka timbangan harus
diperbaiki oleh suatu agen (supplier).
Kebersihan timbangan
Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan, bagian dan menimbang
harus dibersihkan dengan menggunakan sikat, kain halus atau kertas (tissue) dan
membersihkan timbangan secara keseluruhan timbangan harus dimatikan, kemudian
piringan (pan) timbangan dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan
menggunakan pembersih seperti deterjen yang lunak, campurkan air dan etanol/alkohol.
Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan setelah dipanaskan, cek kembali dengan
menggunakan anak timbangan.

PYRANOMETER
Pyranometer juga disebut solarmeter digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh
radiasi cahaya pada permukaan bidang dengan satuan W/m2. Kinerja alat ini dengan

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

24 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

dipasang pada suatu permukaan bidang kemudian dengan adanya hantaman cahaya tepat
pada sensor cahaya yang akan diteruskan pada tampilan komputer dalam bentuk
simpangan besarnya fluks yang diberikan cahaya tersebut.
Nilai maksimum yang memberikan fluks terbesar jika cahaya menghantam sensor sejajar
dengan bidang vertikal dan nilai terkecil fluks cahaya saat cahaya jatuh sejajar bidang
horizontal, sehingga besarnya simpngan fluks bergantung pada sudut cosinus terhadap
sumbu vertikal selain dari besarnya muatan elektron yang menghantam sensor dari radiasi
cahaya. Dengan adanya muatan elektron tersebut dapat diukur dengan rumus medan listrik
sehingga simpangan fluks magnet berbanding lurus dengan peningkatan arus akibat
penumpukan elektron. Pada saat kalibrasi digunakan saat diletakkan pyranometer di dalam
ruangan gelap yang tidak ada cahaya dan pengaruh medan listrik maupun medan magnet
sebagai keadaan ideal saat keadaan normal atau keadaan nol.
Disadur dari http://shafiyyah.blog.uns.ac.id/

Posted by Logistik Indonesia at 10:24 AM

No comments:

Recommend this on Google

Links to this post

Labels: cold chain

Logistik 2010 ++
Solusi Sistem Logistik Nasional
Pemilu 2009 sudah berakhir dan memenangkan pasangan presiden in cumbent yang
didukung oleh tim ekonomi dan keuangan yang sangat berpengalaman.
Namun untuk permasalahan logistik Indonesia setelah 2009, secara makro masih
belum memiliki fokus yang jelas dengan belum terbentuknya Dewan Logistik
Nasional yang bekerja keras untuk menciptakan Blue Print Logistik Nasional.
Berikut ini adalah pendapat dari Presiden Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldi yang
menuliskan ide-idenya dimajalah Swa beberapa waktu yang lalu.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang berlokasi di antara dua benua
dan dua samudra, membutuhkan sistem logistik terpadu yang multimoda. Selain itu,
dengan penduduk 230 juta jiwa terbesar keempat di dunia menuntut adanya sistem
distribusi yang efisien dan reliable. Perkiraan biaya logistik di Indonesia yang sekitar
25%-30% dari Produk Domestik Bruto membuat bisnis logistik sebagai salah satu bisnis
yang sangat menarik sejak Indonesia merdeka.
Namun, kenyataan di lapangan sangat jauh berbeda. Sistem logistik nasional kita bisa
dikatakan tertinggal 30 tahun dibanding negara maju. Kondisi demikian menimbulkan
sejumlah akibat buruk, antara lain: sering terjadinya kelangkaan sembako; perbedaan
harga yang mencolok antara Jawa dan luar Jawa; ekspor terhambat karena biaya dari
pabrik sampai pelabuhan sangat tinggi (sekitar US$ 700/kontainer menurut Euro
Chamber); dan harga produk impor yang lebih murah dibanding barang sejenis dari dalam
negeri. Sistem logistik Indonesia yang tidak efisien menyebabkan rakyat harus membayar
lebih mahal karena biaya logistik yang tinggi.
Survei internasional menunjukkan bahwa peringkat logistik Indonesia cukup
memprihatinkan: (1). Indonesia peringkat 54 untuk Country Competitiveness Index (World

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

25 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Economy Forum), di mana logistik menjadi elemen yang kritis untuk meningkatkan daya
saing nasional.(2). Indonesia peringkat 43 untuk Logistics Performance Index (Bank
Dunia), di mana biaya logistik domestik kita berada di urutan 92.Dan lebih parahnya, sejak
dulu Pemerintah Indonesia tidak mempunyai visi dan misi logistik nasional mau dibawa ke
mana logistik kita? Masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda. Ada yang
berpendapat, karena terletak di lokasi yang strategis, Indonesia harus menjadi hub di Asia
Pasifik. Pertanyaannya, mampukah kita bersaing dengan Singapura atau Hong Kong?
Dengan dana yang terbatas, waktu yang tidak banyak, dan untuk kepentingan mayoritas
rakyat, kita harus mempunyai sistem logistik nasional (SLN) yang bisa menurunkan biaya
logistik dan memberi arahan yang jelas bagi semua pihak.Adapun tujuan SLN:
(1) Memperbaiki sistem distribusi domestik sehingga setiap simpul ekonomi di semua
daerah bisa terhubung, dan menjadikan logistik domestik Indonesia terintegrasi.
(2) Mendukung ekspor dengan mempermudah aliran barang dari sentra produksi sampai
ke pelabuhan dan terhubung dengan jaringan internasional.
(3) Prioritas pembangunan infrastruktur berdasarkan moda transportasi dan geografi yang
akan memberi dampak ekonomi terbesar secara jangka panjang.
(4) Memberi arahan yang jelas pada setiap departemen, pemakai jasa logistik dan
penyedia jasa logistik, agar terjadi sinkronisasi dalam membangun SLN.
(5) Pada akhirnya, menurunkan biaya logistik nasional dan meningkatkan kecepatan
pergerakan barang di Indonesia.Ada 6 penggerak utama SLN yang perlu dijabarkan
programnya secara detail, yaitu:
(1) Peraturan. Semua peraturan yang berhubungan dengan logistik, yang sekarang
tersebar di berbagai departemen, harus sinkron dan mendukung satu sama lain. Peraturan
mengenai bisnis logistik juga harus jelas untuk mempermudah proses outsourcing logistik.
(2) Produk unggulan. Prioritas produk unggulan untuk meningkatkan ekspor ataupun
ketahanan pangan nasional. Setiap produk unggulan mempunyai sistem supply chain yang
akan didukung SLN untuk meningkatkan daya saingnya.
(3) Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang terpola dan terintegrasi akan memberi
multiplier effect yang besar pada bisnis logistik. Perencanaan dan prioritas dibutuhkan
untuk membangun infrastruktur yang mempunyai nilai logistik tinggi.
(4) Sumber daya manusia (SDM). Ini merupakan salah satu kendala utama pembangunan
logistik di Indonesia. Peningkatan SDM Indonesia di bidang logistik sangat dibutuhkan
untuk mendesain SLN yang efisien dan menjalankan best practice logistik.
(5) Informasi dan teknologi komputer, yang merupakan tulang punggung pergerakan
barang. Sistem informasi yang andal dan murah akan mempercepat akselerasi SLN yang
efisien.
(6) Penyedia jasa logistik (logistic service provider), yang peranannya sangat penting untuk
memastikan SLN yang efisien dapat diimplementasi dengan baik.Paradigma dalam melihat
bisnis logistik juga harus berubah. Logistik harus dipandang sebagai enabler dari bisnis
atau perdagangan. Sehingga, semakin efisien sistem logistik, maka perdagangan akan
berkembang semakin pesat. Bisnis logistik tidak bisa lagi dilihat secara eksklusif dan
vertikal. Setiap industri atau bisnis membutuhkan logistik untuk menunjang
perkembangannya. Logistik tidak hanya dibutuhkan di kota, melainkan di setiap pelosok,
sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan di desa.
Kita harapkan dengan adanya SLN yang efisien, maka rakyat Indonesia akan semakin
mudah menjual produknya di dalam ataupun ke luar negeri, dan semakin murah membeli
produk di pasaran (SWA).

Peluang Logistik Mikro


Secara mikro logistik, andalah kitasebagai pengelola logistik dimasing-masing
perusahaan yang paling tahu bagaimana menciptakan Sistem Logistik Mikro yang
bermanfaat bagi perusahaan.
Bandung Jakarta
Kemudahan transportasi antar kota Jakarta dan Bandung yang dapat ditempuh dibawah 2
jam memberikan peluang yang sangat besar untuk melakukan penghematan didalam
penyediaan stock antar kota. Kalau dahulu harus ada gudang di Jakarta dan gudang di
Bandung, apakah sekarang masih diperlukan untuk melakukan hal tsb ?
Jika dapat menghemat inventory untuk gudang Bandung, maka akan terjadi efek domino
yang akan mempengaruhi penghematan dalam hal tenaga kerja, sewa lokasi,
penghematan penanganan kualitas gudang, biaya gudang dll.

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

26 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Untuk transportasi, tidak perlu ragu lagi. Adanya banyak perusahaan yang menyediakan
jasa transport shutle memberikan kemudahan dimana setiap jamnya akan ada armada
yang bergerak dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya. Artinya tidak diperlukan adanya
kendataan besar seperti truk yang harus disewa per iritasi.
Bagaimana dengan Solo Yogya Semarang atau Surabaya Madura dan malang ?
Konsolidasi Transportasi
Saat ini, transporterlah yang mengatur perusahaan-perusahaan untuk melakukan
pengiriman ke gudang cabang-cabang di Indonesia. Karena volume yang rendah maka
perusahaan harus membayar minimal M3 atau mempergunakan Kg yang pasti jauh lebih
mahal harganya jika dibandingkan dengan mempergunakan full truck atau full container.
Diperlukan adanya konsolidasi yang tinggi untuk menciptakan harga murah didalam
pengiriman barang. Perusahaanlah yang mengkoordinir pengiriman dengan
menggabungkannya menjadi satu dalam satu tujuan. Dengan mempergunakan truck yang
besar, maka biaya dapat di tanggung bersama sesuai dengan besaran volume yang
terkirimkan.
Quality Focus
Menghadapi persaingan yang sangat ketat dari manca negara, diperlukan persiapan
kualitas yang sangat tinggi.
Persaingan kedepan tidak hanya dengan rendahnya harga pelayanan, tetapi akan
ditentukan pertama kali oleh kemampuan standar kualitas yang harus dipenuhi.
Dengan memfokuskan usaha pada kualitas disaat kondisi perekonomian sedang berjalan
perlahan, maka akan diperoleh hasil yang sempurna pada saatnya nanti perekonomian
sudah berputar kembali.

Posted by Logistik Indonesia at 10:21 AM

No comments:

Recommend this on Google

Links to this post

Labels: general

COLD CHAIN MANAGEMENT


Cold Chain : the top of Logistic
Cold chain adalah barang-barang yang memerlukan penanganan dengan suhu yang
diatur dibawah suhu ruangan (ambient).
Cold chain adalah barang-barang yang memerlukanpenanganan extra khusus didalam
proses logistiknya mulai dari penerimaan barang, penyimpanan, penyiapan hingga
pengirimannya.
Cold chain is a always a risk ! Tidak salah jika barang-barang cold chain dikatakan
selalu berhubungan dengan resiko. Resiko yang terbesar adalah penanganan suhu yang
sangat memerlukan perhatian khusus.
Barang-barang yang dikategorikan cold chain diantaranya adalah Vaksin, obat-obtan

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

27 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

hormonal dan untuk FMCG misalnya coklat.


Karena sifatnya yang sedemikian ketat didalam prosedur penangannya, maka cold chain
dikatakan sebagai puncak dari pada logistik.
Untuk menangani barang-barang cold chain diperlukan peralatan yang komplek dan bahkan
terkadang memerlukan biaya yang sangat besar. Peralatan yang diperlukan diantaranya:

Termometer alat pengukur suhu


Chiller alat pengatur suhu
Dehumidifier alat pengatur kelembaban
Data logger alat pencatat suhu
Ice pack alat pencipta suhu dingin dipengiriman
Cold box alat pengiriman
Sticker suhu

Masing-masing peralatan juga memerlukan penanganan khusus yang berhubungan dengan


kalibrasi, validasi ataupun pencatatan-pencatatan lainnya.
Peralatan Yang Dipergunakan Pada Penanganan Cold Chain
Aktifitas Cold Chain
Didalam menangani barang-barang cold chain harus dilakukan 8 proses yang secara rutin
harus dilakukan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Validation
Temperature mapping
Thermometer Calibration
Goods Receiving
Storage
Pick and Pack
Delivery
Temperature Control

1.Validation
Validasi adalah proses penentuan standard ice pack yang dipergunakan untuk melakukan
suatu pengiriman. Validasi ini diperngaruhi oleh jenis cold box dan juga jenis ice pack yang
dipergunakan.
Hasil akhir yang akan diperoleh adalah berapa jumlah ice pack yang diperlukan untuk
pengiriman barang pada suhu dingin selama 2 jam, 4 jam atau 24 jam.
2.Temperature mapping
Pemetaan suhu dilakukan pada ruangan penyimpanan dengan tujuan untuk mengetahui
dititik mana terjadi suhu terpanas dan suhu terdingin.
Titik-titik terpanas dan terdingin tsb akan dipergunakan sebagai tempat diletakannya
sensor data logger sehingga diperoleh batas atas dan batas bawah yang baik.
Temperature mapping dilakukan minimal 1x per tahun.
3.Thermometer Calibration
Kalibrasi termometer dilakukan untuk memastikan bahwa pengukuran suhu dengan
menggunakan peralatan yang ada sama dengan standar pengukuran suhu yang ditentukan.
Kalibrasi dilakukan minimal 1x setahun oleh badan yang berwenang (kalibrasi external) dan
dapat pula dilakukan oleh perusahaan (kalibrasi internal)
4.Goods Receiving
Penerimaan barang dingin tidak boleh dilakukan diareal terbuka di loading bay
sebagaimana melakukan penerimaan barang non cold chain. Penerimaan barang harus
dilakukan diruangan dingin dan yang harus diperhatikan pada waktu penerimaan adalah
mengukur suhu penerimaan barang selain melakukan proses penerimaan barang pada

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

28 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

umumnya.
5.Storage
Penyimpanan barang dingin dilakukan didalam ruangan suhu dengan rentang suhu yang
diijinkan. Biasanya suhu yang dimaksud adalah 2-8 C.
6.Pick and Pack
Bagian tersulit didalam proses penanganan barang cold chain adalah pada saat
pengemasan (pack). Pada saat pengemasan biasanya akan terjadi penurunan suhu ektrim
dari ice pack yang dapat mencapai suhu dibawah 0 (minus) dan hal ini akan menyebabkan
kerusakan pada barang-barang yang akan dikirimkan.
Perlu dilakukan penyesuaian pada saat penyiapan ice pack dengan suhu ruang dingin
selama 5-10 menit sebelum barang cold chain dimasukan kedalam kemasan kirim.
7.Delivery
Pengiriman barang-barang cold chain harus dijaga waktu pengiriman agar suhu yang telah
disiapkan tetap pada batas yang diijinkan.
Proses penting yang harus dilakukan pada saat proses serah terima adalah memastikan
bahwa suhu kemasan (packing) masih berada dalam range yang diijinkan dengan cara
meminta tanda tangan dari konsumen yang menerimanya. Proses serah terima ini harus
langsung dilakukan oleh fihak konsumen yang berwenang, tidak boleh dititipkankepada
security misalnya.
8.Temperature Control
Pencatatan suhu penyimpanan dan pengiriman wajib dilakukan dengan mempergunakan
data logger yang dapat mencatat pergerakan suhu dan diback up dengan melakukan
pencatatan manual 2-3x per hari pada jam-jam tertentu.Pencatatan suhu ini diperlukan
untuk memastikan bahwa selama proses penyimpanan dan pengiriman barang cold chain
selalu berada didalam kondisi yang aman.

Posted by Logistik Indonesia at 10:19 AM

No comments:

Recommend this on Google

Links to this post

Labels: cold chain

FMCG vs FARMASI
FMCG vs FARMASI
Ada pertanyaan menarik saat kumpul-kumpul dengan teman-teman yang berkecimpung
didalam Logistic dan 3PL, Kenapa masih jarang 3PL untuk barang-barang farmasi ?.
Coba lihat TNT, Exel, Davids atau Linfox, 3PL yang berlebel asing atau yang buatan
local seperti Gotrans, SCL dan sejenisnya kebanyakan mereka berkutat dalam Fast
Moving Consumer Goods (FMCG) seperti Sabun, Shampoo, Susu atau Minyak Goreng.
Lantas kenapa group Pinisilin, Kapsul, Jarum Suntik dan Cairan Infus jarang (kalaupun

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

29 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

ada sangat kecil) terpublikasikan ?


Apa sih sebenarnya beda penanganan antara FMCG dan Pharmacy ?
Logistik: harga barang bukanlah pembatas
Orang logistic biasanya orang yang paling bijaksana. Ia tidak membedakan penanganan
antara barang A dan barang B hanya dikarenakan perbadaan harga. Baginya, harga
adalah sesuatu yang tabu untuk menjadi konsumsi umum. Baginya pula, apapun jenis
barangnya, pelayanan nomor satu adalah kewajibannya.
Pengantar tsb diatas ada hubungannya dengan pendapat dari sebagian insan logistic yang
bilang bahwa banyak 3PL yang tidak menangani farmasi karena harga barang-barangnya
sangat mahal.
Dengan pendapat ini, maka gugurlah teori harga mahal tsb. Artinya tidak ada pembatasan
yang menjadikan barang-barang farmasi haram disamakan perlakukanya sebagaimana
FMCG mendapat perlakukan 3PL. Namun saya yakin, pernyataan ini belum menjawab
pertanyaan diawal bahasan ini bukan ?! Oleh karenanya mari kita bahas secara komparatif
antara FMCG dan farmasi.
1.Komparatif didalam Volume
FMCG sangat besar bermain didalam volume. Coba bayangkan Makro, Carefour atau
Giant yang hampir 99% barangnya adalah FMCG. Apakah ada toko yang berjualan
farmasi sebesar mereka ? Seberapa besarkah apotik yang terbesar yang menjual produkproduk kesehatan ?. Pasti tidak ada yang menyamai luasan yang dibutuhkan oleh FMCG.
Sayangnya, besarnya volume yang dibutuhkan dalam penanganan FMCG tidaklah
sebanding dengan besarnya nilai inventory yang harus disandang. Mari bandingkan lagi
harga sekarton mie instant yang berukuran 40 cmx 50 cmx 50cm (1000cm3) dan bernilai
maksimal Rp. 40,000 dengan salah satu obat hormonal pertumbuhan yang cuma
membutuhkan ukuran 4 cmx 5cmx 5cm (100cm3) memiliki nilai inventory Rp. 4,000,000.
Luar biasa ! dengan volume yang hanya 1/10nya tetapi farmasi mempunyai nilai inventory
yang 100 kali.
2.Komparatif didalam penanganan barang
FMCG adalah barang sehari-hari yang umumnya ditangani dengan cara yang sangat
sederhana sebagaimana kita menangani barang-barang tsb dirumah. Bayangkan
bagaimana anda menangani shampoo atau pasta gigi, pasti tidak sesulit anda menangani
sebuah obat untuk pencegah diare yang harus disimpan didalam lemari berpendingindan
ketat dengan jadual kadaluarsa yang pendek serta harus peka terhadap perubahan warna
cairan yang didalamnya.
Tanggal kadaluarsa mungkin masih dibilang sama pentingnya antara FMCG dengan
farmasi, namun kalau dilanjutkan dengan kode produksi (batch number) dan suhu
penanganan barang pastilah FMCG tidak sedemikian ketat. Farmasi mengharuskan
penanganan barang hingga kelevel kode produksi dan penanganan suhu yang sangat keras
aturannya. Secara umum farmasi memiliki 4 level suhu penanganan yaitu suhu kamar
(25-30oC), suhu dingin (15-23oC), suhu chiller (2-8oC) dan suhu beku (-20oC). Range
yang terbesar terletak diantara suhu dingin dan suhu chiller dimana jumlah jenis barang ini
sekitar 60-80% dari total rata-rata barang yang ditangani.
Kekhususan penanganan barang farmasi ini tidak hanya diharuskan didalam warehouse
saja, tetapi sudah dimulai pada saat penerimaan barang hingga barang dikirimkan ke
konsumen. Didalam transportasi, penanganan farmasi tetap memerlukan jurus-jurus khusus
yang tidak boleh dikurangi. Ice pack, dry ice dan sterofom box adalah perangkat tambahan
yang paling sering dikenal didalam industri farmasi ini disamping pallet, rak, forklift dan
shrinking plastic yang umum didalam FMCG.
3.Komparatif didalam tipe konsumenya
Secara sederhana tipe konsumen farmasi pasti berbeda dengan tipe konsumen FMCG.
Lihatlah truck-truck susu yang antri di Carefour atau Matahari, mereka antri berjam-jam

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

30 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

dan memerlukan waktu yang berjam-jam pula didalam pembongkarannya. Transporter


antri menunggu jadual konsumen yang memang setiap harinya menangani berpuluh-puluh
prinsipal. Lalu tengoklah transporter yang antri di Apotik Bhakti Farma misalnya, hampir
tidak ada antrian yang serupa. Atau mampirlah ke RS Karya Medika Bogor, adakah truck
yang antri disana melebihi 5 setiap waktunya ?.
Konsumen farmasi sangat berbeda dengan konsumen FMCG didalam pola kebutuhan
barangnya. Sangat jarang apotik atau RS yang menyimpan barangnya sebagai bagian dari
inventory mereka, alasanya sederhana karena harganya yang mahal dan jenis barangnya
yang beragam serta sudah menjadi bagian dari pelayanan umum bahwa setiap saat
mereka butuh prinsipal harus segera mengirimnya dalam waktu 3-4 jam. Service ini sering
disebut Cito. Cito menjadi bagian paling bergengsi dari setiap prinsipal atau distributor
farmasi dimana semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan barang
semakin hebat lah ia didalam dunia persilatan farmasi.
Dari segi jumlah konsumennya, jelas FMCG lebih banyak dibandingkan dengan farmasi.
Bahkan untuk beberapa jenis farmasi tertentu misalnya obat pengembangan bayi tabung
tidak disetiap kota besar ada dan dapat dihitung jumlahnya didalam satu negara.
Secara umum bisalah dikatakan kalau transport FMCG menunggu antrian diarea parkir,
sebaliknya transporter farmasi ditunggu oleh konsumennya.
3PL Farmasi : Kenapa Tidak ?!
Membandingkan (komparasi) antara volume, penanganan barang dan tipe konsumennya
sebenarnya sudah dapat menjawab bagaimana tipical dari inventory yang harus melandasi
bisnis di industri ini. Volume yang kecil, harga yang tinggi, penanganan yang komplek dan
tipe konsumen yang menunggu adalah kunci didalam pengelolaan inventory farmasi. Ke
empat kunci tsb akan mensyaratkan inventory di farmasi haruslah ramping namun lengkap
dan terkoordinir namun fleksibel. Peranan analisa dan system yang dipergunakan harus
mampu memberikan rasa aman bagi team inventory untuk memastikan bahwa barangbarang yang diorder/disimpan telah memenuhi ke 4 kunci utama tsb.
Lantas bagaimana dengan 3PL nya ? Bisnis 3PL haruslah menyelami pola inventory yang
ada didalam industri ini sesuai dengan tujuan 3PL yaitu memberikan kecepatan dan
keoptimalan inventory dengan biaya yang serendah-rendahnya. Ada baiknya 3PL
memikirkan kondisi warehouse yang harus minimal 3x lebih bersih dan lebih baik
dibandingkan FMCG namun dengan luasan yang bisa 1/5xnya. Jumlah karyawanpun
demikian, tidak perlu sebanyak FMCG tetapi dengan mutu dan kualitas yang lebih baik
untuk pemahaman penanganan barangnya. Yang sulit adalah transportasinya, karena
volume yang kecil dan jumlah outlet yang juga tidak banyak maka penanganan transportasi
farmasi memerlukan inovasi yang lebih tinggi. Kondisi kendaraan tidak bisa sama dengan
kondisi kendaraan yang dipergunakan oleh FMCG secara umum dan tipical sopirnyapun
tidak sama dengan tipe sopir yang biasa melayani FMCG.
Disinilah sebenarnya kartu truft 3PL farmasi, bagaimana penanganan transportasi
sehingga biaya yang ditimbulkan akan seringan mungkin.

Posted by Logistik Indonesia at 10:18 AM

No comments:

Recommend this on Google

Links to this post

Labels: general

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

31 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Job Desc & SOP


Job Description dan SOP SCM
Job Description (Penjabaran Kerja) adalah:
Detail jabaran kerja yang harus dilakukan oleh sebuah posisi didalam suatu
organisasi kerja yang mencakup hak dan kewajibannya yang berkaitan dengan
fungsinya didalam menjalan tugas sehari-hari
Standard Operating Procedure (SOP) adalah:
Cara menjalan tugas (dengan baik dan benar) agar sesuai dengan Jobs Description dan
dapat dijadikan PATOKAN terhadap suatu proses kerja baik yang berhubungan dengan
system, operasional dan antar organisasi
Job Description didalam penerapannya harus memenuhi beberapa persyaratan:

Mewakili posisi/jabatan didalam gudang


Tidak mengenal jumlah karyawan
Dapat disiapkan terlebih dahulu sebelum posisi tsb ada
Merupakan target KPI yang harus dicapai

Didalam sebuah warehouse, Job desc dapat disiapkan untuk posisi-posisi yang
berhubungan dengan proses kerja dan aktifitas pergudangan. Secara lebih besar, didalam
suatu organisasi sebuah Supply Chain Management yang besar, Job Desc tetap menjadi
acuan penting didalam setiap kegiatannya.
Job Description di Warehouse:
Warehouseman
Forklift Driver
Checker (in/Out)
Warehouse Supervisor (Adm/Return dll)
Warehouse Administration
Warehouse Manager
Return Administration
Inventory Control
Salah Satu Struktur Organisasi Supply Chain Yang Besar
Bentuk umum Job Desc:

Posisi: detail jabatan per masing-masing posisi


Department: bagian dimana jabatan tsb berada
Supervisor: atasan dari jabatan yang dimaksud
Tujuan: apa yang akan dicapai dengan adanya posisi tsb
Tugas & Tanggung Jawab:
Kewajiban dan tanggung jawab dari jabatan tsb
KPI: angka-angka atau kualitas yang terukur pada posisi tsb

Standard Operating Procedure (SOP)


SOP di Logistik:
SOP Goods Receiving
SOP Put Away
SOP Picking
SOP Return
SOP Pengiriman
SOP Inventory Checking
SOP Stock Take

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

32 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

SOP Penanganan Komplen


Didalam sebuah SOP harus berisi hal-hal sbb:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Definisi
Tujuan
Jenis aktifitas
Bagian terkait
Referensi
PROSES
Perubahan Major dari versi sebelumnya

1.Definisi
Menjelaskan mengapa diadakan aktifitas tsb dan mengapa harus ada SOP untuk
pengaturan pelaksanaanya.
Contoh pada SOP Penerimaan barang:
Goods Receiving adalah aktifitas penerimaan barang dari local dan import kedalam
gudang pusat untuk kemudian dilakukan aktifitas put away (PA)
2.Tujuan
Apa tujuan aktifitas yang dilakukan sehingga karyawan dapat mengetahui mengapa ia
melakukan pekerjaan tsb.
Contoh pada SOP Picking:
Picking dilakukan untuk mempersiapkan barang-barang pesanan dari konsumen dan
alokasi ke distributor/cabang-cabang sesuai dengan Picking list yang tercetak
3.Jenis Aktifitasnya
Ada berapa jenis aktifitas yang berhubungan dengan SOP tsb.
Contoh pada SOP Penerimaan barang:
Mengambil barang dari principal
Menerima barang dari prinsipa
4.Bagian terkait
Didalam menerapkan SOP tsb, agar diperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan kerja
sama antar bagian. Perlu dijelaskan bagian mana saja yang harus ikut membaca dan
menerapkan SOP.
Contoh pada SOP Picking:
Admin staff
W/H Team Leader
Warehouseman
Forklift driver
5.Referensi
Referensi diperlukan jika perusahaan memiliki standard tertentu didalam pelaksanan
pekerjaan tsb. Misalnya ISO 9001 atau GDP atau GMP.
Contoh :
Referensi ISO 9001:2008 QM 3.13
Referensi GDP Klausul 17
6.Proses
Ini adalah inti dari SOP. Didalam proses dijelaskan secara detail bagaimana proses
dimulai, dilaksanakan dan diakhiri. Jika diperlukan proses ini dapat berhubungan dengan
SOPlainnya atau dilengkapi dengan Working Instruction.
7.Perubahan Major dari versi sebelumnya
Jika ada SOP sebelumya, maka harus dicantumkan perubahan-perubahan yang

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

33 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

dlaksanakan pada point apa dan mengapa hal tsb dirubah.

Posted by Logistik Indonesia at 10:16 AM

No comments:

Recommend this on Google

Links to this post

Labels: quality

SDM Logistik
Standar SDM Warehouse dan Logistik
The man behind the gun adalah kata-kata yang sangat bijaksana untuk
menggambarkan bahwa manusia adalah asset utama didalam suatu pelaksanaan
pekerjaan.
Sudah menjadi suatu kebutuhan bagi warehouse dan logistik untuk memiliki SDM yang
seuai dengan karakteristik pekerjaannya.
Beberapa gudang memilki standar SDM untuk semua bagian sbb:
Salah satu syarat untuk menjadi gudang modern adalah memiliki sumber daya manusia
yang mumpuni (mirip profesional) baru kemudian memiliki KPI dan yang terakhir adalah
safety dan security. Dengan memiliki SDM yang mumpuni tersebut, maka KPI dan safety
atau security akan dengan sangat mudah untuk dicapai. Kemampuan yang tinggi dari
karyawan didalam mencapai kecepatan dan kualitas (KPI) serta kesadaran yang
mendalam mengenai kesehatan dan keselamatan akan menjadikan asset perusahaan yang
luar biasa.
Nampak didalam daftar persyaratan SDM warehous dan logistik tersebut sebuah standard
yang berbeda dari setiap posisi yang ada.
Seseorang yang menjabat posisi manager diharuskan mampu memberikan kemampuan
didalam menyampaikan training sedangkan untuk posisi admin warehouse diberikan
standard khusus yakni mampu mengoperasikan SAP.
Pemahaman suasana dan lingkungan kerja
Pergudangan identik dengan sebuah suasana yang penuh dengan barang, prosedur, aturan
dan pekerjaan yang selalu rutin. Tanggung jawab yang besar terhadap kekayaan
perusahaan dan keselamatan kerja yang tinggi menuntut karyawan warehouse dan logistik
memiliki sedikit perbedaan dibandingkan dengan karyawan setingkatnya di kantoran.
Karyawan warehouse
Pemahaman suasana dan lingkungan kerja ini diperlukan agar pada saat melakukan
perekrutan karyawan di logistik mendapatkan standar yang tepat sehingga tidak over
kualifikasi dan juga tidak under qualifikasi.
Warehousman
Ada beberapa posis atau tingkatan karyawan yang bekerja di dalam gudang, diantaranya

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

34 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

adalah:
Picker
Checker
Forklift driver
Picker
Posisi ini adalah posisi yang paling dipentingkan didalam suatu gudang. Pekerjaan yang
dilakukan adalah mempersiapkan barang-barang yang dipesan oleh konsumen dengan
jumlah dan kualitas yang baik.
Persyaratan utama picker adalah mampu membaca dan menulis, mampu mempergunakan
peralatan kerja dengan aman dan tertib didalam penyelesaian pekerjaan. Picker tidak
berkomunikasi dengan konsumen secara langsung, tetapi ia harus berkomunikasi dengan
lokasi barang dan checker pada saat penyelesaian kerjanya nanti.
Checker
Posisi ini memerlukan staff yang lebih fokus pada angka dan data. Ia diperlukan untuk
memastikan bahwa barang-barang yang disiapkan telah dilakukan dengan benar baik
secara kuantitas dan kualitas.
Kemampuannya pada melihat angka di dokumen dengan membandingkannya dengan
fisik barang memerlukan stamina yang kuat. Di beberapa gudang, posisi ini sering
digabungkan dengan bagian pengemasan (packing).
Fokrlift Driver
Posisi ini memerlukan staff yang memiliki nilai lebih didalam kesabaran didalam
mengendarai forklift. Dengan ketinggian rak yang ada, jika sfaff ini tidak sabar maka sudah
dapat dibayangkan bahaya apa yang akan terjadi.
Staff ini harus memiliki Surat Ijin Operator (SIO) semacam SIM yang dikeluarkan oleh
Departemen Tenaga Kerja dan berlaku hingga 3 tahun.
Selain kesabaran yang mutlak, staff pada posisi ini harus mampu membaca data
putaway/letdown dan menempatkanya ke lokasi picking dengan benar.
Sopir
Dibandingkan dengan forklift driver, sopir pengiriman barang memiliki godaan dan
tantangan yang lebih menantang. Godaan yang dimaksud adalah ajakan atau bujukan dari
rekan sekerja, konsumen atau fihak ke tiga yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan
hal tercela.
Oleh karenanya untuk posisi ini diharuskan memiliki standar kejujuran dan jaminan yang
tinggi dan disertai dengan prosedur kontrol yang ketat.
Sopir tidak boleh masuk gudang, adalah salah satu contoh aturan umum yang banyak
diterapkan oleh gudang untuk mencegah terjadinya ide-ide tercela tsb.
Posisi Administrasi
Posisi ini hampir sama dengan posisi yang ada didalam administrasi kantor pada
umumnya, Berdanya adalah bahwa administrasi logistik memerlukan orang yang ringan
melangkahkan kakinya ke gudang atau melakukan pengecekan fisik kendaraan.
Posisi Manajerial
Ada bebera posisi manajerial yang diperlukan didalam logistik, diantaranya:
Supervisor
Manajer
Secara umum posisi tersebut memerlukan orang-orang yang memiliki kemampuan
manajerial tinggi yang dilandasi dengan disiplin ketat akan keselamatan dan keamanan
kerja.
Background akan pengetahuan dan pengalaman kerja di logistic menjadi syarat mutlak
bagi yang bersangkutan untuk dapat mengembangkan karir dan bekerja dengan hasil
terbaik di logistik.
Training SDM Logistik
Beberapa training yang wajib dilakukan didalam aktifitas logistik diantaranya adalah:
Training HSSE

24/01/2015 11:02

Logistik Indonesia: August 2010

35 of 35

http://logistikindonesia.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Training Penanganan Barang


Training Kedisiplinan
Training Administrasi Barang
Seluruh materi training, kehadiran peserta training dan evaluasi yang dilakukan harus
diarsip dengan baik agar dapat dilakukan review dikemudian hari.

Posted by Logistik Indonesia at 10:15 AM

No comments:
Links to this post

Recommend this on Google

Labels: general

Newer Posts

Home

Older Posts

Subscribe to: Posts (Atom)

Ethereal template. Powered by Blogger.

24/01/2015 11:02

Anda mungkin juga menyukai