Anda di halaman 1dari 5

5 Tips Diet Saat Berlibur

February 20, 2013 By Daniel Young tsu


Saat sedang berlibur mungkin orang akan mengatakan lupakan sejenak dietmu, nikmati liburan
dan makanannya. Akibatnya banyak orang setelah pulang berlibur, berat badannya naik lebih dari
sebelum berlibur walaupun liburan hanya dilakukan beberapa hari saja sehingga diet yang anda
lakukan selama ini sia-sia. Seharusnya yang dilakukan adalah tetap melakukan diet namun bukan
secara ketat. Berikut 5 tips diet saat berlibur yang bisa anda lakukan dan tentunya anda tetap bisa
menikmati liburan anda.
1. Jadilah Intuitif

Tidak diragukan lagi liburan adalah waktu untuk menikmati makanan yang berbeda.
Sebagian besar lebih memanjakan daripada Anda biasanya makan. Tapi ada yang tidak
perlu untuk dikonsumsi berlebihan di setiap kali makan. Makanlah sebelum lapar dan
berhenti makan sebelum kenyang.
2. Tetap Aktif
Liburan adalah waktu yang tepat untuk mendapatkan dalam latihan. Hal ini tidak hanya
membantu Anda merasa lebih baik, itu membuat Anda bergerak lebih. Tidak harus latihan
ke gym. Menari di malam hari, pergi untuk berjalan-jalan, dan hanya menemukan cara
untuk menggerakkan tubuh Anda lebih banyak dari biasanya.
3. Pilihlah Snack yang Sehat
Carilah kesempatan untuk makan lebih banyak buah dan sayuran, apakah itu di kamar
hotel atau makan prasmanan atau restoran. Sebagai contoh, kita mengunyah apel atau
pisang di antara waktu makan dan bukannya memilih makanan ringan yang tidak sehat
dan menganggu selera makan siang dan makan malam.
4. Makanlah dengan Bermacam Variasi
Semakin beragam pilihan makanan, semakin banyak peluang yang ada untuk
meningkatkan nutrisi dan menemukan sesuatu yang baru.
5. Nikmati Makanan
Jadi ketika datang untuk liburan, luangkan waktu untuk makan makanan berkualitas,
bersosialisasi, dan fokus makanan yang disiapkan. Hal ini bukan tentang makan terlalu
banyak tetapi tentang melambatkan makan dan memperhatikan makanan yang
dikonsumsi

Berlibur bukan lagi menjadi alasan untuk tidak berdiet. Dengan melakukan 5 tips diet saat
berlibur ini maka berat badan akan lebih terkontrol dan liburan pun tetap bisa dinikmati tanpa
ada rasa khawatir timbangan badan akan melonjak saat anda kembali dari liburan.
http://artikeltentangkesehatan.com/5-tips-diet-saat-berlibur.html
12/12/2013 10:28

Demo Buruh dan Penerimaan Pajak


Senin, 9 Desember 2013 - 09:16

Oleh Hasan, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak


Sekelompok orang bergerombol. Menyusuri jalanan dengan angkuh. Suara Klakson bersahutan.
Layaknya alunan musik Mozart tanpa irama. Di satu titik mereka berhenti. Mendengarkan pria
kekar berkumis tipis. Matanya garang, suaranya lantang. Corong putih berteriak. Dengarkan
tuntutan kami para buruh!
Demo para buruh bukan menjadi hal yang asing lagi bagi kita akhir-akhir ini. Sejak reformasi,
semua orang menjadi lebih berani mengemukakan apa yang menjadi unek-unek mereka pada
khalayak. Aksi para buruh sendiri sudah dimulai sejak tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers
yang menganggap bahwa 19 sampai 20 jam kerja dalam sehari tidaklah manusiawi. Sejak saat
itu, perjuangan untuk mereduksi jam kerja semakin santer dilakukan.
September 1882 di kota New York, parade hari buruh pertama yang diinisiasi oleh Peter
McGuire dan Matthew Maguire pekerja mesin dari Paterson, New Jersey terjadi. Aksi yang
menyuarakan tuntutan jam kerja yang lebih manusiawi ini kemudian ke semua Negara bagian di
Amerika Serikat. Hingga kemudian 1 Mei 1886, kurang lebih 400.000 pekerja di Amerika
Serikat melakukan demonstrasi secara masif selama 4 hari dengan tuntutan reduksi jam kerja
menjadi 8 jam sehari. Aksi demonstrasi buruh inilah yang kemudian menjadi dasar penetapan
tanggal 1 Mei sebagai hari buruh sedunia pada Kongres Sosialis Dunia bulan Juli 1889 di kota
Paris.

Di Indonesia sendiri peringatan hari buruh sudah dilakukan sejak tahun 1920. Namun, sejak
memasuki era orde baru, peringatan may day mati suri di Indonesia. Pemerintahan kali itu
menganggap bahwa hari buruh merupakan bagian dari gerakan komunis. Selepas orde baru,
butuh waktu hingga 8 tahun untuk membuat pergerakan para buruh bangkit dari kubur. Isu
yang menjadi tuntutan para buruh di tahun 2006 adalah terkait Undang-undang Nomor 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang banyak merugikan para buruh saat itu.
Kini, para buruh masih terus merayakan harinya, menyuarakan berbagai tuntutan. Jika kita
lihat, ada perbedaan dan persamaan dari aksi para buruh terdahulu dan sekarang. Para buruh
terdahulu dan sekarang, sama-sama melakukan unjuk rasa karena merasa tidak adil terkait hakhak yang seharusnya mereka dapatkan. Sedangkan perbedaannya lebih terkait substansi penting
tidaknya tuntutan yang disuarakan. Isu yang terpanas saat ini adalah tentang Upah Minimum
Regional (UMR), Upah Minimum Provinsi (UMP), maupun Upah Minimum Kota/Kabupaten
(UMK).
Di tahun 2013, buruh di Ibukota menuntut kenaikan UMP Jakarta hingga Rp 3,7 Juta. Tuntutan
itu kemudian dikabulkan sebagian oleh pemerintah DKI Jakarta dengan menaikkan UMP untuk
tahun 2014 sekitar Rp 200 ribu. Namun, lembar rupiah sebanyak 2,441 juta tersebut ternyata
belum mampu memuaskan hati para buruh. Hingga kini, tuntutan Rp 3,7 juta masih terus mereka
perjuangkan.
Kondisi ini cukup menggelitik. Tahun 2010, penulis pernah ikut seleksi kerja pada salah satu
perusahaan swasta dan BUMN di Indonesia. Saat wawancara kerja, kedua perusahaan tersebut
menanyakan hal yang sama. Berapa gaji yang anda inginkan?. Salah satu tips dalam melamar
pekerjaan adalah kita sebaiknya mencari informasi terkait perusahaan maupun institusi tempat
kita akan bekerja, sebelum melakukan wawancara. Informasi yang cukup penting adalah
mengenai dengan standar gaji untuk fresh graduate pada perusahaan maupun institusi itu. Kedua
perusahaan yang penulis lamar kebetulan mempunyai standar gaji untuk fresh graduate yang
relatif sama, dalam kisaran 3,5 juta hingga 4 juta rupiah.
Tidak salah memang menyuarakan hak-hak yang menurut kita layak diperjuangkan. Akan tetapi,
sudah seharusnya pula segala tuntutan yang akan diperjuangakan telah didasarkan pada
pertimbangan hingga kajian yang matang. Keuntungan yang didapat dari aksi demonstrasi para
buruh adalah adanya tekanan masif kepada pemerintah daerah untuk menaikkan standar
pendapatan pada suatu wilayah. Tekanan masif ini kemudian bisa ditanggapi dengan kenaikan
upah yang diterima para buruh.
Disisi lain, ada setidaknya dua potensi kerugian yang ditimbulkan dari aksi demonstrasi ini;
potensi kerugian langsung dan potensi kerugian tidak langsung. Potensi kerugian langsung
merupakan potensi kerugian yang terjadi saat itu juga, saat para buruh secara riuh berhambur ke
jalanan. Kerugian ini dapat terjadi karena adanya aktivitas operasional produksi yang otomatis
terhenti saat terjadi aksi demo. Harian tribun tanggal 4 November 2013, memaparkan bahwa
kerugian yang diakibatkan aksi mogok nasional pada tanggal 31 Oktober 2013 silam, ditaksir
mencapai Rp 45 milliar.

Sementara itu, kerugian tidak langsung berupa domino effect yang diprediksi akan muncul jika
terjadi kenaikan upah buruh secara besar-besaran. Tatum Rahanta, Wakil Ketua Asosiasi
Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan bahwa kenaikan upah buruh yang terlalu
tinggi mengharuskan pengusaha menaikkan harga produk mereka karena adanya kenaikan yang
cukup signifikan pula pada beban gaji yang harus ditanggung. Kondisi ini akan memacu
peningkatan inflasi di Indonesia. Laju inflasi yang tak terkendali akan tercermin pada
peningkatan harga barang secara kolektif dan penurunan nilai rupiah. Maka di satu titik para
buruh akan meminta kenaikan UMP lagi karena merasa pendapatan yang diperoleh tidak dapat
mencukupi kebutuhannya. Lingkaran setan seperti ini pun akan terus berulang.
Potensi kerugian tidak langsung lainnya adalah potensi perusahaan untuk mengurangi beban gaji
dengan perampingan (baca: PHK) Sumber Daya Manusia yang mereka miliki. Secara ekstrem,
perusahaan bisa menutup usahanya di suatu daerah dan memilih untuk membuka usahanya di
daerah lain maupun di negara lain. Maka, peningkatan signifikan pada angka pengangguran di
Indonesia menjadi mutlak terjadi.
Efek domino pada drama buruh dan pengusaha ini pun akan berpengaruh pada penerimaan
pajak. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa demonstrasi yang dilakukan para buruh
menyebabkan kerugian seketika dengan terhentinya proses operasional produksi. Hal ini berarti,
ada porsi penerimaan pajak dari keuntungan yang seharusnya diterima perusahaan, yang hilang.
Disamping itu, apabila tuntutan buruh terkait kenaikan UMR, UMP, maupun UMK dikabulkan,
akan terjadi kenaikan beban gaji yang kemudian akan menekan tingkat profit yang diterima oleh
perusahaan. Tidak hanya itu, potensi penerimaan pajak dari sektor Orang Pribadi pun akan
semakin mengecil seiring dengan peningkatan angka pengangguran.
Sudah saatnya kita peduli dengan turut menyuarakan pelbagai usulan solutif. Setidaknya ada tiga
hal yang bisa dilakukan untuk menyudahi perseteruan antara buruh dan para pengusaha.
Pertama, perlunya negosiasi satu meja antara perwakilan kaum buruh, pengusaha, dan
pemerintah daerah setempat terkait penetapan UMP, UMR, maupun UMK. Negosiasi ini
diperlukan guna mencari win-win solution tentang standar gaji yang sesuai dengan keadaan
daerah setempat. Hasil negosiasi ini kemudian bisa dituangkan dalam Peraturan Daerah sehingga
bersifat mengikat bagi para pengusaha.
Kedua, perlunya pemahaman yang lebih dari kaum buruh mengenai esensi kata UMP, UMR, dan
UMK itu sendiri. Upah Minimum, sejatinya merupakan pendapatan minimal yang diterima oleh
seseorang yang baru bekerja pada suatu perusahaan atau institusi. Penekanan kata minimal perlu
mendapat sosialisasi lebih. Ambilah contoh UMP Jakarta sebesar Rp 2,441 juta. Dalam hal ini
perlu difahami bahwa buruh di Jakarta bisa memperoleh pendapatan melebihi besaran nominal
tersebut sesuai dengan peraturan perusahaan tentang peningkatan gaji berkala maupun pemberian
bonus. Peningkatan gaji berkala bisa ditetapkan dengan mendasarkan pada kinerja, masa kerja,
maupun loyalitas yang diberikan oleh para buruh. Pemberian bonus kepada buruh berkontribusi
optimal pada suatu masa kerja pun perlu dibudayakan dalam sebuah lingkungan kerja.
Ketiga, adanya kepastian bagi para buruh. Kepastian ini meluputi kepastian kenaikan
peningkatan gaji berkala yang bisa diterima oleh para buruh dan kepastian hukum terkait
pengusaha yang masih memberikan gaji dibawah standar minimum yang sudah ditetapkan dalam

suatu daerah. Keterlibatan peran Pemerintah Daerah setempat sebagai pengawas yang
independen bisa menjadi kunci keberhasilan terciptanya hubungan yang harmonis antara kaum
buruh dan para pengusaha.
Buruh dan pengusaha sudah seharusnya saling menghargai kepentingan masing-masing karena
sejatinya mereka saling membutuhkan satu sama lain. Pengusaha mendapatkan keuntungan dari
keringat yang diberikan para buruh untuk menjalankan operasional produksinya. Sementara
buruh mendapatkan kompensasi berupa gaji yang dibayarkan atas usaha yang mereka lakukan.
Simbiosis mutualisme antara buruh dan pengusaha ini kita harapkan mampu memberikan
manfaat pula pada penerimaan pajak. Efek domino positif yang akan tercermin pada kestabilan
profit perusahaan, iklim investasi yang semakin kondusif, serta terkendalinya angka
pengangguran.
12/12 2013

Anda mungkin juga menyukai