Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Macam-macam Model Konsep Kurikulum


Tugas Ini Ditujukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengembangan kurikulum
Oleh Dosen Pengampu Drs. H. Ali Muqoddas, M. Ag.

DisusunOleh :
Nama:
1. HidayatunMustainah
2. Ida IzunZuwaida

NIM
210050
210057

3. Ida Nur Fitri

210058

4. IrahatulMunafisah

210063

5. IsnaRiskiAmalia

210064

INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA (INISNU)JEPARA


FAKULTAS TARBIAH SEMESTER 6B
2012/2013
Jln.Taman Siswa No9 Pekeng Tahunan Jepara
KodePos 59427,Telp./Fax (0291)593132

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar belakang masalah.

Kurikulum dapat dikategorikan kedalam empat kategori umu yaitu:


humanistic, reskkontruksi social, teknologi dan akademik. Masing-masing
kategori memiliki perbedaan dalam hal apa yang harus diajarkan, oleh siapa
diajarkan, kapan, dan bagaimana mengerjakannya.
Konsep kurikulum humanistic lebih mengarah pada kurikulum yang
dapat memuaskan setiap individu, agar mereka dapat mengaktualisasikan
dirinya sesuai dengan potensi dan keunikan masing-masing.Adapun konsep
kurikulum rekostruksi social tidak sekedar nenekankan pada pada minat
individu, tetapi juga pada kebutuhan sosialnya. Konsep kurikulum teknologi
member pandangan bahwa kurikulum harus dibuat sebagai suatu proses
teknologi untuk dapat memenuhi keinginan pembuat kebijakan. Konsep

kurikulum

akademik,

disisi

lain

dipandang

sebagai

wahana

untuk

mengendalikan mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.


B.
1.
2.
3.
4.
C.
1.

Rumusan masalah.
Apa
Apa
Apa
Apa

pengertian
pengertian
pengertian
pengertian

kurikulum
kurikulum
kurikulum
kurikulum

subject akademis?
humanistic?
rekonstruksi social?
technology?

Tujuan penulisan.
Agar mahasiswa mampu mengetahui apa itu kurikulum subject

akademis.
2.
Supaya

mahasiswa

mampu

memahami

tentang

kurikulum

humanistic.
3. Agar mahasiswa mengetahui kurikulum reskontruksi social.
4. Supaya mahasiswa mampu mengerti kurikulum technology.

BAB II
PEMBAHASAN.
MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM.
A. Kurikulum subjek akademis.
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.Belajar adalah
berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam
belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi
pendidikan yang diberikan atau yang disiapkan oleh guru. Karena kurikulum
sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya sangat bersifat
intelektual, nama-nama matapelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir
sama dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi,
matematika, ilmu kealaman, sejarah dsb.[1]

Sekurang-kurangnya

ada

tiga

pendekatan

dalam

perkembangankurikulum subjek akademis yaitu:


a.
Melanjutkan pendekatkan struktur pengetahuan.
b.
Studi yang bersifat integratif.
c.
Pendekatan
yang
dilaksanakan
pada

sekolah-

sekolahfundamentalis.
a. Cirri-ciri kurikulum subjek akademis .
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri-ciri berkenaan
dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek
akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para
siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Metode yang banyak
digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan
inquiry. Sedangkan pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek
akademis antara lain:
1.
Correlated curriculum
2.
Unified atau concentrated curriculum
3.
Integrated curriculum
4.
Problem solving curriculum.
Tentang kegiatan evaluasi kurikulum subject akademis menggunakan
bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata
pelajaran.
b. Pemilihan disiplin ilmu.
Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek
akademis adalah bagaimana memilih mata pelajaran dari sekian banyak
disiplin ilmu yang ada. Ada bebrapa saran untuk mengatasi masalah tersebut
yaitu:
1.

Mengusahakanadanya penguasaan yang menyeluruh dengan

menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan


pengetahuan.
2.
Mengutamakan kebutuhan masyarakat ( social utility).
3.
Menekankan pengetahuan dasar.
c. Penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan anak.
Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan
urutan bahan dengan kemampuan berfikir anak. Mereka umunya kurang
memperhatikan bagaimana siswa belajardan lebih mengutamakan susunan

isi yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama
pentingya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
Untuk mengatasi kelemahan diatas dalam perkembangan selanjutnya
dilakukan

bebrapa

penyempurnaan

pertama

untuk

mengimbangi

penekanannya pada proses berfikir, kedua adnya upaya-upaya untuk


menyesuaikan

pelajaran

dengan

perbedaan

individu

dan

kebutuhan

setempat, ketiga pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada


masyarakat.
B. Kurikulum Humanistik.
Kurikulum humanistic dikembangkan

oleh

para

ahli

pendidikan

humanistic. Kurikulum ini berdasarakan konsep aliran pendidikan pribadi


( personalized education) yaitu john dewey ( progressive education) dan J.J
Rousseau (romantic education).aliran ini lebih memberikan tempat utama
kepada siswa. mereka bertolak dari asumsi bahwa anak/ siswa adalah yang
pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat
kegiatan pendidikan. [2]
Pendidikan humanistic

menekankan

peranan

siswa.Pendidikan

merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan
akrab. Oleh karena itu, peranguru yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1.
Mendengar pandangan realitas peserta didik secara
komprehensif.
2.
Menghormati individu peserta didik,
3.
Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
a. Karakteristik kurikulum humanistic.
Kurikulum humanisik mempunyai beberapa karakteristik berkenaan
dengan tujuan , metode, organisasi isi dan evaluasi. Menurut para humanis
kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman atau pengetahuan berharga
untuk membantumemperlancar perkembangan pribadi murid. Bagi mereka
tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang
diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap
yang sehat terhadap diri sendiri, orang laindan belajar.

Kurikulum humanistic menuntut hubungan emosional yang baik antara


guru dengan murid.Dalam evaluasi kurikulum humanistic berbeda dengan
yang biasa. Model lebih mengutamakan proses daripada hasil.
b. Kelemahan kurikulum humanistic.
1.
Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi
perkembangan individual peserta didik.
2.
Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta
didik, pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta
didik.
3.

Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat

secara keseluruhan.
4.
Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang
terhubungkan.

C. Kurikulum Rekontruksi Sosial


kurikulum rekontruksi social berbeda dengan model-model kurikulum lainnya.
Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat.Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama. Kerjasama
atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan
siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan denga sumber belajar lainnya.melalui
interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya
dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pandangan rekonstruksi social di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold
Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan
antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan
konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalahmasalah social.
Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang
rekonstruksi social. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat harus ikut serta
dalam perkembangan dana pembaharuan masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu sekolah
mempunyai posisi yang cukup penting.Sekolah bukan saja dapat membantu individu
mengembangkan kemampuan sosialnya, tetapi juga dapat membantu bagaimana berpartisipasi
sebaik-baiknya dalam kegiatan social.
Desain kurikulum rekonstruksi social
Ciri dari desain kurikulum ini adalah,
a. Asumsi
b. Masalah-masalah social yang mendesak
c. Pola-pola organisasi

Komponen-komponen kurikulum rekonstruksi sosisal


a. Tujuan dan isi kurikulum
b. Metode
c. Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum iniantara lain melibatkan,
1. Survey kritis terhadap suatu masyarakat
2. Study yang melihat hubungan antara ekonomi local dengan ekonomi nasional atau
internasional
3. Studi pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi local
4. Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian
5. Berbagai pertimbangan perubahan politik
6. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya
D. kurikulum Teknologi
Di kalangan pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran berb asis
computer, system pembelajaran individu, kaset atau video pembelajaran.Banyak pihak yang
kurang menyadari bahwa teknologi sangat membantu menganalisi masalah kurikulum, dalam hal
pembuatan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan instruksional.[3]
Persepektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas program metode dan
material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi mempengaruhi kurikulum
dalam dua cara yaitu aplikasi dan teori.
Pada tahun 1960, B. F. Skimmer menganjurkan efesiensi dalam belajar, yaitu cara
mengajar yang memberikan lebih banyak subjek kepada peserta didik .Efesiensi ini adalah
tahapan belajar melalui terminal perilaku tertentu. Berdasarkan hal ini, teknologi
mengembangkan aturan-aturan untuk membangun kurikulumdalam bentuk latihan terprogram.
[4]
Ciri-ciri kurikulum teknologis
a. Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku.
b. Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai
proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respon yang
diharapkan maka respon tersebut diperkuat.
c. Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin
ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu kompetensi.
d. Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran,
suatu unit ataupun semester.
Teknologi berperan dalam meningkatkan kualitas kurikulum, dengan mamberi kontribusi
mengenai keefektifan intruksional, tahapan intruksional, dan memantau perkembangan peserta
didik.Oleh karenanya sangat beralasan bahwa dewasa ini semakin banyak kurikulum efektif yang
selaras dengan perkenbangan teknologi.Meskipun biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan
kurikulum teknologi ini cukup besar, tapi sebanding dengan nilai yang didapat dan pembelajaran
bagi para siswa saat model ini diterapkan.

Salah satu kelemahan kurikulum teknologi ini adalah kurangnya perhatian pada
penerapan dan dinamika inovasi. Model teknologi ini hanya menekankan pengembangan
efektifitas produk saja, sedangkan perhatian untuk mengubah lingkungan yang lebih luas, seperti
organisasi sekolah, sikap guru, dan cara pandang masyarakat sangat kurang.

BAB III
PENUTUP
a.

Simpulan.

Kurikulum yang digunakan dalam lingkungan pendidikan dapat berupa realisasi dari
masing-masing model kurikulum hal dapat disesuaikan berdasarkan kebijakan yang diputuskan
pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan.
Kebijakan kurikulum yang ada dapat berdasarkan kepada satu model kurikulum atau
berdasarkan gabungan dari setiap model kurikulum yang tercermin dari landasan filosofis,
tujuan, materi, kegiatan belajar, mengajar dan smapai kepada evaluasi.
Porsi dari setiapkurikulum yang digunakan pada setiap jenjang pendidikan tidak sama,
porsi penggunaan kurikulum harus disesuaikan dengan karakterisitik dari setiap jenjan
pendidikan, baik itu pendidikan didasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi dan
penyesuaian juga harus dilakukan terhadap karakter perkembangan pesertadidik.

Pendidikan tinggi juga memiliki porsi yang berbeda terhadap penggunaan setiap
kurikulum yang didasarkan pada output pendidikan yang diharapkan dan in terjadi pada
pendidikan vokasional, pendidikan profesi, dan pendidikan akademik.

DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, oemar. 2007. Dasar-dasar pengembangan kurikulum.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syaodih, sukmadinata, nana. 2008. Pengembangan kurikulum .
bandung: PT Remaja rosdakarya.
Nana syaodik sukmadinata. 1998. Prinsip dan landasan
pengembangan kurikulum. Jakarta: PT Rosdakarya.

[1]Nana

syaodin sukmadinata. 2009. Pengembangan kurikulum.bandung. PT


Remajarosdakarya. Hal. 81.
[2]Oemar hamalik. 2007. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung:
PT Remaja rosdakarya. Hal 144.
[3]Nana syaodik sukmadinata. 1998. Prinsip dan landasan pengembangan
kurikulum. Jakarta: PT Rosdakarya. Hal 88.
[4]Ibid hal. 147

Anda mungkin juga menyukai