Presentan :
dr. Moch Erwin J.S.
Counterpart :
dr. I Gede Redi H.
PENDAHULUAN
Laserasi perineum adalah konsekuensi dari kelahiran normal, yang melibatkan
kompleks sfingter anal (laserasi derajat tiga), mukosa anus (laserasi derajat
empat), atau keduanya disebut cedera sfinhter anal obstetri. Insiden cedera
sfingter anal obstetrik setelah persalinan pervaginam dilaporkan secara luas
berkisar dari 0,5-11%.
Faktor risiko untuk cedera sfingter anal obstetri dalam persalinan pertama
(cedera sfingter anal obstetri primer) telah didokumentasikan dengan baik. Probabilitas tertinggi kejadian berhubungan dengan persalinan instrumental, terutama
forceps, primipara yang melahirkan neonatus lebih dari 4 kg dalam posisi
occiputposterior. Pada populasi cedera sfingter anal obstetri kembali ke persalinan
pervaginam, faktor risiko tampaknya mirip.
Outcome setelah obstetrik cedera sfingter anal primer yang telah dikenali
dan diperbaiki membawa manfaat pada 60-85% wanita yang menjadi asimtomatik
pada 6-12 bulan follow-up. Cedera sfingter anal obstetri yang tidak segera
dikenali atau diperbaiki dengan tepat dapat menyebabkan sekuele fisik dan
psikososial yang memprihatinkan.
Beberapa penelitian telah menilai kejadian dan faktor risiko cedera sfingter
anal obstetrik berulang dan para peneliti telah menunjukkan hasil yang bertentangan. Masih sedikit bukti yang telah menghasilkan guideline dari badanbadan profesional. Saat ini keputusan cara persalinan untuk kehamilan berikutnya
setelah primer anal obstetri cedera sfingter dihasilkan dari pengambilan keputusan
bersama, dengan mempertimbangkan pengalaman kelahiran pasien sebelumnya,
gejala saat ini, riwayat operasi inkontinensia sebelumnya, dan preferensi dokter.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan tingkat
cedera sfingter anal obstetri berulang pada kehamilan berikutnya. Tujuan sekunder
mencakup penilaian cara persalinan setelah cedera sfingter anal obstetri primer
serta mengidentifikasi faktor yang terkait dengan obstetrik cedera sfingter anal
primer maupun berulang.
kesepakatan lebih besar dari 95% dan statistik Cohen k lebih besar dari 60%, yang
PEMBAHASAN
Dalam penelitian kohort retrospektif ini, kami telah melaporkan tingkat cedera
anal obstetri sfingter primer dan berulang adalah sama sebesar 5,3%. Tingkat
obstetrik cedera sfingter anal berulang telah banyak dilaporkan dari 3% menjadi
13%. Variasi yang luas prevalensi cedera obstetrik sfingter anal yang dilaporkan
di tempat lain dalam literatur mungkin akibat dari penyebut populasi yang
berbeda yang digunakan dimana beberapa melaporkan tingkat sebagai proporsi
semua kelahiran dan lainnya melaporkan sebagai proporsi hanya persalinan
pervaginam. Dalam populasi penelitian ini, tingkat rekurensi 5,3% mirip dengan
studi berbasis registri-besar oleh Baghestan et al dan Dandolu et al (4% dan 6%,
masing-masing). Penelitian oleh Baghestan meliputi pengumpulan data tahun
1967-2004 dan Dandolu dari tahun 1991-2001. Penelitian kami merupakan
praktek obstetri dari tahun 2006 hingga 2010.
Terdapat bukti yang bertentangan mengenai apakah cedera sfingter anal
obstetri sebelumnya merupakan faktor risiko untuk cedera sfingter anal obstetri
berulang. Meskipun kami melaporkan tingkat rekurensi cedera sfingter anal
obstetri tampaknya tidak meningkat setelah cedera sfingter anal obstetri primer,
dapat dikatakan bahwa riwayat kelahiran pervaginam tanpa cedera sfingter anal
obstetri memberikan perlindungan dalam persalinan berikutnya. Selanjutnya,
berbeda dengan penelitian lain yang telah menunjukkan penurunan risiko
berulang cedera sfingter anal obstetri, penelitian kami mendukung risiko rekurensi
yang sama setelah cedera sfingter anal obstetri primer sebelumnya.
Dalam penelitian kami, 91,9% dari populasi anal obstetri cedera sfingter
primer melahirkan secara pervaginam pada kehamilan berikutnya. Lebih lanjut
3,1% memiliki kelahiran caesar darurat dan hanya 5,1% memiliki kelahiran caesar
yang direncanakan. Indikasi untuk kelahiran caesar yang direncanakan tidak
dilaporkan tetapi mungkin mencakup isu-isu plasentasi abnormal, malpresentasi
serta riwayat cedera sfingter anal obstetri primer. Atau, dalam studi terpisah oleh
Harkin et al dan Ali et al dengan cedera sfingter anal obstetri primeri, tingkat
kelahiran caesar masing-masing 20% dan 41%, dan tingkat cedera sfingter anal
obstetri berulang masing-masing 4% dan 13%, dilaporkan. Perbedaan hasil pada
populasi penelitian ini dapat menunjukkan bahwa pasien dan dokter kandungan
lebih setuju untuk mencoba kelahiran pervaginam setelah cedera sfingter anal
obstetri primer.
Persalinan forceps tetap menjadi faktor risiko tunggal yang paling berpengaruh untuk memperoleh cedera sfingter anal obstetri primer. Pengaruh
episiotomi menjadi protektif ketika membantu persalinan forceps, sehingga
mengurangi separuh risiko cedera sfingter anal obstetrik primer. Sebuah studi
pada lebih dari 1 juta persalinan primipara di English National Health Service
menunjukkan tiga kali lipat dari tingkat cedera sfingter anal obstetri primer dari
1,8% menjadi 5,9% dari tahun 2000 hingga 2012. Sejalan dengan itu, proporsi
persalinan pervaginam spontan yang dibantu dengan episiotomi meningkat dari
15% menjadi 19%. Persalinan instrumental tanpa episiotomi diidentifikasi sebagai
faktor risiko spesifik. Penelitian kami menegaskan posisi bahwa episiotomi harus
digunakan secara selektif untuk membantu kelahiran pervaginam normal dan
secara rutin untuk membantu persalinan forceps.
Ketika menilai faktor risiko obstetrik untuk cedera sfingter anal obstetrik
berulang, hanya LGA dan variabel instrumental yang menunjukkan signifikansi
untuk cedera sfingter anal obstetri berulang derajat tiga. Menariknya, episiotomi
sebagai intervensi terisolasi tidak memberikan perlindungan dalam persalinan
berikutnya setelah cedera sfingter anal obstetri primer. Namun, penelitian yang
lebih baru telah mengidentifikasi insisi miring jauh dari garis tengah bersifat
protektif. Hasil yang bertentangan mungkin mencerminkan variasi dalam praktek
episiotomi.
Kekuatan utama dari penelitian ini adalah ukuran populasi yang besar
dengan lebih dari setengah juta persalinan antara wanita dengan asuransi
perawatan kesehatan universal. Dengan menggunakan database regional kami
mengurangi risiko bias seleksi dan observer. Dengan itu dikatakan, masa studi 5
tahun mungkin memasukkan wanita dengan interval antarkehamilan yang singkat,
yang mungkin menjadi faktor pengganggu untuk berulang cedera sfingter anal
obstetri. Atau, beberapa pasien dengan cedera sfingter anal obstetri primer
mungkin telah mengalami trauma persalinan, sehingga menunda kehamilan di luar
Tabel 1. Outcome perineal untuk kohort persalinan: semua vaginal, pervaginam primipara dan persalinan pervaginam selanjutnya setelah
cedera sfingter anal obstetrik primer
Outcome
Pervaginam primipara
Perineum intak
Robekan derajat satu
Robekan derajat dua
Robekan derajat tiga
Robekan derajat empat
Episiotomi
153232 (36.0)
81872 (19.2)
142330 (33.4)
11381 (2.7)
1842 (0.4)
53332 (12.5)
(n=186.239)
23310 (12.5)
31824 (17.1)
69779 (37.5)
8507 (4.6)
1350 (0.7)
36123 (19.4)
Tabel 2. Karakteristik persalinan dan kelahiran untuk cedera sfingter anal primer dan berulang
Karakteristik
aOR
95% CI
8507, 4=1350)
LGA
Derajat 3
Derajat 4
Induksi persalinan
Derajat 3
Derajat 4
Augmentasi
Derajat 3
Derajat 4
Pengobatan nyeri ibu
Narkotik
Derajat 3
Derajat 4
Regional
95% CI
90, 4=12)
928
184
10.9
13.6
2.1
2.7
1.9-2.2
2.3-3.1
22
3
24.4
25
2.2
2.3
1.3-3,6
0.6-8.7
2359
382
29.9
28.3
1.1
1.0
1.0-1.1
0.9-1.1
20
2
22.2
16.7
1.1
0.8
0.7-1.8
0.2-3.7
4002
630
67.4
66.5
1.2
1.2
1.2-1.3
1.0-1.4
32
6
47.1
60
0.8
1.4
0.5-1.3
0.4-4.9
1319
212
15.7
15.9
1.4
1.3
1.2-1.5
1.0-1.7
13
-
14.4
2.3
0.9-5.6
Derajat 3
6012
Derajat 4
949
Penundaan kala dua
Derajat 3
3246
Derajat 4
509
Persalinan pervaginam dengan episiotomi
Derajat 3
960
Derajat 4
178
Persalinan vakum
Tanpa episiotomi
Derajat 3
1324
Derajat 4
205
Dengan episotomi
Derajat 3
1026
Derajat 4
211
Persalinan forceps
Dengan episiotomi
Derajat 3
456
Derajat 4
102
Tanpa episiotomi
Derajat 3
715
Derajat 4
151
Kombinasi vakum dan forceps
Derajat 3
256
Derajat 4
58
Semua instrumental
Derajat 3
3777
Derajat 4
727
71.5
71.1
1.4
1.4
1.3-1.6
1.1-1.8
43
-
47.8
1.2
0.6-2.5
43.6
44.5
1.8
1.9
1.7-1.9
1.7-2.1
14
3
17.3
25.0
1.1
2.0
0.6-2.1
0.5-7.6
11.9
13.7
1.1
1.8
1.0-1.2
1.5-2.1
12
1
13.6
8.3
1.0
0.6
0.5-1.9
0.1-4.8
16.5
15.8
3.2
4.3
3.0-3.4
3.7-5.1
12.8
16.3
2.5
4.4
2.3-2.7
3.7-5.2
5.7
7.9
5.3
10.2
4.8-5.9
8.2-12.8
8.9
11.6
2.7
4.9
2.5-2.9
4.1-6.0
3.2
4.5
5.0
9.6
4.4-5.8
7.2-12.7
47
56
3.1
5.1
2.9-3.2
4.5-5.8
13
2
14.8
16.7
2.4
3.3
1.3-4.6
0.7-16.3