KARSINOMA PENIS
Karina Goysal, Suriadi Nurdin, Achmad M Palinrungi
Sub Bagian Bedah Urologi, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanuddin, Makassar
ABSTRAK
Dilaporkan kasus tumor penis pada laki-laki usia 53 tahun dengan keluhan
utama ulkus pada alat kelamin selama satu tahun. Lesi awal berupa nodul yang gatal.
Ulkus semakin membesar disertai sekret yang berbau dan nyeri. Tidak terdapat
gangguan berkemih, sejak 2 bulan terakhir muncul limfadenopati inguinal yang
diikuti dengan terbentuknya ulkus. Faktor resiko pada pasien ini belum disirkumsisi.
Keluhan anoreksia disertai penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisis,
didapatkan ulkus dengan tepi tidak rata dari ujung penis sampai pada batang penis
disertai sekret dan jaringan nekrotik, ulkus pada kelenjar inguinal dengan tepi rata
dan sekret. Hasil pemeriksaan biopsi insisi adalah squamous cell carcinoma, tidak
didapatkan tanda-tanda metastasis pada pemeriksaan USG abdomen dan foto thorax.
Dilakukan tindakan total penektomi dan perineal uretrostomi.
Kata kunci : karsinoma, ulkus, limfadenopati
PENDAHULUAN
Karsinoma penis sebagian besar adalah karsinoma epitel skuamosa, yang
secara makroskopik terbagi menjadi dua, yaitu karsinoma papiliar dan infiltratif.
Karsinoma papiliar tumbuh kearah luar, berbentuk papiliformis atau kembang kol,
pada stadium dini susah dibedakan dengan kondiloma akuminata, pada stadium lanjut
timbul nekrosis dan bau busuk. Karsinoma penis kebanyakan muncul dari glans penis
atau bagian dalam prepusium, karena umumnya pasien menderita fimosis, lesi dini
sangat mudah terabaikan. Massa atau nodul keras dalam prepusium, sekret dari
ostium prepusium bau busuk, menjadi suatu kecurigaan terhadap karsinoma penis.
Pasien dengan prepusium yang dapat dieversikan, pada stadium dini dapat terlihat
massa verukosa atau tukak pada glans atau bagian dalam prepusium. Pada stadium
lanjut tumor dapat menonjol dari ostium prepusium, atau mendestruksi seluruh glans
penis, ulserasi kotor berbau busuk. Tapi biasanya tanpa kesulitan urinasi. Pada pasien
stadium lanjut, kelenjar limfe inguinal metastatis dapat konfluen menjadi satu,
bahkan menembus kulit, ulserasi, terinfeksi, berbau busuk.
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki usia 53 tahun datang dengan keluhan ulkus pada penis yang
dialami kurang lebih 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya muncul
benjolan kecil pada ujung penis yang terasa gatal dan sering digaruk sehingga muncul
luka, luka kemudian semakin membesar dan tak kunjung sembuh. Luka mudah
berdarah dan disertai sekret yang berbau. Pada awal muncul luka pasien tidak
merasakan nyeri, akan tetapi seiring dengan bertambah besar luka, intensitas nyeri
yang dirasakan pasien juga semakin bertambah. Pasien tidak mengeluhkan gangguan
buang air kecil, 2 bulan terakhir muncul benjolan di inguinal kanan dan kiri yang
kemudian pecah membentuk ulkus. Pasien tidak pernah berobat sebelumnya hanya
riwayat diberikan ramuan tradisional. Pasien tidak pernah disirkumsisi. Riwayat
pasien mengeluh penurunan nafsu makan dan berat badan dalam 3 bulan terakhir.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan pada regio genitalia externa, tampak ulkus
pada penis dengan tepi tidak rata, tampak sekret dan jaringan nekrotik pada penis,
OUE sulit dinilai. Panjang penis yang sehat sekitar 2 cm. Massa tumor teraba padat
keras ,permukaan yang tidak rata disertai nyeri tekan, pada scrotum tampak udem
kemerahan dan pada perineum tidak ditemukan kelainan. Pada regio inguinal dextra
tampak benjolan sebesar telur dan terdapat multiple ulkus disertai nyeri tekan dengan
diameter masing-masing kurang lebih 1-2 cm. Pada regio inguinal sinistra tampak
benjolan sebesar telur kemerahan dan disertai ulkus besar di tengah dengan diameter
4cm dan multiple ulkus satelit. Tampak sekret dan jaringan nekrotik pada ulkus.
Gambar 1
Gambaran klinis pasien
Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan anemi (10.5 dr/dL) dan
leukositosis ( 13730/mm3). Pemeriksaan Foto thorax dan USG Abdomen tidak
ditemukan tanda-tanda metastase. Dilakukan pemeriksaan biopsi insisi dengan hasil
dan
Gambar 2
Foto Thorax menunjukkan gambaran normal
Gambar 3
USG Abdomen dengan hasil tidak ada tanda tanda metastasis
Hasil Biopsi Patologi Anatomi (16/09/2014) :
Bahan/ Lokalisasi : Penis
Keterangan klinik : Benjolan pada penis, ukuran 3x2cm
Diagnosis klinik : Tumor penis
Pemeriksaan PA : Blok Parafin
Makroskopik : 2 buah jaringan ukuran 1 cc putih padat berbintil-bintil, semua
cetak
Mikroskopik : Sediaan jaringan tumor terdiri dari sarang-sarang sel maligna
asal epitel squamous, inti besar-besar atypic, pleomorfik, hiperkromatik, dan
nukleoli prominent, dengan pembentukan massa keratin diantaranya dan
sebutkan padat sel-sel radang limfosit
Kesimpulan : Squamous cell carcinoma keratinizing differensiasi sedang
DISKUSI
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma penis menyumbang kurang dari 1% dari kanker pada laki-laki di
Amerika Serikat, dengan sekitar 1-2 kasus baru dilaporkan per 100.000 orang.
Ditemukan adanya variasi insidens sesuai dengan lokasi geografis, dalam daerah
seperti Afrika dan wilayah Amerika Selatan, penis karsinoma menjadi penyebab 1020% dari semua lesi ganas. Karsinoma penis paling sering terjadi pada dekade
keenam, meskipun laporan kasus yang ada mencantumkan jarang terjadi pada anakanak.
ETIOLOGI
Karsinoma penis sebagian besar terjadi pada pria yag belum disirkumsisi.,
dengan keterlibatan smegma dan higienitas yang buruk menjadi faktor penyebab.
Pada pria yang disirkumsisi pada periode neonatal, karisnoma penis jarang terjadi.
Fimosis, higienitas yang buruk, dan menumpuknya smegma merupakan
semua yang terlibat dalam etiologi karsinoma penis. Hal ini diperkirakan bahwa
masing masing dalam komponen ini berperan dalam karsinogenesis yang terjadi
akibat peradangan kronis dan iritasi yang terjadi dengan adanya sekresi dan bakteri di
bawah prepusium. Walaupun berdasarkan penelitian, tidak ada komponen smegma
yang menjadi dasar dari transformasi keganasan. Riwayat trauma diyakini menjadi
satu penyebab, tetapi kemudian dianggap sebagai faktor kebetulan.
Tidak ada bukti yang ditemukan bahwa kanker penis dikaitkan dengan
penyakit menular seksual seperti sifilis, granuloma inguinal, atau canchroid.
Beberapa studi menunjukkan hubungan antara virus herpes dan karsinoma penis,
tetapi gagal untuk menunjukkan hubungannya. Kemudian ditemukan adanya korelasi
antara Human papilomavirus (HPV) dan karsinoma sel skuamosa serviks, studi
terbaru dapat menunjukkan urutan DNA HPV pada pasien dengan karsinoma penis.
Disamping itu, istri dari pasien dengan karsinoma penis beresiko terkenan kanker
serviks. Dengan demikian, dari hasil yang didapatkan, penularan HPV dapat
memainkan peran dalam etiologi kanker penis.
KLASIFIKASI
Patologi
Karsinoma sel skuamosa adalah penyebab penyakit keganasan paling sering pada
penis, diperkirakan lebih dari 95% kasus keganasan pada penis. Melanoma dan sel
karsinoma basal jarang terjadi. Tidak diketahui sejauh mana karsinoma sel skuamosa
didahului dari lesi premaligna.
Lesi pre-maligna
Lesi pre-maligna dari karsinoma sel skuamosa penis meliputi :
1. Lesi sporadis yang terkait dengan karsinoma sel skuamosa :
a. Balanitis xerotica obliterans
b. Cutaneus horn penis
c. Boweoid papulosis penis
2. Lesi resiko rendah menjadi karsinoma sel skuamosa penis :
a. Intraepitel neoplasia penis ( Queyrat eritroplasia, Bowens disease)
Neoplasma penis
Walaupun karsinoma sel skuamosa adalah penyebab tersering dari karisnoma penis,
tetapi beberapa variasi dan perbedaan pola pertumbuhan penyakit yang dapat
diobservasi
1. Tipe Karsinoma sel skuamosa
a. Klasik
b. Basaloid
c. Veruka
d. Sarkomatoid
e. Adenoskuamosa
2. Pola pertumbuhan karsinoma sel skuamosa
a. Penyebaran superfisial
b. Nodul atau fase vertikal pertumbuhan
c. Veruka
3. Diferensiasi grade : sistem broders telah digunakan secara tradisional sebagai
sistem penilaian, namun saat ini sistem skor maiche tampaknya menjadi
paling cocok
Tumor mesenkimal
Tumor mesenkimal sangat jarang terjadi, dengan jumlah insidens kurang dari 3%
(kapesi sarcoma, angiosarcoma, epiteloid hemangio-endotelialoma)
Tumor metastasis
Penis merupakan daerah yang jarang terkena suatu metastasis keganasan. Tetapi
kandung kemih, prostat, dan tumor rektal dilaporkan menjadi tumor primer dari suatu
metastasis.
Klasifikasi TNM AJCC ( tahun 2002 edisi 6)
Tumor primer (T)
Tx : tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : belum menemukan tumor primer
Tis : karsinoma in situ
10
d. Mobil/ terfixir
e. Hubungan dengan struktur lain, berhubungan dengan infiltrasi atau
perforasi
f. Edema pada kaki/ skrotum.
Diagnosis histologi terdiri atas aspirasi jarum halus, biopsi inti
jaringan, atau biopsi terbuka. Bila terjadi biopsi negatif dan nodus
yang secara klinis mencurigakan, harus dilakukan biospi ulang.
3. Metastasis jauh
Penilaian metastasis jauh hanya bisa dilakukan jika pada pasien terbukti
didapatkan nodul positif. CT-scan pada pelvis/abdominal digunakan untuk
mengidentifikasi nodus retroperitoneal pada pasien dengan metastase
inguinal. Meskipun bukan menjadi metode yang iandalkan, deteksi massa
panggul diperlukan dalam penentuan terapi dan prognosisi. Foto thorax xray harus dilakukan pada pasien dengan pembesaran kelenjar getah bening
positif. Pemeriksaan darah rutin juga dilakukan, tetapi hanya pada pasien
dengan massa inguinal besar dan nodul pada panggul, dan didapatkan
sebuah metastasis. Foto tulang hanya diperlukan pada beberapa pasien
yang menampilkan gejala tertentu.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada karsinoma penis terutama secara operasi, untuk lesi lokal
stadium dini dengan laser dan radioterapi juga membawa hasil sangat baik,
sedangkan kemoterapi adalah terapi penunjang. Seleksi pola terapi dan apakah
dilakukan konservasi organ ditentukan oleh derajat diferensiasi tumor dan stadium
klinisnya.
1. Menghilangkan lesi primer
Biopsi lesi primer harus dilakukan untuk menentukan suatu diagnosis. Pengobatan
bervariasi tergantung pada hasil patologi dan letak dari lesi itu sendiri.
a. Sirkumsisi
Sirkumsisi dilakukan keltika lesi berada di prepusium dan dekat dengan sulkus
koronaria, lesinya kecil dan tidak invasif, membutuhkan margin pembedahan
12
yang bagus dan follow up yang ketat pasca pembedahan. Angka rekurensi post
sirkumsisi sekitae 22-50%
b. Mohs Microsurgery
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Mohs pada tahun 1942. Indikasi
yaitu lesi kecil penis pada bagian distal (<2-3cm) dengan membuang lapisanlapisan kulit. Teknik anestesi dengan menggunakan lokal anestesi pada area
sekitar lesi. Tiap lapisan kulit dieksisi dan warnanya menjadi kode untuk
memungkinkan identifikasi selanjutnya, setiap lapisan kemudian diperiksa dan
eksisi dihentikan ketika mendapatkan daerah bebas tumor. Penyembuhan luka
diperhatikan setelah dilakukan peluruhan dari lapisan yang paling dalam.
Kelenjar bisa saja cacat atau hilang setelah dilakukan terapi ini.
c. Terapi laser
Terapi ini digunkan pada Tis, Ta, T1 dan beberapa lesi T2 dengan
menggunakan nd : YAG (neo-dymium : Yatrium-Aluminium Garnet) dengan
panjang gelombang 1060 nm yang memproduksi penetrasi pada jaringan
dalam (3-6nm), pembuluh darah berkoagulasi sampai diameter 5mm.
Rekurensi lokal diperkirakan sekitar 10% pada staging T1, 30% pada staging
T2, 100% pada staging T3 dan bisa menggunakan CO2 Laser dengan operasi
microwave dengan panjang gelombang sekitar 10.600 nm yang hanya
mempenetrasi 0,01 mm dari permukaan jaringan, pembuluh darah hanya
berkoagulasi sekitar < 0,05 mm. Keuntungannya jaringan penis tetap terjaga,
sehingga hanya digunakan pada lesi kecil superfisial. Satu penelitian
mengatakan 50% positif margin dan tingkat rekurensi sebesar 15%.
d. Pembedahan
- Penektomi parsial
Dilakukan pada lesi yang dekat dengan sulkus koronaria yang telah
menginvasi glans penis dan bagian distal dari batang penis. Pada
pelaksanaannya dibutuhkan 2cm daerah proksimal bebas tumor. Angka
13
setelah eksisi dari glans adalah rekonstruksi kulit dengan skin graft.
Penektomi total dan perineal uretrostomi
Dilakukan pada lesi bagian proksimal yang tidak memungkinkan dilakukan
eksisi dari 2cm daerah bebas tumor, lesi besar yang melibatkan poros atau
pangkal penis, lesi dimana memungkinkan untuk terpotongnya penis leboh
singkat. Setelah dilakukan penektomi total harus dilakukan uretro
perineostomi. Biasanya tidk terjadi rekurensi setelah terapi ini, tetapi harus
tetap diperhatikan sesuai dengan grading dari karsinoma itu sendiri. Pada
pasien ini dilakukan terapi bersifat paliatif dengan tindakan penektomi total
dan perineal urethrostomi. Temuan intraoperatif didapatkan tumor yang
sudah menginvasif corpus cavernosa penis sampai ke urethra.
14
merupakan bagian penting integral dari terapi karsinoma penis. Dari yang secara
klinis, ditemukan pembesar kelenjar limfe, sekitar 30-60% terdapat metastasis
kelenjar limfe, sedangkan yang tanpa pmbesaran kelenjar limfe, pasca pengangkatan
kelenjar limfe ditemukan 15-30% terdapat metastasis.
Apakah dilakukan secara sekaligus ataukah diberikan terapi antiradang lebih dahulu
4-6 minggu baru dilakukan pengangkatan kelenjar limfe inguinal masih terdapat
perbedaan pendapat. Karena belum ada metode sederhana dan efektif untuk
memastikan ada tidaknya metastasis limfatik, pengangkatan sekaligus memiliki
kelebihan menghemat biaya dan lebih dini mengontrol penyakit. Perihal lingkup
pngangkatan, terdapat pengangkatan modifikasi dan pengangkatan klasik, yang
pertama sesuai bila pemeriksaan fisik secara klinis tak teraba limfadenopati,
komplikasi pasca operasi sedikit, yang terakhir sesuai untuk yang sudah jelas atau
sangat dicurigai terdapat metastasis kelenjar limfe inguinal, komplikasi pasca operasi
lebih banyak.
3. Terapi Neo-adjuvant
a. Kemoterapi
Terapi ini kurang pasti, karena kurang mempunyai bukti dalam penggunaannya
Terapi tunggal biasanya digunakan :
- Cisplatin : 15-23% tingkat respon parsial
- Bleomycin : 45-50% tingkat respon parsial
- Methotrexate : 61% tingkat respon parsial
b. Terapi kombinasi
- Vincristin + Bleomycin + Methotrexate (VBM)
* 82% 5 tahun survival rate saat digunakan sebagai terapi adjuvant
* 37% 5 tahun survival rate saat hanya dengan terapi operasi
- Cisplatin + 5-Flourouracil
* 23% tingkat respon parsial
15
KESIMPULAN
1. Karsinoma penis sebagian besar merupakan karsinoma sel skuamosa yang
merupakan penyebab penyakit keganasan paling sering pada penis.
2. Etiologi dari karsinoma penis masih tidak diketahui, tetapi selalu dikaitkan
dengan higienitas yang buruk dan terbaru dikaitkan dengan virus HPV.
3. Selain dari skuamous cell karsinoma sebagai penyebab utama ditemukan juga
melanoma dan sel karsinoma basal namun merupakan kasus yang jarang terjadi.
4. Penegakan diagnosis karsinoma penis yaitu berdasarkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta dapat dilakukan pemeriksaan
lanjutan seperti
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sam D, Graham Jr, et al. Anatomy. In : Graham SC, Keane TE, Glenn JF,
editors. Glenns urologic surgery. 6th ed. New York : Lippincott Williams and
Wilkins; 2004.
2. Algaba F, Horenblas S, Pizzocaro G, Solsona E, Windahl T. Guideline on
Penile Cancer. European Association of Urology.
3. Kramer A, Siroky MB. Neoplasms of The Genitourinary Tract. In : Siroky
MB, Oates RD, Babayan RK, editors. Handbook of Urology. 3 rd ed. New York
: Lippincott Williams and Wilkins; 2004. P 252-298.
4. Cosgrove DJ, Schmidt JD. Penile and Urethral Cancer. In : Nachtsteim D.
Urological Oncology. Texas : Landes Bioscience; 2005. P 89-104.
5. Pettaway WA, Lance RS, Davis JW. Tumors of The Penis. In : Kavoussi LR,
Novick AC, Patin AW, Peters CA. Urology. 10th ed. Philadelphia : Elsevier
Saunders. 2012. P 901-932.
6. Presti JC. Genital Tumor. In : Tanagho EA, McAninch JW. Smiths General
Urology. 17th ed. New York : McGraw Hill. 2008. P 375-387.
17
18