Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan hewan dimulai di laut pada zaman prakambrium seiring dengan
terjadinya evolusi bentuk multiseluler yang hidup dengan memakan organisme
lain. Gaya hidup baru tersebut memungkinkan terjadinya eksploitasi sumberdaya
yangsebelumnya belum termanfaatkan, dan mengakibatkan radiasi evolusioner
daribentuk-bentuk yang beranekaragam. Hewan awal menempati laut, air tawar,
dan akhirnya daratan. Keanekaragaman kehidupan hewan yang memesona di
bumi saat ini, beberapa di antaranya di ilustrasikan pada terumbu karang di laut
berasal dari evolusi nenek moyang prakambrium yang telah berjalan lebih dari
setengah miliar tahun yang lalu (Campbell et. al; 2003).
Protozoa membentuk suatu subkerajaan dari kerajaan protista dalam
klasifikasi lima kerajaan makhluk-makhluk hidup (Monera, protista, Plantae,
Fungi, dan Animalia). Mereka lebih primitive dari hewan. Bagaimanapun
kompleks badan-badan mereka dan banyak dari mereka sangat kompleks, semua
struktur berbeda tersebut berada di dalam satu sel. Tetapi beberapa protozoa
mempunyai stadium di dalam siklus hidupnya di mana tidak ada dinding-dinding
sel diantara nukleit, dan beberapa spesies membentuk koloni-koloni yang
berenang sebagai satu unit dan berisi organisme-organisme somatic dan
reproduktif yang kelihatannya berbeda. (Radiopoetro, 1996).
Lebih dari sejuta spesies hewan masih hidup saat ini, dan terdapat
kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organisme baru akan diidentifikasi oleh
generasi ahli biologi masa depan. Hewan dikelompokkan ke dalam sekitar 35
filum, namun jumlah sebenarnya bergantung pada perbedaan pandangan para ahli
sistematika. Hewan menempati hampir semua lingkungan di Bumi, tetapi anggota
terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan yang kemungkinan
merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan rumah
bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak, tetapi tidak
sekaya keanekaragaman fauna laut (Campbell et. al; 2003).

Universitas Srivijaya

Kingdom Protista ini terdiri dari organisme eukariotik bersel tunggal. Protista
dapat dijumpai di mana saja, di air (air tawar dan air laut), daerah lembap, ataupun
hidup bersimbioisis dengan organism lain. Protista umumnya bersifat aerobik
danmenggunakan mitokondria untuk respirasi. Nutrisi yang diperoleh dapat
bersifat fotoautotropik, heterotropik, atau keduanya. Protista mempunyai flagella
atau siliadalam hidupnya. Perkembang biakannya dapat secara seksual maupun aseksual.
Pada kondisi buruk, protista akan membentuk kistae. Secara taksonomis, protista
dikelompokkan

menjadi

tiga

genera,

yaitu

protozoa

(protista

seperti

hewan),protista algae (protista seperti tumbuhan), dan protista seperti jamur


(Nugroho, 2004).
Semua protista adalah eukariota, akan tetapi protista sangat beraneka ragam,
sehingga hanya sedikit karakteristik umum lain yang dapat disebutkan tanpa
perkecualian. Sesungguhnya, variasi protista dalam hal struktur dan fungi,
melebihi kelompok organisme lainnya. Sebagian besar dari sekitar 60.000 spesies
protistayang diketahui hidup saat ini bersifat uniseluler, tetapi ada beberapa
spesies berkoloni dan bersifat multiseluler. Karena sebagian besar protista bersifat
uniseluler, maka protista dapat dianggap sebagai organisme eukariotik yang
palingsederhana. Tetapi pada tingkat seluler, kebanyakan protista luar biasa
kompleksnya paling rumit diantara semua sel (Campbell et. al; 2003).
Kingdom Protista mencakup semua spesies uniseluler eukariotik. Sebagian
diantara organisme itu serupa dengan hewan (protozoa), yang lainnya mirip
dengantumbuhan (protista alga), dan yang lainnya lagi menunjukkan ciri-ciri
fungi. Sejumlah ahli taksonomi menyertakan organisme-organisme yang
membentuk koloni dan yang multiseluler sederhana ke dalam kingdom ini, karena
berkerabat lebih dekat dengan protista daripada dengan ketiga kingdom
multiseluler lainnya (Fried, 2006).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan mengenal morfologi
beberapa spesies anggota filum protozoa yang terdapat di air tawar

Universitas Srivijaya

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Protozoa merupakan sekelompok makhluk yang bersel tunggal, heterogen,
meliputi kurang lebih 50.000 spesies yang telah diberi nama dan 20.000 spesies
lainnya telah berupa fosil. Ribuan spesies telah berhasil dideskripsikan sebagai
makhluk yang hidup bebas dan sebagiannya lagi hidup secara parasit pada hewan
lain terutama hewan tingkat tinggi. Jumlah hewan protozoa dalam suatu tempat
sering sangat menakjubkan, misalnya dalam suatu kolom dapat mencapai jutaan
hewan bahkan milyaran (Jasin, 1992)
Protozoa membentuk suatu subkerajaan dari kerajaan protista dalam
klasifikasi lima kerajaan makhluk-makhluk hidup (Monera, protista, Plantae,
Fungi, dan Animalia). Mereka lebih primitive dari hewan. Bagaimanapun
kompleks badan-badan mereka dan banyak dari mereka sangat kompleks, semua
struktur berbeda tersebut berada di dalam satu sel. Tetapi beberapa protozoa
mempunyai stadium di dalam siklus hidupnya di mana tidak ada dinding-dinding
sel diantara nukleit, dan beberapa spesies membentuk koloni-koloni yang
berenang sebagai satu unit dan berisi organisme-organisme somatic dan
reproduktif yang kelihatannya berbeda. Protozoa berukuran mikroskopik, hanya
sedikit yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Beberapa flagelata berisi klorofil
(Radiopoetro, 1996).
Divisi-divisi di dalam kingdom protista tidak selalu didasari oleh garis
keturunan evolusioner, melainkan lebih berakar secara praktis pada ciri-ciri
fungsional. Seperti Monera, taksonomi Protozoa masih terus berubah, dan
adaberbagai skema klasifikasi berbeda. Protista mulai berevolusi 1,6 miliar tahun
lalu. Protista sangat kompleks : sel-selnya menunjukkan keberagaman yang lebih
dari pada sel-sel milik kingdom-kingdom multiseluler. Filogeni protista juga sama
kompleksnya, dan belum dipahami sepenuhnya. Dipercaya kalau dari protista
telah muncul fungi, tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, dan hewan-hewan
multiseluler, walaupun dari bentuk-bentuk yang sangat berbeda dari protista yang
ada sekarang (Fried, 2006).

Universitas Srivijaya

Protista ditemukan hampir di setiap tempat di mana terdapat air. Protista


pada umumnya menempati tanah yang basah, sampah, dedaunan, dan habitat darat lainnya
yang cukup lembab. Di lautan, kolam, dan danau, banyak protista menempati
bagian dasar, menempelkan dirinya pada batu dan tempat lainnya, atau merayap
melalui pasir dan endapan lumpur. Protista juga merupakan bahan penyusun penting
plankton yaitu komunitas organisme yang sebagian besar bersifat mikroskropis, yang
mengapung secara masif atau berenang secara lemah sekitar permukaan air.
Sebagai suatu kelompok besar autotrof, alga eukariotik secara ekologis sangat
penting (Campbell et.al; 2003).
Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di
semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya
hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani
gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Protozoa parasitik
menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan
membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi
terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks. Protozoa sebagai divisi telah
dibagi-bagi menjadi lima filum utama. Beberapa ahli protozoologi membaginya
menjadi enam filum (Fried, 2006).
Suatu organisme mungkin dapat bersifat amoeboid, flagellate, cryste atau
plasmodium. Oleh karena itu, pembagian hewan protozoa dalam kelas didasarkan
pada fase yang menonjol dalam siklus hidupnya. Hal ini sangat disebabkan karena
ada golongan-golongan tertentu yang selalu bersifat amoeboid, yang lain-lainnya
yang selalu cenderung membentuk plasmodia dan golongan-golongan lainnya
cenderung membentuk flagellum atau cilia sebagai karakteristiik hidupnya.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka protozoa dapat dibedakan menjadi 5
kelas, yaitu : Rhizopoda (Rhiza = akar,

podium = kaki). Rhizopoda ini juga

disebut Sarcodina (Sarcodes berdaging). Rhizopoda merupakan golongan


protozoa di mana terutama pada amoeboid (Radiopoetro, 1991).
Rhizopoda yang lebih sering disebut dengan amoeba, semuanya uniseluler
dan menggunakan pseudopodia untuk bergerak dan makan. Pseudopodia
sebenarnya bisa muncul dari mana saja pada permukaan sel. Ketika amoeba
bergerak, amoeba akan menjulurkan pseudopodia dan mengaitkan ujungnya dan

Universitas Srivijaya

kemudian mengeluarkan lebih banyak sitoplasma ke dalam pseudopodia


(rhizopoda artinya kaki yang mirip akar). Sitoskeleton, yang terdiri dari
mikrotubul dan mikrofilamen, berfungsi dalam pergerakan amoeboid. Aktivitas
pseudopodia terlihat kacau, akan tetapi sesungguuhnya amoeba menunjukkan
pergerakan yang terarah ketika mereka merayap menuju suatu sumber makanan.
Beberapa amoeba hidup di dalam suatu cangkang protein yang mereka sekresikan
sendiri. Pseudopodia menjulur ke luar melalui suatu lubang yang terdapat pada
cangkang, yang pada beberapa spesies dilapisi dengan butiran pasir halus
(Campbell et.al; 2003).
Semua anggota kelas Ciliata (8000 jenis) memiliki kelijak sebagai alat
gerak, yang juga merupakan organel penangkap makanannya. Pada stadium
tertentu perkembangannya mempunyai infraciliary system berupa ciliary basal
bodies yang disebut kinetosome, dan pada umumnya punya sitostom (cytostome).
Ciri khas kelasnya adalah adanya du atipe inti sel, yaitu makronukleus (berfungsi
vegetatif) dan mikronukleus (berfungsi reproduktif). Reproduksi aseksual dengan
cara pembelahan transfersal (transverse fission), sedangkan pasa reproduksi
seksual terjadi pertukaran inti sel melalui proses konjugasi (conjugation)
(Oemarjati, 1990).
Semua sporozoa hidup sebagai parasit. Mereka mengambil makanan
dengan menyerap nutrien dari inangnya. Mereka tidak mempunyai daya gerak
pindah selama sebagian besar hidupnya (kadang-kadang di seluruh hidupnya).
Anggota yang paling dikenal dalam filum ini adalah genus Plasmodium. Sporozoa
ini menyerang sel darah merah, yang menyebabkan malaria. Penyakit ini memiliki
perbedaan yang merugikan sebagai penyebab kematian manusia dalam jumlah
lebih besar daripada akibat penyakit menular yang mana pun. Ditularkan dari
orang ke orang melalui gigitan nyamuk genus Anopheles (Kimball, 1992).
Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalam lingkungan
air, tetapi setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya
hewan tingkat tinggi. Beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, di air laut dan
lainnya lagi pada dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat di mana-mana di
dunia dimana terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab. Kelompok
kedua mudah dipisahkan, karena semua parisitik (Rohmimohtarto, 2007).

Universitas Srivijaya

BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan Pada hari Rabu tanggal 11 Februari 2015
Pukul 8.00-10.00 WIB bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau bedah dan
bak bedah, mikroskop cahaya, kaca objek, kaca penutup, dan pipet tetes.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu larutan ringers, kapas air danau, air
sungai, air sumur dan air rawa.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan Kultur Jerami
Diambil 100 gr jerami dan dipanaskan dalam 1 liter air sumur sampai
jerami lunak. Setelah direbus kurang lebih 90 menit kemudian dinginkan. Air
jerami dipindahkan ke botol bekas ditambah dengan air sawah. Kemudian
dibiarkan terbuka selama 7-10 hari.
3.3.2 Pengamatan
Diambil air sampel dengan pipet tetes. Diteteskan pada kaca objek dan
ditutup dengan kaca penutup. Diamati di bawah mikroskop dengan teliti.
Digambar dan diberi keterangan spesies protozoa yang ditemukan. Ditulis
klasifikasinya. Dicatat perbesaran mikroskop dan dilakukan pencarian spesies
lain.

Universitas Srivijaya

Anda mungkin juga menyukai