Anda di halaman 1dari 9

Definisi kasus DBD

1. Diagnosa Klinis
Diagnosa DBD ditegakkan berdasarkan criteria diagnosis menurut World Health
Organization (WHO), terdiri dari criteria klinis dan laboratoris (Depkes RI, 2005)
Kriteria Klinis (1) demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus 2-7
hari, (2) Terdapat manifestasi perdarahan ditandai sekurang-kurangnya uji tourniquet positif.
Perdarahan spontan berbentuk perdarahan bawah kulit (peteki, purpura, ekimosis), mimisan
(epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena), (3)
Disertai atau tanpa pembesaran hati, (4) Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan
tekanan nadi < 20 mmHg atau nadi tidak teraba, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan
pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratosis (1) Trombositopenia (<100.000/l), (2) Hemokonsentrasi yang dapat
dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih.
2. Diagnosa Laboratoris DBD
Pemeriksaan serologis didasarkan pada timbulnya antibody setelah infeksi (Depkes RI,
2005). Cara yang dilakukan adalah pemeriksaan HI (Haemoglutination Inhibition) dan uji
antibody IgM dan IgG (ELISA)
a. Deteksi Antigen PCR (Polymerase Chain Reaction)
b. Isolasi virus
Klasifikasi kasus DBD (Depkes RI, 2005).
1. Kasus tersangka DBD:
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas berlangsung terus menerus selama
2-7 hari disertai manifestasi Perdarahan (sekurang-kurangnya uji recognizier positif) dan atau
trombositopenia (<100.000.1).
2. Kasus Demam Dengue (DD)

Demam tinggi mendadak, kadang-kadang bifasik, nyeri kepala hebat, nyeri belakang
bola mata, nyeri otot, tulang dan sendi, mual, muntah dan timbulnya ruam atau hasil IgM
positif
3. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama
2-7 hari disertai manifestasi perdarahan (sekurang-kurangnya uji torniquet positif),
trombositopenia, hemokonsentrasi, atau hasil peineriksaau serologis positif
4.Kasus Dengue Shock Syndrome (DSS) DBD derajat III dan IV.
Tempat Potensial Bagi Penularan DBD Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat
yang terdapat nyamuk penularmya, antara lain (Depkes RI, 2005):
1. Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)
2. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang
dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus
dengue cukup besar. Tempat-tempat tersebut antara lain sekolah, rumah sakit, hotel,
pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dll.
3. Permukiman baru di pinggir kota Karena di lokasi ini penduduknya berasal dan berbagai
wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa virus
Dengue yang berlainan dan masing-masing lokasi asal.

Tempat Perkernbangbiakan Nyamuk Aedes Aegypti


Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti adalah tempat- tempat
penampungan air berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau
sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah
Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan

dengan tanah Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan
sebagai benkut (Depkes RI. 2005):
1. Tempat Penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki
reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari. seperti tenipat minum
burung. vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas (ban. kaleng, botol, plastik, dll).
3. Tempat penampungan air alamiah. sepeiti: lobang pohon, lobang batu. pelepah daun,
tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu
Perilaku Nyamuk Aedes Aegypti
Biasanya nyaniuk Aedes aegypti mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas menggigit
biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan
16.00-17.00. Tidak seperti nyamuk lain, nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
menghisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian
nyamuk ini sangat efektif sabagai penular penyakit. Setelah menghisap darah, nyamuk ini
hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat
perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat ini nyamuk
menunggu proses pematangan telurnya (Hadinegoro, 2005).
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina Aedes aegypti
akan meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan
air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah telur
terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan pertumbuhan dari telur menjadi
nyamuk dewasa selarna 9-10 hari. Umumnya nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. Setiap
bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang
kering (tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2C sampai 42C, dan bila tempattempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas
lebih cepat (Depkes RI, 2005).

Penyebaran Nyamuk Aedes Aegypti


Kemampuan terbang nyamuk betma rata-rata 40 meter maksimal 100 meter, namun secara pasif
misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh Aedes aegypti tersebar
luas di daerah tropis dan sub-tropis. Di Indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di numah-rumah
maupui di tempat-tempat umum Nyamuk mni dapat hidup dan berkembangbiak sampai
ketinggian 1000 meter dari permukaan air laut. Di atas ketinggian 1000 tidak dapat
berkembangbiak karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah. sehingga tidak
memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut (Depkes RI 2005).
Variasi Musiman Nyamuk Aedes Aegypti
Pada musim hujan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty yang pada musim kemarau
tidak tersi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas.
Selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air
hujan dan dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nvamuk ini. Oleh karena itu pada
musim hujan populasi Aedes aegypti meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue (Depkes RI, 2005).
Pencegahan Penyakit DBD
Sebagaimana diketahui cara pencegahan dan pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini
adalah memberantas vektor yaitu nyamuk penular Aedes Aegypti dan pemberantasan terhadap
jentik-jentiknya karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum
tersedia. Cara yang dianggap paling tepat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengeu (PSN-DBD) yang harus didukung oleh peran serta masyarakat. Apabila PSNDBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka populasi nyamuk Aedes Aegypti akan dapat
ditekan serendah-rendahnva, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Upaya penyuluhan dan
motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara berkesmambungan dan terus menerus karena
keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masvarakat (Depkes RI. 2005).

Hadinegoro (2005), inenyatakan bahwa Strategi dalam pencegahan penyakit DBD,


meliputi:
1. Fogging
Fogging dilakukan terhadap nyamuk dewasa dengan insektisida. Mengingat kebiasaan
nyamuk senang hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan
pada dinding rumah. Kegiatan fogging hanya dilakukan jika ditemukan penderita/tersangka
penderita DBD lain, atau sekurang kuragnya ada 3 penderita panas tanpa sebab yang jelas dan
ditemukannya jentik nyamuk Aedes aegyptii di lokasi.
2. Penyuluhan kepada masyarakat
Penyuluhan tentang penyakit demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui
media massa, tempat ibadah, kader PKK dan kelompok masyarakat lainnya. Kegiatan ini
dilakukan setiap saat pada beberapa kesempatan. Selain penyuluhan kepada masyarakat luas,
Penyuluhan juga dilakukan secara individu melalui kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB).
3. Pemantauan jentik berkala
Pemantauan jentik berkala dilakukan setiap 3 (tiga) bulan di rumah dan tempat-tempat umum.
Diharapkan Angka Bebas Jentik (ABJ) setiap kelurahan/ desa dapat mencapai lebih dari 95%
akan dapat menekan penyebaran penyakit DBD.
4. Penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD
Cara yang tepat dalam pencegahan penyakit DBD adalah dengan melaksanakan PSN-DBD, dan
dapat dilakukan dengan cara yaitu
(1) Fisik, cara ini dikenal dengan 3M yaitu: Menguras dan menyikat bak mandi secara teratur
seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan
lain-lain), mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban, dan
lain-lain),
(2) Kimia, cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi

jentik yang dikenal dengan istilah larvasida. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos
dimana formulasi yang digunakan adalah dalam bentuk granule (sand granules), dengan dosis 1
ppm atau 100 gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan
temophos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Larvasida yang lain ymng dapat digunakan adalah
golongan insect growth regulator.
(3) Biologi. Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan cara biologi adalah dengan memelihara
ikan Pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang tempalo, dan lain-lain).
Selain itu ditambah juga dengan cara lain:
1 Mengganti air dalam vas bunga, tempat minum burung, atau tempat-tempat lain yang sejenis
semingu sekali.
2. Memperbaki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
3. Menutup lubang.-lubang dan potongan bambu.
4. Memasang kawat kasa.
5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
6. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
7. Menggunakan kelambu.
8. Memnakai obat/lotion yang dapat mencegah gigitan nyamuk
Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan DBD Oleh Masyarakat
Kegiatan pencegahan penyakit DBD yang melibatkan masyarakat adalah (Depkes RI. 2005):

1. Penggerakan masyarakat dalam PSN DBD

Pelaksana : Masyarakat di lingkungan masing-masing, yang sebelunmya telah diberikan


Pengarahan langsung oleh kema RT/RW, tokoh masyarakat (Toma), dan kader.
Lokasi : Meliput, selunth wilayah terjangkit dan wilayah sekitamya dan menzpakan sam
kesatuan epidemiologis
Sasaran : Semua tempat potensial bagi Perindukan nyamuk tempat penammpimgan air, barang
bebas, lubang pohon /tiang pagar, dll.
Cara

: Melakukan kegiatan 3M (menguras, menutup, mengubur).

2. Penggerakan masyarakat dengan nmenaburkan bubuk larvasida


Pelaksana

:Tenaga dan masyarakat dengan bimbingan petugas kesehatan

Lokasi

:Menghimpun seluruh wilayah terjangkit dan wilavah sekitarnya dan


merupuan satu kesatuan epideimologis.

Sasaran

:Tempat

penampungan

air

(TPA)

di

seluruh

di

rumah

dan

tempat-tempat

umum
Cara

:Larvasida

dilakukan

wilayah

terjangkit,

dengan

menaburkan larvasida sesuai takaran.


3. Penyuluhan
Pelaksana

:Petugas

kesehatan.

kader

dan

masyarakat

atau

kelompok

kerja

(Pokja) DBD desa kelurahan


Lokasi

:Meliputi

seluruh

wilayah

merupakan satu kesatuan epidemiologis.

terjangkit

dan

wilayah

sekitarnya

dan

sasaran

: Seluruh Masyarkat.

Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah domain yang sangat penting yang merupakan hasil dari
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan ini dapat dilakukan oleh semua
pancaindra namun sebagian besar pengetahuan didapat melalui indra penglihatan
dan pendengaran. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang berisi materi yang ingin diukur.
a. Proses adaptasi perilaku
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada yang
tanpa didasari pengetahuan, dalam mengadopsi perilaku baru seseorang akan
mengalami suatu proses, yaitu :
- Awareness (kesadaran), yaitu seseorang menyadari atau mengetahui stimulus
-

terlebih dahulu.
Interest, yaitu mulai tertarik terhadap stimulus.
Evaluation (menimbang-nimbang bahwa stimulus baik atau tidak bagi orang

yang bersangkutan) sikap responden telah lebih baik pada tahap ini.
Trial, telah mulai mencoba perilaku baru.
Adoption, orang yang bersangkutan telah berperilaku baru

sesuai

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


b. Tingkat pengetahuan
Terdapat 6 tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif :
- Tahu (know)
Tahu dapat didefinisikan sebagai mengingat materi yang telah ada,
-

inimerupakan tingkat pengetahuan paling rendah.


Memahami (comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan secara benar suatu

objek yang diketahui.


Aplikasi (aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari di dalam

kondisi nyata.
Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen tetapi

masih ada kaitannya.


Sintesis (synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian ke dalam bentuk


-

keseluruhan yang baru.


Evaluasi (evaluation)
Kemampuan melakukan penilaian terhadap materi atau objek(Notoatmodjo,
2007).

Anda mungkin juga menyukai

  • NEUROLOGI
    NEUROLOGI
    Dokumen18 halaman
    NEUROLOGI
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Soal Anak (1-60)
    Soal Anak (1-60)
    Dokumen10 halaman
    Soal Anak (1-60)
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus SLE
    Laporan Kasus SLE
    Dokumen18 halaman
    Laporan Kasus SLE
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tetrasiklin
    Tetrasiklin
    Dokumen19 halaman
    Tetrasiklin
    WeLsy Ayf
    Belum ada peringkat
  • Tof Bismillah
    Tof Bismillah
    Dokumen38 halaman
    Tof Bismillah
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Keluarga
    Keluarga
    Dokumen47 halaman
    Keluarga
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • PresKas IGD 2
    PresKas IGD 2
    Dokumen14 halaman
    PresKas IGD 2
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Combustio
    Combustio
    Dokumen44 halaman
    Combustio
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Igd I
    Laporan Kasus Igd I
    Dokumen13 halaman
    Laporan Kasus Igd I
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • "Dengue Shock Syndrome": Oleh Dr. Retnaningtyas
    "Dengue Shock Syndrome": Oleh Dr. Retnaningtyas
    Dokumen39 halaman
    "Dengue Shock Syndrome": Oleh Dr. Retnaningtyas
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Nifas PUD
    Tutorial Nifas PUD
    Dokumen14 halaman
    Tutorial Nifas PUD
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Kesling
    Kesling
    Dokumen7 halaman
    Kesling
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen19 halaman
    Tutorial
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • PresKas IGD 2
    PresKas IGD 2
    Dokumen24 halaman
    PresKas IGD 2
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Dr. Desy
    Laporan Kasus Dr. Desy
    Dokumen21 halaman
    Laporan Kasus Dr. Desy
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Neuro
    Neuro
    Dokumen7 halaman
    Neuro
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • SOAL TO 2 Ludi
    SOAL TO 2 Ludi
    Dokumen7 halaman
    SOAL TO 2 Ludi
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Try Out 1
    Try Out 1
    Dokumen45 halaman
    Try Out 1
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Dokumen12 halaman
    Infeksi Saluran Kemih
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Neuro
    Neuro
    Dokumen7 halaman
    Neuro
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Keloid
    Keloid
    Dokumen15 halaman
    Keloid
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • PPOK
    PPOK
    Dokumen13 halaman
    PPOK
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Berdasarkan Score
    Berdasarkan Score
    Dokumen4 halaman
    Berdasarkan Score
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pomr
    Tugas Pomr
    Dokumen17 halaman
    Tugas Pomr
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bayi
    Bayi
    Dokumen17 halaman
    Bayi
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • KASUS UJIAN Jiwa
    KASUS UJIAN Jiwa
    Dokumen9 halaman
    KASUS UJIAN Jiwa
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bayi Baru Lahir
    Bayi Baru Lahir
    Dokumen18 halaman
    Bayi Baru Lahir
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tgs Bipolar Rara Dan MB Ati
    Tgs Bipolar Rara Dan MB Ati
    Dokumen33 halaman
    Tgs Bipolar Rara Dan MB Ati
    anispurwaningsih
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen10 halaman
    Laporan Kasus
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat