Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ujian dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Saraf di RSUD dr. Soeselo Slawi, mengenai Infark Cerebri.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Namun,
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan semua pihak sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat
teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada dr. Fachry Uzer, Sp. S sebagai dokter pembimbing dalam pembuatan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........1
Daftar Isi.................2
BAB I Pendahuluan................................................................................................................3
BAB II Stroke Non Hemoragik
2.1. Definisi ..................................................................................................................4
2.2. Etiologi ..................................................................................................................4
2.3. Klasifikasi ..............................................................................................................5
2.4. Faktor risiko ...........................................................................................................6
2.5. Patofisiologi ...........................................................................................................7
2.6. Manifestasi Klinis ................................................................................................10
2.7. Diagnosis .............................................................................................................13
2.8. Diagnosis Banding ...............................................................................................16
2.9. Penatalaksanaan ...................................................................................................16
2.10. Komplikasi .........................................................................................................20
2.11. Prognosis ............................................................................................................21
BAB III Status Pasien...........................................................................................................22
BAB IV Analisa Kasus.........................................................................................................41
Daftar Pustaka.......................................................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga
beberapa jam (kebanyakan 10 - 20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan
iskemia otak sepintas (transient ischemic attack TIA).
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di
Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat, dan cermat.
Di Indonesia data stroke 1990 diperkirakan jumlah penderita stroke di Indonesia
mencapi 500.000 orang dan sekitar 125.000 diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup.
Data stroke dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa penderita stroke di
Indonesia jumlahnya terus meningkat.
Dari keseluruhan kasus stroke, bentuk iskemik diperkirakan mencapai 80 % sedangkan
perdarahan hanya 20 %. Akan tetapi beberapa literatur menyatakan bahwa perbandingan ini
tidaklah sama setiap ras. Pada populasi orang Asia dan kulit hitam, insiden stroke iskemik 60
70 % dari seluruh kasus stroke.
Serangan stroke merupakan salah satu kegawatdaruratan medis dalam bidang neurologi
yang menunjukan sangat pentingnya penanganan emergensi khusus pada awal munculnya
manifestasi klinis gangguan fungsi otak. Sebagai lini pertama pelayanan kesehatan, dokter umum
dalam mengantisispasi pasien stroke dapat mendiagnosis dan mengelola awal dengan cepat,
cermat serta tepat terbukti dapat menyelamatkan penderita dari kematian dan mengurangi angka
kecacatan.
BAB II
STROKE NON HEMORAGIK
2.1.
DEFINISI
Menurut WHO (World Health Organization) 2005 stroke adalah suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang
oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya terjadi akibat
berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian. 1 Stroke non
hemoragik sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar
pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di
dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal.2
2.2.
ETIOLOGI
Berikut ini adalah yang dapat menjadi penyebab stroke iskemi3 :
1.
2.
3.
Kelainan vaskular
Atherosklerosis
Kelainan inflamatorik
Diseksi arteri
Trombosis vena atau sinus
Penyalahgunaan obat
Kelainan jantung
Aritmia jantung
Endokarditis infektif
Endokarditis non infektif
Penyakit jantung rematik
Embolus paradoksikal
Kelainan darah
Trombositosis
Polisitemia
Penyakit sel sabit
Leukositosis
Hiperkoagulasi dan hiperviskositas darah
4
2.3.
KLASIFIKASI
1) Berdasarkan waktu:
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Defisit neurologi yang bersifat akut yang terjadi kurang dari 24 jam, dapat hanya
beberapa menit saja. Terjadi perbaikan yang reversibel dan penderita pulih seperti
b.
c.
d.
bertahap.
Completed Stroke
Gejala klinis sudah menetap. Kasus completed stroke ini ialah hemiplegi dimana
sudah memperlihatkan sesisi yang sudah tidak ada progresi lagi. Dalam hal ini,
bergantung pada lokasi sumbatan dan tingkat aliran kolateral di jaringan yang terkena.
c.
d.
pasien beraktivitas.
Stroke kriptogenik
Biasanya berupa oklusi mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab
yang jelas walaupun telah dilakukan pemeriksaan diagnostic dan evaluasi klinis yang
ekstensif.4
2.4.
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non hemoragik,
diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang dapat di modifikasi, yaitu
:
1.
2.
2.5.
Riwayat stroke
Hipertensi
Penyakit jantung
Diabetes Mellitus
Dislipidemia
Obesitas
Merokok
PATOFISIOLOGI
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi atau
bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh
bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau organ distal. Pada trombus
vaskular distal, bekuan dapat terlepas, atau mungkin terbentuk di dalam suatu organ seperti
jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus.
Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang
usia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga
terjadi penyempitan atau stenosis. Pangkal arteri karotis interna (tempat arteri karotis komunis
bercabang menjadi arteri karotis interna dan eksterna) merupakan tempat tersering terbentuknya
aterosklerosis.
Penyebab lain stroke iskemik adalah vasospasme, yang sering merupakan respon
vaskuler reaktif terhadap perdarahan ke dalam ruang antara lapisan araknoid dan piamater
meninges.
Stroke Trombotik
Trombosis pembuluh darah besar dengan aliran lambat adalah salah satu subtipe stroke
iskemik. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi aterosklerotik yang menyebabkan stenosis di
arteri karotis interna, atau di pangkal arteri serebri media atau arteri vertebralis dan basilaris.
Tidak seperti trombosis arteri koronaria yang oklusi pembuluh darahnya cenderung terjadi
mendadak dan total, trombosis pembuluh darah otak cenderung memiliki awitan bertahap,
bahkan berkembang dalam beberapa hari. Pola ini menyebabkan timbulnya istilah stroke-inevolution.
Akibat dari penyumbatan pembuluh darah karotis bervariasi dan sebagian besar
tergantung pada fungsi sirkulus Willisi. Bila sistem anastomosis arterial pada dasar otak ini dapat
berfungsi normal, maka sumbatan arteri karotis tidak akan memberikan gejala, seperti yang
terjadi pada kebanyakan penderita. Sirkulasi pada bagian posterior tidak memiliki derajat
perlindungan anastomosis yang sama, dan penyumbatan aterosklerotik dari arteri basilaris selalu
mengakibatkan kejadian yang lebih berat, dan biasanya fatal. Penyumbatan arteri vertebralis,
boleh jadi tidak memberikan gejala.
Mekanisme lain pelannya aliran pada arteri yang mengalami trombosis parsial adalah
defisit perfusi yang dapat terjadi pada reduksi mendadak curah jantung atau tekanan darah
sistemik. Agar dapat melewati lesi stenotik intraarteri, aliran darah mungkin bergantung pada
tekanan intravaskular yang tinggi. Penurunan mendadak tekanan tersebut dapat menyebabkan
penurunan generalisata CBF, iskemia otak, dan stroke. Dengan demikian, hipertensi harus
diterapi secara hati-hati dan cermat, karena penurunan mendadak tekanan darah dapat memicu
stroke atau iskemia arteri koronaria atau keduanya.
Stroke Embolik
Stroke embolik diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat, atau asal embolus. Asal
stroke embolik dapat suatu arteri distal atau jantung. Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya
menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit.
Biasanya serangan terjadi saat pasien beraktivitas. Trombus embolik ini sering tersangkut di
bagian pembuluh darah yang mengalami stenosis. Stroke kardioembolik, yaitu jenis stroke
embolik tersering, didiagnosis apabila diketahui adanya kausa jantung seperti fibrilasi atrium
atau apabila pasien baru mengalami infark miokardium yang mendahului terjadinya sumbatan
mendadak pembuluh besar otak. Karena biasanya adalah bekuan yang sangat kecil, fragmenfragmen embolus dari jantung mencapai otak melalui arteri karotis atau vertebralis. Dengan
demikian, gejala klinis yang ditimbulkannya bergantung pada bagian mana dari sirkulasi yang
tersumbat dan seberapa dalam bekuan berjalan di percabangan arteri sebelum tersangkut.5
Tanpa obat-obat neuroprotektif, sel-sel saraf yang mengalami iskemia 80% atau lebih
(CBF 10ml/100g jaringan otak / menit) akan mengalami kerusakan ireversibel dalam
beberapa menit. Daerah ini disebut pusat iskemik. Pusat iskemik dikelilingi oleh daerah
lain jaringan yang disebut penumbra iskemik dengan CBF antara 20% dan 50% normal (10
sampai 25ml/100g jaringan otak / menit). Sel-sel neuron di daerah ini berada dalam bahaya
tetapi belum rusak secara ireversibel. Terdapat bukti bahwa waktu untuk timbulnya
penumbra pada stroke dapat bervariasi dari 12 sampai 24 jam.
2.
Secara cepat dalam pusat infark, dan setelah beberapa saat di daerah penumbra, cedera dan
kematian sel otak berkembang sebagi berikut:
Tanpa pasokan darah yang memadai, sel-sel otak kehilangan kemampuan untuk
menghasilkan energi, terutama adenosin trifosfat (ATP)
Apabila terjadi kekurangan energi ini, pompa natrium-kalium sel berhenti berfungsi,
sehingga neuron membengkak
Salah satu cara sel otak berespon terhadap kekurangan energi ini adalah dengan
meningkatkan konsentrasi kalsium intrasel. Yang memperparah masalah adalah proses
eksitotoksisitas, yaitu sel-sel otak melepaskan neurotransmitter eksitatorik glutamat
yang berlebihan. Glutamat yang dibebaskan ini merangsang aktivitas kimiawi dan listrik
di sel otak lain dengan melekat ke suatu molekul di neuron lain, reseptor N-metil-Daspartat (NMDA). Pengikatan reseptor ini memicu pengaktifan enzim nitrat oksida
sintase (NOS), yang menyebabkan terbentuknya gas nitrat oksida (NO). Pembentukan
NO dapat terjadi secara cepat dalam jumlah besar sehingga terjadi kerusakan strukturstruktur yang vital. Proses ini terjadi melalui perlemahan asam deoksiribnukleosida
(DNA) neuron.
NO dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan kerusakan dan kematian neuron. Selsel otak akhirnya mati akibat kerja berbagai protease (enzim yang mencerna protein sel)
yang diaktifkan oleh kalsium, lipase (enzim yang mencerna membran sel), dan radikal
bebas yang terbentuk akibat jejas iskemik.6
2.6.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan
peredaran darah terjadi, kesadaran biasanya tidak mengalami penurunan, menurut penelitian
stroke non hemoragik tidak terdapat hubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran.
Gangguan yang biasanya terjadi yaitu gangguan mototik (hemiparese), sensorik
(anestesia, hiperestesia, parastesia/geringgingan, gerakan yang canggung serta simpang siur,
gangguan nervus kranial, saraf otonom (gangguan miksi, defeksi, salvias), fungsi luhur (bahasa,
orientasi, memori, emosi) yang merupakan sifat khas manusia, dan gangguan koordinasi (sidrom
serebelar).
1.
Disekuilibrium yaitu keseimbangan tubuh yang terganggu yang terlihat seseorang akan jatuh
ke depan, samping atau belakang sewaktu berdiri
2.
3.
Tremor (gemetar), bisa diawal gerakan dan bisa juga di akhir gerakan.
4.
Ataksia berjalan dimana kedua tungkai saat melangkah tidak beraturan. Ataksia seluruh
badan dalam hal ini badan yang tidak bersandar tidak dapat memelihara sikap yang mantap
sehingga bergoyang-goyang.
Fungsi
Penciuman
Penglihatan
Gerak mata,
pupil, akomodasi
ptosis,
midriasis,
4. Troklearis
5. Trigeminus
akomodasi
Gerak mata
Diplopia
Sensasi umum wajah, gerak mati
rasa
6. Abdusen
7. Fasialis
mengunyah
Gerak mata
Pengecapan,
kelenjar
submandibula,
hilangnya
pada
wajah,
pada
2/3
anterior
8. Vestibulokoklearis
9. Glosofaringeus
10. Vagus
faring,
palatum
faring
Sensasi umum pada faring, Disfagia
(gangguan
menelan),
10
12. Hipoglosus
Gejala klinis tersering yang terjadi yaitu hemiparese yang dimana pendeita stroke non
hemoragik yang mengalami infrak bagian hemisfer otak kiri akan mengakibatkan terjadinya
kelumpuhan pada sebalah kanan, dan begitu pula sebaliknya dan sebagian juga terjadi
hemiparese dupleks, terjadinya kelemahan pada kedua bagian tubuh sekaligus bahkan dapat
sampai mengakibatkan kelumpuhan.
Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri ke otak mungkin
berkaitan dengan pengelompokan gejala dan tanda berikut yang tercantum dan disebut sindrom
neurovaskular:
1.
Dapat terjadi kebutaan satu mata di sisi arteri karotis yang terkena, akibat insufisiensi
arteri retinalis
Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena insufisiensi arteria serebri
media
Lesi dapat terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media atau arteria serebri
media. Gejala mula-mula timbul di ekstremitas atas dan mungkin mengenai wajah.
Apabila lesi di hemisfer dominan, maka terjadi afasia ekspresif karena keterlibatan
Ataksia
Tanda Babinski bilateral
Gejala-gejala serebelum, seperti tremor intention, vertigo
Disfagia
Disartria
Rasa baal di wajah, mulut, atau lidah
Sinkop, stupor, koma, pusing, gangguan daya ingat, disorientasi
Gangguan penglihatan dan pendengaran
5. Arteri serebri posterior
Koma
Hemiparese kontralateral
Afasia visual atau buta kata (aleksia)
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga: hemianopsia, koreoatetosis.
2.7.
DIAGNOSIS
Ditetapkan dari anamnesis dan pemeriksaan neurologis dimana didapatkan gejala-gejala
yang sesuai dengan waktu perjalanan penyakitnya dan gejala serta tanda yang sesuai dengan
daerah pendarahan pembuluh darah otak tertentu.
Anamnesis
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/istirahat, onset, nyeri
kepala/tidak, kejang/tidak, muntah/tidak, kesadaran menurun, serangan pertama atau berulang.
Juga bisa didapatkan informasi mengenai faktor resiko stroke, baik yang dapat dimodifikasi
maupun tidak.
Pemeriksaan fisis
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale), tanda vital. Pemeriksaan neurologis
dapat dilakukan untuk melihat apakah ada defisit neurologis, tanda-tanda perdarahan, tandatanda peningkatan TIK, ataupun tanda-tanda rangsang meningen.
Alat bantu skoring
1. Skor Hasanuddin
Penggunaan skor Hasanuddin turut dilakukan dalam membantu mendiagnosa stroke pada
sebelum atau tanpa adanya CT scan. Bagi stroke iskemik skornya kurang atau sama dengan 15.
Kesadaran Menurun
12
Menit - 1 jam
1 jam - 24 jam
Sesaat tapi pulih kembali
24 jam
Tidak beraktifitas
=
=
=
=
=
10
7,5
6
1
1
=
=
=
=
10
7,5
1
0
=
=
=
=
10
7,5
1
0
=
=
7,5
1
Sakit Kepala
Sangat hebat
Hebat
Ringan
Tidak ada
Muntah Proyektil
Menit - 1 jam
1 jam - 24 jam
>24 jam
Tidak ada
: 0 = kompos mentis
1 = somnolen
2 = stupor / koma
Muntah
: 0 = tidak ada
1 = ada
0 = tidak ada
13
:+/-
Nyeri kepala
:+/-
Muntah
:+/-
14
2.8.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Stroke Hemoragik
2.
3.
4.
5.
6.
Trauma kepala
7.
Migren komplikata
2.9.
PENATALAKSANAAN
Terapi darurat untuk kedua tipe stroke tersebut berbeda, karena terapi untuk pembentukan
Breathing
Harus dijaga jalan nafas bersih dan longgar, dan bahwa fungsi paru-paru cukup baik.
Pemberian oksigen 1 2L/menit sampai ada hasil pemeriksaan analisa gas darah. Pemberian
hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
2.
Brain
Elevasi kepala 20 30o. Udem otak dan kejang harus dihindari. Bila terjadi udem otak,
dapat dilihat dari keadaan penderta yang mengantuk, adanya bradikardi, atau dengan
pemeriksaan funduskopi.
15
3.
Blood
perfusi otak.
Kadar Hb harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak
Kadar gula yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan dengan drastis, lebih-lebih pada
4.
Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah hasil
tes fungsi menelan baik. Bila tidak baik atau pasien tidak sadar, dianjurkan melalui pipa
nasogastrik dengan 1500 kalori
5.
Bladder
Jika terjadi inkontinensia, kandung kemih dikosongkan dengan kateter intermiten steril atau
kateter tetap yang steril, maksimal 5-7 hari diganti, disertai latihan buli-buli.
Penatalaksanaan komplikasi:
1) Kejang harus segera diatasi dengan diazepam 5 20 mg /fenitoin loading dose 15 20
mg/kgBB. Bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit. sesuai protokol yang ada, lalu
diturunkan perlahan.
2) Ulkus stres: diatasi dengan antagonis reseptor H2, antasida, atau inhibitor pompa proton
(PPI)
3) Tekanan intrakranial yang meninggi diturunkan dengan pemberian Mannitol bolus: 1 g/kg
BB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan 0,25-0,5 g/kg BB setiap 6 jam selama
maksimal 48 jam. Steroid tidak digunakan secara rutin.
Gliserol 10% 20 ml/kgBB dalam 3 4 jam
Furosemid 1 mg/kgBBiv
Tindakan kraniotomi dekompresi
Penatalaksanaan spesifik:
1. Fase Akut
Pada fase akut dapat diberikan:
16
Trombolisis dengan rTPA (recombinant tissue plasminogen activator) dapat dipakai bila
memenuhi syarat syarat khusus serta waktu setelah onset tidak lebih dari 3 jam di rumah
Molecule
Wright
Heparin
(LMWH)
dapat
dipertimbangkan dipaai untuk reperfuso dan prevensi stroke berulang dengan indikasi
serta syarat khusus, yaitu pemantauan aPTT 1,5 2 kali control (dengan heparin),
sedangkan LMWH dengan pemeriksaan anti F Xa, 3 jam setelah pemberian terakhir pada
pertama bila sudah dibuktikan tidak didapatkan perdarahan transformasi atau perdarahan.
Neuroprotektor. Pemberian neuroprotektif bertujuan untuk menghambat proses kerusakan
yang terjadi ini, sambil menunggu terapi definitive selanjutnya seperti pemberian terapi
trombolitik.
Citicholine : merupakan precursor pembentukan phosphatidylcholine yang
merupakan komponen penting dalam pembentukan membrane sel. Citicholin
menghambat kerusakan membrane dan mengurangi radikal bebas dengan
menambah phospatidylcholine dan juga menstabilkan dinding sel dan
,membantu penyembuhan iskemia. Sebagai stabilisator membrane sel, yang
memiliki sifat neuroprotektif dan neurorestoratif.
Piracetam : bahan nortropik, yaiut psikotropik yang meningkatkan langsung
efisiensi otak dalam hal proses kognitif yang berkaitan dengan proses belajar,
memori, pikiran dan kesadaran, dalam keadaan deficit maupun normal, namun
tanpa efek seasi atau stimulant. Piracetam dapat memperbaiki fungsi otak
dengan berbagai mekanisme yaitu memodulasi neurotransmisi di otak,
meningkatkan mikrosirkulasi tanpa efek vasodilatasi.
Nimodipine : obat golongan calcium channel antagonist dosis yang dapat
digunakan 60 mg peroral setiap hari selama 21 hari. Penurunan dosis jia terjadi
hipotensi. Pada iskemik penggunaannya diberikan rentang waktu 6 48 jam
setelah onset dengan dosis 60 240 mg per hari, dengan periode 14 28 hari.
Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititikberatkan pada tindakan rehabilitasi
normal
Sedapat mungkin harus dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Prinsip dasar rehabilitasi:
Mulai sedini mungkin
Sistematis
Ditingkatkan secara bertahap
Rehabilitasi yang spesifik sesuai dengan defisit yang ada.
Tindakan operatif pada pasien stroke dapat merupakan suatu tindakan yang sifatnya
terapeutik maupun preventif.
operatif lainnya.
Tindakan operatif terapeutik
Revaskularisasi
Pemilihan pasien berdasarkan secara individual berdasarkan airan darah otak dan
waktu terjadinya iskemia. Pemberian obat fibrinolitik intravena atau intraarterial
selektif perlu dipertimbangkan sebagai terapi awal sebelum memulai tindakan
operatif.
Dekompresi Bedah ( Surgical decompression)
Tindakan dekompresi kraniotomi merupakan
penanganan
yang
utama
KOMPLIKASI
Edema serebral dan peningkatan TIK
18
Edema serebral yang luas dan peningkatan tekanan intracranial yang cukup tinggi dapat
2.
3.
pemasangan kateter dan karena perawatan yang cukup lama dirumah sakit (infeksi nosocomial).
2.11.
PROGNOSIS
Prognosis stroke secara umum adalah ad malam. Tergantung berat stroke dan komplikasi
yang timbul. Sepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami kemunduran status
neurologik setelah dirawat. Sebagian disebakan edema otak dan iskemi otak. Sekitar 10% pasien
dengan stroke iskemik akan membaik dengan fungsi normal. Prognosis lebih buruk pada pasien
dengan kegagalan jantung kongestif dan penyakit jantung koroner. Setelah stroke sel otak mati
dan hematom yang terbentuk akan diserap kembali secara bertahap. Proses alami ini akan selesai
dalam waktu 3 bulan, pada saat itu 1/3 orang yang selamat menjadi tergantung dan mungkin
mengalami komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan sampai kematian.
19
NIM
: 030.10.152
Dokter Pembimbing
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Ny. Napisah
Jenis kelamin
: Wanita
Umur
: 57 tahun
Suku bangsa
: Jawa
Status perkawinan
: menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
20
Alamat
: Tegal
Tanggal masuk RS
: 19-11-2014
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis yang dilakukan di bangsal Kemuning RSUD DR. SOESELO
SLAWI pada tanggal 21 November 2014.
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
ANAMNESIS SISTEM
Sistem Serebrospinal:
Demam (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Nyeri pinggang (-)
Hemiparese (+) sinistra
Sistem Kardiovaskuler:
Sistem Pernapasan:
Batuk (-)
Pilek (-)
Sesak napas (-)
Nyeri dada (-)
Sistem Gastrointestinal:
Mual (-)
Diare (-)
Nyeri perut (-)
Sulit BAB (-)
Sulit menelan (-)
Sistem Urogenital:
22
Sistem Integumen:
Ruam-ruam (-)
Kemerahan (-)
Gatal (-)
Sistem muskuloskeletal:
B. PEMERIKSAAN FISIK
(Dilakukan tanggal 21 November 2014)
Keadaan Umum
Pemeriksaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan umum
Status Gizi
: Cukup
Tekanan Darah
: 150/70 mmHg
Nadi
: 90x /menit
Pernapasan
: 18x /menit
Suhu
: 36,5C
Sikap pasien
Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku
: Tenang
Alam Perasaan
: Biasa
Proses Pikir
: Wajar
Kulit
Warna
: Sawo matang
Suhu Raba
: Hangat
Turgor
: Baik
Kepala
Simetri muka
: normocephali
: simetris
23
Rambut
Mata
Sklera
: ikterik ( - /- )
Konjungtiva
: anemis ( - /- )
RCL/RCTL
: (+/+) /(+/+)
Gerakan Mata
: DBN
Lapangan penglihatan
: DBN
Nistagmus
: tidak ada
Telinga
Normotia
Serumen
: -/-
Cairan
: -/-
Mulut
Tonsil
: T1 T1 tenang
Langit-langit
Bau pernapasan
: tidak ada
Gigi geligi
: baik
Trismus
: tidak ada
Faring
: tidak hiperemis
Selaput lendir
: tidak ada
Lidah
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP)
: 5+2 cm H2O.
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Limfe
Dada
Bentuk
: datar, simetris
Pembuluh darah
: tidak tampak
24
Deformitas
:-
Paru Paru
Pemeriksaan
Inspeksi
Kanan
Kiri
Palpasi
Kanan
Perkusi
Auskultasi
Depan
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
- Tidak ada benjolan
Belakang
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
- Tidak ada benjolan
Kiri
- Vocal Fremitus +
- Tidak ada benjolan
- Vocal Fremitus +
- Tidak ada benjolan
Kanan
Kiri
Kanan
- Vocal Fremitus +
Sonor di seluruh lapang paru
Sonor di seluruh lapang paru
- Suara nafas vesikuler
- Vocal Fremitus +
Sonor di seluruh lapang paru
Sonor di seluruh lapang paru
- Suara nafas vesikuler
Kiri
-Wheezing ( - ), Ronki ( - )
- Suara nafas vesikuler
-Wheezing ( - ), Ronki ( - )
- Suara nafas vesikuler
-Wheezing ( - ), Ronki ( - )
-Wheezing ( - ), Ronki ( - )
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Batas kanan
Batas kiri
Batas atas
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Tidak teraba
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal
Perkusi
Auskultasi
: Bising usus ( + )
25
Anggota Gerak
Lengan
Kanan
Kiri
Otot
Tonus
normotonus
normotonus
Trofi
eutrofi
eutrofi
Sendi
normal
normal
Gerakan
aktif
aktif
Kekuatan
+4
+1
Oedem :
tidak ada
tidak ada
Lain-lain
Tungkai
Kanan
Kiri
Ulkus
tidak ada
tidak ada
Varises
tidak ada
tidak ada
Tonus
normotonus
normotonus
Trofi
eutrofi
eutrofi
Sendi
normal
normal
Gerakan
aktif
aktif
Kekuatan
+5
+1
Oedem :
tidak ada
tidak ada
Nyeri tekan
CRT
<2
<2
Lain-lain
Otot
STATUS NEUROLOGI
Kesadaran kuantitatif
Orientasi
: Baik
Refleks Fisiologis
Pemeriksaan
Sup dan Inf
Bisep
Trisep
Patela
Achiles
Kanan
Kiri
++
++
++
++
++
++
++
++
Kanan
Kiri
Refleks Patologis
Pemeriksaan
Sup dan Inf
Hoffman Trommer
Babinski
Chaddock
Gordon
Schaeffer
Openheim
Klonus patella
Klonus achilles
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
:-
Brudzinski I
:-
Brudzinski II : Kernig
:-
Laseq
:-
: (-)
Muntah proyektil
: (-)
Sakit kepala
: (-)
Edema papil
27
Saraf Kranial
Nervus I Olfaktorius
: Normosmia
Nervus II Optikus
Ketajaman penglihatan
Menilai warna
Funduskopi
Papil
Retina
Medan penglihatan
Kanan
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Baik
Kiri
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
baik
Kanan
+
+
+
Bulat, isokor 3mm
+
+
+
-
Kiri
+
+
+
Bulat,isokor 3mm
+
+
+
-
Nervus IV Troklearis
Gerakan mata ke lateral bawah
Strabismus konvergen
Diplopia
Kanan
+
-
Kiri
+
-
Nervus V Trigeminus
28
Bagian Motorik
Menggigit
Membuka mulut
Bagian Sensorik
Ophtalmik
Maxilla
Mandibula
Reflek Kornea
Kanan
Kiri
+
+
+
+
Baik
Baik
Baik
Baik
baik
baik
baik
baik
Nervus VI Abdusen
Gerakan mata ke lateral
Strabismus konvergen
Diplopia
Kanan
+
-
Kiri
+
-
Kanan
Kiri
+
+
+
+
+
+
-
+
Tertinggal
Kurang rapat
Tidak simetris
Tidak simetris
Tidak simetris
-
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kanan
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
-
Kiri
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
-
Kiri
Simetris
Letak di tengah
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Nervus XI Aksesorius
Kanan
Kiri
Deviasi kiri
Baik
-
SistemMotorik
Ekstremitas Superior
30
Kekuatan Motorik
5555 1111
Kanan
Kiri
Tonus otot
: normotonus
normotonus
Trofi
: eutrofi
eutrofi
Gerakan
: aktif
(-)
Ekstremitas Inferior
Kekuatan Motorik
: 5555 1111
Kanan
Kiri
Tonus otot
: normotonus
normotonus
Trofi
: eutrofi
eurofi
Gerakan
: aktif
(-)
Gerakan involunter :
Tremor
Chorea
Ballismus
Athetose
Sistem Sensorik
Rasa Tajam
Kanan
Eusthesia
Eusthesia
Eksteroseptif:
-
Nyeri
Suhu
Kiri
Eusthesia
Eusthesia
Rasa Halus
Eusthesia
Eusthesia
Kanan
Eusthesia
Eusthesia
:
:
:
:
:
tidak dilakukan
dalam batas normal
dalam batas normal
Kiri
Eusthesia
Eusthesia
Proprioseptif
-
Vibrasi
Posisi
Tekan dalam
31
:-
Disdiadokinesia
:-
Jari-jari
:-
Jari-hidung
:-
Tumit lutut
:-
Rebound Phenomenon
:-
Tremor
:-
Khorea
:-
Fungsi Vegetatif
Miksi
:+
Inkontinensia urine
:-
Defekasi
:+
Inkontinensia alvi
:-
Disfungsi Ereksi
:-
Fungsi Luhur
Astereognosia
:-
Apraksia
:-
Afasia
:-
Keadaan Psikis
Intelegensia
: baik
Demensia
: (-)
Tanda regresi
: (-)
32
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin
11,8 g/dl
Hematokrit
35 %
35 - 47
Leukosit
12.500 /UL
3.5 - 11.0
Trombosit
283.000 /UL
Eritrosit
HITUNG JENIS
4.1 juta/UL
3.8 11.0
Basofil
0.2 %
0-1
Eosinofil
2%
2-4
Netrofil
64.2 %
50 - 70
Limfosit
27.4 %
25 - 40
Monosit
6.2 %
2-8
LED 1 jam
100 mm/jam
0 - 15
LED 2 jam
111 mm/jam
0 - 25
246 mg/dL
75 140
Cholesterol Total
228 mg/dL
150 200
Trigliserida
KIMIA KLINIK
71 mg/dL
35 - 150
Ureum
12,5 mg/dL
12.8 42.8
Cretinin
0.79 mg/dL
0.9 1.3
RONTGEN THORAX
33
34
RESUME
Seorang pasien wanita 57 tahun datang ke IGD RSUD DR SOESELO SLAWI dengan keluhan
utama terasa lemas pada anggota gerak sebelah kiri 1 hari SMRS. Pasien mengaku kepala terasa
sakit dan terjatuh ketika hendak ke kamar mandi. Setelah itu pasien tidak bisa mengangkat
tangan dan kaki sebelah kiri. Pasien menyangkal adanya penurunan kesadaran setelah terjatuh.
Terdapat riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah
150/70 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 36,5. Pada pemeriksaan status
neurologis didapatkan GCS E4V5M6. Tanda rangsang meningeal negatif, parese nevus VII dan
XII positif, kekuatan morotik ekstremitas superior 5555/1111 dan ekstremitas inferior 4444/1111.
Reflex patologis Hoffman-Tromer dan Babinski negatif.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan gula darah sewaktu, kolesterol total, dan
LED. Hasil CT scan menunjukkan kesan infark pada kapsula interna krus anterior dextra.
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis topis
Diagnosis etiologis
Diagnosis patologi
: Thrombosis cerebri
TERAPI
1.
Tirah baring
2.
3.
4.
IV Piracetam 3 x 3 gr
5.
PO Citicolin 3 x 500mg
6.
IV Ranitidin 2 x 30mg
7.
IV Mecobalamin 2 x 1 ampul
8.
IV Nimotop 3 x 1
35
9.
IV ceftriaxone 2 x 1
10.
CPG 1 x 1
11.
Flunarizine 1 x 1
12.
Aspilet 1 x 1
13.
Metformin 3 x 1 500 mg
14.
Sinvastatin 1 x 1
Non medikamentosa
a. Edukasi kepada pasien dan keluargnya tentang penyakit yang sedang diderita
pasien
b. Fisioterapi
PROGNOSIS
Ad Vitam
: Ad Bonam
Ad Functionam
: Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad Bonam
FOLLOW UP HARIAN
Hari / tgl
Senin
S
Os
O
mengeluh GCS : E4 V5 M6
A
Iskemik
P
- Oksigen 3L/menit
serebri
- IVFD RL 20 tpm
- Piracetam 3 x 3 gr
digerakkan
RR : 18 x/m
- Ranitidine 2 x 1
So: 36.3oC
- Citicolin 3 x 1
- Ceftriaxon 2 x 1
+.
- Mecobalamin 2 x 1
- CPG 1 x 1
- Nimotop 3 x 1
kanan
- Aspilet 1 x 1
- Flunarizine 1 x 1
kiri
Rangsal Meningeal:
36
Selasa
Os
GDS : 212
mengeluh GCS : E4 V5 M6
masih HR : 72 x/m.
tidak
bisa RR : 20 x/m
Iskemik
- Oksigen 3L/menit
serebri
- IVFD RL 20 tpm
- Piracetam 3 x 3 gr
- Ranitidine 2 x 1
digerakkan
Suhu : 37,2oC
- Citicolin 3 x 1
Pusing (+)
- Ceftriaxon 2 x 1
+.
- Mecobalamin 2 x 1
- CPG 1 x 1
- Nimotop 3 x 1
kanan
- Aspilet 1 x 1
- Flunarizine 1 x 1
kiri
Rangsal Meningeal:
- Kaku kuduk (-)
- Laseque (-)
37
38
BAB IV
ANALISA KASUS
Berdasarkan data yang didapat, pada pasien ini disimpulkan menderita stroke non
hemoragik / stroke iskemi, karena berdasarkan anamnesis didapatkan :
Gejala klinis : defisit neurologis berupa kelemahan pada ekstremitas bagian atas dan
bawah sebelah kiri yang terjadi secara mendadak 1 hari SMRS, dimana belum pernah
dialami oleh pasien. Hal ini sesuai dengan definisi stroke, yaitu dimana terjadinya defisit
neurologi yang terjadi secara tiba tiba yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah
otak yang terganggu. Dari anamnesis didapatkan faktor resiko terhadap stroke yaitu usia
pasien yang lebih dari 55 tahun, terdapat riwayat penyakit hipertensi dan diabetes
mellitus.
Dan pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien adalah tampak sakit berat
dengan kesadaran compos mentis. Hali ini dibuktikan dengan GCS E4 V5 M6, dimana mata
pasien dapat membuka spontan, verbal pasien baik, dan motorik pasien baik karena dapat
mengikuti perintah sewaktu pemeriksaan. Tidak ditemukan kaku kuduk sebagai tanda rangsang
meningeal dan penurunan kesadaran sebagai tanda rangsang meningeal pada pasien ini yang
biasa dapat menunjukan salah satu ciri stroke hemoragik. Didapatkan kelemahan pada
ekstremitas bagian atas dan bawah kanan, ditemukan paresis N. Fasialis perifer, dimana terjadi
deviasi lidah ke kanan dan mulut yang deviasi ke kiri, dan pada pemeriksaan motorik saat
didapatkan score:
4444
1111
Klasifikasi stroke berdasarkan allogoritma Stroke Gadjah Mada adalah stroke iskemik
dari hasil refleks patologis (-), nyeri kepala (-), muntah (-).
Klasifikasi stroke berdasarkan Siriraj score didapatkan hasil sebagai berikut:
39
: 0 = kompos mentis
1 = somnolen
2 = stupor / koma
Muntah
: 0 = tidak ada
1 = ada
0 = tidak ada
1 = satu atau lebih ( DM, angina, penyakit pembuluh darah)
Pada CT Scan otak yang merupakan gold standar, yang dapat membedakan stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik, didapatkan hasil infak pada hemisfer otak kanan dan
tidak di dapatkan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Tatalaksana :
Pengobatan pada pasien ini diberikan O2 3l/menit untuk membantu kelancaran oksigen
ke otak. Infuse diberikan larutan RL (isotonis), karena pemberian infuse yang bersifat hipotonis
akan memberat terjadinya edema otak.
Pemberian piracetam (neurotam : bahan neurotropik) sebagai neuroprotektan yaitu
psikotropik yang meningkatkan secara langsung efisiensi dari fungsi otak dalam hal kognitif,
yang berkaitan dengan proses belajar, konsentrasi, memori, pikiran, dan kesadaran, dalam
keadaan defisit ataupun normal, tanpa efek stimulant atau sedasi. Dosis yang dianjurkan 3 x 3 gr
40
IV. Piracetam untuk memodulasi nurotransmiter di otak, meningkatkan kondisi metabolik untuk
plastisitas neural dan meningkatkan mikrosirkulasi tanpa efek vasodilatasi. Selain itu bekerja
dengan memfasilitasi pelepasan asetilkolin dan asam amino eksitatorik.
Citicholine diberikan dengan tujuan menghambat kerusakan membran dan mengurangi
radikal bebas dengan cara menambah posphatidilcoline, peningkatan poshpatidilcoline ini
memproteksi neuron dan menstabilkan dinding sel serta membantu penyembuhan dari iskemik.
Jadi penggunaan citicholine disini sebagai stabilisator membran sel, yang memiliki sifat
neuroprotektif dan neurorestoratif.
Nimotop (nimodipine) merupakan calcium channel antagonist, digunakan sebagai
neuroprotektor, biasanya diberikan pada defisit neurologis yang disebabkan iskemi akibat
vasospasme.
Pada kasus ranitidine (antagonis H2) diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
stres ulcer.
CPG (clopidogrel) merupakan preparat antiplatelet yang menghambat agregasi platelet
dengan mengikat reseptor adenosine difosfat dipermukaan platelet.
Aspilet merupakan obat antiplatelet yag bekerja mengasetilisasi enzim siklooksigenase
dan menghambat enzim siklik endoperoksida, serta menghambat sintesis tromboksan A -2
sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit.
Lapibal (mecobalamin) merupakan vitamin B12 aktif yang penting untuk metabolism
intrasel, dalah hal ini mencegah kerusakan selubung myelin sel saraf. Mecobalamin merupakan
bentuk yang paling aktif dibandingkan dengan homolog vitamin B12 lainnya dalam kaitannya
dengan metabolism asam nukleat, protein, dan lemak.
Ceftriaxon dengan tujuan pencegahan (profikaksis) nosokomial dengan pertimbangan
pasien berbaring lama sehingga beresiko terjadinya infeksi saluran nafas dan infeksi lainnya.
melakukan aktiftas tanpa ketergantungan penuh kepada orang lain atau secara mandiri. Apabila
pasien pulih sempurna, maka harus mengendalikan semua faktor resiko untuk mencegah resiko
kejadian stroke berulang.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan peredaran
darah otak. Dalam: eds. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press; 2005. h.81-82.
2. Anonim. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf. Dalam: eds. Mardjono M, Sidharta P.
Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2004. h. 274-8.
3. Lisal, JI. Vaskularisasi SSP. Dalam: Kumpulan slide kuliah anatomi sistem neuropsikiatri.
Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2007
4. Morris JH. Sistem saraf. Dalam: Robbins SL, Kumar V,eds. Buku ajar patologi. Volume 2.
Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC; 2002. h.474-510.
5. Anonim. Strok. Dalam: ed. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Standar pelayanan medik. Makassar: Bagian
Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo; 2010. h.2-4.
6. Anonim. Tanda-tanda dini gpdo. Dalam: eds.Harsono. Buku ajar neurologi klinis. Edisi
ketiga. Yogyakarta: Gadjah mada university press; 2005. h.67-70.
7. Anonim. Stroke. Dalam: eds.Misbach J, Hamid A. Standar pelayanan medis dan standar
prosedur operasional 2006. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia; 2006.
h.19-23.
8. Wahjoepramono, Eka. Tatalaksana Stroke Iskemik. Stroke Tatalaksana Fase Akut. Fakultas
Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Jakarta. 2005. 158 161.
9. Smith, W.S, Johnston, S.C, Easton, J.D., 2005. Cerebrovascular diseases. In : Kasper, D.L. et
all, ed 16thEdition Harrisons Principles Of Internal Medicine. New York : McGraw-Hill,
2372-2392.
43