Anda di halaman 1dari 18

Case Hernia dengan LVH

Dimas Widi Anugrah


030.09.071

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Taharjo

Umur

: 69 Tahun

Alamat

: Slawi wetan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status Perkawinan

: Menikah

Pekerjaan

: Pensiunan

Agama

: Islam

No.CM

: 515792

Keluhan Utama:
Benjolan pada lipatan paha kanan sejak 7 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang pada sabtu tanggal 7 November 2014 ke Poli Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soeselo Slawi dengan keluhan benjolan pada lipat
paha kanan sejak 7 hari yang lalu. Benjolan telah dirasakan oleh pasien sejak
1 tahun yang lalu. Mula mula benjolan hanya sebesar telur puyuh dengan
konsistensi lunak dan dapat digerakkan. Benjolan lama kelamaan dirasakan
pasien membesar dan mulai terasa sakit. Pasien mengeluhkan terasa sakit
saat pasien batuk dan mengejan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien memiliki
riwayat. Hipertensi tidak terkontrol sejak 10 tahun yang lalu . Diabetes Mellitus
disangkal. Pasien menyangkal pernah operasi sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama. Riwayat kencing
manis, hipertensi dan keganasan dalam keluarga disangkal.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesan sakit

: Tampak Sakit Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah

: 160/100mmHg

Nadi

: 96x/menit, reguler

Suhu

: 36C

Pernapasan

: 22x/menit

Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas

: Simetris, tidak sianosis, pitting oedem +/+, akral hangat.

STATUS LOKALIS
Regio Genitalia
Inspeksi
: tampak ada benjolan pada paha sinistra, ukuran sebesar
telur ayam 4x3cm , bentuk benjolan lonjong. Peradangan (-)
Palpasi
: konsistensi benjolan kenyal, permukaan benjolan rata,
benjolan dapat ditekan masuk ke arah perut, benjolan dapat digerakkan,
nyeri tekan (+), tidak teraba hangat

Auskultasi

: bising usus (-).

Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit

9.2 103/uL
11.7 %
33

APTT

27.0 detik

PT

13.3 detik

Golongan darah
Eritrosit
Hemoglobin
Gula darah sewaktu

A
3.8 106/uL
11.7 %
10

Ureum

27.2

Kreatinin

0.89

Albumin

3.40

SGOT

13

SGPT

1.

Persiapan operasi
a.

Persetujuan operasi tertulis (informed consent) ( + )

b.

Puasa 6-8 jam (+)

c.

Oksigenasi 3 L/ menit

d.

Pemasangan IV line memakai abocath nomor 20 dan tranfusi set dengan Ringer
laktat

e.

Pemasangan kateter urin dan disambungkan dengan urine bag

2.

Jenis anestesi

: Anestesi regional

3.

Teknik anestesi

: Spinal anestesi, L3-L4, LCS (+)

4.

Premedikasi

: Ondancetron 4 mg/2 ml, Midazolam40 mg

5.

Induksi

: Bupivacaine HCl 5mg/ml; 3ml

6.

Maintenance

: Oksigen 3L/menit

7.

Monitoring

: Tanda vital selama operasi berlangsung setiap 5 menit, cairan,


dan perdarahan

8.

Pengawasan pasca anestesi di ruang pulih sadar

JAM

TD

HR

SpO2

Keterangan

10.00

160/100 mmHg

100 x/menit

100 %

Ondancentron 4 mg

10.05

160/80 mmHg

90x/menit

100%

Bupivacaine HCl 5mg/ml 3 ml Mulai operasi

10.10

140/85 mmHg

86 x/menit

99%

Mulai operasi

10.15

136/80 mmHg

96 x/menit

99 %

10.20

125/62 mmHg

104 x/menit

100 %

RL 500cc

10.25

120/60 mmHg

104 x/menit

99 %

10.30

120/56 mmHg

100 x/menit

99 %

10.35

110/60 mmHg

104 x/menit

99%

10.40

120/70 mmHg

100 x/menit

99%

RL 500 cc

10.45

125/70 mmHg

100 x/menit

100%

10.50

130/70 mmHg

104 x/menit

100%

Ketorolac 30 mg

10.55

140/80 mmHg

104x/menit

99%

Operasi Selesai

11.00

140/80 mmHg

104x/menit

100%

RR

Nilai Aldretes score

11.05

Pasien dipindahkan ke bangsal

11.10

BU (+)

POST OPERASI:
TD

: 140/80 mmHg

: 100 x/menit

RR

: 20 x/menit

Aldretes score: 9

Indikasi Anastesi Spinal


Bedah ekstremitas bawah
Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum perineum
Bedah obstetrik-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah

Kontra indikasi absolut:


Kontra indikasi relatif:
Pasien menolak

Infeksi sistemik

Infeksi pada tempat suntikan

Infeksi sekitar tempat suntikan

Hipovolemia berat, syok

Kelainan neurologis

Koagulapatia atau mendapat


terapi koagulan

Kelainan psikis

Tekanan intrakranial meningkat


Fasilitas resusitasi minim

Bedah lama
Hipovolemia ringan

Efek Anesthesia regional pada system


Kardiovaskuler
Biasanya akan terjadi penurunan tekanan darah akibat penurunan
frekuensi laju jantung dan kontraktilitas miokard. Blockade berkas saraf ini
menyebabkan vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah vena, penurunan
pengisian darah dan penurunan venous return ke jantung. Di perifer juga
akan terjadi penurunan resistensi sistemik vaskuler akibat vasodilatasi
arterial. Blockade berkas saraf ini menyebabkan vasodilatasi pembuluhpembuluh darah vena, penurunan pengisian darah dan penurunan
venous return ke jantung. Di perifer juga akan terjadi penurunan resistensi
sistemik vaskuler akibat vasodilatasi arterial.

Pasien yang diobati dengan ACE-I rentan terhadap hipotensi dengan


induksi dan pemeliharaan anestesi umum, kemungkinan besar sebagai
akibat dari defisit volume intravaskular dan ketidakmampuan angiotensin-II
untuk mengimbangi efek anestesi biasa pada sistem saraf simpatis
(termasuk peningkatan venous pooling , penurunan output jantung, dan
mengurangi tekanan darah arteri).
Pengobatan jangka panjang ACE inhibitor tidak memperbesar penurunan
tekanan darah terkait dengan anestesi spinal, mungkin karena konsentrasi
vasopresin dan norepinefrin masih tetap cukup untuk mengkompensasi
penghambatan RAAS (renine angiotensine aldosterone system).

Komplikasi
Hipotensi
Hipotensi terjadi pada 8,2-33% pasien akibat anesthesia spinal, namun sebesar
81% mengalami episode hipotensi ketika hambatan sensorik melebihi T5.
Anastesia spinal menyebabkan hambatan simpatis yang menyebabkan
dilatasi arterial dan bendungan vena. Bendungan di vena menyebabkan
penurunan aliran balik vena ke jantung, penurunan curah jantung dan
menyebabkan hipotensi. Factor-faktor yang mempengaruhi derajat
penurunan tekanan darah adalah usia dan keadaan fungsi jantung pasien,
volume intravaskuler dan ketinggian hambatan simpatis
Hipotensi ini dapat dikurangi dengan memberikan bolus cairan intravena
sampai 500ml larutan kristaloid dengan dilakukannya blok spinal atau dengan
koloid sebelum dilakukan spinal. Jika tekanan darah tetap menurun, bias
ditambahkan obat-obatan vasopressor seperti efedrin 5-10mg intravena.

Bradikardia
Kejadian bradikardia akibat anastesi spinal berkisar 8,9-13% namun bisa
melebihi 75% jika ketinggian hambatan lebih dari T5. Jika serabut sipatis
kardioakselerator yang berasal dari T1-T5 dihambat maka tonus vagal
parasimpatis menjadi dominan menyebabkan bradikardia ringan sampai
sedang. Bradikardia dapat muncul akibat penurunan aliran balik vena atau
stimulus seperti tarikan peritoneum. Factor risiko terjadinya bradikardia adalah
laju nadi basal (<60x/menit) dan penggunaan beta blocker.

Bupivacaine adalah obat anestetik


lokal yang termasuk dalam
golongan amino amida.
Bupivacaine di indikasi pada
penggunaan anestesi lokal
termasuk anestesi infiltrasi, blok
serabut saraf, anestesi epidura dan
anestesi intratekal.
Bupivacaine bekerja dengan cara
berikatan secara intaselular dengan
natrium dan memblok influk natrium
kedalam inti sel sehingga
mencegah terjadinya depolarisasi.

Kontra-indikasi

Indikasi
Anestesi Intrathekal (subarachnoid, spinal) unutk
pembedahan
Pembedahan di daerah perut
selama 45 - 60 menit (termasuk
operasi Caesar)
Pembedahan dibidang urologi
dan naggota gerak bawah
selama 2- 3 jam

Hipersensitif terhadap anestesi lokal jenis amida

Penyakit akut dan aktif pada sistem saraf, seperti


meningitis, poliomyelitis, perdarahan intrakranial, dan
demyelinating, peningkatan tekanan intrakranial, adanya
tumuor otak atau di daerah spinal

Stenosis spinal dan penyakit aktif (spondilitis) atau


trauma (fraktur) baru pada tulang belakang.

TBC tulang belakang

Infeksi pada daerah penyuntikan

Septikemia

Anemia pernisiosa dengan degeerasi kombinasi subakut pada medulaspinalis

Gangguan pembekuan darah atau sedang mendapat


terapi antikoagulan secara berkesinambungan

Anda mungkin juga menyukai