PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari 38C) akibat suatu proses ekstra kranial. Dalam
praktek sehari-hari orang tua sering cemas bila anaknya mengalami kejang, karena
setiap kejang kemungkinan dapat menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak.
Kejang merupakan gangguan syaraf yang sering dijumpai pada anak. Insiden
kejang demam 2,2-5% pada anak di bawah usia 5 tahun. Anak laki-laki lebih
sering daripada perempuan dengan perbandingan 1,21,6:1.1
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua,
sehingga bagi dokter kita wajib mengatasi kejang demam dengan tepat dan cepat.
Kejang demam pada umumnya dianggap tidak berbahaya dan sering tidak
menimbulkan gejala sisa, akan tetapi bila kejang berlangsung lama sehingga
menimbulkan hipoksia pada jaringan Susunan Saraf Pusat (SSP), dapat
menyebabkan adanya gejala sisa di kemudian hari.
Frekuensi dan lamanya kejang sangat penting untuk diagnosa serta tata
laksana kejang, ditanyakan kapan kejang terjadi, apakah kejang itu baru pertama
kali terjadi atau sudah pernah sebelumnya, bila sudah pernah berapa kali dan
waktu anak berumur berapa. Sifat kejang perlu ditanyakan, apakah kejang bersifat
klonik, tonik, umum atau fokal. Ditanya pula lama serangan, kesadaran pada
waktu kejang dan pasca kejang. Gejala lain yang menyertai diteliti, termasuk
demam, muntah, lumpuh, penurunan kesadaran atau kemunduran kepandaian.
Pada neonatus perlu diteliti riwayat kehamilan ibu serta kelahiran bayi.2
Kejang demam jarang terjadi pada epilepsi dan kejang demam ini secara
spontan sembuh tanpa terapi tertentu. Kejang demam ini merupakan gangguan
kejang yang paling lazim pada masa anak, dengan pragnosa baik secara seragam.3
Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 4% dari jumlah
penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun, di Asia dilaporkan
penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami
kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti.4
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Suku
: An. AN
: 18 bulan
: Perempuan
: Jl. Candi Rawulan B31, Bekasi Timur
: Islam
: Sunda
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap ibu pasien pada hari
Selasa, tanggal 5 Januari 2016 di bangsal Melati RSUD Bekasi.
A. Keluhan Utama :
Kejang sejak 1 jam SMRS.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RSUD Bekasi pada tanggal 4 Januari 2016,
diantar oleh orang tuanya dengan keluhan kejang sejak 1 jam SMRS.
Kejang dialami sebanyak tiga kali, pada pukul 17.00 WIB, pukul 19.00
WIB, dan pukul 24.00 WIB. Tiap kejang berlangsung selama 5 menit.
Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Saat kejang, tangan kanan dan kiri
pasien mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar
seperti orang menggigil, seluruh tubuh kaku, mata mendelik ke atas.
Setelah kejang pasien langsung menangis. Pasien sadar sebelum, saat dan
sesudah kejang.
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami diare sejak 1 hari SMRS.
Buang air besar cair sebanyak 4x sehari, warna kehijauan, ada ampas,
tanpa disertai lendir dan darah. Menurut ibu pasien, pasien mengalami
diare dikarenakan pasien meminum susu kadaluarsa 2 hari SMRS. Batuk,
pilek, mual dan muntah disangkal. Ibu pasien mengatakan nafsu makan
pasien berkurang semenjak 6 bulan yang lalu. Ibu pasien juga mengatakan
sebelum kejang pasien mengalami demam sejak 1 hari SMRS. Demam
muncul tiba-tiba dan dirasakan naik turun. Pasien diberi obat penurun
panas, namun demam hanya turun sebentar kemudian naik lagi. Setelah itu
pasien mengalami kejang selama 5 menit. Suhu pasien saat itu adalah
Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Alergi
Difteria
Jantung
Cacingan
Diare
Ginjal
DBD
Kejang
Darah
Thypoid
Gastritis
Radang paru
Otitis
Varicela
Tuberkulosis
Parotis
Operasi
Saat
-
Morbili
1 tahun
Perawatan antenatal
Melakukan pemeriksaan ke
bidan, rutin tiap1 bulan sekali
Tempat kelahiran
Rumah bersalin
Penolong persalinan
Bidan
Cara persalinan
Spontan
Masa gestasi
9 bulan 4 hari
KEHAMILAN
KELAHIRAN
Keadaan bayi
Langsung menangis.
Apgar score tidak diketahui.
Tidak ada kelainan bawaan.
:riwayat
pertumbuhan
dan
: 8,3 kg
: 72 cm
G. Riwayat Makanan :
ASI/PASI
Buah/biscuit
Bubur susu
Nasi tim
0-2
+/-
2-4
+/-
4-6
+/-
6-8
+/-
8-10
+/-
10-12
+/-
12-14
+/-
14-18
-/+
Dasar
Ulangan
BCG
1 bln
DPT
2 bln
4 bln
6 bln
POLIO
Lahir
2 bln
4 bln
CAMPAK
9 bln
HEPATITIS B
Lahir
1 bln
6 bln
6 bln
I. Riwayat Keluarga :
Ayah
Ibu
Pasien
Kakak Pasien
Nama
Tn. N
Ny. A
An. AN
An. A
Perkawinan ke
Umur
30 tahun
24 tahun
18 bulan
3 tahun
Keadaan
Kesehatan
Sehat
Sehat
Sakit
Sehat
Kesan: Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama
seperti pasien. Ibu dan ayah pasien tidak menderita penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, kencing manis dan asma.
J. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :
5
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada An. AN pada hari Selasa, tanggal 5
Kepala
o Bentuk
o Rambut
:
: normocephali
: rambut hitam, tidak mudah dicabut,
distribusi merata
o Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/o Mulut
: dalam batas normal
Leher
: KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba
membesar, kaku kuduk (-)
Thorax
:
o Inspeksi
: pergerakan dinding dada simetris, retraksi
(-)
o Palpasi
simetris
o Perkusi
: sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi
:
Pulmo : suara napas vesikuler +/+, ronki =/=,
wheezing -/Cor
: bunyi jantung I dan II reguler, murmur -,
gallop Abdomen
:
o Inspeksi
: perut datar, distensi (-)
o Auskultasi
: bising usus (+) normal
o Palpasi
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah tgl 04/01/2016
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
GDS
Na
K
Cl
V.
Hasil
10,7
10.5
32,0
302
91
134
4.3
99
Satuan
Ribu/uL
g/dL
%
Ribu/uL
mg/dL
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
Nilai normal
5-10
11-14,5
37-47
150-400
60-110
135-145
3.5-5.0
94-111
RESUME
Pasien datang ke UGD RSUD Bekasi pada tanggal 4 Januari 2016,
diantar oleh orang tuanya dengan keluhan kejang sejak 1 jam SMRS. Kejang
dialami sebanyak tiga kali, pada pukul 17.00 WIB, pukul 19.00 WIB, dan
pukul 24.00 WIB. Tiap kejang berlangsung selama 5 menit. Kejang terjadi
pada seluruh tubuh. Saat kejang, tangan kanan dan kiri pasien mengepal dan
kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil,
seluruh tubuh kaku, mata mendelik ke atas. Setelah kejang pasien langsung
menangis. Pasien sadar sebelum, saat dan sesudah kejang.
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami diare sejak 1 hari SMRS.
Buang air besar cair sebanyak 4x sehari, warna kehijauan, ada ampas.
Menurut ibu pasien, pasien mengalami diare dikarenakan pasien meminum
susu kadaluarsa 2 hari SMRS. Ibu pasien juga mengatakan sebelum kejang
pasien mengalami demam sejak 1 hari SMRS. Demam muncul tiba-tiba dan
dirasakan naik turun. Pasien diberi obat penurun panas, namun demam hanya
turun sebentar kemudian naik lagi. Setelah itu pasien mengalami kejang
selama 5 menit. Suhu pasien saat itu adalah 38,7C. Dua jam kemudian,
pasien kembali kejang selama 5 menit. Setelah kejang, pasien kembali
diberikan obat penurun panas. Lima jam kemudian, pasien kembali kejang
selama 5 menit. Setelah sadar, pasien langsung dibawa oleh orang tuanya ke
UGD RSUD Bekasi. Pasien pernah mengalami kejang yang didahului demam
pada saat pasien berusia 1 tahun. Pada waktu itu, pasien mengalami kejang
sebanyak 2 kali. Kejang terjadi pada seluruh tubuh. Saat kejang tangan kanan
dan kiri pasien mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah
bergetar seperti orang menggigil, seluruh tubuh kaku, mata mendelik ke atas.
Setelah kejang pasien langsung menangis. Pasien sadar sebelum, saat dan
sesudah kejang. Kejang pertama terjadi selama 15 menit, kejang kedua
terjadi selama 5 menit. Kemudian pasien dibawa ke RS Adam Thalib dan
dirawat di PICU selama 2 hari. Ibu pasien mengatakan, nafsu makan pasien
berkurang sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat perkembangan pasien terhambat.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan ukuran lingkar kepala pasien dan
ukuran lingkar lengan atas pasien di bawah batas normal, status gizi pasien
termasuk dalam gizi kurang, sedangkan pemeriksaan lain dalam batas normal.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kadar leukosit yang meningkat,
kadar hemoglobin, hematokrit, dan natrium yang menurun, sedangkan
pemeriksaan lain masih dalam batas normal.
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Kejang demam kompleks
Diare akut tanpa dehidrasi
VII.PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Rawat inap
Infus KA-EN 3B 10 tetes per menit
Ceftriaxone 1x500 mg i.v
Diazepam 0,3 mg/kgBB/8 jam
Paracetamol 10 mg/kgBB/kali
Zinkid syrup 2x1 cth
Probiokid 1x1 sachet
Non Medikamentosa
- Edukasi kepada keluarga mengenai penyakit pasien.
- Memberitahukan cara penanganan kejang.
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
VIII.
PEMERIKSAAN ANJURAN
Elektrolit ulang
H2TL
EEG setelah 1 minggu bebas demam untuk mencari penyebab lain dari
kejang
IX.
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungtionam
Ad sanationam
: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
FOLLOW UP
05/01/2016
S:
-Kejang (-)
-BAB cair 3x, ampas
(+), warna kehijauan
-Demam (-)
-Anak tidak rewel
O:
CM, TSS
S : 36C
06/01/2016
S:
-Kejang (-)
- BAB 2x, ampas (+),
warna kehijauan
-Demam (-)
-Perut kembung
-Anak rewel
O:
CM, TSS
07/01/2016
S:
-Kejang (-)
- BAB 1x, ampas (+),
warna kuning
-Demam (-)
O:
CM, TSS
S : 36C
TD : 110/80 mmHg
10
TD : 110/70 mmHg
RR : 24x/menit
N : 112 x/menit
CA -/- SI -/Abd, ext : dbn, CRT
<2
A:
-Kejang demam
kompleks
-Diare akut tanpa
dehidrasi
S : 36.5C
TD : 110/80 mmHg
RR : 28x/menit
N : 140x/menit
CA -/- SI -/Abd, ext : dbn, CRT
<2
A:
-Kejang demam
kompleks
-Diare akut tanpa
dehidrasi
RR : 20x/menit
N : 84x/menit
CA -/- SI -/Abd, ext : dbn, CRT
<2
A:
-Kejang demam
kompleks
-Diare akut tanpa
dehidrasi
P:
P:
-KA-EN 3B 10 tpm
-KA-EN 3B 10 tpm
P:
-Ceftriaxone 1x500 mg
-Ceftriaxone 1x500 mg -KA-EN3 B 10 tpm
(4)
(2)
-Ceftriaxone 1x500 mg -Luminal 2x20 mg
-Sibital 2x20 mg
(3)
-Sanmol drip 180 mg
-Sanmol drip 180 mg
-Sibital 2x20 mg
k/p
-Dexamethason 3x1,5
-Ranitidin 2x10 mg
luminal 2x20 mg
mg
-Zinkid 2x1 cth
-Sanmol drip 180 mg
-Ranitidin 2x10 mg
-Probiokid 1x1
-Dexamethason 3x1,5
-Zinkid 2x1 cth
-Pasien
mgstop
-Probiokid 1x1
diperbolehkan pulang
-Ranitidin 2x10 mg
-Zinkid 2x1 cth
-Probiokid 1x1
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien seorang anak perempuan, usia 18 bulan, berat badan 8,3 kg, datang
dengan keluhan utama kejang sejak 1 jam SMRS. Penegakan diagnosis kejang
demam kompleks dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan, pasien mengalami kejang
saat demam sebanyak 3x dalam waktu 24 jam, dengan lama kejang I 5 menit,
kejang II 5 menit, dan kejang III 5 menit. Selama kejang pasien tidak sadar
dan pasien sadar diantara dua serangan kejang. Riwayat kejang 2x pada usia 1
11
tahun disertai demam, dengan lama kejang I >15 menit, kejang II 5 menit. Hal
ini sesuai dengan kriteria diagnosis kejang demam kompleks.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah
oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya
konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan
sebaliknya terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion
di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial
membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi yang berasal dari glukosa yang melalui proses oksidasi oleh
oksigen. Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak
20%. Akibatnya, terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan
dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui
membran, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang
cukup besar dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel di dekatnya dengan
bantuan neurotransmiter dan menyebabkan terjadinya kejang.
Pasien juga tidak mempunyai riwayat kejang pada saat tidak demam,
untuk menyingkirkan diagnosis epilepsi.
Dari anamnesa juga didapatkan BAB cair sejak 1 hari SMRS, kemudian
timbul panas, panas mendadak tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
297 anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan
demam yang akhirnya memicu serangan kejang demam, salah satunya adalah
gastroenteritis.
Pada pasien ini juga menderita diare akut tanpa dehidrasi. Diare akut
ditegakkan berdasarkan keluarnya tinja encer dengan frekuensi tidak lebih dari 3x
dalam periode 24 jam dan terjadi secara terus menerus di bawah 14 hari. Diare
pada pasien tidak disertai dengan dehidrasi, karena pada pemeriksaan fisik pasien
tidak didapatkan tanda-tanda dehidrasi. Selain itu, diare akut, terutama yang
disebabkan karena infeksi, dipengaruhi oleh faktor pejamu dan faktor kausal.
Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor pencegah
atau lingkungan internal saluran cerna antara lain seperti keasaman lambung,
12
motilitas usus, imunitas dan lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal, yaitu daya
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman. Pada pasien ini,
diare tersebut kemungkinan disebabkan karena infeksi bakteri dikarenakan dari
anamnesis pada ibu pasien didapatkan bahwa pasien 2 hari SMRS minum susu
kadaluarsa dan dari feses pasien juga didapatkan warna kehijauan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tidak adanya kaku kuduk, rangsang
meningeal, refleks patologis menunjukkan penyebab kejang demam pada pasien
tidak disebabkan oleh proses intrakranial, walaupun hal ini harus dipastikan lebih
lanjut dengan pemeriksaan pungsi lumbal. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan tanda-tanda dehidrasi, sehingga pada pasien ini ditegakkan diagnosis
diare akut tanpa dehidrasi. Pada pasien juga didapatkan ukuran lingkar kepala,
lingkar lengan atas dan status gizi yang kurang, kemungkinan disebabkan karena
asupan makanan pasien yang kurang.
Dari pemeriksaan penunjang darah rutin menunjukkan adanya peningkatan
kadar leukosit dalam darah. Hal ini dapat sebagai acuan bahwa diare dan demam
pada pasien disebabkan karena infeksi bakteri, sehingga berguna untuk
penatalaksanaan selanjutnya. Selain itu, didapatkan bahwa warna feses pasien
adalah kehijauan. Ini juga menunjukkan bahwa infeksinya berasal dari bakteri.
Pada pasien juga didapatkan kadar hemoglobin yang sedikit menurun,
kemungkinan karena disebabkan oleh asupan makanan pasien yang kurang. Pada
pasien ini dilakukan pemeriksaan kadar elektrolit dalam darah untuk
menyingkiran kemungkinan kejang akibat gangguan elektrolit.
Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu diberikan infus KA-EN 3B. Terapi
rumatan bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi,
memenuhi kebutuhan air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk
mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas.
Pada pasien ini diberikan paracetamol untuk mengatasi demam, kemudian
diberikan juga diazepam. Diazepam merupakan turunan dari benzodiazepine yang
bekerja sebagai antikonvulsan. Pada pasien ini juga diberikan antibiotik, yaitu
Ceftriaxone. Ceftriaxone merupakan antibiotik golongan sefalosporin yang efektif
untuk mengatasi infeksi penyebab diare dan demam pada pasien.
13
Pada pasien ini diberikan zinkid yang bertujuan untuk pengobatan diare
pada pasien, mencegah atau mengobati dehidrasi dan untuk mencegah kekurangan
nutrisi. Pada pasien juga diberikan probiokid yang berfungsi untuk melindungi
sistem pencernaan, membantu menormalkan fungsi gastrointestinal.
Untuk penatalaksanaan non medikamentosa, diberikan edukasi kepada
keluarga mengenai penyakit pasien, menjelaskan bahwa kejang dapat timbul
kembali jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien harus sedia obat
penurun panas, termometer, dan kompres hangat jika pasien panas.
Prognosis pada pasien ad bonam, karena dengan penanganan yang baik
maka keselamatan hidup pasien dapat terjamin. Selama kejang tidak terjadi terus
menerus dan berulang, maka kemungkinan fungsi otak pasien masih dapat
kembali seperti semula. Prognosis untuk kekambuhan pada pasien ini cukup
buruk, dikarenakan kondisi demam yang menyebabkan pasien kejang. Oleh
karena itu, perlu diberikan edukasi kepada orang tua agar lebih berhati-hati
dengan kondisi demam pada anak, dan segera dilakukan penanganan apabila anak
demam.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEJANG DEMAM
1.)
DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.2 Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam
(suhu diatas 39oC per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia 1 bulan dan tidak ada riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya.3
14
2. EPIDEMIOLOGI
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika
Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus
merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun
kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering pada lakilaki.3 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun.2
Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun
hampir 2 - 5%.3
3. KLASIFIKASI
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :
a. Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15
menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk
umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak
berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80 %
diantara seluruh kejang demam.
15
2.)
3.)
4. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain
itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak dalam perawatan khusus,
dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak
akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3
kali rekurensi atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia
dibawah 18 bulan, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul,
temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat
keluarga epilepsi.6
Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya gangguan
neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam keluarga,
lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu kali kejang demam
kompleks.6
5. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen
disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui
sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran
yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na +) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
16
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a.
b.
c.
17
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebkan oleh meningkatnya aktivitas
otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran
darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler
dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.6
6. MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis,
furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam
pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat
berbentuk tonik klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Postur tonik
(kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 1020 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau
rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar
kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.2
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak
akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang
berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala
sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan
dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.5
18
7. DIAGNOSIS
Penggolongan kejang demam menurut kriteria Nationall Collaborative
Perinatal Project adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang lama kejangnya kurang dari
15 menit, umum dan tidak berulang pada satu episode demam. Kejang demam
kompleks adalah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit baik bersifat fokal
atau multipel. Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada
lebih dari satu episode demam.1
Anamnesis
1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab
demam diluar susunan saraf pusat.
2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi
dalam keluarga.
3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya.
dehidrasi
disertai
demam.
Pemeriksaan
kecil
menyingkirkan
seringkali
diagnosis
sulit
untuk
meningitis
menegakkan
karena
atau
manifestasi
19
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan
memprediksi
elektroensefalografi
berulangnya
kejang
(EEG)
atau
tidak
dapat
memperkirakan
EEG
pada
kejang
demam
dapat
sering
asimetris,
kadang-kadang
unilateral.
20
9. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kejang demam pada anak adalah untuk:1
Mencegah kejang demam berulang
Mencegah status epilepsi
Mencegah epilepsi dan / atau mental retardasi
Normalisasi kehidupan anak dan keluarga.
a.
21
pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.6
b. Pemberian obat pada saat demam
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko
terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis Paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali
diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10
mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat
menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga
penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.3,4,6
2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60% kasus, begitu
pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 oC.
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang
cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada
saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
rumat
diberikan
bila
kejang
demam
22
23
diberikan melalui oral atau rektal. Dosis per rektal tiap 8 jam adalah 5 mg untuk
pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan
berat badan lebih dari 10 kg. Dosis oral diberikan 0,5 mg/kg BB perhari dibagi
dalam 3 dosis, diberikan bila pasien menunjukkan suhu 38,5C atau lebih. Efek
samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotoni.1
24
pemberian
sebaiknya dibatasi sampai 6 12 bulan kejang tidak berulang lagi dan kadar
fenoborbital dalam darah dipantau tiap 6 minggu 3 bulan, juga dipantau keadaan
tingkah laku dan psikologis anak.
11.EDUKASI PADA ORANG TUA
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada
saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah
meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :
a.
b.
c.
d.
b.
c.
b.
c.
d.
25
12. VAKSINASI
Sejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi
terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam
karena vaksinasi jarang. Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki
kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang demam pada
umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak
akan berulang pada imunisasi berikutnya. Angka kejadian pasca vaksinasi
DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, Risiko ini tinggi
pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya. 6 Sedangkan setelah vaksinasi
MMR 25-34 per 100.000, resiko meningkat pada hari 8-14 setelah
imunisasi.7 Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila
anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter
anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari
kemudian.6
13. PROGNOSIS
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik
umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.6
26
KEJANG
Diazepam
( 5 menit )
rektal
Di Rumah Sakit
KEJANG
Diazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(depresi pernapasan dapat terjadi)
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20
mg/kgBB
Kecepatan 0,5 -1
mg/kgBB/menit
KEJANG
Transfer ke Ruang Rawat
Intensif
KETERANGAN :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan
diberikan berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan
faktor resikonya.
2.
27
1. Melda Deliana. Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri. Sep
2002. 4(2);59-62.
2. Arif Mansjoer dkk. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius FKUI. Jakarta. 2000.
3. Behrem RE, Kliegman RM. Nelson Texbook of Pediatrics. WB
Sauders.Philadelpia. 1992.
4. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. 2006.
5. Hardiono D. Pusponegoro, dkk. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta. 2005.
6. Staf Pengajar IKA FKUI. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI.
Jakarta. 1985.
28