Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amphibia termasuk hewan vetebrata yaitu mempunyai tulang belakang.
Dikenal

tiga ordo dalam ampibia yaitu ordo Anura, ordo Urodela, dan Apoda.

Katak biasa didapati dari kawasan tropika ke subartik, tetapi kebanyakan spesis
katak terdapat di hutan hujan tropika. Katak merupakan antara kumpulan vertebrata
yang paling banyak yaitu lebih 4.000 spesies yang dikenali. Namun begitu, populasi
spesis katak tertentu kian merosot (Anonima 2014: 1).
Katak dewasa bercirikan kaki belakang yang panjang, badan yang pendek,
jari berselaput, mata jongang dan ketiadaan ekor. Kebanyakan katak menjalani
hidup mata jongang, tetapi juga mudah bergerak di daratan dengan melompat atau
memanjat. Katak biasanya bertelur di kolam atau tasik; dan larvanya, yaitu berudu,
berinsang dan bertumbuh dalam air. Katak dewasa merupakan hewan yang gemar
memakan hewan artropoda (terutamanya serangga), annelida dan gastropoda. Katak
paling dikenali dengan bunyi menguaknya yang boleh kedengaran tanpa kira siang
atau malam, terutamanya ketika musim mengawan (Pujiyanto 2005: 238).
Anura, yang beranggotakan hampir 3500 spesies, lebih terspesialisasi
dibandingkan dengan Urodella untuk pegerak di darat. Katak dewasa menggunakan
kaki belakangnya untuk melompat di tanah. Seekor katak menangkap lalat dengan
menjulurkan lidah panjangnya yang lengket, yang bertaut ke bagian depan mulut.
Katak memperlihatkan beraneka ragam adaptasi yang membantu mereka untuk
menghindari serangan pemangsa yang lebih besar. Sama dengan amphibia lainnya,
banyak katak memperlihatkan pola warna yang menyamarkan. Kelenjar kulit katak
menghasilkan mucus, yang tidak enak, bahkan beracun (Campbell 2003: 259).
Hewan Ampibhi tersebar di semua benua kecuali Antartica tetapi tidak
terdapat banyak di pulau yang berhubungan dengan laut. Sekitar 3.000 jenis
Amphibi yang baru adalah semata-mata sisa dalam kelompok yang berbeda. Hewan
Ampibhi dapat dibagi menjadi tiga ordo yaitu Caudata atau Urodela, contohnya
kadal; Anura contohnya katak dan kodok; dan Gymnophiona, caecilians. Rana sp
merupakan salah satu hewan dalam phylum chordata yaitu hewan yang mempunyai

chorda dorsalis pada stadium embryonalnya. Masuk dalam vertebrata karena punya
columna vertrebralis (tulang punggung) dan dapat disebut amphibi karena
mempunyai dua macam jenis kehidupan, yaitu kehidupan darat dan kehidupan
dalam air (Pujiyanto 2005: 239).
Sesuai dengan namanya, ampibia itu hanya separuh hidupnya di daratan
(semiterrestrial). Mereka harus kembali ke air untuk bertelur dan setidak-tidaknya
keturunan masa kininya tidak tahan lama terhadap udara kering. Peralihan berkala
dari air ke daratan dan sebaliknya menimbulkan masalah tambahan dalam
mempertahankan keseimbangan air dan ekskresi limbah nitrogen. Di dalam air
seperti pada ikan air tawar, pemasukan air secara terus-menerus harus dikeluarkan
dari glomerulus. Di dalam daratan harus dipertahankan dan untuk ini, ampibia
mengurangi masukan darah ke glomerulus dan demikian mengurangi laju filtrasi.
Tentu saja, fungsi tubulus harus dipertahankan dan peningkatan aktivitas sistem
portarenal tambahan memungkinkan hal ini (Campbell 2003: 258).
Chromatophpria pada Rana dibedakan atas xantophora yang mengandung
pigment kuning, guanophora ini mengandung kristal guanin yang mengembalikan
warna biru dan melanophora mengandung pigment melanin berwarna coklat hitam.
Warna-warna pada Rana dapat berubah menjadi gelap atau lebih pucat. Perubahanperubahan ini dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor yaitu external
misalnya temperatur, pada saat dingin menjadi lebih gelap dan pada saat panas
menjadi

lebih pucat dan faktor lain yaitu internal yang menghasilkan hormon

epiphysis yang membuat tubuh Rana menjadi lebih pucat dan hormon hypophysis
yang membuat tubuh Rana menjadi lebih gelap dan juga systema nervosum
misalnya melalui panca indra penglihatan (Wartini 2006: 68).
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati morfologi anatomi anggota kelas
Amphibian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Amphibia merupakan kelompok hewan dengan fase hidup yang berlangsung di
air dan darat. Amphibia merupakan kelompok vertebrata yang pertama keluar dari
kehidupan dalam air. Amphibia memiliki kulit yang selalu basah dan berkelenjar, dan
tidak memiliki sisik. Alat gerak berupa dua pasang kaki unuk berjalan atau berenang,
berjari 4-5 atau lebih sedikit, tidak bersirip. Mata memiliki kelopak yang dapat di
gerakkan dan memiliki selaput yang menutupi saat berada dalam air atau disebut dengan
membran niktitans. Pada mulut terdapat gigi dan lidah yang dapa dijulurkan. Pada saat
masih kecil benapas dengan insang dan setelah dewasa bernapas dengan kulit atau paruparu. Suhu tubuh berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya atau disebut dengan
poikilotermis (Riandary 2006: 295).
Terdapat tiga ordo Amphibia yang masih hidup saat ini , Urodela (berekorsalamander), Anura (tidak berekor katak), dan Apoda (tak berkaki caecilian)
Amphibia merupakan perintis vetebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh
yang mereka warisi dari moyang krospterigis, memberikan sarana untuk lokomosi dan
bernafas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung
oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke sekuruh bagian tubuh dengan
tekanan yang penuh. Sementara percampuran darah yang mengandung oksigen dengan
darah yang kurang mengandung oksigen terjadi dalam vertical tunggal, jantung yang
beruang tiga itu agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi
peredaran dan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan
yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Campbell 2003: 259).
Anura yang beranggotakan hampir 3500 spesies, lebih terspesialisasi
dibandingkan dengan urodela untuk pergerakan di darat. Katak dewasa menggunakan
kaki belakangnnya yang kuat itu untuk melompat ditanah. Seekor katak menangkap
lalat dengan caramenjulurkan lidah panjangnya yang lengket, yang bertaut dengan
bagian depan mulut. Katak memperlihatkan beranekaragam adaptasi yang membantu
mereka untuk menghindari serangan pemangsa yang lebih besar. Sama seperti amphibi
lainnya, banyak katak yang memperlihatkan pola warna yang menyamarkan. Kelenjar
kulit katak menghasilkan mukus yang tidak enak bahkan beracun. Banyak spesies yang

beracun yang memiliki warna yang cerah, yang sebenarnya memberikan peringatan
kepada pemangsa yang kemudian mengaitkan pola warna itu dengan bahaya (Campbell
2003: 260).
Di daratan, kemampuan untuk mendeteksi suara merupakan hal yang sangat
penting, dan amphibia telah mengembangkan telinga sederhana dari struktur yang
diwarisinya dari moyang mereka. Spirakel tertutup dengan membran yang berfungsi
sebagai gendang telinga dan tulang rahang yang tak terpakai lagi (yang berasal dari
lengkung insang agnatha) berfungsi untuk meneruskan getaran dari telinga kita
(sanggurdi) adalah homolog dengan tulang tadi ini.
Katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di
sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan
menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis
kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab,
yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi
kodok kecil. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari
kualitas induk (Anonim b 2014: 2).
Ciri khas katak adalah adanya gendang telinga pada sebelah belakang matanya,
pada kedua sisi kepalanya. Selaput gendang telinga ini konon sangat peka terhadap
getaran udara dan berkaitan erat dengan kemampuan mereka menghasilkan suara. Pada
katak suara ini sebagian juga merupakan cirri khas jenis kelamin yang umumnya jantan
lebih besar dibandingkan yang betina. Malahan pada beberapa spesies katak, yang
betina tidak menghasilkan suara sekali. Suara itu dihasilkan oleh suatu alat yang sangat
bagus perkembangannya yang biasanya diperkuat dengan balon udara yang sangat besar
(Ryandari 2006: 297).
Dari suatu penelitian diketahuilah bahwa suara katak berbeda-beda dalam tinggi
nada, panjang bunyi, kekuatan udara, dan keserasiannya. Pada katak jantan biasanya
pekik suara yang dihasilkan bias mengandung banyak arti. Mereka sering
memanfaatkan suaranya yang besar untuk memanggil pasangannya. Bisa juga untuk
menegaskan batas teritirialnya agar sesama pejantan tidak mengganggu dan masuk
daerahnya
Apoda disebut juga caecilian (sekitar 150 spesies), tidak bertungkai dan hampir
dan sangat menyerupai cacing tanah. Apoda hidup di daerah tropis dimana sebagian

besar spesies ini bersarang dalam lubang didalam tanah hutan yang lembap, beberapa
anggota ordo apoda di amerika selatan hidup di air tawar dan kolam.Alat pernafasan
utama Amphibia dewasa biasanya berupa paru-paru yang dibantu oleh pori-pori kulit.
System peredaran darah tersebut sebagaian darahnya adalah system peredaran darah
ganda. Pada sistem peredaran darah tersebut, sebagian darah kaya oksigen masih
bercampur dengan darah miskin oksigen di ventrikel. Jantung Amphibia beruang tiga
terdiri atas dua atrium (serambi) dan satu ventrikel (bilik). Kulit Amphibia tidak bersisik
dan halus, kelembabannya terjaga oleh berbagai kelenjar mukosa. Kulit hewan tersebut
berperan dalam menjaga keseimbangan air dan respirasi, mengatur suhu tubuh ketika
berada di darat melalui penguapan, dan melindungi diri dari hewan predator melalui
pengeluaran racun yang terdapat di dalam kelenjar kulit. Meskipun kelenjar kulit
tersebut lembab dan tipis, Amphibia tersebut biasanya tetap berada di sekitar tempat
berair agar tidak terkena risiko kekeringan. Beberapa Amphibia memiliki kemampuan
mimikri dan kulitnya dapat berflouresen mengeluarkan warna hijau dan merah
(khususnya pada katak beracun) (Anonim c 2014: 4).
Banyak Amphibia memperlihatkan perilaku social dan kompleks dan beraneka
ragam, khususnya dalam musim kawin. Katak umumnya merupakan hewan yang diam,
tetapi banyak spesies mengeluarkan suara-suara untuk memanggil pasangan kawin
selama musim kawin. Jantan bisa bersuara keras untuk mempertahankan daerah kawin
atau untuk menarik betina. Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok
jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari
belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok
betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan
melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si
betina. Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa
panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat
(temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit (Campbell 2003: 260).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 16 April 2013, Pukul 08.30-10.30
WIB. Bertempat dilaboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, baki bedah, gunting
bedah, kertas catatan. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Bufo sp dan Rana
sp
3.3. Cara Kerja
Disiapkan bahan yang akan diamati dan letakkan di atas baki. Diamati
morfologi yang menjadi ciri khas dari masing-masing bahan seperti kulit, bentuk
rahang, ada tidaknya web dan lainnya. Dibedah salah satu bahan dan diamati
anatomi serta sistem tubuhnya. Digambar pada kertas kerja.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
a.

Ventral Rana sp
Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Ranidae

Genus

: Rana

Spesies

: Rana sp

Nama Umum : Katak


Keterangan Gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Saccus manibularis
Brancialis
Abdominalis
Femuralis
Lateralis
Digiti
Cloaka

Deskripsi :
Pada bagian abdomen Rana sp dapat terlihat rima oris, brancheos, abdominalis,
femuralis, web, digiti, dan kloaka. Bagian-bagian ini merupakan yang menjadi ciri khas
bagi jenis katak. Menurut (Pujiyanto 2005: 238), bahwa ukuran gendang telinga pada
katak betina hampir sama dengan lingkar mata, warna kulit disekitar kerongkongan
putih dengan bintik-bintik kehitaman, dan juga ukuran badan yang relatif lebih besar
dan tentu saja tidak memiliki kantung suara.
b. Dorsal Rana sp
Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Ranidae

Genus

: Rana

Spesies

: Rana sp

Nama Umum : Katak


Keterangan Gambar :
1. Rima oris
2. Organa visus
3. Manus
4. Antroba ciura
5. Crus
6. Darsum
7. Remur
8. Web
9. Digiti
10. Cloaka
Deskripsi :
Rana sp merupakan hewan amfibi yang mempunyai kulit yang halus, tidak
memiliki sisik. Berbeda dengan Bufo sp yang memiliki kulit berbintik-bintik dan tidak
menarik untuk dilihat. Menurut (Anonim a 2013: 1) bahwa bentuk tubuh dari Rana sp
juga tampak lebih kurus dan lebih langsing dibandingkan dengan Bufo sp. Karaterristik
dari amfibi ini juga dapat terlihat oleh kaki yang memiliki selaput renang. Sehingga
selaput renang ini dikondisikan pada habitat Rana sp yang ada disekitar perairan,
khususnya daerah rawa.
c. Dorsal Bufo sp
Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili
Genus

: Bufoniidae
: Bufo

Spesies

: Bufo sp

Nama Umum : Kodok

Keterangan Gambar :
1. Rima oris
2. Organa visus
3. Manus
4. Antroba ciura
5. Crus
6. Darsum
7. Remur
8. Web
9. Digiti
10. Cloaka
Deskripsi :
Bufo sp kepalanya berbentuk lebar, mulutnya lebar dan besar, tubuhnya lebih
besar, kulitnya kasar, warna tubuh lebih gelap, tidak memiliki web (selaput renang).
Lidahnya tidak bercabang. Banyak ditemukan di daratan. Menurut (Anonim b 2013: 2)
bahwa kodok (Bufo sp) biasanya akan menangkap mangsanya dengan lidahnya yang
bisa dijulurkan memanjang. Intergument (kulit) yang menutup seluruh badan berguna
untuk melindungi diri.
d. Ventral Bufo sp
Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Bufoniidae

Genus

: Bufo

Spesies

: Bufo sp

Nama Umum : Kodok


Keterangan Gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Saccus manibularis
Brancialis
Abdominalis
Femuralis
Lateralis
Digiti

7. Cloaka

Deskripsi :
Bufo sp jika dilihat pada bagian dorsal, terlihat bagian-bagian seperti rima oris,
brancheas, abdominalis, femuralis, kloaka, web, dan digiti. Menurut (Cambell 2004:
93), bahwa pada bagian mulut Bufo sp ini tidak tampak gigi, dan terdapat suatu lidah.
Seekor kodok dapat menangkap lalat dengan cara menjulurkan lidahnya yang lengket,
yang bertaut ke bagian depan mulut. Kodok memperlihatkan beraneka ragam adaptasi
yang membantu mereka untuk menghindari serangan pemangsa yang lebih besar.
e. Anatomi Rana sp
Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

: Raniidae

Genus

: Rana

Spesies

: Rana sp

Nama Umum : Katak


Keterangan Gambar :
1. Pharynx
2. Cor
3. Pulmo
4. Hepar
5. Pancreas
6. Ventrikulus
7. Ovarium
8. Latestinum
9. Intestinum
10. Gaster
11. Lien
12. Cloaka
Deskripsi :

Pada bagian diperlihatkan organ-organ dalam Rana sp masih dalam keadaan


hidup maka akan dapat dilihat jantung yang masih berdenyut, hati, paru-paru, usus dan
kloaka. Menurut (Pujiyanto 2005 : 239), bahwa anatomi sederhana pada katak, meliputi
bagian saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari rongga mulut
dan gigi, maxilla, pharynx,esophagus, gaster, intestinum, rectum, duodenum, dan
kloaka.
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini membahas tentang Amphibi, dimana amphibi ini
merupkan hewan yang hidum pada 2 alam yakni didarat dan di air. Kodok dan
katak mempunyai beberapa perbedaan diantaranya kodok mempunyai bintil di
bagialn dorsalnya, warna kodok lebih gelap, kulitnya tidak halus, selaput mata
menonjol. Sedangkan katak memiliki tungkai kaki yang lebih panjang dari kodok,
warnannya lebih terang dari kodok, kulitnya halus dan mempunyai selaput untuk
berenang. Menurut (Pujiyanto 2005: 238) Katak dewasa bercirikan kaki belakang
yang panjang, badan yang pendek, jari berselaput, mata jongang dan ketiadaan ekor.
Kebanyakan katak menjalani hidup mata jongang, tetapi juga mudah bergerak di
daratan dengan melompat atau memanjat. Katak biasanya bertelur di kolam atau
tasik; dan larvanya, yaitu berudu, berinsang dan bertumbuh dalam air.
Dalam praktikum ini juga kita dapat mengetahui pembuahan pada kodok
dimana pembuahan ini dilakukan secara eksternal (dilakukan di luar tubuh).
Menurut penjelasan (Campbell 2003: 260) Kodok jantan akan melekat di punggung
betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air,
kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang
pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan
spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
Dalam praktikum ini juga membahas tentang sistem pernafasan. Pada amphibi
saat masih berudu bernafas dengan insang dan setelah menjadi katak dewasa
pernafasannya berubah yaitu bernafas dengan kulit atau paru-paru. Menurut
(Anonim 2013: 1) Untuk sistem pernafasan pada amphibi, pada saat berudu terdapat
insang eksternal yang kemudian menjadi insang internal. Katak dewasa bernafas
dengan paru-paru, yaitu suatu kantong yang terdiri dari duah buah dimana
dindingnya terdapat ruang. Paru-paru berhubungan dengan dunia luar melalui

dengan dua bronki, yaitu dua laring (kotak suara) yang mengandung tali-tali vokal
dan faring (pangkal tenggorokan) serta lorong nasal. Lubang dari faring ke laring
berupa celah longitudinal yang disebut juga goltis. Lubang dalam dari lorong-lorong
nasal itu disebut nares internal (hidung dalam). Pertukaran gas dapat terjadi juga
melalui kulit.
Selain itu juga dalam praktikum ini mengamati bagian sistem pencernaan
amphibi, dimana pada sistem pencernaan amphibi ini terdapat mulut, usus, lambung
serta cloaka. Menurut (Campbell 2003: 258) bahwa sistem pencernaan makanan
pada amphibi dapat dibedakan dalam tracius digestivus dan glandula digestoria.
Tractus digestivus disusun oleh cavum oris, pharynx, esophagus, yang merupakan
saluran pendek, ventriculus yang dibedakan menjadi cardia dan pylorus lalu menuju
ke intestinum yang dapat dibedakan atas dua yaitu intestinum tenue (usus halus)
terdiri atas duodenum, jejunum, ileum, dan intestinum crassum (usus besar), lalu
menuju ke cloaca. Glandula digestoria (kelenjar pencernaan) yaitu hati (hepar) yang
berwarna merah coklat terdiri atas lobus dexter dan lobus sinister. Dari hepar keluar
saluran empedu yang halus disebut ductus hepaticus. Vesica fellea (kantong
empedu) terdapat diantara lobus hepatitis berwarna kehijau-hijuaan.
.

Selain itu dalam praktikum ini juga mengamati bagian anatomi dari Rana sp.

Pada bagian diperlihatkan organ-organ dalam Rana sp masih dalam keadaan hidup
maka akan dapat dilihat jantung yang masih berdenyut, paru-paru, empedu usus
halus, usus besar serta lambung. Menurut (Pujiyanto 2005 : 239), bahwa anatomi
sederhana pada katak, meliputi bagian saluran dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan terdiri dari rongga mulut dan gigi, maxilla, pharynx,esophagus, gaster,
intestinum, rectum, duodenum, dan kloaka. Selain itu juga dalam praktikum ini
mengamati bagian anatomi amphibi dimana pada amphibi ini terdapat jantung, paruparu, enpedu, hati, usus, lambung serta kloaka

BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum telah dilakukan atau dilaksanakan diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Amphibi merupakan kelompok hewan yang dapat hidup di dua kehidupan, yaitu
di darat dan di air.
2. Rana sp memiliki selaput renang (web), kulit lebih halus, kaki belakang yang
lebih panjang, memiliki warna tubuh yang lebih terang, dan lidah yang
bercabang.
3. Bufo sp tidak memiliki selaput (web), kulit lebih kasar, kaki belakang yang lebih
pendek, warna tubuh yang lebih gelap, lidah tidak bercabang, serta beracun.
4. pencernaan makanan pada amphibi dapat dibedakan dalam tracius digestivus
dan glandula digestoria
5. pembuahan pada Bufo sp dilakukan secara eksternal (dilakukan di luar tubuh).

ABSTRAK
Pratikum ini berjudul Ampibhi, yang bertujuan untuk mengamati
morfologi anatomi anggota kelas Amphibian. Alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah alat tulis, baki bedah, gunting bedah, kertas catatan.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Bufo sp dan Rana sp. Hasil yang

didapat dari percobaan ini adalah pada katak jantan memiliki tanda hitam di
bagian lehernya dan juga berukuran lebih kecil dibandingkan katak betina.
Kesimpulan yang bisa diambil dari pratikum ini yaitu amphibi merupakan
kelompok hewan yang dapat hidup di dua kehidupan, yaitu di darat dan di air.
Rana sp memiliki selaput renang (web), kulit lebih halus, kaki belakang yang
lebih panjang, memiliki warna tubuh yang lebih terang, dan lidah yang
bercabang. Bufo sp tidak memiliki selaput (web), kulit lebih kasar, kaki belakang
yang lebih pendek, warna tubuh yang lebih gelap, lidah tidak bercabang, serta
beracun. pencernaan makanan pada amphibi dapat dibedakan dalam tracius
digestivus dan glandula digestoria

Anda mungkin juga menyukai