Munawir
Pendahuluan
Seperti
mata
pelajaran
yang
lain,
Sejarah
Kebudayaan
Islam
beragamnya
tujuan
yang
ditetapkan,
sudah
seharusnya
belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa
belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif
antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik
perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atau sikap.3
Konteks ideal ini berbeda manakala melihat persepsi yang berkembang di
masyarakat yang beranggapan bahwa pelajaran sejarah kebudayaan Islam hanya
mempelajari sejarah masa lampau yang tidak ada pengaruhnya di zaman sekarang
ini sampai masa yang akan datang. Sejarah dikatakan mirip dengan novel, cerpen,
roman atau mungkin dongeng pengantar tidur. Akibatnya Sejarah Kebudayaan
Islam tidak menarik dan membosankan.
Oleh sebab itu perlu adanya pemikiran bagaimana supaya mata pelajaran
sejarah menjadi menarik, berbobot, disukai dan mendapat tempat dihati setiap
para siswa. Salah satu upaya yang harus dilakukan peneliti yaitu mengusahakan
penggunaan sistem pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
kegiatan belajar mengajar mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam.
CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Karena itu strategi pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning) dalam proses belajar mengajar merupakan model
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Sebagaimana keberhasilan pembelajaran CTL (Contextual Teaching
and Learning) tergantung pada pengambilan tindakan, pola belajar ini juga
bergantung pada pengetahuan dan keahlian siswa yang menghasilkan prilaku dan
proses berpikir mandiri. Oleh karena itu untuk menjadi mandiri, semua siswa
harus bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menarik.4
Untuk
dapat
melaksanakan
pembelajaran
SKI
melalui
strategi
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Bandung : Bumi Aksara, 2001), 48.
Munawir
kerja sama antara guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan peneliti yaitu melalui
penelitian tindakan kelas (PTK). Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada
peneliti dan guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) untuk mengidentifikasi
masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan
dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) di sekolah yang menerapkan pembelajaran melalui strategi pembelajaran
CTL (Contextual Teaching and Learning), diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) siswa.
Dengan menggunakan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu serta
dapat menumbuhkan cara berfikir siswa dari pengetahuan yang diperoleh siswa
dari hasil belajar, dan dapat memberikan pembelajaran yang berpengaruh dalam
memahami pembelajaran sejarah kebudayaan Islam. Dari 18 siswa di MI As
Syafiiyah, hanya 10 siswa (55,56%) perolehan nilai kurang maksimal yaitu
kurang dari 65 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah lebih besar
sama dengan 65 ada 8 siswa (44,44%). Oleh karena perlu adanya peningkatan
yang dilakukan pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas IV MI. As
Syafiiyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo dengan strategi pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning)?
2. Bagaimana penerapan strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas IV MI. As
Syafiiyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo?
3. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) kelas IV MI. As Syafiiyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo?
Munawir
ajaran Islam. Agar tetap berjalan antara kebudayaan dengan ajaran agama maka
harus pula dipelajari tentang pengertian kebudayaan dan Islam itu sendiri.
Menurut bahasa, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu
budh yang berarti akal. Kemudian dari kata budh itu berubah menjadi kata budhi
dan jamaknya budaya. Dalam bahasa Arab kata kebudayaan itu disebut AtsTsaqafah. Dalam bahasa Inggris kebudayaan ini disebut culture. dalam bahasa
Belanda disebut cultuur, dalam bahasa Latin cultura.
Hamka dalam buku berjudul Pandangan hidup muslim menguraikan kata
kebudayaan itu terdiri dari dua kata, yang tadinya terpisah, yaitu budi dan daya.
Kata budi berarti cahaya atau sinar yang terletak di dalam bentuk manusia dan
daya pikiryang berkaitan dengan upaya, yakni usaha keaktifan manusia
melaksanakan dengan anggota badan yang digerakkan oleh budinya.
Al-Kroeber dan C. Kluckhohn dalam buku yang berjudul Culture, A
Critical Review of Concepts and Definitions (tahun 1952) telah berhasil
menghimpun 160 definisi kebudayaan. Dari pendapat yang banyak itu, dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan dari kerja
jiwa manusia dalam arti yang seluas luasnya. 7
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
manusia melalui Muhammad sebagai Rasul.8 Dan datangnya dari Allah, baik
dengan perantaraan malaikat Jibril, maupun langsung kepada Nabi Muhammad
SAW. Dalam Al quran, Allah sendiri mendefisinikan Islam dengan al-amilush
shalihat atau iman dan amal. Menurut Abdul qodir audah, Islam sebagai berikut :
a.
b.
PRESS 2004), 1.
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 1 - 24
Islam penjelmaan kerja jiwa dan akal pikiran manusia yang di dasari pencerminan
ajaran Islam dalam arti seluas-luasnya yaitu manifestasi keimanan sejati.
Kebudayaan Islam mengandung tiga unsur yaitu :
1) Kebudayaan Islam adalah ciptaan orang Islam
2) Kebudayaan Islam adalah di dasarkan kepada ajaran Islam
3) Kebudayaan Islam merupakan cerminan dari ajaran Islam.
Ketiga unsur kebudayaan Islam tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh, antara yang satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisah-pisahkan. Menurut
A.Hasjmy bahwa kebudayaan Islam adalah manifestasi (penjelmaan) iman dan
amal dari seseorang muslim / segolongan orang muslim.9
Dari uraian diatas yang terdiri dari tiga kata diantaranya sejarah,
kebudayaan, dan Islam. Terbantu untuk memahami arti sejarah kebudayaan Islam
Yaitu asal- usul atau silsilah dari sesuatu yang dihasilkan dari pemikiran atau akal
budi kaum Muslimin yang berhubungan dengan kepercayaan (keyakinan), ilmu
pengetahuan, seni, adat istiadat, bentuk pemerintahan, arsitektur bangunan, dan
lain-lain
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan suatu pelajaran yang
menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam
dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam dimasa lampau, mulai dari
sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan nabi
Muhammad saw. sampai masa khulafaurrasyidin. Secara substansial mata
pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah
Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan
untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta
didik.10
Munawir
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), 33.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2006), 54.
13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beroriantasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana 2011), 255.
12
Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh
yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap
bagian CTL (Contextual Teaching And Learning) yang berbeda-beda memberikan
sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersamasama mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat
makna didalamnya, dan mengingat materi.14 Untuk itu ada beberapa catatan dalam
penerapan CTL (Contextual Teaching And Learning) sebagai suatu strategi
pembelajaran, diantaranya:
a)
d) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian dari
orang lain. 15
Prinsipprinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning)
Prinsip Kesaling-Bergantungan (Intedependensi)
Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making meaningfull
connections) antara proses pembelajaran dan konteks kehidupan nyata sehingga
peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang esensial bagi
kehidupan di masa datang.
Prinsip ini mengajak para pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan
pendidik lainnya, peserta didik, stakeholder, dan lingkungannya. Bekerjasama
(collaborating) untuk membantu peserta didik belajar secara efektif dalam
kelompok, membantu peserta didik untuk berinteraksi dengan orang lain, saling
14
15
Munawir
dan
kelengkapan
lain
yang
diperlukan.
Dan
peneliti
harus
Langkah-langkah
pembelajaran
dengan
pembelajaran
CTL
Munawir
Tabel 1
Langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran CTL
No.
Kegiatan guru
Awal
Apersepsi,
Kegiatan siswa
Muhammad
Menyampaikan tujuan
Inti
dilakukan
dilakukan
kehidupan sehari-hari.
sehari-hari .
PENUTUP
Membimbing siswa membuat
Observasi
Pelaksanaan observasi pada proses belajar mengajar dengan pembelajaran
CTL (Contextual Teaching and Learning). Dilakukan oleh 2 orang dalam tim
peneliti untuk mengamati proses belajar mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam
tentang hijrahnya nabi Muhammad saw. ke Thaif. Hasil pengamatan dicatat pada
lembar pengamatan dibawah ini:
Tabel 2
Objek pengamatan dan instrumen pengamatan PTK
No
1
Objek pengamatan
Instrumen pengamatan
pengamatan kelompok
Munawir
Learning)
mengelola pembelajaran
pembelajaran
Refleksi
Dilaksanakan untuk mengetahui hasil pembelajaran. Adapun tabel
observasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Objek, metode dan hasil evaluasi
No
1
Objek Evaluasi
Metode evaluasi
Hasil evaluasi
observasi
Presentase
Observasi dan
Persentase respon
angket
siswa terhadap
pembelajaran.
Persentase tingkat
mengelola pembelajaran
Observasi
keberhasilan
pembelajaran
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru sejarah kebudayaan Islam (SKI)
melakukan diskusi secara mendalam tentang pencapaian indikator yang telah
dicapai, untuk dianalisis indikator mana yang belum tercapai untuk kemudian
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 1 - 24
dilakukan tindakan dalam siklus ke II, untuk mencapai indikator kinerja, sampai
mencapai keberhasilan.
Implementasi Tindakan
Pada tahap ini diimplementasikan rencana yang disusun pada tahap
perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran CTL untuk
pertemuan ke dua adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran CTL
No.
Kegiatan guru
Awal
Apersepsi,
Kegiatan siswa
lagu
tentang
Nabi
diajarkan
kemarin
Inti
Thaif.
Di
memutarkan
ini
film
mempermudah
informasi
siklus
dalam
tentang
hijrah
guru ditangkap.
untuk
mencari
nabi
Munawir
untuk
sehari-hari.
sehari-hari .
memberi penghargaan.
Penutup
Membimbing siswa membuat
Observasi
Pada tahap ini peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning) seperti pada siklus pertama.
Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua seperti
pada siklus pertama, serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas
pelaksanaan strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
pada materi hijrah nabi Muhammad SAW. ke Thaif kelas IV MI. Assyafiah
Tanggul Wonoayu Sidoarjo.
Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Siswa Kelas IV
Dengan Strategi Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) Di
Madrasah Ibtidaiyah As Syafiiyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo dalam bentuk
tahapan yang terdiri dari dau siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses
belajar mengajar di kelas. Data penelitian tindakan kelas yang diperoleh peneliti
dapat diuraikan sebagai berikut:
Hasil Belajar
Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam mempunyai nilai yang sangat
penting dalam mempersiapkan masa yang akan datang untuk mencapai prestasi
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain. Untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam dengan mengetahui sejarah.
Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran sejarah kebudayaan
Islam adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran kebudayaan Islam
dengan metode yang menarik, menantang siswa, dan menyenangkan. Hal itu
karena para guru sering kali menyampaikan materi dan penugasan. Sehingga
cenderung para siswa bosan dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang
kurang memuaskan.
Setelah melakukan penelitian tindakan kelas, data hasil belajar siswa pada
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Munawir
Table 5
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus I
Keterangan
No.
Nama Siswa
L/P Nilai
Tuntas
Tidak
Tuntas
Ahmad Hasan
90
90
80
M. Abu Bakar
40
M. Ali Shodiqin
100
M. Alif Saifullah
90
M. Aliy Masudy
80
M. Arifin
40
M. Jakta Ramadan
60
10
M. Rozikin
80
11
80
12
Putri Amelia
80
13
Putri Maharani
100
14
60
15
Sri Handayani
60
16
Sri Wahyuni
90
17
Tita Aulia
100
18
Zulfiana Rahma
100
Jumlah Nilai
1420
Rata-rata Kelas
78,88
Nilai maksimum
100
Nilai minimum
40
13
Persentase ketuntasan
72,22%
X=
Keterangan :
X = Nilai Rata-rata (mean)
X = Jumlah semua nilai siswa
N = Banyaknya peserta didik
Jadi nilai rata-rata untuk hasil belajar pada siklus I adalah :
X=
X =
= 78.88
b) Untuk menghitung persentase hasil belajar digunakan rumus :
p=
x 100
Keterangan :
p = Persentase yang akan dicari
f = Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah seluruh siswa
Jadi persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus I adalah :
p=
p =
x 100
x 100
= 72,22%
Dari data yang diatas hasil belajar yang dilakukan siswa dapat diketahui
bahwa siswa yang tidak tuntas yaitu 5 siswa dengan persentase 27,77% dan siswa
yang tuntas 13 siwa dengan persentase 72,22%, sehingga rata-rata kelas masih
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 1 - 24
Munawir
mencapai 78,88. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya
sebesar 72,22% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 80% sehingga perlu dilaksanakan perbaikan pada siklus II untuk
meningkatkan hasil belajar sejarah kebudayaan Islam siswa kelas IV MI As
Syafiiyah Tanggul Wonoayu Sidoarjo.
Setelah melakukan siklus I dan hasil persentasenya lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 80%, maka perlu memperbaiki hasil
belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus II
Keterangan
No.
Nama Siawa
L/P Nilai
Tuntas
Ahmad Hasan
100
100
95
M. Abu Bakar
60
M. Ali Shodiqin
100
M. Alif Saifullah
95
M. Aliy Masudy
85
M. Arifin
80
M. Jakta Ramadan
90
10
M. Rozikin
80
11
90
12
Putri Amelia
80
13
Putri Maharani
100
14
65
15
Sri Handayani
70
16
Sri Wahyuni
95
Tidak
Tuntas
17
Tita Aulia
100
18
Zulfiana Rahma
100
Jumlah Nilai
1585
Rata-rata Kelas
88,05
Nilai maksimum
100
Nilai minimum
60
18
Persentase ketuntasan
94,44%
X=
X =
= 88,05
Dan persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus II adalah :
p=
p =
x 100
x 100
= 94,44%
Dari data hasil belajar pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas,
dapat dijelaskan bahwa dengan pembelajaran CTL pada siklus II diperoleh nilai
rata-rata 88,05 dan ketuntasan belajar mencapai 94,44% atau 17 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal
siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 sebesar
94,44% lebih besar dari persentase ketuntasan yang ditentukan yaitu sebesar 80%
sehingga penelitian sudah tuntas pada siklus II. Dari hasil pengamatan pada siklus
II siswa sudah dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan strategi pembelajaran
CTL dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas IV dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 1 - 24
Munawir
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini tentang penggunaan
strategi pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) pada mata
pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas IV MI. As Syafiiyah Tanggul Wonoayu
Sidoarjo, bahwa :
1.
2.
3.
Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
dilaksanakan
dengan
strategi
pembelajaran
tersebut
dapat
meningkatkan
kemampuan
dan
lebih
memahami
model
pembelajaran
tersebut.
Dengan
Munawir