Anda di halaman 1dari 24

6

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. Tinjauan Pustaka


II.1.1. Kontrasepsi
II.1.1.1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Upaya itu dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen.
Pengertian kontrasepsi tersebut sejalan dengan Gunawan, (2007) yang
menyatakan kontrasepsi adalah tindakan untuk mencegah konsepsi atau
mencegah kehamilan. Dikenal berbagai cara yang dapat mencegah konsepsi,
antara lain penggunaan kondom pada pria atau alat kontrasepsi dalam rahim
pada wanita, tindakan operasi sterilisasi dan penggunaan kontrasepsi
hormonal (Prawirohardjo, 2005; Gunawan, 2007).
II.1.1.2. Metode Kontrasepsi
Metode kontasepsi dapat dikelompokkan menjadi enam macam, yakni:
1. Metode perintang (barrier)
a. Kondom
Merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan
alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan
seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga
melindungi diri dari penularan penyakit melalui hubungan seks,
termasuk HIV/AIDS (Uliyah, 2010; Saifuddin, 2003).
b. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks. Dengan cara seperti ini, sperma tidak

bisa meneruskan perjalanan menuju rahim meskipun sperma sudah


masuk vagina (Uliyah, 2010; Saifuddin, 2003).
c. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (surfaktan nonionik) yang digunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Formulasi spermisida
terdiri dari supositoria, krim, jeli, spons, busa dan film (Uliyah,
2010; Saifuddin, 2003).
2. Metode hormonal
a. Kontrasepsi oral atau pil
Pil kontrasepsi berisi kombinasi hormon sintetis progesteron dan
estrogen biasa disebut pil kombinasi, atau hanya berisi hormon
sintetis progesteron saja yang sering disebut dengan minipil. Pil
yang diminum setiap hari ini berguna untuk mempengaruhi
keseimbangan hormon sehingga dapat menekan ovulasi, mencegah
implantasi, dan mengentalkan lendir serviks (Uliyah, 2010;
Handayani, 2010).
b. Kontrasepsi suntik atau injeksi
Kontrasepsi suntik adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Terdapat dua macam
yaitu suntikan kombinasi yang mengandung hormon sintetis
estrogen dan progesteron, kemudian suntikan progestin yang berisi
hormon progesteron. Mekanisme kerjanya menekan ovulasi,
mengentalkan mukus serviks dan mengganggu pertumbuhan
endometrium sehingga menyulitkan implantasi (Uliyah, 2010;
Handayani, 2010).
c. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari
sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas.
Implant berupa tabung-tabung yang lunak dan berisi hormon
progestin dan setelah diinsersikan implan akan melepaskan hormon

tiap harinya. Implan bekerja menghambat ovulasi (Uliyah, 2010;


Handayani, 2010).
d. IUD hormonal
IUD (Intra Uterine Device ) hormonal atau IUD yang mengandung
hormon adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastic yang
lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon
dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina (Handayani, 2010;
Hartanto, 2010).
3. Metode Intra Uterine Device (IUD)
Intra Uterine Device (IUD) atau juga disebut Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke
dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang.
AKDR berguna untuk mencegah terjadinya penempelan sel telur pada
dinding rahim atau menangkal pembuahan sel telur oleh sperma
(Handayani, 2010; Uliyah, 2010).
4. Metode operasi atau sterilisasi
Metode ini bekerja dengan cara melakukan pemutusan atau pengikatan
saluran sel sperma pada lakilaki (vasektomi) dan pemutusan atau
pengikatan saluran telur pada perempuan (tubektomi) (Uliyah, 2010;
Handayani, 2010).
5. Metode alami atau sederhana
a. Metode kalender
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa
subur

dimana

harus

menghindari

hubungan

seksual

tanpa

perlindungan kontrasepsi pada hari ke 819 siklus menstruasinya.


Dasar berasal dari ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum
haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12 16 hari sebelum haid
yang akan datang (Handayani, 2010; Hartanto, 2010).

b. Metode amenorea laktasi (MAL)


Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara
yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan
waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifitasnya
dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan
kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi (Saifuddin,
2006; Proverawati, 2010).
c. Metode suhu tubuh
Saat ovulasi terjadi peningkatan suhu basal tubuh sekitar 0,2C
0,5C yang disebabkan oleh peningkatan kadar hormon progesteron,
peningkatan suhu basal tubuh mulai 12 hari setelah ovulasi. Selama
3 hari berikutnya (memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup
sel telur) diperlukan pantang berhubungan intim. Metode suhu
mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya (Handayani,
2010; Hartanto, 2010).
d. Senggama terputus atau koitus interuptus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina
sebelum pria mencapai ejakulasi. Efektifitas bergantung pada
kesediaan pasangan untuk melakukan sengama terputus setiap
pelaksanaanya (Saifuddin, 2006; Hartanto, 2010).
6. Metode darurat
Metode-metode darurat adalah cara menghindari kehamilan setelah
terlanjur melakukan hubungan seksual tanpa pelindung. Metode ini
mengusahakan agar sel telur yang telah dibuahi tidak sampai menempel
di dinding rahim dan berkembang menjadi janin. Metode darurat dapat
menggunakan pil hormon atau AKDR (Uliyah 2010).

10

II.1.2. Kontrasepsi Hormonal


II.1.2.1. Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal berisi dua hormon steroid yaitu hormon
estrogen dan progesteron. Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah
estradiol, estron, dan estriol. Zat-zat ini adalah steroid C18, sedangkan
progesteron adalah suatu steroid C21 yang disekresikan oleh korpus luteum,
plasenta (dalam jumlah kecil) dan folikel. Progesteron secara alamiah
adalah 17-hidroksiprogesteron. Pada kontrasepsi hormonal digunakan
estrogen dan progesteron sintetik. Estrogen sintetik adalah etinil estradiol,
mestranol dan progesteron sintetik adalah progestin, norethindrone,
noretinodrel, etinodiol, nogestrel. Alasan utama untuk menggunakan
estrogen dan progesteron sintetik adalah bahwa hormon alami hampir
seluruhnya akan dirusak oleh hati dalam waktu singkat setelah diabsorbsi
dari saluran cerna ke dalam sirkulasi porta (Ganong, 2003; Guyton, 2008).
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi dua
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik)
dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntik. Sedangkan kontrasepsi hormonal yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant. Mekanisme kerja
kontrasepsi hormonal dibedakan berdasarkan jenis hormon yang terkandung
didalamnya (Handayani, 2010; Hartanto, 2010).
II.1.2.2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Mekanisme kerja estrogen :
1. Menekan ovulasi
Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan
selanjutnya

menghambat

FSH

dan

LH

kelenjar

hypophyse.

Penghambatan tampak tidak adanya estrogen pada pertengahan siklus,


tidak adanya puncak FSH dan LH pada pertengahan siklus
(Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010).

11

2. Mencegah implantasi
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi
(dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan
siklus. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen
dosis tinggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron, yang
dapat menghambat implantasi (Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010).
3. Mempercepat transport gamet / ovum
Transport gamet / ovum dipercepat oleh estrogen disebabkan efek
hormonal pada sekresi dan peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus
(Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010).
4. Luteolysis
Degenerasi di corpus luteum menyebabkan penurunan cepat dari
produksi estrogen dan progesteron di ovarium (Hartanto, 2010;
Handayani 2010).
Mekanisme kerja progesteron :
1. Menghambat ovulasi
Ovulasi dihambat karena terganggu fungsi proses hipotalamus
hipofisisovarium dan modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan
siklus (Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010).
2. Menghambat implantasi
Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi.
Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus
luteum akan berkurang, sehingga implantasi dihambat (Prawirohardjo,
2005; Handayani, 2010).
3. Memperlambat transport gamet / ovum
Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum
dalam tuba akan terhambat (Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010).
4. Luteolysis
Pemberian jangka lama progesteron menyebabkan fungsi corpus luteum
tidak adekuat pada siklus haid (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).

12

5. Mengentalkan lendir serviks


Lendir seviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga
penetrasi dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit (Hartanto,
2010; Handayani, 2010).
II.1.2.3. Jenis Kontrasepsi Hormonal
II.1.2.3.1. Kontasepsi oral
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi berupa pil dan diminum oleh
wanita yang berisi estrogen dan progestin berkhasiat mencegah kehamilan
bila diminum secara teratur. Dasar dari pil-oral adalah meniru prosesproses alamiah. Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesterone oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium
selama siklus haid yang normal sehingga juga menekan releasing-factors
di otak dan akhirnya mencegah ovulasi (Hartanto, 2010; Handayani,
2010).
Kontrasepsi pil terdiri atas dua jenis yaitu pil kombinasi yang
berisi hormon sintetis estrogen dan progesteron, atau hanya berisi hormon
sintetis progesteron saja yang sering disebut dengan minipil atau pil
progestin. Pada pemakaian pil kombinasi maka terjadi penggunaan
estrogen

dan

progestin

terus

menerus

sehingga

mengakibatkan

penghambatan sekresi GnRH dan gonadotropin sedemikian rupa hingga


tidak terjadi ovulasi. Sedangkan progestin akan menyebabkan bertambah
kentalnya mukus serviks sehingga penetrasi sperma terhambat, terjadi
gangguan

keseimbangan

menyebabkan

hambatan

hormonal
nidasi

dan

dan

hambatan

gangguan

progesteron,

pergerakan

tuba

(Handayani, 2010; Gunawan, 2007).


Pada pil kombinasi daya guna teoritis hampir 100%, tingkat
kehamilan 0.1/100 wanita pertahun. Daya guna pemakaian ialah 95-98%
efektif, tingkat kehamilan 0.7/100 wanita pertahun. Pil kombinasi ini
bekerja

dengan

cara

menekan

ovulasi,

mencegah

implantasi,

mengentalkan lendir serviks dan pergerakan tuba terganggu sehingga

13

transportasi ovum akan terganggu (Prawirohardjo, 2005; Handayani,


2010).
Pil kombinasi dibagi menjadi beberapa macam, yakni :
1. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama dan 7
tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap
hari (Proverawati, 2010; Handayani, 2010).
2. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen dan progestin dalam dua dosis yang berbeda
dan 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari
(Proverawati, 2010; Handayani, 2010).
3. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen dan progestin dalam tiga dosis yang berbeda
dan 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari
(Proverawati, 2010; Handayani, 2010).
Kelebihan dari pil kombinasi yaitu siklus haid menjadi teratur
sehingga dapat pula mencegah anemia, mudah dihentikan setiap saat,
kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan, dan
membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium,

kista

ovarium,

acne,

dismenorhoe.

Sedangkan

kekurangannya meliputi perdarahan bercak atau perdarahan pada tiga


bulan pertama, pusing, nyeri payudara, kenaikan berat badan dan dapat
meningkatkan

tekanan

darah

sehingga

resiko

stroke.

Terdapat

kontraindikasi terhadap penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil


kombinasi, diantaranya trombophlebitis, kelainan cerebro-vaskuler,
penyakit

jantung iskemik, karsinoma payudara, neoplasma yang

tergantung pada estrogen, kehamilan dan perdarahan abnormal genitalia


yang tidak diketahui penyebabnya (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).

14

Gambar 1 . Gambar pil kombinasi (http://www.mayoclinic.com/health/


medical/IM04254)
Pil progestin atau biasa disebut minipil yang berisi hormon sintetis
progesteron saja. Progestin yang terdapat di dalam mini pil terdiri dari dua
golongan, yaitu analog progesteron berupa chlormadinone asetat dan
megestrol asetat yang saat ini tidak dipakai lagi, lalu kedua derivat
testosterone yang diketemukan 1970-an dan dipakai sampai saat ini,
meliputi norethindrone, norgestrel, ethynodiol dan lynestrenol (Hartanto,
2010).
Cara kerja pil progestin dengan menghambat ovulasi, mencegah
implantasi, memperlambat transport gamet atau ovum, luteolysis dan
mengentalkan lendir serviks yang kental. Pil jenis ini sangat efektif dapat
mencapai 98.5%. Pengguna jangan sampai lupa satu atau dua pil, jangan
sampai muntah, diare, karena kemungkinan terjadinya kehamilan sangat
besar (Handayani, 2010; Hartanto, 2010).
Keuntungan mini-pil, yakni dapat diberikan untuk wanita yang
menderita keadaaan tromboembolik, laktasi dan mungkin cocok untuk
wanita dengan keluhan efek samping yang disebabkan oleh estrogen (sakit

15

kepala, hipertensi, nyeri tungkai bawah, berat badan bertambah dan rasa
mual). Mini-pil juga memiliki kerugian, terdiri dari kurang efektif dalam
mencegah kehamilan dibandingkan pil oral kombinasi, menambah
insidens perdarahan bercak (spotting), variasi dalam panjang siklus haid
dan yang tidak kalah penting bila lupa minum satu atau dua tablet mini-pil
atau kegagalan dalam absorpsi mini-pil oleh sebab muntah atau diare,
sudah cukup untuk meniadakan proteksi kontraseptifnya. Umumnya
kontraindikasi absolut minipil adalah sama dengan kontraindikasi absolut
pil oral kombinasi (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).

Gambar 2 . Gambar minipil (http://contraception.about.com/od/prescript


tionoptions/ig/Prescription-Methods/Mini-Pill.htm)
II.1.2.3.2. Kontasepsi suntik
Kontrasepsi suntik adalah salah satu cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Terdapat dua
macam yaitu suntikan kombinasi yang mengandung hormon sintetis
estrogen dan progesteron, kemudian suntikan progestin yang berisi
hormon progesteron. Cara penyuntikan pada umumnya dilakukan pada
otot (intra muskular) yaitu pada otot pantat (gluteas) yang dalam dan pada
otot pangkal lengan (deltoid) (Uliyah, 2010; Saifuddin, 2003).

16

Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan meliputi pencegahan


ovulasi, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan
barrier terhadap spermatozoa, membuat endometrium kurang layak untuk
implantasi dan mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di
dalam tuba fallopii (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).
Kontrasepsi suntikan yang sekarang banyak dipakai adalah :
1. DMPA (Depot Medroxyprogesterone asetat) = Depo provera
Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih
20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta
wanita. Diberikan sekali setiap tiga bulan atau 13 minggu dengan
dosis 150 mg (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).
2. NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat
Dipakai di lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5
juta wanita. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap delapan
minggu untuk enam bulan pertama kemudian selanjutnya sekali setiap
12 minggu (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).
3. Cyclofem
Mengandung 25 mg depo medroksi asetat dan 5 mg estradiol sipionat
yang diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali (Saifuddin, 2003;
Handayani, 2010).
Baik DMPA maupun NET-EN sangat efektif, dengan angka
kegagalan untuk DMPA < 1 per 100 wanita pertahun sedangkan NET-EN
2 per 100 wanita pertahun (Hartanto 2010).
Farmakologi dari kontrasepsi suntikan :
1. DMPA
a. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.
b. Setelah 1 minggu penyuntikkan 150 mg, tercapai kadar puncak,
lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun
kembali.

17

c. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan,


tetapi umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah empat bulan
atau lebih.
d. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari
DMPA dalam darah atau serum (Hartanto, 2010).
2. NET-EN
a. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone, dibuat
dalam larutan minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran
partikel yang tetap dengan akibat pelepasan obat dari tempat
suntikan kedalam sirkulasi darah yang sangat bervariasi.
b. Lebih cepat dimetabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat
dibandingkan dengan DMPA.
c. Setelah disuntikan, NET-EN harus diubah menjadi norethindrone
(NET) sebelum ia menjadi aktif secara biologis.
d. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam 7 hari setelah
penyuntikan, kemudian menurun secara tetap dan tidak ditemukan
lagi dalam waktu 2,5-4 bulan setelah disuntikan (Hartanto, 2010).
Keuntungan menggunakan suntikan KB adalah pemberiannya
sederhana setiap 8 sampai 12 minggu, efek samping sangat kecil,
hubungan seks dengan suntikan KB bebas, pengawasan medis ringan,
dapat dipakai atau diberikan pasca persalinan, pasca keguguran, atau
pasca menstruasi. Efek samping yang ditimbulkan adalah gangguan pola
haid, perubahan berat badan dan sebagian besar wanita belum kembali
fertilitasnya selama 4-5 bulan setelah menghentikan suntikannya.
Kontraindikasi penggunaan meliputi hamil atau diduga hamil, perdarahan
vaginal tanpa diketahui sebabnya, menderita tekanan darah tinggi, pernah
mengalami stroke, mengalami kanker payudara, menderita tumor hati
(hepatoma) dan menderita diabetes (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).

18

Gambar 3 . Gambar depo provera (http://contraception.about.com/od/


prescriptionoptions /ig/Prescription-Methods/Depo-.htm)

Gambar 4 . Gambar noristerat (http://contraception.about.com/od/prescrip


tion options /g/Noristerat.htm)

19

Gambar 5 . Gambar cyclofem (http://contraception.about.com/od/prescript


tionoptions/g/CombinedShot.htm)
II.1.2.3.3. Kontasepsi implant
Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang pemakaiannya
yaitu dengan cara memasukan tabung kecil di bawah kulit pada bagian
tangan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan. Tabung kecil berisi
hormon tersebut akan terlepas sedikit-sedikit, sehingga mencegah
kehamilan. Cara kerjanya dengan menghambat ovulasi, perubahan lendir
serviks menjadi kental dan sedikit, menghambat perkembangan siklis dari
endometrium (Proverawati, 2010; Handayani, 2010).
Macammacam implant :
1. Non Biodegradable Implant
a. Norplant
Terdiri dari enam kapsul kosong silastic (karet silicone) yang diisi
dengan hormon levonorgestrel dan ujung-ujung kapsul ditutup
dengan silastic adhesive. Tiap kapsul mempunyai panjang 34 mm,
diameter 2.4 mm, berisi 36 mg levonogestrel. Efektif dalam
mencegah kehamilan untuk lima tahun (Handayani, 2010;
Hartanto, 2010).

20

b. Norplant -2
Terdiri dari dua batang silastic yang padat, dengan panjang tiap
batang 44 mm. Masing-masing batang diisi dengan 70 mg
levonorgestrel di dalam matriks batangnya. Efektif untuk
mencegah kehamilan tiga tahun (Handayani, 2010; Hartanto,
2010).
2. Biodegradable Implant
a. Carpronor
Suatu kapsul biodegradable yang mengandung levonorgestrel yang
dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate dengan diameter kapsul
kurang dari 0.24 cm dan panjang kapsul terdiri dari dua ukuran 2.5
cm dan 4 cm. Proteksi kontraseptif berlangsung paling sedikit 18
bulan dan mungkin dapat berlangsung lebih lama (Handayani,
2010; Hartanto, 2010).
b. Norethindrone Pellets
Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90% norethindrone
(NET). Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET yang akan
dilepaskan saat pellets dengan perlahan-lahan melarut. Sediaan
empat pellets memberikan perlindungan terhadap kehamilan untuk
sekurang-kurangnya 12 bulan (Handayani, 2010; Hartanto, 2010).
Kontrasepsi ini memiliki keuntungan, yaitu akseptor tidak harus
minum pil KB ataupun suntik KB berkala, proses pemasangan susuk KB
ini cukup satu kali untuk jangka pemakaian 2-5 tahun, bila berencana
untuk hamil maka cukup dengan melepaskan implant ini kembali.
Sedangkan efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian susuk KB ini
antara lain adalah siklus menstruasi menjadi tidak teratur, perubahan
metabolisme karbohidrat, pembekuan darah, tekanan darah dan berat
badan. Kontraindikasi implant meliputi kehamilan atau disangka hamil,
penderita penyakit hati akut, kanker payudara, penyakit jantung,

21

hipertensi, tromboemboli dan diabetes melitus (Proverawati, 2010;


Hartanto, 2010; Handayani, 2010).

Gambar 6 . Gambar implant (http://contraception.about.com/od/prescrip


tionoptions/ig/Prescription-Methods/Depo-.htm)
II.1.2.3.4. Kontasepsi IUD hormonal
IUD (Intra Uterine Device ) hormonal atau IUD yang mengandung
hormon adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon progesteron
dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina. Untuk mekanisme kerja
IUD yang mengandung hormon progesteron yaitu dengan menimbulkan
gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga timbul
penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi
(endometrium tetap berada dalam fase deciual / progestational) dan juga
menyebabkan lendir serviks yang menjadi lebih kental (Handayani, 2010;
Hartanto, 2010).
Jenis-jenis IUD yang mengandung hormonal terdiri dari :
1. Progestasert-T = Alza-T
a. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.

22

b. Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65


mcg progesteron per hari.
c. Daya kerja 18 bulan (Handayani, 2010; Hartanto, 2010).
2. LNG-20
a. Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg
per hari.
b. Angka kegagalan atau kehamilan sangat rendah 0.5 per 100
wanita pertahun (Handayani, 2010; Hartanto, 2010).
Keuntungan menggunakan IUD adalah dapat efektif segera setelah
pemasangan, mengurangi volume darah haid dan tidak mempengaruhi
kualitas ASI. Efek samping yang umum terjadi yaitu sedikit nyeri dan
perdarahan terjadi segera setelah pemasangan IUD yang biasanya
menghilang dalam 1-2 hari, perubahan siklus haid, nyeri haid dan insidens
kehamilan ektopik lebih tinggi. Kontraindikasi penggunaan antara lain
kehamilan atau persangkaan hamil, infeksi pelvis yang aktif, infeksi alat
genital (vaginitis, servisitis), kelainan bawaan uterus yang abnormal atau
tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri (Hartanto,
2010; Handayani, 2010).

II.1.3. Tekanan Darah


II.1.3.1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari
sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah
(James, 2008). Sherwood, (2001) menambahkan tekanan darah adalah gaya
yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada
volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan complaince atau
daya regang dinding pembuluh yang bersangkutan.
II.1.3.2. Mekanisme Tekanan Darah
Apabila volume darah yang masuk arteri sama dengan volume darah
yang meninggalkan arteri selama periode yang sama, tekanan darah arteri

23

akan konstan. Namun yang terjadi, selama sistol ventrikel, volume sekuncup
darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga
darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke
arteriol-arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke dalam arteri,
sementara darah terus meninggalkan mereka, terdorong oleh recoil elastik.
Efek recoil ini kadang-kadang disebut efek Windkessel, Windkessel adalah
kata dalam bahasa Jerman untuk suatu tempat penampungan yang elastik
(Sherwood, 2001; Ganong, 2003).
Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah
disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol, atau tekanan sistolik,
rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu
darah mengalir keluar selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 70 80 mmHg. Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan
sistolik di atas tekanan diastolik, misalnya 120/70 mmHg. Tekanan arteri
tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung berikutnya
dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar (Sherwood, 2001;
Ganong, 2003).
II.1.3.3. Pengukuran Tekanan Darah
Perubahan tekanan arteri selama siklus jantung dapat diukur secara
langsung dengan menghubungkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum
yang dimasukkan ke dalam sebuah arteri. Namun, pengukuran dapat
dilakukan secara lebih nyaman dan cukup akurat, yaitu secara tidak
langsung dengan menggunakan sfigmomanometer, suatu manset yang dapat
dikembungkan, dipakai secara eksternal, dan dihubungkan dengan pengukur
tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan
kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui
jaringan ke arteri brakialis dibawahnya, yaitu pembuluh utama yang
mengangkut darah ke lengan bawah. Teknik ini melibatkan keseimbangan
antara tekanan di manset dengan tekanan di arteri. Pada titik tekanan sistolik
dalam arteri tepat melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya

24

pada tiap denyut jantung dan secara sinkron dengan tiap denyut, bunyi
detakan didengar di bawah manset. Tekanan manset pada waktu bunyi
pertama terdengar adalah tekanan sistolik. Dengan menurunnya tekanan,
suara menjadi lebih keras, kemudian tidak jelas dan menutupi, akhirnya
pada kebanyakan individu menghilang. Ini adalah bunyi Korotkow.
Tekanan diastolik dalam keadaan istirahat orang dewasa berkorelasi paling
baik dengan tekanan pada saat bunyi menghilang (Sherwood, 2001;
Ganong, 2003).
Tabel 1 . Standar Tekanan Darah Normal
No.

Usia

Diastole

Sistole

Pada masa bayi

50

70 90

Pada masa anak

60

80 100

Masa remaja

60

90 110

Dewasa muda

60 - 70

110 125

Umur lebih tua

80 - 90

130 150

(Pearce 2006)
II.1.3.4. Faktor Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Vita, (2006) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah, yaitu:
1. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan
darah, semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah
semakin meningkat.
2. Emosi
Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat.
3. Stres
Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu
mengalami pengukuran.

25

4. Umur
Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.
Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia,
sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk
kemudian menurun lagi.
Peningkatan tekanan darah adalah salah satu bentuk perubahan
tekanan darah, dimana peningkatan tekanan darah yang melewati standar
tekanan darah normal disebut penyakit tekanan darah tinggi, beberapa
penyebabnya antara lain komponen genetik, stress psikologis, asupan NaCl
yang tinggi, kelainan ginjal, kelainan hormonal, sindrom Conn, sindrom
Cushing, pil kontrasepsi atau kontrasepsi hormonal dan lain-lain
(Silbernagl, 2006).
II.1.4. Hubungan Kontrasepsi Hormonal Dengan Tekanan Darah
Kontrasepsi hormonal adalah salah satu metode untuk mencegah
kehamilan yang menggunakan obat-obatan yang mengandung dua hormon
sintetik, yakni estrogen dan progestine. Keduanya serupa dengan hormonhormon alamiah yang dihasilkan tubuh, estrogen dan progesteron. Efek
estrogenik dan progestational dalam kontrasepsi hormonal mempunyai
pengaruh pada organ-organ dan jaringan-jaringan tubuh tertentu, yaitu
ovarium, uterus, payudara, arteri, vena, kulit dan lain-lain (Uliyah, 2010;
Hartanto, 2010).
Teori menyebutkan kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi
tekanan darah, baik estrogen maupun progestin bisa mempengaruhi tekanan
darah yaitu terjadinya peninggian sedikit tapi bermakna tekanan darah.
Estrogen merupakan salah satu hormon yang dapat meningkatkan retensi
elektrolit di ginjal, sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi natrium dan air
yang menyebabkan hipervolemi kemudian curah jantung menjadi meningkat
dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Progestin dapat merendahkan
kadar HDL-kolesterol serta meninggikan kadar LDL-kolesterol, terjadinya

26

aterosklerosis dipercepat oleh kadar LDL-kolesterol yang tinggi di dalam


darah, aterosklerosis diketahui dapat menyebabkan menyempitnya lumen
pembuluh darah dan resistensi perifer pembuluh darah yang kemudian
mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Silbernagl, 2006; Hartanto, 2010).
Kontrasepsi Hormonal

Estrogen

Progesteron

Peningkatan sekresi renin


oleh ginjal

Merendahkan kadar HDLkolesterol


serta

Angiotensinogen
Meninggikan kadar LDLkolesterol
Angiotensin I
Mempercepat terjadi
aterosklerosis

Angiotensin II

Merangsang kortek
adrenal

Vasokonstriksi
pembuluh darah
Peningkatan periperal
resistance

Aldosteron

Tubulus ginjal

Peningkatan reabsorbsi
air + Na

Hipervolemia

Peningkatan cardiac output

Peningkatan tekanan darah

Perubahan tekanan darah

Bagan 1 . Patogenesis Hubungan Kontrasepsi Hormonal dengan Perubahan Tekanan


Darah

27

II.2. Penelitian Sebelumnya


Peneliti
Nur Afni

Himyatul
Khoiroh

Ririn
Harini

Judul

Tahun

Variabel

Gambaran Efek
2005
Samping
Penggunaan
Kontrasepsi
Hormonal pada IbuIbu Usia 2035
Tahun di
Kecamatan Jelai
Kabupaten
Sukamara
Kalimantan.

Variabel
Independen
Kontrasepsi
hormonal

Perbedaan Pengaruh 2004


Pemakaian
Kontrasepsi
Suntik Cyclofem
dan Depo Progestin
terhadap
Peningkatan
Tekanan Darah di
Puskesmas Beru
Sarirejo Lamongan.

Variabel
Independen
Kontrasepsi
suntik
cyclofem dan
depo progestin

Perbedaan Pengaruh
Pemakaian
Kontrasepsi Suntik
(Cyclofem dan
Depoprogestin)
terhadap
Peningkatan
Tekanan Darah
pada Wanita Usia
Subur di Wilayah
Kerja Puskesmas
Pakisaji Malang.

Variabel
Independen
Kontrasepsi
suntik
cyclofem dan
depo progestin

Variabel
Dependen
Efek samping
penggunaan

Variabel
Dependen
Tekanan darah

Variabel
Dependen
Tekanan darah

Hasil
Hasil
penelitian
menunjukkan proporsi
terbesar terjadinya efek
samping
gangguan
siklus haid adalah pada
suntik
(79,7%),
peningkatan
tekanan
darah pada pil (12,5%),
peningkatan berat badan
pada suntik (16,6%) dan
produksi ASI berkurang
pada jenis pil kombinasi
(25,0%).
Hasil dari distribusi
frekuensi
diperoleh
bahwa yang mengalami
peningkatan
tekanan
darah untuk kontrasepsi
cyclofem 0,80% dan
yang
mengalami
peningkatan
tekanan
darah untuk kontrasepsi
suntik depo progestin
0,41%.
Berdasarkan
hasil
analisis statistik uji t
(independent sample ttest) dengan = 0, 05
didapatkan nilai uji t
hitung = 3,795 dengan
p-value = 0,001 pada
tekanan darah sistolik
dan uji t hitung = 3,444
dengan p value = 0,001
pada tekanan darah
diastolik artinya ada
perbedaan tekanan darah
antara
pemakaian
kontrasepsi suntik jenis
cyclofem
dengan
depoprogestin.

28

II.3. Kerangka Teori


Aktivitas fisik

Emosi

Genetik

Stres
Kontrasepsi
hormonal
( oral, suntik
dan implant )

Mempengaruhi
curah jantung

Umur
Konsumsi
berlebih garam,
lemak jenuh,
rokok

Mempengaruhi
resistensi perifer

Perubahan
tekanan darah
Bagan 2 . Kerangka Teori
Keterangan :

Diteliti
Tidak diteliti

II.4. Kerangka Konsep


Oral
Perubahan
Kontrasepsi hormonal

Suntik
tekanan darah
Implant

Bagan 3 . Kerangka Konsep

29

Keterangan

: Kontrasepsi hormonal terbagi menjadi tiga jenis yaitu oral, suntik


dan implant. Dimana ketiga jenis kontrasepsi hormonal tersebut
diindikasikan memiliki peran terhadap peningkatan tekanan darah.
Selain hal tersebut faktor intrinsik dan ekstrinsik dapat juga
mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

II.5. Hipotesis
H1 : Ada perbedaan yang bermakna rata-rata tekanan darah sebelum dengan
sesudah menggunakan kontrasepsi oral.
H2 : Ada perbedaan yang bermakna rata-rata tekanan darah sebelum dengan
sesudah menggunakan kontrasepsi suntik.
H3 : Ada perbedaan yang bermakna rata-rata tekanan darah sebelum dengan
sesudah menggunakan kontrasepsi implant.
H4 : Ada perbedaan yang bermakna rata-rata perubahan tekanan darah pada
pengguna kontrasepsi oral, suntik dan implant.

Anda mungkin juga menyukai

  • Prolapsus Uteri
    Prolapsus Uteri
    Dokumen31 halaman
    Prolapsus Uteri
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Trisnawanta Asih Pasambo
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Ektopik Terganggu Status
    Kehamilan Ektopik Terganggu Status
    Dokumen6 halaman
    Kehamilan Ektopik Terganggu Status
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Hipertiroid Dalam Kehamilan
    Hipertiroid Dalam Kehamilan
    Dokumen34 halaman
    Hipertiroid Dalam Kehamilan
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Prolapsus Uteri
    Prolapsus Uteri
    Dokumen31 halaman
    Prolapsus Uteri
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    amaliakha
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Ket
    Ket
    Dokumen43 halaman
    Ket
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bahan KET
    Bahan KET
    Dokumen61 halaman
    Bahan KET
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Kista Bartholini
    Lapsus Kista Bartholini
    Dokumen14 halaman
    Lapsus Kista Bartholini
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Referat Mioma Uteri Dan Infertilitas Revisi
    Referat Mioma Uteri Dan Infertilitas Revisi
    Dokumen18 halaman
    Referat Mioma Uteri Dan Infertilitas Revisi
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Referat Mioma Uteri Dan Infertile
    Referat Mioma Uteri Dan Infertile
    Dokumen23 halaman
    Referat Mioma Uteri Dan Infertile
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Presentation Mola
    Presentation Mola
    Dokumen45 halaman
    Presentation Mola
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Terjemahan
    Terjemahan
    Dokumen12 halaman
    Terjemahan
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat
  • Referat Mioma Uteri Dan Infertile 3
    Referat Mioma Uteri Dan Infertile 3
    Dokumen24 halaman
    Referat Mioma Uteri Dan Infertile 3
    Wahid Kastury
    Belum ada peringkat