BAB II
LANDASAN TEORI
dimana
harus
menghindari
hubungan
seksual
tanpa
10
menghambat
FSH
dan
LH
kelenjar
hypophyse.
11
2. Mencegah implantasi
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi
(dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan
siklus. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen
dosis tinggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron, yang
dapat menghambat implantasi (Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010).
3. Mempercepat transport gamet / ovum
Transport gamet / ovum dipercepat oleh estrogen disebabkan efek
hormonal pada sekresi dan peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus
(Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010).
4. Luteolysis
Degenerasi di corpus luteum menyebabkan penurunan cepat dari
produksi estrogen dan progesteron di ovarium (Hartanto, 2010;
Handayani 2010).
Mekanisme kerja progesteron :
1. Menghambat ovulasi
Ovulasi dihambat karena terganggu fungsi proses hipotalamus
hipofisisovarium dan modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan
siklus (Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010).
2. Menghambat implantasi
Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi.
Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus
luteum akan berkurang, sehingga implantasi dihambat (Prawirohardjo,
2005; Handayani, 2010).
3. Memperlambat transport gamet / ovum
Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum
dalam tuba akan terhambat (Prawirohardjo, 2005; Handayani, 2010).
4. Luteolysis
Pemberian jangka lama progesteron menyebabkan fungsi corpus luteum
tidak adekuat pada siklus haid (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).
12
dan
progestin
terus
menerus
sehingga
mengakibatkan
keseimbangan
menyebabkan
hambatan
hormonal
nidasi
dan
dan
hambatan
gangguan
progesteron,
pergerakan
tuba
dengan
cara
menekan
ovulasi,
mencegah
implantasi,
13
kista
ovarium,
acne,
dismenorhoe.
Sedangkan
tekanan
darah
sehingga
resiko
stroke.
Terdapat
14
15
kepala, hipertensi, nyeri tungkai bawah, berat badan bertambah dan rasa
mual). Mini-pil juga memiliki kerugian, terdiri dari kurang efektif dalam
mencegah kehamilan dibandingkan pil oral kombinasi, menambah
insidens perdarahan bercak (spotting), variasi dalam panjang siklus haid
dan yang tidak kalah penting bila lupa minum satu atau dua tablet mini-pil
atau kegagalan dalam absorpsi mini-pil oleh sebab muntah atau diare,
sudah cukup untuk meniadakan proteksi kontraseptifnya. Umumnya
kontraindikasi absolut minipil adalah sama dengan kontraindikasi absolut
pil oral kombinasi (Hartanto, 2010; Handayani, 2010).
16
17
18
19
20
b. Norplant -2
Terdiri dari dua batang silastic yang padat, dengan panjang tiap
batang 44 mm. Masing-masing batang diisi dengan 70 mg
levonorgestrel di dalam matriks batangnya. Efektif untuk
mencegah kehamilan tiga tahun (Handayani, 2010; Hartanto,
2010).
2. Biodegradable Implant
a. Carpronor
Suatu kapsul biodegradable yang mengandung levonorgestrel yang
dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate dengan diameter kapsul
kurang dari 0.24 cm dan panjang kapsul terdiri dari dua ukuran 2.5
cm dan 4 cm. Proteksi kontraseptif berlangsung paling sedikit 18
bulan dan mungkin dapat berlangsung lebih lama (Handayani,
2010; Hartanto, 2010).
b. Norethindrone Pellets
Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90% norethindrone
(NET). Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET yang akan
dilepaskan saat pellets dengan perlahan-lahan melarut. Sediaan
empat pellets memberikan perlindungan terhadap kehamilan untuk
sekurang-kurangnya 12 bulan (Handayani, 2010; Hartanto, 2010).
Kontrasepsi ini memiliki keuntungan, yaitu akseptor tidak harus
minum pil KB ataupun suntik KB berkala, proses pemasangan susuk KB
ini cukup satu kali untuk jangka pemakaian 2-5 tahun, bila berencana
untuk hamil maka cukup dengan melepaskan implant ini kembali.
Sedangkan efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian susuk KB ini
antara lain adalah siklus menstruasi menjadi tidak teratur, perubahan
metabolisme karbohidrat, pembekuan darah, tekanan darah dan berat
badan. Kontraindikasi implant meliputi kehamilan atau disangka hamil,
penderita penyakit hati akut, kanker payudara, penyakit jantung,
21
22
23
akan konstan. Namun yang terjadi, selama sistol ventrikel, volume sekuncup
darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga
darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke
arteriol-arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke dalam arteri,
sementara darah terus meninggalkan mereka, terdorong oleh recoil elastik.
Efek recoil ini kadang-kadang disebut efek Windkessel, Windkessel adalah
kata dalam bahasa Jerman untuk suatu tempat penampungan yang elastik
(Sherwood, 2001; Ganong, 2003).
Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah
disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol, atau tekanan sistolik,
rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu
darah mengalir keluar selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 70 80 mmHg. Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan
sistolik di atas tekanan diastolik, misalnya 120/70 mmHg. Tekanan arteri
tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung berikutnya
dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar (Sherwood, 2001;
Ganong, 2003).
II.1.3.3. Pengukuran Tekanan Darah
Perubahan tekanan arteri selama siklus jantung dapat diukur secara
langsung dengan menghubungkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum
yang dimasukkan ke dalam sebuah arteri. Namun, pengukuran dapat
dilakukan secara lebih nyaman dan cukup akurat, yaitu secara tidak
langsung dengan menggunakan sfigmomanometer, suatu manset yang dapat
dikembungkan, dipakai secara eksternal, dan dihubungkan dengan pengukur
tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan
kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui
jaringan ke arteri brakialis dibawahnya, yaitu pembuluh utama yang
mengangkut darah ke lengan bawah. Teknik ini melibatkan keseimbangan
antara tekanan di manset dengan tekanan di arteri. Pada titik tekanan sistolik
dalam arteri tepat melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya
24
pada tiap denyut jantung dan secara sinkron dengan tiap denyut, bunyi
detakan didengar di bawah manset. Tekanan manset pada waktu bunyi
pertama terdengar adalah tekanan sistolik. Dengan menurunnya tekanan,
suara menjadi lebih keras, kemudian tidak jelas dan menutupi, akhirnya
pada kebanyakan individu menghilang. Ini adalah bunyi Korotkow.
Tekanan diastolik dalam keadaan istirahat orang dewasa berkorelasi paling
baik dengan tekanan pada saat bunyi menghilang (Sherwood, 2001;
Ganong, 2003).
Tabel 1 . Standar Tekanan Darah Normal
No.
Usia
Diastole
Sistole
50
70 90
60
80 100
Masa remaja
60
90 110
Dewasa muda
60 - 70
110 125
80 - 90
130 150
(Pearce 2006)
II.1.3.4. Faktor Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Vita, (2006) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah, yaitu:
1. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan
darah, semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah
semakin meningkat.
2. Emosi
Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat.
3. Stres
Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu
mengalami pengukuran.
25
4. Umur
Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.
Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia,
sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk
kemudian menurun lagi.
Peningkatan tekanan darah adalah salah satu bentuk perubahan
tekanan darah, dimana peningkatan tekanan darah yang melewati standar
tekanan darah normal disebut penyakit tekanan darah tinggi, beberapa
penyebabnya antara lain komponen genetik, stress psikologis, asupan NaCl
yang tinggi, kelainan ginjal, kelainan hormonal, sindrom Conn, sindrom
Cushing, pil kontrasepsi atau kontrasepsi hormonal dan lain-lain
(Silbernagl, 2006).
II.1.4. Hubungan Kontrasepsi Hormonal Dengan Tekanan Darah
Kontrasepsi hormonal adalah salah satu metode untuk mencegah
kehamilan yang menggunakan obat-obatan yang mengandung dua hormon
sintetik, yakni estrogen dan progestine. Keduanya serupa dengan hormonhormon alamiah yang dihasilkan tubuh, estrogen dan progesteron. Efek
estrogenik dan progestational dalam kontrasepsi hormonal mempunyai
pengaruh pada organ-organ dan jaringan-jaringan tubuh tertentu, yaitu
ovarium, uterus, payudara, arteri, vena, kulit dan lain-lain (Uliyah, 2010;
Hartanto, 2010).
Teori menyebutkan kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi
tekanan darah, baik estrogen maupun progestin bisa mempengaruhi tekanan
darah yaitu terjadinya peninggian sedikit tapi bermakna tekanan darah.
Estrogen merupakan salah satu hormon yang dapat meningkatkan retensi
elektrolit di ginjal, sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi natrium dan air
yang menyebabkan hipervolemi kemudian curah jantung menjadi meningkat
dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Progestin dapat merendahkan
kadar HDL-kolesterol serta meninggikan kadar LDL-kolesterol, terjadinya
26
Estrogen
Progesteron
Angiotensinogen
Meninggikan kadar LDLkolesterol
Angiotensin I
Mempercepat terjadi
aterosklerosis
Angiotensin II
Merangsang kortek
adrenal
Vasokonstriksi
pembuluh darah
Peningkatan periperal
resistance
Aldosteron
Tubulus ginjal
Peningkatan reabsorbsi
air + Na
Hipervolemia
27
Himyatul
Khoiroh
Ririn
Harini
Judul
Tahun
Variabel
Gambaran Efek
2005
Samping
Penggunaan
Kontrasepsi
Hormonal pada IbuIbu Usia 2035
Tahun di
Kecamatan Jelai
Kabupaten
Sukamara
Kalimantan.
Variabel
Independen
Kontrasepsi
hormonal
Variabel
Independen
Kontrasepsi
suntik
cyclofem dan
depo progestin
Perbedaan Pengaruh
Pemakaian
Kontrasepsi Suntik
(Cyclofem dan
Depoprogestin)
terhadap
Peningkatan
Tekanan Darah
pada Wanita Usia
Subur di Wilayah
Kerja Puskesmas
Pakisaji Malang.
Variabel
Independen
Kontrasepsi
suntik
cyclofem dan
depo progestin
Variabel
Dependen
Efek samping
penggunaan
Variabel
Dependen
Tekanan darah
Variabel
Dependen
Tekanan darah
Hasil
Hasil
penelitian
menunjukkan proporsi
terbesar terjadinya efek
samping
gangguan
siklus haid adalah pada
suntik
(79,7%),
peningkatan
tekanan
darah pada pil (12,5%),
peningkatan berat badan
pada suntik (16,6%) dan
produksi ASI berkurang
pada jenis pil kombinasi
(25,0%).
Hasil dari distribusi
frekuensi
diperoleh
bahwa yang mengalami
peningkatan
tekanan
darah untuk kontrasepsi
cyclofem 0,80% dan
yang
mengalami
peningkatan
tekanan
darah untuk kontrasepsi
suntik depo progestin
0,41%.
Berdasarkan
hasil
analisis statistik uji t
(independent sample ttest) dengan = 0, 05
didapatkan nilai uji t
hitung = 3,795 dengan
p-value = 0,001 pada
tekanan darah sistolik
dan uji t hitung = 3,444
dengan p value = 0,001
pada tekanan darah
diastolik artinya ada
perbedaan tekanan darah
antara
pemakaian
kontrasepsi suntik jenis
cyclofem
dengan
depoprogestin.
28
Emosi
Genetik
Stres
Kontrasepsi
hormonal
( oral, suntik
dan implant )
Mempengaruhi
curah jantung
Umur
Konsumsi
berlebih garam,
lemak jenuh,
rokok
Mempengaruhi
resistensi perifer
Perubahan
tekanan darah
Bagan 2 . Kerangka Teori
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
Suntik
tekanan darah
Implant
29
Keterangan
II.5. Hipotesis
H1 : Ada perbedaan yang bermakna rata-rata tekanan darah sebelum dengan
sesudah menggunakan kontrasepsi oral.
H2 : Ada perbedaan yang bermakna rata-rata tekanan darah sebelum dengan
sesudah menggunakan kontrasepsi suntik.
H3 : Ada perbedaan yang bermakna rata-rata tekanan darah sebelum dengan
sesudah menggunakan kontrasepsi implant.
H4 : Ada perbedaan yang bermakna rata-rata perubahan tekanan darah pada
pengguna kontrasepsi oral, suntik dan implant.