VIRAMA KARYA
KONSULTAN TEKNIK & MANAJEMEN
BAB III
SURVEY DAN INVESTIGASI
3.1. Pengukuran Topografi
3.1.1. Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi
Maksud dan tujuan pekerjaan pengukuran adalah melaksanakan pengukuran situasi
topografi pada sungai dan rencana lokasi bangunan-bangunan pengendali banjir, serta
rencana jaringan drainase kota.
Kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi :
a. Pengukuran sungai meliputi situasi trase sungai (1:2000), penampang memanjang dan
melintang (skala 1 : 200).
b. Pengukuran situasi rencana retarding basin atau waduk tunggu (skala 1:1000)
c. Pengukuran situasi rencana bangunan disungai maupun bangunan pelengkap pada
rencana retarding basin atau waduk tunggu (skala 1:500)
d. Pengukuran situasi trase, potongan memanjang dan melintang pada rencana jalan
masuk ke lokasi waduk tunggu (skala 1:1000)
e. Pengukuran situasi trase, potongan memanjang dan melintang rencana saluran drainase
kota (Skala : H = 1:2000; V = 1:100)
f. Pengukuran situasi bangunan pada jaringan drainase (skala 1:500)
g. Pemasangan BM dan Pembuatan Deskripsi BM
h. Perhitungan data ukur, Penggambaran dan Asistensi.
3.1.2. Lokasi Pengukuran
Lokasi pengukuran sungai dan rencana waduk tunggu seperti ditunjukkan pada gambar
B.3.1. Sedangkan lokasi pengukuran saluran dan bangunan drainase seperti di tampilkan
pada layout jaringan drainase Gambar B.3.2.
3.1.3. Titik Referensi Pengukuran
Pada study-study sebelumnya pengukuran topografi pada Sungai Tallo dan Area Drainase
masih menggunakana referensi lokal. Pada pekerjaan ini antara Sungai Tallo dan Area
Drainase akan dibuat satu system pengukuran, dalam hal ini akan diikatkan dengan BM
referensi dari Proyek Irigasi Bili-Bili yang berdasarkan pada referensi nasional (TTG).
Untuk ini akan dilakukan koreksi koordinat dan elevasi dari BM yang ada pada Sungai
Tallo dan Area Drainase dengan BM referensi dari Proyek Irigasi Bili-Bili. Nilai titik BM
referensi tersebut adalah sebagai berikut berikut :
3 - 1.
Tabel A.3.1. Daftar BM Referensi untuk Pengukuran S. Tallo dan Area Drainase
No.
1.
2.
3.1.4.
Lokasi/Nama
BM
BL.IRR.25
BL.IRR.33
Koordinat
X (m)
Y (m)
497,593.3303
9,429,624.2481
502,571.8008
9,429,242.8197
Elevasi
13.719
3.057
Keterangan
Referensi
Referensi
Produk yang dihasilkan dari kegiatan pengukuran topografi antara lain adalah sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Peta Ikhtisar Situasi Sungai dan Peta Petunjuk (Index Map), skala 1:10.000)
Peta Situasi Trase Sungai (skala 1:2000)
Potongan Memanjang Sungai (skala H = 1:2000 ; V = 1:200)
Potongan Melintang Sungai (skala H&V = 1:200)
Peta situasi areal rencana waduk tunggu (skala 1 : 1000)
Peta situasi bangunan dan fasilitas waduk tunggu / retarding basin (skala 1:500)
Potongan memanjang dan melintang lokasi rencana bangunan (lokasi spillway,
bangunan pompa, bangunan pintu pengatur, dll), skala 1:200
Peta Ikhtisar Situasi Daerah Drainase Kota dan Peta Indeks (skala 1:25.000)
Peta Situasi Daerah Drainase Kota (skala 1:5000)
Gambar Situasi Trase (skala 1:2000) dan Potongan Memanjang Saluran
Drainase (skala H = 1:2000; V = 1:100)
Gambar Potongan Melintang saluran drainase kota (skala V&H = 1:100)
Situasi Bangunan Drainase (skala 1:500)
Laporan Pengukuran, Deskripsi BM, dan Data Pengukuran
Penyelidikan pengeboran inti menggunakan bor mesin tipe hidrolis dengan pemutar
spindel, peralatan tersebut terdiri dari :
a) Mesin bor putar hidrolis TONE 5D
b) Stang bor (panjang 1,5 m sampai 3 m, diameter luar 60,4 mm dan diameter dalam 50,8
mm)
c) Kasing (pipa pelindung dengan panjang 1m sampai dengan 2 m, diameter luar 88,9
mm dan diameter dalam 77,8 mm).
d) Mesin penggerak changda, dan Koyo masing-masing 10 pk.
e) Core barrel (single, double), mata bor (tungsten atau intan) tipe NX berukuran
diameter luar 74,70 mm dan diameter dalam 54,70 mm.
f) Pompa (pompa piston bertekanan kapasitas lebih dari 100 lt/min dan tekanan
maksimum lebih dari 15 kg/cm2).
Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan bawah permukaan pada
lokasi rencana as bendung, yang memenuhi standar ASTM D.2113 70, ASSHO T.225
68, BS 4019.
Single core barrel digunakan untuk pengeboran soil atau batuan lepas dengan metode
pengeboran kering guna menjaga keutuhan contoh, untuk double core barrel atau triple
core barrel (dalam kondisi kusus) digunakan dalam pengeboran batuan dengan mata bor
tungsten atau intan dan dengan metode air sikulasi dengan air bersih.
3 - 3.
(3).
No.
Titik Bor
1
2
3
4
5
BI 01
BI 02
BI - 03
BI 04
BI 05
Posisi
X : 501926.35 Y : 9429032.77
X : 501923.35 Y : 9428971.89
X : 502204.05 Y : 9428723.39
X : 502267.56 Y : 9428643.25
X : 502205.49 Y : 9428543.01
Tatal Kedalaman
Elevasi
1.281
2.089
2.428
3.153
2.150
Kedalaman
(m)
20
20
20
20
20
100
Penyelidikan dengan sondir (DCPT) dilakukan pada lima (5) titik pada lokasi sekitar
rencana pondasi bangunan pengendalian banjir.
Satu set (Sondir) DCPT (kapasitas 2.5 ton)
Satu set stang dengan panjang 1 m sebanyak 20 batang (20 m)
Manometer dua (2) buah, masing-masing tekanan maksimum 60 kg/cm2 dan 250
kg/cm2.
Angker (4 buah) dan pemutar dengan panjang 1 meter
Konus
3 - 4.
Kunci-kunci
Alat tulis
Mesin sondir dengan kapasitas 2.5 ton yang diangkerkan ke tanah dengan panjang angker
1 meter untuk menjaga agar sondir tidak terangkat keatas. Pengukuran dilakukan dengan
jalan mendesakkan ujung konus dengan kecepatan konstan, pembacaan gaya dilakukan
dalam interval 20 cm. Gaya yang diperlukan untuk ini kita ukur, gaya yang diperlukan
dibagi dengan luas konus merupakan hambatan konus. Kemudian pipa selubung didesak
kebawah untuk mengukur hambatan lekat. Hambatan konus kita ukur secara grafis dan
memberikan informasi untuk penentuan lapisan lapisan tanah.
No.
1
2
3
4
5
(5).
Tabel : A.3.3
Titik Sondir
S-01
S-02
S-03
S-04
S-05
Pemboran dilakukan sampai suatu lapisan keras guna pengambilan contoh tanah tidak
terganggu (Undisturbed Sample). Metode yang digunakan adalah AASHTO T 203-64 dan
ASTM D T 452-65.
Peralatan yang digunakan dalam pemboran tanah ini adalah :
Mata bor tipe Iwan Auger dan diameter 10 cm
Thin Wall Shell by tube (tabung baja tipis) dengan diameter 7 cm, tebal tabung 1 mm
dan panjang tabung 40 cm.
Stang bor @ 1m total 10 batang.
Pemboran ini dilaksanakan dengan memutar batang bor dan memberi beban gaya vertikal
untuk mendorong mata bor terjadi penetrasi, pemboran dilaksanakan hingga kedalaman
pemboran maksimum 10 m dari muka tanah setempat atau sampai kedalaman dimana alat
tidak dapat lagi menembus tanah. Selama pemboran dicatat tinggi muka airtanah untuk
melengkapi data formasi lapisan tanah. Pencatatan dilakukan pada saat mulai airtanah
dijumpai dan terus diukur selama pemboran, dari hasil bor tangan ini diperoleh bor log
yang memperlihatkan kedudukan lapisan tanah, kedalaman dan posisi airtanah.
No.
1
2
3
4
5
(6).
Test pit dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi dari material tanah yang tak
terkonsolidasi. Ukuran lubang uji (test pits) adalah 1,25 x 1,25 m dengan kedalaman
penggalian tanah maksimum 3 m atau sampai pada lapisan tanah yang keras sehingga
tidak dapat digali lagi dengan tenaga manusia. Pada tiap lubang uji diambil contoh tanah
terganggu dan tak terganggu (disturbed & undisturbed sampel) pada setiap perubahan
lapisan seberat 20 kg, hasilnya dituangkan dalam deskripsi tanah dalam lubang uji
tersebut.
No.
1
2
3
4
5
(7). Sampling
Contoh tanah asli/Undisturbed (UDS) diambil setiap ada perubahan, baik perubahan
lapisan, tekstur maupun warna, apabila diperlukan pengambilan contoh ini memakai
tabung contoh. Contoh tanah terganggu/Disturbed (DS) diambil dari lubang bor.
Pengambilan contoh ini dilakukan setelah dilakukan konsultasi dengan Direksi.
Tabel A.3.6 Distribusi sampling Undisturbed Sample (UDS)
Number
Bore Hole
Location
Sample
1
2
3
4
5
BI 01
BI 02
BI - 03
BI 04
BI 05
X : 501926.35 Y : 9429032.77
X : 501923.35 Y : 9428971.89
X : 502204.05 Y : 9428723.39
X : 502267.56 Y : 9428643.25
X : 502205.49 Y : 9428543.01
1
1
1
1
1
Depth
(m)
1.0 1.4
0.5 1.0
1.0 1.4
0.5 1.0
1.0 1.5
:
:
:
:
:
:
15 sampel
15 sampel
15 sampel
15 sampel
15 sampel
15 sampel
3 - 6.
:
:
:
15 sampel
15 sampel
15 sampel
Bangunan utama waduk tunggu (spillway, pintu pengatur, dan stasiun pompa)
direncanakan bertumpu pada batuan sandstone. Pekerjaan penggalian pondasi pada lokasi
rencana bangunan waduk tunggu dapat menggunakan tenaga manual (manusia) dan
mekanis pada batuan pelapukan.
(2).
Kedalaman Pondasi
Kedalaman lapisan batuan sandstone sebagai batuan dasar yang telah mengalami
pelapukan lanjut antara 4,0 8,0 m, sehingga untuk mencapai posisi kedudukan pondasi
yang aman terhadap rembesan minimal pada kedalaman 8 meter di bawah lapisan
diluvium hingga menembus batuan dasar.
(3).
Batuan dasar di lokasi adalah sandstone yang bisa mengalami pelapukan dan gerusan oleh
aliran air, sehingga dihindarkan adanya aliran air cepat yang bersentuhan langsung
dengannya. Berkenaan dengan hal tersebut maka pada kelokan-kelokan sungai sebaiknya
dibuat bangunan peredam energi air sebelum air mengalir membentur tebing sungai dan
tanggul pada alur sungai secara normal.
(4).
(5).
Depth
(m)
07
7 - 20
0 5.5
5.5 - 20
0-6
6 - 20
0-4
4 - 20
0-3
3 - 20
Lithology
Tanah (pasir, lanau dan lempung)
Batu (batupasir dan batugamping)
Tanah (lanau, lempung, lanau)
Batu (batupasir dan batugamping)
Tanah (pasir, lanau dan lempung)
Batu (batupasir dan batugamping)
Tanah (pasir, lanau dan lempung)
Batu (batupasir halus-kasar)
Tanah (pasir, lanau dan lempung)
Batu (batupasir halus-kasar)
RQD
(%)
0
0 - 100
0
0 - 100
0
25 - 100
0
25 - 100
0
45 - 100
GWL
(m)
2.5
1.5
2.75
3
3
3 - 7.
Standart penetration test dilakukan setiap interval 3 meter dari kemajuan pengeboran.
Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel A.3.8.
Bore
Hole
Depth
(m)
2.0
4.5
2.0
4.5
7.0
2.0
4.5
2.0
2.0
BI ~ 1
BI ~ 2
BI ~ 3
BI ~ 4
BI ~ 5
(6).
(Nt)
27
35
25
37
48
30
42
29
29
21.0
25.0
22.5
26.0
31.5
22.5
28.5
22.0
22.0
Lithology
Silty sand
Sand
Silty sand
Sand & silt
Fine sand
Silty sand
Silty sand
Silty sand
Clay & silt
Kepadatan/
Kepekatan
Relative
Sedang
Padat
Sedang
Padat
Padat
Padat
Padat
Padat
Padat
Bearing
Capacity
(kg/cm2)
2.10
2.50
2.25
2.60
3.15
2.25
2.85
2.20
2.20
Dari hasil penyelidikan sondir yang tersebar beberapa lokasi dan terletak pada rencana
bangunan yang memerlukan kedudukan pondasi yang kokoh diperoleh hasil sebagai
berikut seperti pada tabel dibawah.
No.
1
2
3
4
5
(7).
Pengeboran tangan dilakukan sebanyak lima (5) titik menunjukkan bahwa material tanah
terdiri dari pasir, lanau dan lempung dan merupakan material utama yang membentuk
lapisan tanah sedalam antara 1,6 meter sampai 2,4 meter.
(8).
Sumuran uji yang dikerjakan hingga sampai pada lapisan tanah keras dengan kedalaman
bervariasi antara 0.8 meter sampai 1.85 meter, terbentuk dari material berukuran lanau
hingga lempung.
3 - 8.
3 - 9.