BABII
KONDISI DAERAH STUDI
Daerah Aliran Sungai Radda terletak di Kabupaten Luwu Utara, yang meliputi dua
Kecamatan, yaitu Kecamatan Masamba dan Baebunta. Wilayah desa yang masuk DAS
Radda adalah :
Kecamatan Masamba meliputi: Kelurahan Kappuna, Desa Laba, dan Desa Lapapa.
Kecamatan Baebunta meliputi: Desa UPT Busso, Desa Sassa, Desa Baebunta,
Desa Meli, Desa Radda, Desa Kariango, dan Desa Salulemo.
Sungai-sungai Utama pada DAS Radda adalah Salu Radda, Salu Baebunta, Salu
Baloli, dan Salu Lemo, dimana Salu Radda dan Salu Baebunta bertemu dan dihilirnya
bernama Salu Lemo, yang kemudian bermuara di Salu Masamba. Salu Masamba
mengalir ke arah hilir yang selanjutnya disebut Salu Malangke mengalir ke arah
Selatan dan bermuara di Teluk Bone. Skema sungai Radda seperti disajikan pada
Gambar 2.2.
0.2174 dan semakin ke hilir semakin landai, pada ruas Salu Lemo 0.0008, profil
memanjang sungai Radda disajikan pada Gambar 2.3.
DAS Masamba
S.Baebunta
Salu Lemo
Kondisi iklim di daerah studi tipe Monsoon, dimana musim hujan pada bulan
Desember sampai Juni, sedangkan musim kemarau dari bulan Juli sampai Nopember.
Curah hujan tahunan rata-rata pada daerah studi sebesar 3025 mm. Curah hujan
bulanan terendah rata-rata sebesar 187 mm/bulan pada waktu musim kemarau.
Puncak hujan bulanan terjadi pada bulan April sebesar 334 mm/bulan. Pos hujan yang
terdekat adalah : Kaluku, Lindu/Balease, Cendana Putih, dan Pos Hujan Bandara Andi
Djemma.
2.2.6. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Malili, Sulawesi (Simandjuntak, dkk, 1991). Batuan
penyusun pada wilayah dataran dan bantaran sungai berupa endapan alluvium (Qal)
yang terdiri dari lumpur, lempung, pasir, kerikil dan kerakal. Pada bagian Utara yang
tersusun oleh Formasi Granit Kambuno (Tpkg) yang terdiri dari batuan beku Granit dan
Granodiorit. Dan endapan lava basalt dan andesit, breksi gunungapi dan tuf dari
formasi Batuan Gunungapi Lamasi (Tplv). Pada formasi Granit Kambuno banyak
ditemukan indikasi patahan/sesar geser lama (Lihat Gambar 2.4 Peta Geologi
Regional DAS Radda).
Kondisi tata guna lahan pada DAS Radda meliputi: hutan (49.12%), semak/belukar
(18.86%), kebun campuran (11.78%), pertanian lahan kering/ ladang (8.69%), sawah
(9.48%), pemukiman (2.03%), rawa (0.01%), dan alang-alang (0.04%). Hulu sungai
Radda berupa kawasan hutan lebat dengan luasan mencapai 64.3 km2, dan sebagian
berupa semak belukar dengan luas 24.7 km2. Daerah DAS bagian tengah berupa
kebun, ladang, hutan, dan pemukiman. Sedangkan bagian hilir didominasi oleh
sawah, ladang, semak, dan pemukiman (lihat gambar 2.5.)
Jenis tanah pada DAS Radda didominasi oleh jenis Humic Ferrasols dengan tekstur
dominan Sandy Clay Loam (lempung geluh berpasir) pada bagian hulu, dan jenis
tanah Calcaric Fluvisols dengan tekstur dominan berupa Loam (geluh) pada bagian
hilir.
Potensi terjadinya erosi lahan dan longsoran pada DAS Radda bagian hulu cukup
besar, sebagaimana yang terjadi pada saat banjir bandang bulan Juli 2020. Faktor
yang menjadi pemicu dan penyebab terjadinya bencana banjir bandang sebagaimana
disampaikan pada Laporan dari Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi - Badan
Geologi adalah sebagai berikut : curah hujan dengan intensitas tinggi dan lama
sebelum terjadi gerakan tanah dan batuan menjadi pemicu utama terjadinya bencana;
sifat tanah pelapukan pada bagian hulu berupa endapan vulkanik yang mudah luruh
jika terkena air; longsoran pada bagian hulu yang kemudian terbawa oleh arus air
permukaan melalui alur-alur sungai; pengerosian secara lateral sepanjang alur yang
dilalui menambah volume material bahan rombakan yang dibawa sehingga menambah
daya rusak.
Daerah hulu DAS Radda merupakan zona pemasok sedimen. Sungai Radda dari hulu
sampai di lokasi sekitar km 16 dari hilir adalah merupakan zona transportasi sedimen,
dengan kemiringan dasar sungai yang besar. Sedangkan daerah hilirnya sampai di
muara merupakan zona pengendapan sedimen, dengan kemiringan dasar sungai yang
landai. Sungai Radda bagian hulu berbentuk palung yang dalam dengan bentuk trase
sungai relatif lurus atau tidak bermeander. Pada daerah hilir Sungai Radda dan Salu
Lemo, kondisi sungainya bermeander akibat proses erosi dan pengendapan. Pada
daerah hilir sungai, terdapat daerah yang sering tergenang akibat luapan air sungai
pada saat banjir yang membentu daerah rawa.
Potensi sumber air dari Sungai Radda telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk memenuhi berbagai kebutuhan, antara lain seperti: Sumber air baku untuk
PDAM wilayah kecamatan Baebunta di Sungai Baebunta, Sumber air untuk daerah
irigasi yang ada di kecamatan Baebunta dan Masamba, dimana terdapat 3 (tiga)
bendung irigasi yang berada di sungai Radda, Daerah penambangan pasir, kerikil, dan
batu kali, untuk bahan bangunan.
Sungai dan anak sungai alam yang masuk ke Sungai Radda berfungsi sebagai sistem
pembuang air limpasan permukaan pada DAS Radda. Anak-anak sungai tersebut
meliputi: Salu Radda 1, Salu Kelapa Gading, Salu Penampung. Sedangkan saluran
pembuang/ anak sungai pada daerah Kota Masamba pada umumnya mengalir dari
Utara ke arah Tenggara dan bermuara di Sungai Masamba. Anak-anak sungai
tersebut meliputi: Salu Bone, Salu Kappuna / Salu Matoto, Salu Welona.
Daerah rawan banjir dari Sungai Radda sebagian besar merupakan daerah yang terjadi
luapan banjir pada kejadian banjir bandang pada bulan Juli 2020, antara lain meliputi:
Desa Meli, Radda, Kariango, dan Salulemo, kecamatan Baebunta; Desa Laba, dan
Lapapa, Kecamatan Masamba. Peta daerah rawan banjir dari Sungai Radda disajikan
pada Gambar 2.6.
Lokasi ruas sungai yang rawan terjadi longsoran tebing terutama pada ruas sungai
bagian hulu, dimana kondisi tebing masih belum stabil, dan dasar sungainya tergerus
aliran air, karena kecepatan aliran yang tinggi. Lokasi ini berada di Desa Meli dan
sebagian Desa Radda di bagian hulu. Terjadinya longsoran tebing akibat banjir
bandang di Desa Meli dan Desa Radda telah memutus jalan desa yang ada.
Pekerjaan tanggap darurat setelah kejadian banjir pada Juli 2020 pada Sungai Radda
adalah : tanggul dari geotextile dengan isian pasir pada bagian hulu dan hilir jembatan
jalan trans Sulawesi, dengan panjang 900 m sisi kiri dan kanan sungai. Sedangkan
pada sepanjang ruas sungai hilirnya telah dilakukan penggalian alur sungai yang
tertutup sedimen, dan hasil galian disimpan disisi kiri dan kanan sungai. Namun
pekerjaan ini sifatnya belum permanen, hanya untuk mengarahkan aliran pada alur
sungai.
Bangunan yang ada di Sungai Radda adalah : jembatan jalan 2 buah, jembatan
gantung 5 buah (3 buah putus), bendung irigasi 2 buah, pengambilan bebas (free
intake) 1 buah.
Ket:
Daerah Rawan Banjr :
Jalan yang ada berupa jalan poros trans Sulawesi, dan jalan-jalan Kabupaten yang
menghubungkan wilayah desa dan kecamatan yang ada. Kondisi jalan kabupaten
yang mengarah ke Desa Meli dari jalan poros berupa jalan aspal dan jalan beton.
Beberapa ruas mengalami putus akibat terkena gerusan sungai Radda pada saat
kejadian banjir bandang. Jalan-jalan sementara berupa jalan tanah di pinggir sungai
menjadi akses sementara warga untuk masuk dan keluar dari Desa Meli. Panjang
jalan yang terputus sepanjang ± 500 m, dengan kondisi jalan semula berupa jalan
perkerasan aspal. Selain itu terdapat 5 buah jembatan gantung di sepanjang Sungai
Radda, dan 3 buah diantaranya mengalami putus akibat kejadian banjir bandang.
Kejadian banjir pada sungai Radda dan sungai Masamba sering terjadi. Umumnya
banjir yang terjadi hampir bersamaan pada 3 sungai, yaitu : Sungai Rongkong, Sungai
Radda, dan Sungai Masamba, karena daerah aliran ketiga sungai ini yang
bersebelahan. Daerah yang terkena dampak banjir dari Sungai Radda dan Sungai
Masamba meliputi wilayah Kecamatan Baebunta, Masamba, dan Malangke.
Jumlah penduduk di wilayah studi 29588 jiwa, dengan kepadatan penduduk 183
jiw/km2. Fasilitas kesehatan yang ada berupa 6 unit puskesmas/puskesmas
pembantu, dan 5 unit puskesdes. Tempat ibadah meliputi: masjid 45 buah, musholla
13 buah, dan gereja 11 buah.
Daerah irigasi yang berada pada DAS Radda adalah daerah irigasi kewenangan
kabupaten sebanyak 10 daerah irigasi dengan luas total 1383 ha.
Ringkasan RTRW Kabupaten Luwu Utara yang terkait dengan wilayah kecamatan
yang ada di DAS Radda, yaitu Kecamatan Masamba dan Kecamatan Baebunta adalah
sebagai berikut :
1). Kawasan lindung terdiri atas : Kawasan hutan lindung Kec. Baebunta seluas
22.141,68 ha, dan Kec. Masamba seluas 31.976,88 ha; kawasan perlindungan
setempat berupa sempadan sungai; kawasan rawan bencana alam: bencana banjir;
tanah longsor; dan gelombang pasang; kawasan rawan lindung geologi; Kec.
Baebunta dan Kec. Masamba termasuk dalam kawasan rawan gempa bumi dan
kawasan rawan gerakan tanah.
2). Kawasan budidaya pada wilayah kecamatan Baebunta dan Masamba meliputi :
kawasan hutan produksi terbatas, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan
peruntukan tanaman hortikultura, kawasan peruntukan perkebunan, dan kawasan
peruntukan peternakan.
Dalam Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air (RPSDA) Wilayah Sungai Pompengan
Larona, dalam aspek pengendalian daya rusak air, untuk wilayah DAS Baliase
(termasuk sub DAS Radda di dalamnya), disampaikan hal-hal sebagai berikut :
a. Potensi dan permasalahan yang ada pada bagian hilir sungai-sungai di Wilayah
Sungai Pompengan Larona yang bermuara di Teluk Bone merupakan daerah
dengan slope datar yang sangat luas dengan lahan persawahan, yang sering
dilanda banjir akibat penurunan kualitas vegetasi di hulunya. (Lokasi yang dimaksud
termasuk daerah hilir Sungai Masamba dan Sungai Radda).
b. Rencana penanganan dan penanggulangan genangan banjir dilakukan dengan :
perbaikan tanggul, normalisasi sungai, perbaikan atau pembangunan bangunan
pengendali banjir, pembangunan bendungan Baliase (untuk DAS Baliase).
c. Rencana pengendalian banjir jangka panjang adalah pembangunan bendungan
Baliase (pada DAS Baliase).