ABSTRAK
Pemetaan tambak garam masih belum banyak dilakukan sehingga masih sedikit
informasi yang didapatkan, maka penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi
mengenai tambak garam dalam bentuk peta. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan lahan
tambak garam di Kabupaten Sidoarjo dan mengetahui cakupan luas lahan produksi tambak
garam di Kabupaten Sidoarjo serta mencari hubungan faktor cuaca terhadap produksi
garam. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini ada beberapa tahapan, yaitu pengukuran
luas lahan tambak garam menggunakan citra Google Earth Pro sekaligus mencari
penggunaan lahannya, mengolah data produksi garam, dan menganalisa hubungan faktor
cuaca terhadap produksi garam dengan regresi linear berganda. Dari hasil penelitian,
didapatkan luasan lahan tambak garam pada Desa Banjarkemuning adalah sebesar 54,22
Ha, Desa Tambak Cemandi adalah sebesar 65,55 Ha dan untuk Desa Kalanganyar sebesar
8,82 Ha. Untuk hasil regresi diperoleh nilai R square sebesar 0,578 yang berarti memiliki
pengaruh antar variabel x dan y, dengan suhu udara dan kecepatan angin sebagai variabel x
Kata kunci : pemetaan, tambak garam, citra satelit, faktor cuaca
ABSTRACT
Recently, salt ponds Mapping is a study which is still rarely done, so there is still
little information could be obtained. For that reason, this study is aimed to provide
information of salt ponds in the form of a map. This study aims to map salt ponds in Sidoarjo,
to determine land coverage pond production, and to find the correlation between weather on
salt production. Methods used in this study involves several stages, first is the salt ponds area
measurement using the image of Google Earth Pro as well as seeking the use of the land,
data processing of the salt production, and the last is analyzing the relationship between the
weather on the production of salt by multiple linear regression. From the research, it was
found that salt ponds in the Banjarkemuning village about 54.22 Ha, Cemandi Village about
65.55 ha and Kalanganyar village about 8.82 ha. The regression results obtained the value of
R square is 0.578 which means it has influence among variables x and y, with the air
temperature and wind speed as a variable x.
Keywords: Mapping, Salt Ponds, Satellite Image, Weather Factor
1
hal memasak. Proses terbentuknya garam 1.2 Rumusan Masalah
sendiri sangatlah sederhana dengan 1. Bagaimana perbedaan luasan lahan
memanfaatkan penguapan yang berasal tambak garam yang terdapat di
dari sinar matahari sehingga menyisakan Kecamatan Sedati?
mineral - mineral yang mengendap. Untuk 2. Bagaimanakah hubungan faktor
lahan tambak garam sendiri dibuat dalam cuaca terhadap produksi garam yang
bentuk petakan kecil yang terdapat di terdapat di Kecamatan Sedati ?
dalam satu petakan yang besar (Purbani 1.3 Tujuan Penelitian
2011). 1. Memetakan lahan tambak garam di
Lahan tambak garam yang terdapat di Kecamatan Sedati serta mengetahui
Kecamatan Sedati sangat luas sekali cakupan luas lahan produksi tambak
sehingga perlu adanya perhatian lebih garam di Kecamatan Sedati
untuk mengolah tambak garam tersebut 2. Mencari hubungan faktor cuaca
salah satunya dengan memetakan tambak terhadap produksi garam
garam di Kecamatan Sedati. Pemetaan 1.4 Tujuan Penelitian
merupakan suatu proses yang berguna dan Penelitian ini dilakukan pada saat
sangat penting dalam pengolahan citra musim kemarau yang menggunakan citra
satelit yang kemudian dapat di olah lebih resolusi tinggi tahun 2014 yang terdapat di
lanjut dengan beberapa metode yang hasil Google Earth Pro. Untuk lokasi
akhirnya atau outputnya dalam bentuk ditempatkan pada Kecamatan Sedati
peta. Peta disini berfungsi sebagai pemberi tepatnya di 3 desa yaitu desa
informasi yang lengkap mengenai kondisi Banjarkemuning, Tambak Cemandi, dan
pemukiman, tanah, lahan kosong, tambak, Kalanganyar dan mencari hubungan faktor
dan lain lain serta informasi informasi cuaca terhadap produksi garam di
lain. Kecamatan Sedati
Menurut Marewo (2009) mengatakan
bahwa peta juga dapat dimanfaatkan 1.5 Manfaat Penelitian
sebagai landasan pengaturan manajemen Hasil penelitian ini diharapkan dapat
pengelolaan sumberdaya pesisir, memberikan informasi sebagai
menyediakan data dan informasi yang pertimbangan dan bahan rujukan ilmiah
berkaitan mengenai penggunaan lahan di untuk mengetahui kondisi lahan tambak
wilayah pesisir dan laut, serta membantu garam yang terdapat di Kabupaten
dalam hal system data base yang berguna Sidoarjo serta dapat dijadikan database
untuk pengelolaan kawasan pesisir dan Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten
laut bagi keperluan pemerintah. Sidoarjo yang nantinya akan
Pemetaan juga dapat digunakan untuk disebarluaskan ke masyarakat sekitar
memetakan lahan tambak garam yang juga II. TINJAUAN PUSTAKA
dapat diisi oleh banyak informasi dari
pemilik, produksi, serta luasan dari tiap 2.1 Garam
petak tambak garam. Kemudian nantinya Garam merupakan salah satu
dapat menjadi suatu informasi yang kebutuhan pokok yang digunakan dalam
lengkap untuk keperluan database kehidupan sehari hari. Garam
pemerintah maupun instansi terkait. Tidak mengandung banyak senyawa yang
hanya itu, nantinya dapat diketahui luas terdapat di dalamnya, dikarenakan garam
lahan tambak garam untuk tiap desa yang didapatkan dari hasil proses
bahkan tiap pemilik dan mencari hubungan evaporasi atau penguapan air laut
faktor cuaca terhadap produksi garam yang mengandung banyak senyawa. Sehingga
menggunakan persamaan regresi linear senyawa yang terkandung di dalam garam
berganda. hampir mirip seperti seyawa yang
terkandung dalam air laut. Natrium klorida
2
(NaCl) yaitu senyawa terbesar yang tahun terakhir mengalami penurunan
terkandung di dalam garam. Tidak hanya (Aprilia dan Ali 2011).
Natrium klorida (NaCl), tapi juga terdapat 2.5 Faktor Cuaca untuk Produksi
beberapa senyawa lain yang terkandung Garam
didalamnya yaitu adalah Magnesium Produksi garam dapat berhasil secara
klorida (MgCl2), Magnesium sulfat optimal dengan memanfaatkan informasi
(MgSO4), Kalsium sulfat (CaSO4), cuaca. Berdasarkan Badan Meteorologi
Kalium sulfat (K2SO4), Magnesium dan Geofisika (2005) kebutuhan yang
bromide (MgBr2), Kalsium karbonat masuk dalam katagori cuaca adalah :
(CaCO3) dan masih banyak senyawa yang a) Curah hujan yang rendah yang
belum teridentifikasi (Manalu 2007). memiliki kisaran nilai curah hujan
2.2 Lahan Garam untuk daerah garam 1000-1300
Lahan garam adalah suatu lahan yang mm/tahun
dimanfaatkan sebagai lahan untuk b) Sifat kemarau panjang yang kering
memproduksi garam yang lebih dikenal dengan lama musim kemarau
dengan tambak garam. Lahan garam minimal 4-5 bulan (120 150 hari)
merupakan suatu lahan yang difungsikan c) Memiliki suhu atau penyinaran
untuk memproduksi garam dengan matahari yang cukup, jika semakin
memakai bahan baku dari air laut yang panas suhu dari matahari maka
dievaporasi atau diuapkan dengan semakin cepat penguapannya
memanfaatkan sinar matahari (solar d) Kelembaban udara yang rendah,
evaporation) (PT. Garam Persero 2011). makin kering udara di daerah lokasi
2.3 Proses Pembuatan Garam garam maka makin cepat
Proses pengerjaan atau pembuatan penguapannya
garam dilaksanakan pada saat musim Bukan hanya itu berdasarkan Efendy et
kemarau, yang dimana lahan peminihan al (2014) bahwa ada juga factor factor
(penguapan garam) di masukkan aliran air yang sangat penting untuk diperhatikan
laut dengan bantuan teknologi seperti yaitu suhu udara,suhu air, pH air,
pompa yang terdapat di sekitar tambak kelembaban, salinitas, dan kecerahan yang
garam. Pada lahan ini , air laut yang masuk nantinya dapat mempengaruhi kecepatan
diuapkan dengan bantuan panas matahari serta kualitas dan kuantitas dari produksi
sehingga nantinya menjadi air tua, yang garam.
kemudian dialirkan ke meja kristalisasi 2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)
garam. Kristal garam yang telah dipanen Sistem Informasi Geografis adalah
akan diangkut ke dalam gudang suatu kegiatan atau langkah yang
penyimpanan. Garam yang dihasilkan digunakan demi memperoleh bentuk atau
berupa kristal kristal putih yang gambaran permukaan muka bumi dengan
mengandung senyawa NaCl serta senyawa segala informasi berkenaan mengenai
garam lain (Rositawati et al 2013). ruang muka bumi yang digunakan untuk
2.4 Produksi Garam menyelesaikan masalah yang ada pada
Indonesia memiliki potensi yang cukup muka bumi. Urutan langkah atau kegiatan
besar sebagai penghasil garam, terdiri dari mengumpulkan data, menata
dikarenakan Indonesia memiliki luasan tata letak, mengolah data, menganalisis
garis pantai yang sangat luas. Sedangkan serta menyajikan data serta fakta yang ada
kebutuhan garam di kancah nasional tiap di muka bumi ( Sugandi et al 2009).
tahunnya semakin meningkat yang 2.7 Sistem GPS
ditandai dengan semakin meningkatnya Global Positioning System merupakan
juga pertumbuhan penduduk serta kepanjangangan dari GPS, adalah suatu
perkembangan industri. Tapi pada sistem radio navigasi dalam hal
akhirnya produksi garam pada beberapa menentukan posisi atau letak lokasi yang
3
berbasiskan satelit dan dapat digunakan 3.2 Alat dan Bahan
oleh banyak orang sekaligus dalam segala
Tabel 3.1. Alat yang digunakan dalam
cuaca, serta didesain untuk memberikan
penelitian
posisi dan memberikan kecepatan tiga
No. Nama Alat Keterangan
dimensi yang tingkat ketelitiannya sangat 1 Seperangkat Menginput,
tinggi, serta membantu dalam hal Hardware laptop menyimpan, dan
memberikan informasi mengenai waktu, mengolah data
secara berlanjut di seluruh dunia (Abidin 2 ArcGIS 9.3 Software pembuat peta
1995). 3 GPS Penentuan posisi
lapangan dan tracking
2.8 Digitasi
Digitasi adalah suatu bentuk proses Tabel 3.2. Bahan yang digunakan dalam
pengkonversian data dengan format analog penelitian
ke dalam data yang berformat digital. Di No. Nama Bahan Keterangan
dalam GIS digitasi adalah suatu proses 1 Citra Resolusi Tinggi Analisis lahan
yang terjadi dimana objek seperti rumah, Google Earth Pro tambak garam
jalan, sawah, sungai dan lain lain yang
awalnya berformat raster maka akan 2 Peta Hasil Digitasi Petunjuk lokasi
atau acuan di
diubah menjadi objek berformat vector lapang
(titik, garis, polygon). Digitasi dibagi
menjadi dua macam yaitu digitizer serta
secara langsung atau onscreen di layar 3.3 Jenis Data
monitor (Bafdal et al 2011). Table 3.3. Jenis data untuk mendukung
III. METODOLOGI PENELITIAN penelitian
No. Jenis Data Sumber Data
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan 1 Penggunaan lahan Citra Landsat 8
September hingga Oktober 2015. 2 Penggunaan lahan dan Citra Google
dilakukan secara langsung di lokasi lahan luas lahan tambak Earth Pro
tambak garam yang terdapat di 3 desa garam
yang terdapat di Kabupaten Sidoarjo
3 Data kordinat tambak Pengukuran
tepatnya Kecamatan Sedati, Kabupaten lapang
Sidoarjo yaitu desa Banjarkemuning,
Tambak Cemandi, dan Kalanganyar. 4 Data produksi garam Dinas Perikanan
(2010-2014) dan Kelautan
Kab. Sidoarjo
4
3.4 Metode Pelaksanaan
3.4.1 Pengukuran Luas Lahan Tambak Keterangan :
Garam y = Variabel bebas
Pengukuran luas lahan tambak garam x = Variabel Terikat
ini perlukan untuk mendapatkan konversi a = Konstanta
luas lahan tanpa harus mengukurnya satu b = Koefisien regresi
per satu. Pengukuran luas lahan ini, terdiri Hipotesis yang digunakan :
atas 2 tahap yaitu : Terima = Tidak ada pengaruh antara
Ground check atau Observasi H0 variable x dan y
lapang Tolak = Ada pengaruh antara variabel
Suatu metode yang digunakan untuk H0 x dan y
mengamati dan memperoleh data secara Regresi Linear Berganda adalah suatu
langsung dengan mendatangi lokasi lapang metode untuk mencari pengaruh atau
yang dituju. hubungan sebab akibat antara lebih dari
Penggunaan Goggle Earth Pro satu variable bebas (variable x) terhadap
Goggle Earth Pro digunakan untuk variable terikat (variable y), dengan
memplotkan titik kordinat yang di dapat persamaan:
pada saat observasi lapang. Kemudian
setelah di plotkan, membuat titik ikat
untuk proses Georeferencing pada ArcGis Keterangan
yang berguna untuk merubah format peta y = Variabel bebas
yang semula JPEG menjadi format TIFF.. a = Konstanta
Kemudian di digitasi serta di olah b1b2 = Variabel bebas
menggunakan Calculate Geometry agar b = Koefisien regresi
mendapat konversi luas lahan dalam
satuan Ha atau m2. 3.4.3.1 Hubungan Faktor Cuaca
terhadap Produksi Garam
Hipotesis yang digunakan : Menurut Adiraga dan Setiawan (2014)
Terima = Tidak ada hubungan antara analisa statistik ini berguna untuk
H0 variable x dan y mengetahui profil data. Dengan
Tolak = ada hubungan antara variable menggunakan persamaan :
H0 x terhadap variable y
3.4.2 Pengolahan Data Produksi Garam Dengan :
Data produksi garam di dapat dari y = Produksi Garam
Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. a = Konstanta
Sidoarjo di olah dengan metode deksriptif. b1 = Koefisien Regresi
Metode ini menyajikan hasil data dalam x1 = Curah Hujan
bentuk tabel serta grafik yang kemudian di x2 = Kelembapan Udara
intrepetasi. x3 = Suhu
3.4.3 Analisis Regresi x4 = Kecepatan Angin
Analisis regresi terdapat dua macam regresi x5 = Tekanan Udara
yaitu, : x6 = Jumlah hari kemarau dalam 1
Regresi Linear Sederhana adalah suatu tahun
metode untuk mencari hubungan linear Hipotesis yang digunakan :
antara variabel independen (x) dengan Terima = tidak ada hubungan antara
variabel dependen (y), dengan persamaan: H0 variable x terhadap variable y
Tolak = ada hubungan antara variable
H0 x terhadap variable y
5
Gambar 3.5 Alur Penelitian
Gambar 4.2 Peta penggunaan lahan dan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN tambak garam di Desa Banjarkemuning
6
Banjarkemuning, desa Tambak Cemandi, Untuk hasil produksi terbanyak
dan desa Kalanganyar. diperoleh lahan tambak garam milik bapak
4.3.1 Desa Banjarkemuning Shodiq Ali Akbar dengan hasil 778 ton
Tabel 4.1. Data pemilik dan luas tambak sedangkan yang paling sedikit hasil
garam desa Banjarkemuning tahun 2014 produksinya adalah bapak Sun Haji
Luas Meja dengan 90 ton garam. Untuk rata rata
Kristal Area hasil produksi per area diperoleh bapak
No Nama
Garam Produksi
(Ha)
Rofiul Jamil dengan 122,5 ton garam yang
1 Moch. Jamil 4,0 4,0 menjadi rata rata hasil produksi
2 Rofiul Jamil 9,0 4,0 terbanyak, sedangkan untuk yang paling
3 Shodiq Ali Akbar 29,0 9,0
4 Imam Baseri 2,3 2,0
sedikit adalah bapak Sun Haji, bapak
5 Choirul Anam 7,0 5,5 Jemain, dan bapak Ach. Rouf dengan 60
6 Subhan Sidiq 6,0 3,5 ton garam.
7 Ach. Rouf 5,0 2,0
8 Moch. Ibrahim 6,0 4,5
9 H. M. Mubin 4,0 2,5
10 Sun Haji 4,0 1,5
11 H. Zaini Adji 10,0 5,0
12 Jema'in 5,0 2,0
13 M. Afif Fadholi 9,0 4,5
14 H. Ladim 8,0 2,5
Jumlah 108,3 52,5
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan
Sidoarjo (2014)
Pemilik yang memiliki lahan tambak
garam yang terbesar adalah bapak Shodiq
Ali Akbar dengan 29,0 Ha. Area produksi
yang paling besar adalah bapak Shodiq Ali Gambar 4.5 Peta tambak garam
Akbar dengan 9,0 Ha , untuk area produksi berdasarkan pemilik di desa
yang paling kecil adalah bapak Sun Haji Banjarkemuning
dengan 1,5 Ha.
5000 .
Produksi garam (ton)
7
1500 Hasil produktifitas dari desa
Rata-rata produksi (ton) Banjarkemuning bapak Moch Jamil dan
1000
Imam Baseri memilik produktifitas paling
500 tinggi dengan 80 ton/ha. . Sedangkan yang
paling rendah adalah bapak H. Ladim yang
0
memiliki produktifitas di angka 20 ton/ha.
4.3.2 Desa Tambak Cemandi
Tahun Produksi
Tabel 4.3. Data pemilik dan luas tambak
garam desa Tambak Cemandi tahun 2014
Gambar 4.7 Rata rata hasil produksi per Luas Meja
area tahun 2000 - 2014 di desa Kristal Area
No Nama
Garam Produksi
Banjarkemuning. (Ha)
1 H. Abd. Aziz 7 5
Kenaikan yang bagus terjadi pada tahun 2 H. Jayadi 4 2
2014 yaitu dengan rata rata sekitar 1100 3
H. Bambang
6 4
ton/ha dan hasil terburuk di tahun 2010 Syaikhu
4 H. Nur Qomari 7 5
yaitu yaitu sekitar 100 ton/ha 5 H. Umar 4 1,5
6 H. Aminuddin 6,5 4
80000 7 Samsul Anam 6 4
Produksi per sak (sak)
8 P. Wahab 5 3
60000 9 P. Yanto 4 1,5
40000 10 Markasan 6,5 4
11 H. Fathoni 7,5 5
20000 12 H. Irham ( Ikhrom) 8 5
0 H. Madnur (P.
13 7 5
Hanif)
H. Fakori (P.
14 7 5
Sugiono)
Tahun Produksi 15 H. Farhan 6,5 4
16 H. Fuad 6 4
Gambar 4.8 Hasil produksi per sak dari 17 H. Irfan 8 4
H. Efendi (H.
tahun 2000 - 2013 di desa Banjarkemuning 18
Maftukhin)
7,5 5
19 Mat Tauhid 4 2
Kenaikan tertinggi terjadi di tahun 2006 20 Rodi 6 4
yaitu sekitar 65000 sak atau sama dengan 21 Qomar 3 2
3250 ton garam dan terburuk di tahun 22 Rofiq 3 2
23 Saini 3 2
2010 yaitu hasil produksi per saknya 24 Hudi 3 2
hanya sekitar 5000 sak atau sekitar 250 ton 25 P. Karyo 4 2
garam (dengan asumsi 1 sak = 50 kg). 26 Udin 3 2
27 H. Umar U. 7 5
28 H. Ibrahim 7 4
100 29 H. Sori 3.5 1.5
Produktifitas (Ton/Ha)
80
60 Jumlah 160 99,5
40
20 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan
0 Sidoarjo (2014)
Pemilik yang memiliki lahan tambak
garam yang terbesar adalah bapak H. Irfan
dan H. Irham dengan 8 Ha dan yang paling
Pemilik Tambak Garam
kecil lahan tambak garamnya adalah bapak
Qomar, Rofiq, Saini, dan Hudi dengan 3
Gambar 4.9 Hasil produktifitas produksi Ha.
garam di desa Banjarkemuning
8
Tabel 4.4. Hasil produksi garam desa 80000
2004
2006
2008
2010
2012
2014
Sidoarjo (2014)
Tahun
Hasil produksi terbanyak diperoleh
lahan tambak garam milik bapak H. Irham Gambar 4.12 Hasil produksi per sak dari
dengan hasil 429,3 ton sedangkan yang tahun 2000 - 2014 di desa Tambak
paling sedikit hasil produksinya adalah Cemandi
bapak H. Sori dengan 126,9 ton garam.
Dari hasil grafik hasil produksi per sak
(dengan asumsi 1 sak = 50 kg) garam dari
tahun 2000 2014 di desa Tambak
Cemandi Terjadi 4 kali kenaikan hasil
produksi per sak, untuk kenaikan tertinggi
terjadi di tahun 2014 yaitu sekitar 150000
sak atau sama dengan 7500 ton garam.
Sedangkan untuk hasil produksi per sak
terjadi berkali berkali dan yang paling
menurun terjadi di tahun 2003 yaitu hasil
produksi per saknya hanya 3000 sak garam
Gambar 4.10 Peta tambak garam atau sama dengan 150 ton garam.
berdasarkan pemilik tambak garam di desa
Tambak Cemandi.
9
70
Produktifitas (Ton/Ha) 60
50
40
30
20
10
0
H. Madnur
Rofiq
Markasan
P. Karyo
H. Abd. Aziz
H. Nur Qomari
H. Fuad
Samsul Anam
Mat Tauhid
H. Ibrahim
Pemilik Tambak Garam
10
Bapak Salim Din Yati memilik 4.4.1 Suhu Udara
produktifitas produksi garam yang paling Dari data suhu udara pada yang
tinggi, dengan hasil kisaran 1300 ton/ha terdapat di lokasi penelitian, memiliki
yang berarti di setiap 1 ha lahan tambak suhu udara kisaran 28,90C , sehingga jika
garam di produksi 1300 ton garam. dihubungkan dengan hasil produksi garam
kurang memenuhi standar atau kriteria
4.4 Hubungan Faktor Cuaca terhadap
yang dibutuhkan dalam produksi garam
Produksi Garam
yaitu suhu udara yang mencapai 320C.
SUMMARY OUTPUT
Suhu udara sangat dibutuhkan dalam
Regression Statistics proses produksi garam karena nantinya
Multiple R 0.760806389 dapat mempengaruhi produktifitas tambak
R Square 0.578826362
Adjusted R Square 0.458491036 garam yang berguna pada proses
Standard Error 2305.935665 penguapan kristal garam ( Tambunan et al
Observations 10
2012).
ANOVA 4.4.2 Kecepatan Angin
df SS MS F Significance F
Regression 2 51153992 25576996 4.810112 0.048486 Kecepatan angin yang terdapat pada
Residual 7 37221375 5317339 lokasi penelitian berdasarkan pada tahun
Total 9 88375367
2015 memiliki rata-rata 8,2 knot.
CoefficientsStandard Errort Stat P-value Lower 95%Upper 95%Lower 95.0%
Upper 95.0% Kecepatan angin sangat berpengaruh
Intercept 240898.1765 82735.18 2.911678 0.022606 45260.55 436535.8 45260.55 436535.8
Kecepatan Angin (knots) 147.7502777 78.93407 1.871819 0.103401 -38.8991 334.3997 -38.8991 334.3997 dalam hal penentuan lokasi tambak garam,
Suhu (0C) -8407.12034 2954.317 -2.84571 0.024841 -15393 -1421.27 -15393 -1421.27 jika semakin cepat angin berhembus maka
Berdasarkan nilai fhitung dalam hasil semakin besar penguapan (evaporasi) yang
regresi linear berganda yaitu 4,810112 terjadi, dengan standar yang ditetapkan
dengan ftabel yang bernilai 4.737414128, yaitu 7,5 knots (Tambunan et al 2012).
maka jika dilihat dari cara penarikan Dari hasil data faktor cuaca di lokasi
hipotesis dari regresi linear berganda yang penelitian dapat dihubungkan dengan hasil
telah dijelaskan dalam metode, bahwa nilai produksi garam, bahwa kecepatan angin
fhitung > ftabel berarti tolak H0 yaitu ada dilokasi penelitian sudah memenuhi
pengaruh antara produksi garam sebagai kriteria yang telah ditetapkan
variable terikat dengan suhu udara dan 4.4.3 Hari Kemarau
kecepatan angin sebagai variable Hari kemarau yang terdapat pada
bebasnya. lokasi penelitian untuk produksi garam
Dari nilai koefisien yang di dapat maka berjumlah 116 hari, berdasarkan kriteria
muncul persamaan regresi linear berganda yang ditetapkan berdasarkan BMKG
yaitu : bahwa untuk produksi garam dibutuhkan 4
bulan (120 hari), jika dihubungkan dengan
produksi garam masih belum memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan.
4.4.4 Curah Hujan
Yang berarti bahwa :
Pada saat musim kemarau yang terjadi
1. Setiap kenaikan 1 knots pada
di tahun 2015, curah hujan yang terjadi di
variable kecepatan angin maka
lokasi penelitian yaitu 52,6 mm yang
dapat berpengaruh dengan
berarti kriteria ini memenuhi dari kriteria.
meningkatnya 147,75 ton produksi
Curah hujan yang di tetapkan yaitu 1000
garam di kecamatan Sedati
1400 mm/tahun yang masuk kategori
2. Setiap penurunan 1 derajat pada
curah hujan kecil (Adiraga 2013).
variable suhu udara maka dapat
4.4.5 Kelembapan Udara
berpengaruh pada menurunnya
Menurut Purbani (2003) syarat
8407,12 ton produksi garam di
kelembapan udara yang dibutuhkan untuk
kecamatan Sedati
produksi garam adalah kelembapan udara
11
yang nilainya kurang dari 50 %. Tinggi 5.2 Saran
rendahnya kelembapan udara suatu daerah 1. Sebaiknya untuk analisa data
dipengaruhi oleh curah hujan. Kelembapan produksi garam menggunakan
udara yang tinggi terletak di daerah analisa statistik selain regresi linear
khatulistiwa yang memiliki curah hujan agar memperoleh hasil yang lebih
yang sangat rendah. Semakin angin itu banyak dan lebih baik lagi, seperti
kencang maka akan membawa partikel air korelasi, anova, dan lain lain.
secara baik dan sempurna. Kelembapan 2. Untuk penggunaan lahan, citra
yang tinggi dapat berpengaruh terhadap yang digunakan lebih baik
tinggi rendahnya kadar Be. Semakin tinggi dikhususkan pada daerah lokasi
kelembapan maka Be semakin rendah. penelitian supaya bisa dijadikan
Kelembapan udara yang terdapat di lokasi pembanding dengan citra satelit
penelitian yaitu 67 %, sedangkan jika lain.
dihubungkan dengan produksi garam maka 3. Data faktor cuaca yang digunakan
kelembapan udara tersebut masih belum untuk mencari hubungan pengaruh
memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk dengan produksi garam sebaiknya
produksi garam yaitu kurang dari 50 %. di titik beratkan pada lokasi
Kelembapan udara yang rendah dapat penelitian agar hasilnya lebih valid
mempengaruhi tingginya kadar Be pada bukan data kecamatan maupun
kristal garam. kabupaten.
4.4.6 Tekanan Udara
Tekanan udara yang terdapat dilokasi DAFTAR PUSTAKA
penelitian yaitu 1010,15 mb. Angka ini Abidin, H. Z. 1995. Penentuan Posisi
masuk dalam kategori tekanan udara yang dengan GPS dan Aplikasinya.
rendah, dikarenakan tekanan udara Pradnya Paramita. Jakarta
memiliki hubungan yang berbanding
terbalik dengan kecepatan angin. Jika Adiraga, Y, dan Setiawan. A.H. 2014.
kecepatan angina semakin tinggi maka Analisis Dampak Perubahan Curah
tekanan udara yang terdapat di lokasi Hujan ,Luas Tambak Garam, dan
tersebut rendah, dikarenakan angin Jumlah Petani Garam Terhadap
bergerak dari tekanan udara tinggi ke Produksi Usaha Garam Rakyat di
tekanan udara yang rendah. Tekanan udara Kecamatan Juwana Kabupaten
rendah dapat mempengaruhi tingkat Pati (Periode 2003-2012). Skripsi.
penguapan kristal garam (evaporasi). Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang
V. PENUTUP
Aprilia. E.U, dan Ali, N.Y. 2011. Produksi
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan garam merosot. Koran Tempo, 7
penelitian, dapat disimpulkan : Januari 2011
1. Luas lahan produksi tambak garam Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo.
di Kecamatan Sedati sebesar 2014. Kecamatan Sedati Dalam
128,59 Ha yang tesebar di Desa Angka Tahun 2014.
Banjarkemuning, Desa Tambak
Cemandi, dan Desa Kalanganyar. Bafdal, N. et al. 2011. Buku Ajar Sistem
2. Faktor cuaca yang berpengaruh Informasi Geografis. Penerbit :
terhadap produksi garam adalah Jurusan Teknik Manajemen
kecepatan angin dan suhu udara (R Industri Pertanian FTIP UNPAD
Square = 0,578). Efendy, M., Zainuri, M., dan Hafiluddin.
2014. Intensifikasi Lahan Garam
12
Rakyat Di Kabupaten Sumenep.
Hal 22 43
Manalu, L. 2007. Pemeriksaan Kadar
Kalium Iodat (KIO3) Dalam
Garam dan Air yang Dikonsumsi
Masyarakat Garoga Kabupaten
Tapanuli Utara Tahun 2007.
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Selatan
Medan.
Marewo, F. 2009. Studi Pemetaan Wilayah
Pesisir, (Online),
(http://coastguardmove.blogspot.c
omiakses, diakses pada tanggal 5
Oktober 2015).
Purbani, 2003. Buku Panduan Pembuatan
Garam Bermutu. Badan Riset
Kelautan dan Perikanan
Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Purbani, D. 2011. Proses Pembentukan
Kristalisasi Garam. Trisakti
Geology, Vol. 84, Hal 1-17.
Rositawati, A,L, Taslim, C,M, dan Danny,
S. 2013. Rekritalisasi Garam
Rakyat Dari Daerah Demak Untuk
Mencapai SNI Garam Industri.
Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, Vol. 2, No. 4, Hal 217-
225
Sugandi, D.,Lili, S., Nanin, T.S. 2009.
Sistem Informasi Geografis.
Handout. 9 halaman
Tambunan, R.B., Hariyadi, dan Santoso A.
2012. Evaluasi Kesesuaian Tambak
Garam Ditinjau dari Aspek Fisik di
Kecamatan Juwana Kabupaten
Pati, Journal of Marine Research,
Vol.1, No.2, Halaman 181-187.
13