Anda di halaman 1dari 9

Sapa Laut Pebruari 2016. Vol.

1 (1) 24-31 E- ISSN 2503-0396

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN PENDEKATAN


PENGINDERAAN JAUH DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN SOROPIA

Studying the changes of coastal line by applying remote sensing approach along
the coastal Areas of Soropia Subdistrict

Halim1), Halili2), La Ode Alirman Afu2)


1)2)
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo.
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232
1)
E-mail: halim.fisheries@yahoo.com.

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang garis pantai Kecamatan Soropia selama satu bulan yaitu
pada bulan Oktober 2014 dengan tujuan untuk mengetahui dan memetakan perubahan
garis pantai di wilayah pesisir Kecamatan Soropia. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode tumpang susun citra satelit Landsat 5 TM tahun 1990, 7 ETM+
tahun 2002 dan 8 OLI/TIRS tahun 2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum
perubahan garis pantai yang terjadi disepanjang wilayah pesisir Kecamatan Soropia pada tahun
1990 – 2014 (24 tahun) berupa akresi dan abrasi. Perubahan garis pantai tipe akresi terjadi di
Desa Sorue Jaya, Tapulaga, Leppe, Bajo Indah, Mekar, Bajoe, Bokori, Telaga Biru, Atowatu,
Sawapudo, Soropia, Waworaha dan Kelurahan Toronipa. Perubahan garis pantai tipe abrasi
terjadi di Desa Sorue Jaya, Tapulaga, Bajoe, Bokori, Telaga Biru, Atowatu, Sawapudo, Soropia,
Waworaha dan Kelurahan Toronipa. Perubahan garis pantai yang terjadi di Kecamatan Soropia
diduga disebabkan oleh perbedaan karakteristik pantai (faktor alam) yang bersifat semi terbuka
terhadap dinamika perairan yang mendapatkan pengaruh dari gelombang secara langsung.
Disamping karakteristik pantai, perubahan garis pantai di Kecamatan Soropia juga diduga
disebabkan oleh aktifitas manusia yang melakukan penimbunan pantai untuk keperluan
pemukiman, pariwisata, pelabuhan dan pembuatan bangunan pelindung pantai (faktor
antropogenik).
Kata Kunci : Abrasi, Akresi, Citra Landsat, Garis pantai, Kecamatan Soropia.

Abstract
This study was conducted along the coastal line of Soropia subdistrict in one month,
October 2014, with the aim to determine and map the changes of coastal line along the coastal
areas of Soropia. The study employed the overlay method to satellite images of Landsat 5 TM
of 1990, 7 ETM+ of 2002, and 8 OLI/TIRS of 2014. The study found that in general the
changes of coastal line along the coastal areas of Soropia occurred over the period of 1990-
2014 (24 years) in forms of accretion and abrasion. The accretion type of coastal line changes
was found in the villages of Sorue Jaya, Tapulaga, Leppe, Bajo Indah, Mekar, Bajoe, Bokori,
Telaga Biru, Atowatu, Sawapudo, Soropia, Waworaha, and Toronipa. The abrasion type of
coastal line changes occurred in Sorue Jaya, Tapulaga, Bajoe, Bokori, Telaga Biru, Atowatu,
Sawapudo, Soropia, Waworaha, and Toronipa. The changes of coastal line in Soropia
subdistrict were possibly caused by the special characteristic of the coast (natural factor) which
was rather open to water dynamic, making it directly influenced by sea waves. In addition, the
changes of coastal line in Soropia subdistrict might also be caused by human activities, in the
form of beach hoarding for such purposes as residence, tourism, and construction of port
and coastal protection (anthropogenic factor).
Keywords : Accretion, Abrasion, Coastal line, Landsat images, Soropia
Subdistrict

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Pebruari 2016. Vol. 1 (1) 24-31

PENDAHULUAN daratan Kabupaten Konawe. Secara


Lingkungan pantai merupakan suatu adminstrasi, batas-batas wilayah
wilayah yang selalu mengalami perubahan. Kecamatan Soropia yaitu Sebelah Utara
Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi berbatasan dengan Laut Banda, Sebelah
secara lambat hingga cepat, tergantung dari Timur berbatasan dengan Kecamatan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lalolanggasumeeto, Sebelah Selatan
Perubahan garis pantai ditunjukkan oleh berbatasan dengan Kota Kendari dan
perubahan kedudukannya, tidak hanya Sebelah Barat berbatasan dengan
ditentukan oleh suatu faktor tunggal tapi Kecamatan Bondoala dan Kecamatan
oleh sejumlah faktor beserta interaksinya Kapoiala.
yang merupakan hasil gabungan dari proses Saat ini pantai di wilayah pesisir
alam dan manusia. Faktor alami berasal dari Kecamatan Soropia digunakan dalam
pengaruh proses-proses hidro-oseanografi berbagai kegiatan penggunaan lahan
yang terjadi di laut seperti hempasan untuk menunjang pendapatan
gelombang, perubahan pola arus, variasi masyarakat setempat. Beberapa kegiatan
pasang surut, serta perubahan iklim. yang sedang dikembangkan adalah
Penyebab terjadinya kerusakan pantai akibat wisata pantai, penangkapan ikan
kegiatan manusia (antropogenik) di dengan menggunakan sero, penggalian
antaranya konversi dan alih fungsi lahan batu untuk bahan bangunan dan wisata
pelindung pantai untuk sarana pembangunan pantai serta pembuatan dermaga. Selan
di kawasan pesisir yang tidak sesuai dengan itu, pantai di wilayah pesisir Kecamatan
kaidah yang berlaku sehingga keseimbangan Soropia secara langsung mendapat
transpor sedimen disepanjang pantai dapat pengaruh hempasan gelombang dari
terganggu, penambangan pasir yang memicu Laut Banda. Pengaruh hempasan dari
perubahan pola arus dan gelombang energi gelombang yang menyusur pantai
(Shuhendry, 2004). di wilayah pesisir Kecamatan Soropia
Beberapa pantai yang ada di wilayah dapat menimbulkan gejala perubahan
Indonesia telah banyak mengalami garis pantai. Perubahan yang terjadi pada
perubahan garis pantai akibat terjadinya garis pantai dapat dipantau dengan
abrasi dan akresi seperti perubahan garis menggunakan suatu teknologi.
pantai di Kabupaten Bengkulu akibat Teknologi yang sering digunakan
terjadinya abrasi, perubahan garis pantai di dalam pemantauan perubahan garis
pesisir Kabupaten Demak akibat terjadinya pantai adalah dengan menggunakan
abrasi dan akresi, perubahan garis pantai di teknologi penginderaan jauh melalui
Teluk Awur Kabupaten Jepara akibat perekaman citra satelit. Penginderaan
terjadinya abrasi dan perubahan garis pantai jauh adalah suatu ilmu dan keterampilan
di wilayah pesisir perairan Cisadane, yang digunakan oleh seseorang atau
Provinsi Banten akibat terjadinya abrasi dan sekelompok orang untuk mengamati
akresi (Tarigan, 2007). suatu benda atau objek sehingga dapat
Salah satu daerah di Sulawesi memperoleh informasi sesuai yang
Tenggara yang menunjukan adanya gejala diinginkan tanpa harus bersentuhan
perubahan garis pantai adalah wilayah secara langsung dengan benda atau
pesisir Kecamatan Soropia. Hal ini terlihat objek yang akan diteliti.
dari survei awal yang telah dilakukan di Untuk keperluan perencanaan dan
Kecamatan Soropia. Hasil survei awal pengelolaan kawasan pantai di
menunjukan bahwa adanya beberapa akar Kecamatan Soropia diperlukan penelitian
pohon kelapa disekitar pantai Kelurahan tentang studi perubahan garis pantai
Toronipa Kecamatan Soropia yang telah dengan pendekatan penginderaan jauh di
bersentuhan langsung dengan garis pantai wilayah pesisir Kecamatan Soropia.
dan terkikis oleh gelombang. Penelitian ini bertujuan untuk
Kecamatan Soropia memiliki luas mengetahui dan memetakan perubahan
wilayah 6.273 Ha atau 0,92% dari luas garis pantai di wilayah pesisir
Kecamatan Soropia Tahun 1990–2014
dengan menggunakan
Studi perubahan garis pantai dengan pendekatan penginderaan jauh (Halim et al.) 25
Sapa Laut Pebruari 2016. Vol. 1 (1) 24-31
perbandingan METODE dengan beberapa bahan yang
citra satelit peralatan digunakan dalam
PENELITIAN
Landsat. Hasil penunjang penelitian ini
Waktu dan
penelitian ini sedangkan berupa data
Tempat
diharapkan dapat citra satelit
Penelitian
memberikan Landsat. Alat
ini dilaksanakan
informasi kepada dan bahan yang
selama 1 (satu)
pemerintah, digunakan dalam
bulan yaitu pada
masyarakat dan penelitian ini
Bulan Oktober
berbagai pihak disajikan pada
2014 yang
tentang Tabel 1.
bertempat di
perubahan garis
Sepanjang
pantai yang Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan
Pantai Wilayah
terjadi di selama penelitian
Pesisir
sepanjang pantai
Kecamatan No Alat dan bahan
wilayah pesisir
Soropia (± 23 1 Alat
Kecamatan
km) dengan - Er Mapper 6,4 Meng
Soropia serta
posisi - Arcview 3,3 Mem
dapat dijadikan
03º56`5,2” - - Pasut BPPT Meng
sebagai acuan
03º54`00,7” LS - Seperangkat computer Mem
dalam
dan - GPS map 76CSx Mene
pengembangan
- - Kamera Mend
dan pengelolaan
122º34`34,5”
wilayah pesisir. 2 Bahan
BT. Lokasi
- Citra Landsat5 TM Tahun 1990 Meng
penelitian ini
disajikan - Citra Landsat7 ETM+ Tahun 2002 Meng
pada - Citra Landsat 8 OLI/TIRS Th. 2014 Meng
Gambar 1. - Data pasut sesuai data citra Korek

Gambar 1. Peta lokasi


penelitian

Alat dan Bahan perangkat lunak


Alat yang komputer yang
digunakan dalam dipakai dalam
penelitian ini pengolahan data
adalah beberapa dan ditambah

Studi perubahan garis pantai dengan pendekatan penginderaan jauh (Halim et al.) 26
- Data batimetri (Dehidros) pantai
Metode Penelitian Tahapan Penelitian
Metode yang digunakan dalam Tahapan penelitian ini terdiri dari 4
penelitian ini adalah metode tumpang susun (empat) tahapan yaitu : pengumpulan data,
atau overlay citra satelit Landsat tahun pengolahan data citra awal, analisis dan
1990, 2002 dan 2014. koreksi pasang surut, serta analisis
perubahan garis pantai seperti yang
tertera pada Gambar 2.

Citra Landsat 5 Citra Landsat 7 Citra Landsat 8


Tahun 1990 Tahun 2002 Tahun 2014

Data pasang surut Pengolahan Data Awal Citra Data Batimetri

Import data dan pemotongan citra Koreksi radiometric dan geometrik Penajaman citra

Digitasi garis pantai Komposit warna

Analisis dan koreksi pasang surut

Analisis perubahan garis pantai (Overlay)

Data dan Informasi Perubahan


Garis Pantai di Kec. Soropia

Gambar 2. Alur tahapan penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN perairan Kecamatan Soropia diperoleh


Perubahan garis pantai dengan cara membandingkan garis pantai
Perubahan garis pantai yang terjadi di pada Tahun 1990, 2002, dan 2014
(Gambar 3). Data garis pantai Tahun aquisisi 30 September 2002 dan garis pantai
1990 diperoleh dari Citra Landsat5 TM Tahun 2014 diperoleh dari citra Landsat 8
aquisisi 14 April 1990. Garis pantai Tahun OLI/TIRS aquisisi 9 Oktober 2014. Garis
2002 diperoleh dari Citra Landsat 7 ETM+ pantai tahun 1990 digunakan sebagai garis
pantai awal untuk mengetahui perubahan garis pantai yang terjadi selama tahun 1990–
2014. Garis pantai ketiga citra tersebut
selanjutnya didigitasi kemudian
diperbandingkan untuk mengetahui
perubahan garis pantai yang terjadi di
sepanjang lokasi penelitian dengan
menggunakan metode overlay (tumpang
susun) pada perangkat lunak ArcView 3,3
(Gambar 3).

Gambar 3. Overlay garis pantai Citra Landsat Tahun 1990, 2002, dan 2014 (RGB-653)

Berdasarkan overlay citra satelit berupa akresi di sepanjang pantai Kecamatan


Landsat Tahun 1990, 2002, dan 2014 dapat Soropia. Vegetasi mangrove akan
diketahui bahwa keseluruhan lokasi melindungi garis pantai dari hempasan
penelitian (Kecamatan Soropia) mengalami gelombang dan ombak. Selain itu minimnya
perubahan garis pantai baik berupa akresi pemanfaatan mangrove oleh masyarakat
maupun abrasi. Secara umum, sepanjang sekitar pantai juga diduga sebagai alasan
garis pantai di lokasi penelitian masih banyaknya darah mangrove pada
memperlihatkan bahwa selama 24 tahun waktu itu. Akresi yang terjadi pada Tahun
telah terjadi perubahan garis pantai yang 1990–2002 diduga disebabkan oleh
berupa akresi di satu sisi dan abrasi di sisi topografi pantai di Kecamatan Soropia yang
lainnya. Hal tersebut berdasarkan intepretasi landai sehingga material-material yang ada
garis pantai berdasarkan Citra Landsat di sekitar daerah pemukiman akan terbawah
Tahun 2002 dan 2014 lebih masuk ke arah ke laut oleh arus hujan serta adanya
laut dan sebagian garis pantai Tahun 2014 beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) di
masuk ke arah darat. Tejakusuma (2011) Kecamatan Soropia yang menjadi alur
menyatakan bahwa pantai mengalami abrasi penyebaran partikel sedimen di sekitar
jika garis pantai tahun sekarang lebih masuk pantai.
ke arah daratan dibanding dengan garis Secara umum perubahan garis pantai
pantai tahun sebelumnya, demikian pula yang terjadi di Kecamatan Soropia selama
sebaliknya untuk proses akresi. kurun waktu Tahun 1990–2014 lebih
Berdasarkan interpretasi Citra didominasi proses akresi dibanding proses
Landsatpada Tahun 1990, Kecamatan abrasi. Hal tersebut dibuktikan dengan jarak
Soropia masih banyak memiliki mangrove pergeseran garis pantai yang terjadi lebih
dan masih sedikit pemukiman yang ada di panjang akresi dibandingkan proses abrasi
sekitar pantai bila dibandingkan dengan (Tabel 2).
Tahun 2002 dan 2014. Kondisi ini bisa Pantai yang sudah berkurang
menjadi salah satu faktor penyebab mangrovenya akan mengalami abrasi yang
terjadinya perubahan garis pantai yang lebih cepat akibat dari hempasan ombak
dan gelombang bila dibandingkan dengan pantai yang masih banyak memiliki
mangrove. Pernyataan ini sesuai dengan Perubahan garis pantai yang terjadi
hasil penelitian Kalay, dkk., (2011) tentang di Kecamatan Soropia ini, sama seperti hasil
perubahan garis pantai di sepanjang pesisir penelitian yang dilakukan oleh Yulius dan
pantai Indramayu yang menyatakan bahwa Ramdhan (2013) tentang perubahan garis
perbedaan nilai pemunduran pada pantai pantai di Teluk Bungus Kota Padang, yang
di Teluk Indramayu diduga disebabkan terjadi akresi dan abrasi di sisi yang lain.
oleh perbedaan karakteristik pantai. Lebih lanjut hasil penelitian Taofiqurohman
Proses abrasi di lokasi penelitian juga dan Ismail (2012) tentang analisis spasial
diperlihatkan dengan adanya mangrove yang perubahan garis pantai di pesisir Kabupaten
semakin berkurang, pemanfaatan kawasan Subang Jawa Barat, yang terjadi abrasi dan
pemukiman yang semakin banyak di sekitar akresi di sisi yang lain. Hasil penelitian Wati
pantai, pembangunan pelabuhan yang (2013) tentang deteksi laju perubahan
berbentuk groin, dan pembangunan dinding garis pantai di Teluk Doreri Monokwari,
pelindung pantai (revetment) yang dapat yang terjadi akresi dan abrasi di sisi yang
mempengaruhi pola pergerakan arus yang lain.
berfungsi sebagai agen penyebaran sedimen Berdasarkan Tabel 2 juga dapat
di sekitar pantai. Pernyataan ini sesuai diinformasikan bahwa pergeseran garis
dengan pendapat Shuhendry (2004) yang pantai di wilayah pesisir Kecamatan Soropia
menyatakan bahwa penyebab terjadinya berupa akresi mencapai 2.127,37 m selama
kerusakan/perubahan garis pantai akibat Tahun 1990 – 2014 (24 tahun) dengan rata-
kegiatan manusia (antropogenik) rata pergeseran garis pantai sebesar
diantaranya pengambilan maupun alih 163,64 m per desa atau kelurahan selama 24
fungsi lahan pelindung pantai dan tahun (6,8m per tahun). Pergeseran garis
pembangunan di kawasan pesisir yang tidak pantai berupa abrasi mencapai 699,28 m
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Hal dalam kurun waktu 24 tahun (1990-2014)
inilah yang menyebabkan dengan rata-rata pergeseran garis pantai
ketidakseimbangan transpor sedimen di sebesar 69,92 m per desa atau kelurahan
sepanjang pantai. Kondisi ini semakin (2,9m per tahun). Pergeseran perubahan
diberburuk dengan adanya penambangan garis pantai di Kecamatan Soropia ini,
pasir yang dapat memicu perubahan pola hampir sama dengan hasil penelitian Opa
arus dan gelombang di lokasi penelitian. (2011) tentang perubahan garis pantai di
Desa Bentenan yang mengalami perubahan
garis pantai berupa abrasi

Tabel 2. Bentuk perubahan garis pantai di Kecamatan Soropia pada setiap Desa/Kelurahan
Tahun 2002-2014
Titik koordinat (UTM)
Desa/Kelurahan Perubahan garis pantai Akresi Abrasi
x y x y
D. Sorue Jaya Akresi dan Abrasi 458594 9563437 458871 9564190
D. Tapulaga Akresi dan Abrasi 459109 9564606 460723 9564992
D. Leppe Akresi 460871 9565873 - -
D. Bajo Indah Akresi 460891 9566101 - -
D. Mekar Akresi 461505 9566012 - -
D. Bajoe Abrasi - - 462139 9565883
D. Bokori Akresi dan Abrasi 463020 9566240 462990 9566388
Kel. Toronipa Akresi dan Abrasi 463178 9567071 462862 9567645
D. Telaga Biru Abrasi - - 460990 9569853
D. Atowatu Akresi dan Abrasi 458891 9569992 460515 9569853
D. Sawapudo Akresi dan Abrasi 456931 9569467 457713 9569794
D. Soropia Akresi dan Abrasi 454327 9569655 454871 9569576
D. Waworaha Akresi dan Abrasi 452881 9569329 453188 9569329
Pemetaan perubahan garis pantai di pada Tahun 2002–2014. Perubahan garis
Kecamatan Soropia pantai berupa akresi ini selanjutnya oleh
Perubahan garis pantai yang terjadi di pemerintah setempat dimanfaatkan sebagai
sepanjang pantai Soropia dapat berupa lahan pembuatan jalan, pelabuhan, pondok
proses abrasi dan akresi. Adanya perubahan pesantren dan pemukiman bagi masyarakat.
garis pantai ini diduga disebabkan oleh Perubahan garis pantai yang terjadi
perbedaan karakteristik pantai (faktor alam). di Kecamatan Soropia bagian Timur pada
Secara umum, kondisi pantai di Kecamatan Tahun 1990–2002 yaitu di Kelurahan
Soropia bersifat semi terbuka terhadap Toroniapa berupa proses akresi (Gambar
dinamika perairan, yaitu mendapat pengaruh 4b). proses abrasi sekaligus akresi mulai
dari arus, ombak, dan gelombang. Daerah- terjadi di Kelurahan Toronipa pada Tahun
daerah yang tidak memiliki vegetasi 2002–2014 sedangkan bagian Utara (Desa
mangrove akan mendapatkan pengaruh Telaga Biru, Desa Atowatu, Desa
langsung dari Laut Banda. Hal tersebut Sawapudo, Desa Soropia, dan Desa
dapat mempercepat proses terjadinya abrasi. Waworaha) perubahan garis pantai yang
Selain itu proses abrasi juga diperkuat oleh terjadi berupa akresi pada Tahun 1990-2002.
adanya aktifitas manusia (faktor Perubahan garis pantai yang berupa abrasi
antropogenik) yang melakukan terjadi di sepanjang pantai bagian Utara pada
penimbunan pantai atau reklamasi untuk tahun 2002 – 2014 sedangkan perubahan
keperluan pemukiman, wisata, pelabuhan, garis pantai yang berupa abrasi sekaligus
maupun pembangunan pelindung pantai. akresi terjadi pada Desa Atowatu, Desa
Berdasarkan pembagian wilayahnya, Sawapudo, Desa Soropia, dan Desa
secara umum garis pantai di Kecamatan Waworaha pada tahun 2002–2014
Soropia bagian Tenggara (Desa Sorue Jaya, (Gambar 4b).
Desa Tapulaga, Desa Leppe, Desa Bajo Perubahan garis pantai di Kecamatan
Indah, Desa Mekar, Desa Bajoe dan Desa Soropia bagian Timur yang berupa akresi
Bokori) menunjukan adanya proses akresi kebanyakan dimanfaatkan sebagai lahan
pada Tahun 1990–2002 (Gambar 4a). pemukiman bagi masyarakat setempat.
Perubahan garis pantai yang berupa abrasi Selain itu juga digunakan sebagai tempat
mulai terjadi pada Desa Sorue Jaya, Desa penyimpanan perahu dan penyimpanan
Tapulaga, Desa Bajoe, dan Desa Bokori kayu sero.

(a) (b)
Gambar 4. Perubahan garis pantai di Kecamatan Soropia bagian T e n g g a r a ( a ) s e r
t a S o r o p i a b a g i a n T i m u r d a n U t a r a ( b ) T ahun 1990, 2002, dan
2014 (RGB-653)
Sapa Laut Pebruari 2016. Vol. 1 (1) 24-31

SIMPULAN 111 – 117.


Berdasarkan hasil dan pembahasan Opa, E. T. 2011. Perubahan Garis
dalam penelitian ini, maka dapat ditarik Pantai Desa Bentenan Kecamatan
kesimpulan sebagai berikut : Pusomaen, Minahasa Tenggara.
1. Perubahan garis pantai yang terjadi di Jurnal Perikanan dan Kelautan
Kecamatan Soropia berdasarkan Tropis, 7 (3) : 109 – 114.
perbandingan Citra satelit Landsat pada Shuhendry. 2004. Tesis: Abrasi Pantai di
Tahun 1990– 2002 berupa akresi yang Wilayah Pesisir Kota Bengkulu
terjadi di sepanjang pantai Kecamatan (Analisis Faktor Penyebab dan
Soropia. Konsep Penanggulangannya).
2. Perubahan garis pantai di Kecamatan Universitas Diponegoro, Semarang.
Soropia lebih dinamis Tejakusuma, I. G. 2011. Pengkajian
terjadi selama kurun Kerentanan Fisik Untuk
waktu Tahun 2002-2014 Pengembangan Pesisir Wilayah
yaitu proses akresi dan Kota Makassar. Jurnal Sains dan
abrasi. Teknologi Indonesia, 13(2):82– 87.
3. Perubahan garis pantai yang terjadi Taofiqurohman, A., M.F.A. Ismail. 2012.
di Kecamatan Soropia pada tahun Analisis Spasial Perubahan Garis
1990–2014 (24 tahun) yang berupa Pantai Di Pesisir Kabupaten Subang
akresi terjadi pada Desa Leppe, Bajo Jawa Barat. Jurnal Ilmu dan
Indah, dan Mekar sedangkan yang Teknologi Kelautan Tropis, 4 (2)
berupa akresi sekaligus abrasi terjadi : 280 – 289.
pada Desa Sorue Jaya, Tapulaga, Tarigan, M. S. 2007. Perubahan Garis
Bajoe, Bokori, Telaga Biru, Atowatu, Pantai Di Wilayah Pesisir Perairan
Sawapudo, Soropia, Waworaha dan Cisadane Provinsi Banten. Jurnal
Kelurahan Toronipa. Makara Sains, 11 (1) : 49 – 56.
Winarso, G.J., S. Budhiman. 2001. The
UCAPAN TERIMAKASIH Potential Application Remote
Pada kesempatan ini penulis Sensing Data For Coastal Study.
mengucapkan terima kasih kepada semua Paper presented at the 22nd Asian
fihak yang telah membantu dalam Conference on Remote Sensing, 5–
pengambilan data maupun analisa. 9 November 2001, Singapore.
Centre for Remote Imaging, Sensing
and Processing (CRISP), National
DAFTAR PUSTAKA
University of Singapore; Singapore
Alesheikh A.A., A. Ghorbanali., N.
Institute of Surveyors and Valuers
Nouri. 2007. Coastline Change
(SISV), Asian Association on
Detection Using Remote Sensing.
Remote Sensing (AARS).
Int Journal Environ Sci Tech, 4 (1) :
Wati, R.M. 2013. Deteksi Laju Perubahan
61 – 66.
Garis Pantai Di Teluk Doreri
Hanifa N. R., E. Djunarsjah., K.
Manokwari. Skripsi. Universitas
Wikantika. 2007. Reconstruction of
Negeri Papua. 1–70 hal.
Maritime Boundary between
Yulius., M. Ramdhan. 2013. Perubahan
Indonesia and Singapore Using
Garis Pantai Di Teluk Bungus Kota
Landsat-ETM Satellite Image. TS9
Padang Provinsi Sumatera Barat
Marine Cadastre and Coastal Zone
Berdasarkan Analisis Citra Satelit.
Management. 3rd FIG Regional
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Conference, October 3-7, 2004.
Tropis, 5 (2) : 417 – 427.
Jakarta, Indonesia.
Kalay, D. E., I.W. Nurjaya., N.M.N.
Natih. 2011. Perubahan Garis Pantai
Disepanjang Pesisir Pantai
Indramayu. Jurnal Ichthyos, 10 (2) :
Sapa Laut Pebruari 2016. Vol. 1 (1) 24-31

Anda mungkin juga menyukai