ABSTRAK
Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk memetakan lahan tambak garam yang juga
dapat diisi oleh banyak informasi dari pemilik, produksi, serta luasan dari tiap petak tambak
garam sehingga nantinya dapat menjadi suatu informasi yang lengkap untuk keperluan
database pemerintah maupun instansi terkait. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi
lahan tambak garam di wilayah Kabupaten Sidoarjo serta mengetahui cakupan luas lahan
produksi tambak garam di Kabupaten Sidoarjo. Hasilnya menunjukkan bahwa luas lahan
tambak garam di Kabupaten Sidoarjo adalah 351,59 Ha dengan 162,5 Ha diantaranya adalah
lahan produktif. Analisa yang dilakukan terhadap trend produksi garam di Kabupaten Sidoarjo
menunjukkan hasil yang berfluktuatif pada periode tahun 2000 hingga 2016. Fluktuasi produksi
ini diakibatkan oleh perubahan kondisi cuaca. Rendahnya produksi garam pada tahun 2005 dan
2010 diduga sebagai akibat dari pengaruh adanya musim hujan dengan periode yang panjang.
ABSTRACT
Geographic Information System is useful to map salt ponds which can be combined with many
other information such as name of owners, ponds area. Those information are important and
functioned as database for governments and related institutions. Objective of this research is to
map and measure salt pond area in Sidoarjo district of East Java. The results show that total
salt pond area of Sidoarjo is around 351,59 Ha. However only 162,5 Ha of the total area can be
classified as productive land. Further analysis showed that between 2000 until 2016, salt
production of Sidoarjo was fluctuated due to weather condition. In 2005 and 2010, salt
production in Sidoarjo reached its lowest. This condition occurred because long period of rainy
season in Indonesia during 2005 and 2010.
garam itu diisi air laut dan dengan bantuan Menurut produsennya garam biasanya
sinar matahari, air laut dapat mengkristal dibedakan atas garam rakyat dan garam
dan berubah menjadi butiran garam. pemerintah. Garam rakyat adalah garam
Pemanenan garam dapat dilakukan setelah yang diproduksi oleh petani garam. Garam
10 hari dan itu berlangsung pada bulan April rakyat biasanya diproduksi oleh penduduk
hingga awal Desember (Adiraga dan tepi pantai atau penduduk di daerah sumber
Setiawan, 2014). Untuk saat ini tingkat air asin. Sedangkan garam Pemerintah
produksi lahan penggaraman di Indonesia adalah garam yang diproduksi oleh pabrik-
rata-rata baru mencapai sebesar 60-70 pabrik garam. Berdasarkan bentuknya
ton/hektar/tahun, cukup rendah apabila garam dibedakan atas garam yang
dibandingkan dengan Australia atau India. berbentuk kristal dan garam briket yang
Pada tahun 2009, produksi garam nasional dicetak. Komposisi beberapa zat utama
mencapai 1.265.600 ton, masih jauh lebih (keadaan normal) dalam garam dapur
rendah dari kebutuhan garam nasional yang menurut (Purbani,2006);
mencapai sebesar 2.865.600 ton per tahun o Natrium Klorida (NaCl) 77,76 %
ini di tandai dengan selalu meningkatnya o Magnesium Klorida (MgCl2) 10,88 %
permintaan konsumsi kebutuhan garam o Kalsium Sulfat (CaSO4) 3,60 %
yang dibarengi dengan pertambahan o Magnesium Sulfat (MgSO4) 4,47 %
penduduk. Selama ini kebutuhan garam o Kalium Sulfat (K2SO4) 2,46 %
dapat dipenuhi melalui impor dan sebagian o Magnesium Bromida (MgBr2) 0,22 %
dari dalam negeri (Aprilia dan Ali, 2011). o Kalsium Karbonat (CaCO3) 0,34 %
Garam merupakan senyawa kimia yang o Senyawa-senyawa lain 0,001 %
sifatnya sederhana dan tersusun atas Pemetaan merupakan suatu proses yang
banyak atom positif maupun negative, berguna dan sangat penting dalam
dengan pembagian rumus kimia NaCl untuk pengolahan citra satelit yang kemudian
setiap klor didapat lebih dari 60 persen dapat di olah lebih lanjut dengan beberapa
sedangkan 40 persen untuk Na. Garam metode yang hasil akhirnya atau outputnya
memiliki bentuk menyerupai Kristal yang dalam bentuk peta. Peta disini berfungsi
memiliki nilai toksisitas rendah sehingga sebagai pemberi informasi mengenai
tidak dapat terbakar (Purbani, 2006). kondisi pemukiman, tanah, lahan kosong,
Menurut Wirjodirjo (2004) mengatakan tambak, dan lain lain. Menurut Darmawan
bahwa untuk memodelkan suatu produksi (2009) mengatakan bahwa peta juga dapat
garam dengan menggunakan pendekatan dimanfaatkan sebagai landasan pengaturan
dinamis yang berdasarkan factor pengaruh manajemen pengelolaan sumberdaya
terhadap usaha garam yaitu : (1) lahan, (2) pesisir, menyediakan data dan informasi
curah hujan, serta (3) net evaporasi sangat yang berkaitan mengenai penggunaan
berpengaruh terhadap produksi garam. lahan di wilayah pesisir dan laut, serta
Sedangkan menurut Rachman (2011) membantu dalam hal system data base
mengatakan bahwa ada beberapa factor yang berguna untuk pengelolaan kawasan
yang dapat mempengaruhi tingkat produksi pesisir dan laut bagi keperluan pemerintah.
garam adalah : (1) lahan tambak garam Pemetaan juga dapat digunakan untuk
termasuk salah satu pengaruh dari factor memetakan lahan tambak garam yang juga
produksi garam rakyat yang secara garis dapat diisi oleh banyak informasi dari
besar dapat dilihat dari luasnya lahan pemilik, produksi, serta luasan dari tiap
tambak garam. (2) tenaga kerja yang petak tambak garam sehingga nantinya
terdapat di lahan tambak garam dalm dapat menjadi suatu informasi yang lengkap
proses produksi garam. (3) modal adalah untuk keperluan database pemerintah
hal yang terpenting dalam hal persiapan maupun instansi terkait (Tambunan et.al,
pengelolaan lahan hingga tahap produksi. 2012). Kegunaan lainnya dari memetakan
(4) teknologi, dalam hal meningkatkan mutu lahan tambak garam ini, adalah dapat
dari garam yang telah diproduksi.
Wiyanto, D.B dan Sulistyorini, D.A Aplikasi Sistem Informasi Geografis 3
mengetahui petak tambak yang masih wilayah pesisir Kabupaten Sidoarjo yang
beroperasi dan yang tidak. memiliki tambak garam, tepatnya di
Untuk mengetahui titik lokasi petak Kecamatan Sedati. Berdasarkan data dari
tambak yang masih berproduksi dan yang Dinas Perikanan Kabupaten Sidoarjo lokasi
tidak perlu dilakukan survey lapang serta tambak garam di Kecamatan ini tersebar di
wawancara. Tidak hanya itu untuk 3 desa yaitu Desa Banjar Kemuning,
mengetahui luasan tiap petak perlu Tambak Cemandi dan Kalanganyar.
dilakukan digitasi dengan menggunakan
citra resolusi tinggi yang terdapat pada
Google Earth Pro. c. Teknik Pengumpulan Data
Pertumbuhan serta perkembangan Data yang dikumpulkan dan dianalisa
pemanfaatan lahan tambak garam di pada penelitian ini terdiri dari data spasial
Kabupaten Sidoarjo menghadapi beberapa dan non-spasial. Untuk mengetahui titik
permasalahan dasar, yaitu: lokasi petak tambak yang masih
1. Kurangnya informasi lengkap mengenai berproduksi dilakukan survey lapang serta
peta lahan tambak garam yang disertai wawancara. Sedangkan untuk mengetahui
informasi pemilik serta produksinya. luasan tiap petak dilakukan digitasi dengan
2. Belum adanya mengenai informasi luas menggunakan citra resolusi tinggi yang
lahan tambak tiap pemilik yang ada di diperoleh dari Google Earth.
tiap desa Proses awal sebelum dilakukan digitasi
3. Belum adanya pemetaan mengenai tambak garam adalah dengan melakukan
lahan yang berproduksi ataupun tidak di koreksi geometrik. Koreksi geometrik yang
tiap lokasi atau desa paling mendasar adalah pemetaan kembali
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini posisi piksel sedemikian rupa sehingga
adalah untuk memetakan potensi lahan dihasilkan obyek yang sesuai dengan
tambak garam di wilayah Kabupaten kondisi sebenarnya di lapangan atau pada
Sidoarjo serta mengetahui cakupan luas peta topografi. Pada koreksi geometrik
lahan produksi tambak garam di Kabupaten terjadi pengalihan posisi (relokasi) seluruh
Sidoarjo. piksel pada citra sehingga membentuk
konfigurasi piksel baru yang dipersiapkan
METODE PENELITIAN sebagai citra. Koreksi geometrik ini
a. Alat dan Bahan dilakukan dengan menggunakan rujukan
Peralatan yang digunakan pada titik-titik tertentu pada peta (peta topografi)
penelitian in merupakan alat yang yang mempunyai posisi kenampakan yang
digunakan untuk survey lapangan dan sama dengan titik-titk yang ada pada citra.
pengolahan data spasial. Peralatan tersebut Pasangan titik tersebut kemudian
antara lain adalah (1) Global Positioning digunakan untuk membangun fungsi
System (GPS); (2) Alat transportasi; (3) matematis yang menyebabkan hubungan
Kamera dan (4) Perangkat computer. posisi sembarang titik pada citra dengan
Sementara itu, data-data yang digunakan titik yang sama pada peta. Hasilnya adalah
sebagai bahan dalam penelitian ini antara citra digital memiliki koordinat baru dan
lain adalah (1) Citra satelit resolusi tinggi konfigurasi piksel yang baru. Perubahan
yang diperoleh dari Google Earth tahun posisi piksel ini secara otomatis
2016; (2) Data produksi garam dari Dinas menyebabkan perubahan nilai spektral yang
Perikanan dan Kelautan Kabupaten baru danmenyebabkan citra digital memiliki
Sidoarjo. kesalahan radiometrik kembali, sehingga
perlu penataan ulang piksel-piksel yang
b. Waktu dan Tempat Penelitian berubah tersebut. Metode yang diterapkan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan untuk mengembalikan posisi piksel-piksel
Juni sampai dengan Agustus tahun 2017. citra digital adalah interpolasi nilai piksel
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di citra atau disebut resampling.
4 Jurnal Rekayasa
Mulai
Basis Data
Hasil Pemetaan Tambak Garam dua jenis kategori batas yang dapat
Peta tambak garam di Kecamatan dijadikan sebagai acuan dalam metode
Sedati Kabupaten Sidoarjo dibuat dengan delineasi, antara lain adalah fixed
menggunakan citra satelit resolusi tinggi boundaries dan general boundaries. Fixed
yang diunduh melalui aplikasi Google Earth. boundaris adalah garis yang telah
Setelah dilakukan koreksi geometrik, maka ditetapkan oleh yang berwenang melalui
langkah berikutnya adalah mendelineasi survei formal dan dinyatakan secara
batas-batas lahan sesuai dengan matematis oleh hubungan dan jarak, atau
kepemilikannya. Informasi terkait hal dengan koordinat. Sedangkan general
tersebut diperoleh dari masyarakat sekitar boundaries adalah garis yang terlihat ada
dan tenaga penyuluh lapangan dari Dinas dalam kenyataan tetapi belum ditetapkan
Perikanan dan Kelautan Kabupaten oleh pihak yang berwenang, biasanya batas
Sidoarjo. tersebut berupa kenampakan fisik, baik
Delineasi bidang tanah merupakan alami atau buatan manusia seperti pagar,
salah satu dari komponen dalam parit, atau jalan (Darmawan, 2012). Untuk
pembangunan kadaster lengkap. Delineasi pemetaan tambak garam pada penelitian
bidang tanah dilakukan dengan cara ini, pendekatan yang digunakan adalah
mengidentifikasi bidang- bidang tanah general boundaries dengan memperhatikan
dengan menggunakan peta foto dan batas pematang setiap petak tambak.
menarik garis ukur untuk batas bidang Hasilnya adalah sebagai berikut.
tanah yang jelas dan memenuhi syarat. Ada
6 Jurnal Rekayasa
Tabel dan gambar diatas menunjukkan 2011 dengan adanya peningkatan yang
luas dan produksi tambak garam di sangat signifikan, yaitu mencapai hampir
Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan hasil 8.000 ton. Setelah mengalami sedikit
pemetaan, luas tambak garam di fluktuasi pada tahun 2011 hingga 2013,
Kabupaten Sidoarjo mencapai sekitar produksi garam Kabupaten Sidoarjo
351,59 Ha. Apabila dibandingkan dengan cenderung naik secara signifikan hingga
luas seluruh tambak garam di Jawa Timur mencapai 13.430 ton pada tahun 2016.
yang mencapai 12.278 Ha, maka Sebagai salah satu usaha yang
Kabupaten Sidoarjo menyumbang 2,85% tergantung pada kondisi alam, produksi
dari total luas tambak garam di Jawa Timur. garam seperti yang terdapat di Kabupaten
Perhitungan selanjutnya menunjukkan Sidoarjo sangat dipengaruhi oleh cuaca.
bahwa dari seluruh lahan tambak garam di Besarnya intensitas matahari, curah hujan,
Sidoarjo, hanya 162,5 Ha (46,15%) saja kecepatan angin serta laju evaporisasi
yang merupakan lahan produktif. adalah beberapa factor yang menentukan
Berdasarkan sebarannya, lahan tambak produksi garam. Berdasarkan analisa data
garam di Kabupaten Sidoarjo terletak di dari studi-studi sebelumnya, diduga bahwa
Desa Banjar Kemuning, Tambak Cemandi menurunnya produksi garam pada tahun
dan Kalanganyar. Lebih lanjut, luas lahan 2005 dan 2010 diakibatkan oleh tingginya
garam terbesar terdapat di Desa Tambak curah hujan dan pendeknya musim
Cemandi yaitu 160 Ha atau 45,58% dari kemarau. Hal ini didukung oleh beberapa
total luas keseluruhan. penelitian oleh Korovessis dan Lekkas
Gambar 3 menunjukkan trend produksi (2006); Zhiling dan Guangyu (2009) yang
garam Kabupaten Sidoarjo pada periode menunjukkan adanya slope negative pada
tahun 2000-2016. Berdasarkan data persamaam regresi antara curah hujan dan
tersebut, dapat terlihat bahwa produksi perubahan salinitas air garam pada kolam
garam cenderung fluktuatif. Pada tahun peminihan.
2000 tercatat produksi garam 3.651 ton, Lahan yang digunakan sebagai
meskipun mengalami sedikit penurunan lahan produksi garam, sebaiknya dipilih
pada tahun 2001, produksi garam lahan atau daerah yang memiliki luasan
meningkat dua kali lipat menjadi 6.976 Ha lahan yang cukup luas dengan tempat
pada tahun 2002. Produksi garam kembali pemasukan air laut yang mudah. Letak
meningkat pada tahun 2004 yaitu sebesar lahan tersebut sebaiknya tidak terlalu jauh
7.819 Ha, namun pada tahun 2005 produksi dan tidak terlalu dekat dengan laut dan
garam turun drastis hingga hanya mencapai rawa-rawa, serta memiliki tingkat
50% dari tahun sebelumnya. Setelah kelembaban udara yang rendah (Dradjid
mengalami penurunan tersebut, produksi dan Muakmam 2007). Lahan produksi
garam kembali melonjak naik pada tahun garam yang letaknya telalu dekat dengan
2006. Pada tahun tersebut, produksi garam laut maka akan menyebabkan air laut dapat
meningkat lebih dari 5000 ton dibandingkan menyapu tambak garam pada saat air laut
tahun 2005. Periode tahun 2006 hingga pasang. Sedangkan lahan produksi garam
2009 ditandai dengan stabilnya produksi yang letaknya dekat dengan rawa-rawa
garam pada kisaran 7.200 – 7.800 ton, maka lahan tersebut akan memiliki tingkat
namun anjloknya produksi garam kembali kelembaban udara yang tinggi. Hal tersebut
terulang pada tahun 2010. Pada tahun disebabkan karena pada saat hujan lahan
tersebut, Kabupaten Sidoarjo mengalami yang lokasinya dekat dengan rawa-rawa
produksi garam terendah dalam 15 tahun maka akan tergenang air hujan kemudian
terakhir yaitu hanya 952 ton atau hanya dapat menyebabkan kelembaban semakin
12,16% bila dibandingkan tahun meningkat sehingga dapat mempengaruhi
sebelumnya. Kondisi produksi garam proses penguapan (Purbani 2006).
kembali menunjukkan perbaikan pada tahun
Wiyanto, D.B dan Sulistyorini, D.A Aplikasi Sistem Informasi Geografis 9