Anda di halaman 1dari 15

Bab I

Anamnesis Neuro-oftalmik
Seperti dalam setiap bidang kedokteran yang lain, anamnesis neurooftalmik
memberikan panduan dalam pemeriksaan dokter dan menentukan diagnosis
diferensial. Sejak awal anamnesis, dokter harus berusaha untuk mengkategorikan
masalah

pasien.

Tabel

1-1,

yang

mencerminkan

pembagian

buku

ini,

mengklasifikasikan gangguan neuro-oftalmik menjadi tiga kelompok: gangguan


aferen, gangguan eferen, dan sakit kepala dan abnormalitas sensasi wajah. Hal ini
dapat digunakan sebagai panduan dalam menentukan diagnosis diferensial.
Kemudian, dengan mempertimbangkan usia pasien, jenis kelamin, penyakit yang
mendasari, dan faktor risiko penyakit, dokter bisa mempersempit daftar diagnosis
yang potensial dan bentuk pemeriksaan untuk mengkonfirmasi atau menghilangkan
setiap gangguan.
Seringkali gangguan neuro-oftalmik yang tepat dapat didiagnosis berdasarkan
anamnesis saja. Misalnya, seorang wanita muda yang sehat tiba-tiba kehilangan
penglihatan pada salah satu mata dengan nyeri pada gerakan mata mungkin
mengalami optik neuritis. Seorang pria tua dengan hipertensi, penglihatan ganda
binokular horizontal yang baru dan memburuk pada jarak dan tatapan tertentu, dan
nyeri periorbital kanan kemungkinan besar mengalami vaskulopati kelumpuhan saraf
VI kanan.
Berbagai elemen anamnesis neuro-oftalmik (tabel 1-2) akan ditinjau dalam
konteks gangguan neuro-oftalmik. Meskipun penting, topik-topik seperti sikap
dokter, gaya, penggunaan bahasa selama anamnesis, lingkungan terbaik untuk
wawancara, dan hubungan dokter-pasien berada di luar lingkup bab ini dan dibahas
secara jelas dalam buku-buku teks lain.
Keluhan Utama

Usia pasien harus dipastikan terlebih dahulu. Masalah neuro-oftalmik


kongenital lebih mungkin terjadi pada anak-anak, dan gangguan degeneratif dan
pembuluh darah terutama ditemukan pada orang dewasa. Neoplasma terjadi pada
segala usia, meskipun jenis-jenis tumor yang sering terjadi tergantung dari usia.
Misalnya, pada anak-anak penyebab paling umum dari kompresi chiasma adalah
tumor jalur optik dan craniopharyngiomas, sementara pada usia dewasa adenoma
hipofisis adalah penyebab paling mungkin.
Jenis kelamin pasien harus diperhatikan karena kecenderungan beberapa
penyakit untuk laki-laki atau perempuan. Misalnya, komplikasi mata akibat kanker
payudara jelas lebih umum pada wanita, tapi neuritis optik, arteritis sel raksasa, dan
sindrom retraksi Duane juga lebih umum pada wanita.
Kemudian pasien harus diminta untuk merangkum keluhannya dalam satu
kalimat. Pernyataan sederhana seperti "Aku tidak bisa melihat dengan mata kiri
saya," "Saya memiliki penglihatan ganda," dan "kelopak mata kiri saya terkulai"
sangat membantu, dan segera memungkinkan pemeriksa untuk mulai berpikir tentang
diagnosis diferensial. Namun, ketika keluhannya samar seperti "Saya tidak melihat
dengan baik selama 6 bulan," klarifikasi tentang riwayat yang lebih lanjut perlu
dilakukan.
Keluhan utama harus dikurangi menjadi satu kalimat yang mengandung usia
pasien, jenis kelamin, dan keluhan. Misalnya "Pasien adalah seorang wanita 45 tahun
dengan nyeri wajah kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama pasien harus dieksplorasi lebih lanjut secara rinci, termasuk
kondisi

saat

ini

dan

gejala

terkait

Merinci masalah
Disfungsi aferen. Jika pasien mengeluh kehilangan penglihatan, pola dan
tingkat harus dieksplorasi untuk membantu melokalisasi masalah dalam jalur visual

aferen. Pasien harus ditanya apakah terjadi pada mata kanan atau kiri atau kedua mata
dan apakah kehilangan penglihatan mempengaruhi lapangan pandang

nasal,

temporal, superior atau inferior. Kemudian nilai kehilangan penglihatan sesuai


dengan kualitas dan derajat (misalnya kebutaan lengkap, grayness, atau distorsi
visual). Cacat pada persepsi warna harus diperhatikan. Disfungsi visual pada level
kortikal yang lebih tinggi harus dipertimbangkan ketika keluhan visual yang tidak
jelas dan ada riwayat demensia, stroke, atau perubahan perilaku dan tidak ada
penjelasan dari segi okular yang jelas untuk gangguan penglihatan tersebut.
Disfungsi eferen. Keluhan gangguan eferen neuro-oftalmik yang paling
umum adalah penglihatan ganda. Pasien dengan diplopia harus ditanya apakah
penglihatan ganda mereka binokular, horizontal atau vertikal, dan memburuk pada
saat melirik ke kiri, kanan, atas, atau bawah, atau pada jarak jauh atau dekat. Diplopia
neurologis hampir selalu binokular, dan saraf atau otot yang rusak sering dapat
ditentukan sesuai dengan arah di mana penglihatan ganda lebih buruk.
Penglihatan kabur adalah keluhan umum yang terkait dengan kelainan
refraktif, kekeruhan media, dan disfungsi aferen. Namun, pemeriksa harus menyadari
bahwa beberapa pasien yang mengeluh penglihatan kabur ternyata mengalami
diplopia saat ditanya lebih lanjut. Hal ini harus dicurigai bila pasien melaporkan
penglihatan
Profil

kabur

yang

membaik

gejala

ketika

salah
saat

satu

mata

ditutup.
ini

Kronisitas, kecepatan onset, dan pola gejala harus diselidiki.


Kronisitas. Waktu ketika gejala pertama kali dialami harus ditetapkan. Hal ini
dapat dieksplorasi dengan bertanya, misalnya, kapan pasien mampu untuk membaca
huruf dengan cetakan kecil terakhir kali. Beberapa gangguan, seperti optik neuritis,
biasanya sembuh dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Namun, jika kehilangan
penglihatan sudah ada selama beberapa tahun, diagnosis lain, seperti meningioma
yang perlahan-lahan tumbuh, harus dipertimbangkan. Penglihatan ganda yang lama
terjadi dan bahkan terjadi secara intermiten menyiratkan neoplasma yang

berkembang perlahan-lahan atau dekompensasi strabismus kongenital.Sebagai


contoh, foto-foto lama dari pasien, saat detail wajah dan mata terlihat, seringkali
sangat membantu dalam menentukan kronisitas ptosis, kelainan pupil, dan
misalignment mata.
Kecepatan onset. Gejala yang terjadi dengan onset yang tiba-tiba mengarah ke
proses vaskular, seperti stroke. Gangguan inflamasi dan infeksi juga bisa timbul
secara akut. Sebaliknya, gejala yang berhubungan dengan proses degeneratif dan
penekanan biasanya lebih tersembunyi , dan pasien mungkin tidak dapat menentukan
secara tepat kapan gelaja muncul.
Pola gejala. Pola gejala dari waktu ke waktudapat sangat membantu. Gejala
progresif menunjukkan lesi penekanan akibat massa, sementara gejala dengan onset
akut yang menetap atau membaik lebih sesuai dengan gangguan pembuluh darah atau
proses peradangan. Kehilangan penglihatan episodik bisa disebabkan misalnya karena
migrain, penyakit karotis, atau kejang. Fluktuasi ptosis atau penglihatan ganda yang
memburuk pada sore-malam hari sangat mengarah ke diagnosis myasthenia gravis.
Gejala lain yang berhubungan
Pasien harus ditanya tentang gejala neurologis atau gejala umum yang
mungkin belum dikemukakan pasien karena gejala tersebut terkait dengan masalah
mata . Misalnya, sakit kepala mungkin mengarah pada migrain, peningkatan tekanan
intrakranial, dan lesi penekanan akibat massa. Malaise, demam, nyeri otot, sakit
kepala, dan klaudikasio rahang menunjukkan arteritis sel raksasa pada pasien tua
dengan amaurosis fugax atau kehilangan penglihatan sesungguhnya. Nyeri lebih khas
pada optik neuritis daripada iskemik neuropati optik. Kelemahan sistemik, disfagia,
dan dyspnea mengarahkan ke myasthenia gravis pada pasien dengan ptosis atau
diplopia. Di sisi lain, pada pasien dengan diplopia, dysarthria, dan ataksia, lebih
mungkin

terjadi

lesi

Riwayat neurologis dan oftalmologis yang lalu

pada

fossa

posterior.

Riwayat penyakit neurologis, seperti migrain, stroke, serangan iskemik


transien, cedera kepala, atau kejang, atau neuroimaging sebelumnya harus diselidiki.
Pertanyaan penting mengenai masalah oftalmologis yang lalu termasuk koreksi
kacamata, katarak, glaukoma, strabismus, amblyopia, patching mata, atau operasi.
Riwayat medis dan operasi yang lalu dan review sistematis
Karena banyak gangguan neuro-oftalmik adalah komplikasi penyakit medis
yang mendasari, eksplorasi dan dokumentasi sejarah medis dan bedah dan review
sistem secara hati-hati merupakan hal yang terpenting. Pertanyaan tentang adanya
hipertensi, diabetes, penyakit arteri koroner, aritmia, penyakit katup jantung,
hiperkolesterolemia, dan penyakit pembuluh darah perifer sangat penting, tetapi
setiap riwayat kanker, gangguan rematologi atau imunosupresif, atau penyakit
menular

juga

sangat

relevan.

Pertimbangan khusus pada anak-anak


Petunjuk diagnostik pada anak-anak menjalani evaluasi neuro-oftalmik
mungkin terlihat jelas dalam riwayat kehamilan ibu, khususnya yang berkaitan
dengan paparan obat-obatan atau alkohol atau infeksi. Rincian kelahiran, termasuk
masa kehamilan, berat lahir, skor Apgar, dan adanya kesulitan perinatal, harus dicatat.
Riwayat perkembangan, dengan perhatian khusus pada pencapaian milestone dalam
kognitif, motorik, dan fungsi bahasa, harus diambil juga. Ketidakmampuan
pencapaian milestone menunjukkan gangguan degeneratif, sedangkan keterlambatan
perkembangan dengan pencapaian milestone yang lebih lambat menunjukkan
ensefalopati

statis,

misalnya

karena

hipoksemia.

Riwayat keluarga
Riwayat setiap penyakit neurologis, mata maupun medis lainnya yang terkait
pada anggota keluarga harus didokumentasikan. Selain itu, banyak gangguan neurooftalmik, seperti migrain, multiple sclerosis, dan neuropati optik herediter Leber,

memiliki kecenderungan genetik, sehingga bila ditemukan pada riwayat keluarga


dapat

membantu

pertimbangan

diagnosis

pasien.

Riwayat sosial
Perilaku tertentu, seperti penggunaan obat-obatan, merokok dan konsumsi
alkohol, mungkin merupakan faktor predisposisi penting untuk gangguan neurooftalmik. Misalnya, merokok merupakan faktor risiko untuk penyakit vaskular,
sedangkan alkohol dapat berhubungan dengan neuropati optik.
Karena pekerjaan juga mungkin berpengaruh secara relevan, pemeriksa harus
menanyakan tentang pekerjaan pasien. Mengetahui pekerjaan pasien juga penting
dalam memahami bagaimana masalah neuro-oftalmik pasien mempengaruhi
kehidupan sehari-harinya. Misalnya, seorang dokter gigi tak mampu bekerja lagi bila
kehilangan penglihatan monokuler dan ketidakmampuan berikutnya untuk menilai
benda secara stereoskopik. Di sisi lain, agen reservasi maskapai, yang tugasnya
mungkin tidak memerlukan penglihatan binokular, mungkin tidak akan terpengaruh
oleh

karena

kelainan

dengan

derajat

keparahan

Bab

yang

sama.
II

Pemeriksaan

neuro

oftalmik

Pemeriksaan neuro - oftalmik menggabungkan teknik oftalmik dan neurologis


untuk menilai penglihatan pasien, fungsi pupil, motilitas okular, kelopak mata, orbita,
fundus, dan status neurologis. Dalam sebagian besar kasus, setelah melakukan
anamnesis, pemeriksa seharusnya sudah membentuk opini mengenai kemungkinan
lokasi dan diagnosis diferensial. Pemeriksaan yang dilakukan dapat mendukung atau
tidak sesuai dengan diagnosis awal; temuan pemeriksaan mungkin juga dapat menjadi
pertimbangan diagnosis lain secara cepat.
Dalam bab ini, akan ditinjau unsur-unsur utama dari pemeriksaan neuro oftalmik (tabel 2-1 ), dan di setiap bagian, gangguan yang berpengaruh akan

disebutkan secara singkat. Pemeriksaan neuro - oftalmik pada pasien koma juga akan
dibahas. Pembaca kemudian harus mengacu pada bab-bab yang sesuai untuk
diagnosis banding yang lebih rinci dan diskusi tentang gangguan patologis.
Fungsi visual aferen
Pengukuran fungsi visual aferen menetapkan seberapa baik pasien dapat
melihat. Beberapa aspek yang berbeda dari penglihatan harus dievaluasi, termasuk
ketajaman penglihatan, persepsi warna, dan lapangan pandang. Pemeriksa harus ingat
bahwa pengukuran bersifat subyektif dan sangat tergantung pada tingkat kerjasama
dan

usaha

pasien.

Berdasarkan hasil konvensi, pada semua tes fungsi visual aferen, mata kanan dinilai
terlebih

dahulu.

Ketajaman penglihatan
Ketajaman penglihatan adalah pengukuran kapasitas individu untuk
diskriminasi visual detail halus dengan kontras tinggi. Koreksi ketajaman penglihatan
terbaik harus diuji untuk setiap mata terpisah dengan mata lain ditutup dengan
jaringan, tangan ,atau perangkat occluder (Gambar 2 - 1A ). Penglihatan jauh paling
sering dievaluasi dengan kartu Snellen standar (gambar 2 - 2A), dan penglihatan
dekat dengan kartu genggam (gambar 2 - 2B ). Idealnya, koreksi penglihatan terbaik
harus dinilai menggunakan lensa korektif saat ini atau refraksi yang bermanifestasi.
Jika tidak tersedia, pinhole akan memperbaiki kelainan refraktif ringan hingga sedang
pada pasien kooperatif ( gambar 2 - 1B ). Selain itu, pasien dengan ketajaman
penglihatan subnormal meskipun telah memiliki koreksi terbaik tetap harus diuji
dengan pinhole, yang selanjutnya dapat memperbaiki beberapa kelainan refraktif
(ireguler astigmatisma) dan kekeruhan media (katarak). Ketika ketajaman tidak dapat
dikoreksi dengan pinhole, harus dipertimbangkan penyebab nonrefraktif dari
kehilangan penglihatan.
Ketajaman penglihatan sering dicatat sebagai fraksi ( misalnya 20/40), di
mana pembilang merujuk pada jarak ( dalam ukuran kaki) dari mana pasien melihat

huruf, dan penyebut mengacu pada jarak dari mana pasien dengan penglihatan yang
normal melihat huruf yang sama. Mata normal bisa menyesuaikan gambaran yang
berada kebalikan dari sudut visual 5 menit pada jarak 20 kaki. Pada jarak di mana
pasien yang normal dapat mengatur garis huruf pada kartu Snellen, lebar dari garisgaris pada setiap huruf yang berada kebalikan dari sudut visual 1 menit, atau
seperlima dari seluruh huruf. Sebuah fraksi 20/20-2 menunjukkan pasien melihat
semua huruf pada baris 20/20 kecuali dua huruf, sementara 20/20+2 berarti pasien
bisa melihat huruf pada baris 20/20 ditambah dua huruf pada baris berikutnya
(20/15). Biasanya diperbolehkan sampai dua kesalahan pada baris atau dua huruf
tambahan pada baris berikutnya dalam notasi ini. Kebanyakan orang dewasa normal
di bawah usia 40 memiliki koreksi terbaik pada tajam penglihatan 20/20 dalam setiap
mata.
Ketajaman visual pada jarak juga dapat dicatat dengan menggunakan sistem
metrik atau desimal. Ketika pengujian dilakukan pada jarak 6 meter ( hampir 20
kaki), ketajaman visual normal dicatat sebagai 6/6. Sistem desimal menggunakan
sistem numerik dari notasi pecahan: 20/20 atau 6/6 adalah ketajaman visual dari 1,0.
Sebuah ketajaman dari 20/100 akan dicatat sebagai ketajaman dari 0,2.
Jika pasien tidak dapat membaca huruf Snellen terbesar (20/ 200 atau 20/400),
ketajaman harus dicatat dengan memindahkan huruf ukuran 200 ke jarak yang lebih
dekat dari pasien sampai terlihat (Gambar 2-3). Jarak tersebut dicatat sebagai
pembilang. Sebagai contoh, ketajaman 4/200 berarti pasien bisa melihat huruf dengan
ukuran 200 pada 4 kaki. Atau, ketajaman penglihatan dapat dicatat menggunakan
frase "hitung jari" (count fingers - CF ) (dan pada jarak berapa), "mendeteksi gerakan
tangan" (hand motions-HM) , dan " memiliki persepsi cahaya" (light perception- LP).
Mata yang buta berarti "tidak ada persepsi cahaya" (no light perception - NLP).
Kriteria yang digunakan oleh lembaga yang berbeda untuk menentukan tingkat
kehilangan penglihatan yang memenuhi syarat untuk kecacatan atau kepentingan
tertentu (yaitu "buta secara hukum") berdasarkan koreksi terbaik ketajaman

penglihatan lebih buruk dari 20/ 200 pada mata yang melihat lebih baik atau
konstriksi lapangan pandang binokular kurang dari 20 derajat.
Sayangnya, grafik Snellen memiliki beberapa kekurangan, yang terpenting
adalah adanya variasi nonlinear dalam ukuran huruf dari baris ke baris. Jadi, jika
ketajaman visual satu pasien berkurang 20/100 menjadi 20/200 dengan menggunakan
grafik pada Gambar 2 - 2A , dan satu lagi dari 20/80 menjadi 20/100, keduanya samasama dianggap memiliki penurunan ketajaman penglihatan satu baris. Namun, dalam
contoh pertama perbedaan ukuran huruf adalah 100% tetapi pada contoh kedua hanya
25%. Selain itu, grafik Snellen khusus memiliki jumlah huruf yang berbeda pada
setiap baris. Huruf terbesar memiliki jumlah paling sedikit, sedangkan huruf terkecil
memiliki jumlah paling banyak dalam satu baris. Oleh karena itu, lebih banyak huruf
harus diidentifikasi untuk menyelesaikan baris dengan huruf kecil dibandingkan
dengan baris huruf yang lebih besar. Selain itu, beberapa huruf, seperti contohnya
"E", lebih sulit untuk diidentifikasi daripada "A" atau "L".
Untuk menghilangkan masalah ini dan untuk memperoleh konsistensi antara
pengujian di satu tempat dan tempat yang lain, seperti misalnya dalam uji klinis
multicenter, standar chart Early Treatment in Diabetic Retinopathy Study ( ETDRS )
telah menjadi standar baku emas (gambar 2 - 2c). Setiap baris berisi lima huruf, jarak
antara huruf dan baris sebanding dengan ukuran huruf, ukuran huruf menurun secara
geometris, dan tingkat kemudahan pengenalan dari setiap huru kurang lebih sama.
Menggunakan chart ETDRS, skala linier untuk ketajaman penglihatan dapat dibuat
dengan menghitung basis 10 logaritma ( 1/Snellen notasi desimal ) dalam apa yang
disebut logaritma dari sudut minimal resolusi ( logMAR ). Oleh karena itu, setiap
baris dari chart ETDRS dipisahkan oleh 0,1 unit logMAR . Jadi pada contoh di atas,
skor logMAR untuk pasien pertama akan memburuk 0,7 menjadi 1,0 , sedangkan
yang kedua akan memburuk 0,6 menjadi0,7, lebih akurat karena mencerminkan
penurunan ketajaman penglihatan yang lebih besar pada pasien pertama.
Ketajaman penglihatan jarak dekat sering dilakukan dengan menggunakan
fraksi Snellen atau standar notasi Jaeger (J1, J3, dll). Ketika ketajaman penglihatan

dekat diuji, pasien presbiopia di atas 40 tahun harus memakai kacamata baca mereka.
Pengukuran ketajaman penglihatan dekat tidak seakurat yang diperoleh pada jarak
jauh, terutama ketika kartu tidak dipegang dalam jarak 14 inch.
Pada individu buta huruf atau anak-anak yang tidak dapat membaca huruf,
ketajaman penglihatan dapat diuji dengan Tumbling Es (gambar 2-4), Allen atau
Gambar Lea ( gambar 2 - 5A ) atau huruf HOTV (gambar 2-5B, C). Pada pasien
muda yang belum bisa bicara, penilaian gerakan mata yang terfiksasi pada cahaya
atau mainan dan pergerakan objek tersebut diikuti oleh setiap mata secara terpisah
dalam banyak kasus sudah cukup. Perhatian harus diterapkan ketika memeriksa bayi
kecil, karena fiksasi visual yang biasanya ada mungkin tidak konsisten atau tidak ada
sampai usia 8-16 minggu. Pada anak-anak ( misalnya untuk pemeriksaan serial),
preferensial tes mencari (Teller acuities) dapat digunakan (gambar 2-6). Tes ini
didasarkan pada prinsip bahwa anak lebih suka melihat objek dengan stimulus
berpola (corak garis-garis hitam dan putih dengan lebar tertentu) daripada benda yang
homogen. Frekuensi pola terkecil yang sepertinya lebih disukai anak-anak disebut
sebagai ketajaman kisi-kisi, yang dapat dikonversi menjadi setara dengan Snellen.
Ketajaman penglihatan pada bayi baru lahir adalah sekitar 20/400 hingga 20/600,
meningkat menjadi sekitar 20/60 pada usia 12 bulan, dan kemudian mencapai tingkat
20/20 pada usia 3-5 tahun.
Penyebab ketajaman penglihatan mata yang berkurang meliputi kelainan
refraksi, amblyopia, lesi makula, atau kekeruhan media seperti katarak, perdarahan
vitreous, vitritis, atau kekeruhan atau kelainan kornea. Proses neuro-oftalmik yang
dapat mengurangi ketajaman penglihatan adalah yang mempengaruhi saraf optik atau
chiasma. Gangguan posterior dari kiasma (retrochiasmal, yaitu, traktus optikus,
radiasi optikus , dan oksipital lobus) mempengaruhi ketajaman penglihatan hanya jika
terjadi bilateral. Kehilangan penglihatan fungsional harus selalu dipertimbangkan
ketika ketajaman visual menurun tanpa kelainan yang jelas dari mata atau jalur
penglihatan.

Sensitivitas kontras dan ketajaman surat kontras rendah


Pengujian sensitivitas kontras dengan kisi-kisi gelombang sinus atau
gelombang persegi dapat menjadi tambahan yang berguna dalam evaluasi kehilangan
penglihatan. Ketajaman penglihatan konvensional mengukur resolusi spasial pada
kontras tinggi, sementara pengujian sensitivitas kontras menilai resolusi spasial ketika
kontras bervariasi. Dalam satu variasi tes, pasien diminta untuk mengidentifikasi di
mana
tabel

1-1

Kategorisasi gangguan neuro oftalmik


BAB
Kehilangan

penglihatan

dan

gangguan lain

dari jalur visual aferen

Kehilangan penglihatan : gangguan retina


(

Kehilangan penglihatan : neuropati optik


(

Disc optik bengkak : papilledema dan penyebab lainnya


(

Kehilangan penglihatan : Gangguan chiasmal


(

Kehilangan penglihatan : Gangguan retrochiasmal


(

Gangguan fungsi visual kortikal yang lebih tinggi


(

10

11

Kehilangan penglihatan Transient


(
Kehilangan penglihatan fungsional
(
Halusinasi dan ilusi visual

12

Gangguan

neuro

oftalmik

eferen

Gangguan pupil
(

13

14

Gangguan saraf kelopak mata dan wajah


(

Gangguan gerakan mata : ketiga, keempat , dan kelumpuhan saraf keenam dan
penyebab lain dari diplopia dan misalignment okular
(

15

Gangguan gerakan mata : kelainan tatapan


(

16

Gangguan gerakan mata : nistagmus dan gerakan mata nystagmoid


(

17

18

Penyakit Orbital
(

Sakit kepala, nyeri wajah , dan gangguan sensasi wajah


(

19

Ketiga kelompok utama mencerminkan daftar isi dan organisasi buku ini. Selama
anamnesis , pemeriksa harus berusaha untuk mengkategorikan masalah pasien ke
dalam salah satu kelompok-kelompok ini.
tabel

1-2

Anamnesis

neuro

oftalmik

Keluhan
Usia

utama
,

jenis

Riwayat

kelamin

dan

Penyakit

Gejala

utama
Sekarang

Merinci
Profil

keluhan

masalah
gejala

saat
yang

ini
berhubungan

Riwayat

neurologis

Riwayat

dan

oftalmologis

medis

yang

dan

lalu
operasi

Review

sistem

Riwayat

keluarga

Riwayat

sosial

Tabel 2-1
Pemeriksaan

neuro

Fungsi

oftalmik

visual

aferen

Visual

ketajaman

Sensitivitas

kontras

opsional

persepsi

warna

Lapang

pandang

Tes
Fungsi

)
Konfrontasi

Amsler
visual

kortikal

yang

lebih

Grid
tinggi

Sistem

opsional

eferen

pupil
ukuran
reaktivitas
Swinging
Dekat

tes
(

senter
opsional

kelopak

)
mata

Fungsi

saraf

wajah

motilitas

okuler

Inspeksi
Ductions
Vergences
Penilaian
Pemeriksaan

misalignment
luar

okuler
termasuk

orbita

pemeriksaan

slit

lamp

applanation

pemeriksaan

tensions

ophthalmoscopic

pemeriksaan

neurologis

terarah

status

mental

saraf

kranial

fungsi

motorik

fungsi

cerebellar

sensasi
gait
refleks
Pemeriksaan umum terarah
Gambar 2-1 A. occluder untuk uji penglihatan satu mata pada satu waktu.
Berdasarkan

konvensi

mata

kanan

adalah

dites

pertama

B. Occluder dengan pinhole, jika ketajaman penglihatan yang subnormal namun


dapat ditingkatkan dengan pinhole, harus dicurigai kelainan refraksi atau kekeruhan
media.
Gambar

2-2

Alat

pengukur

ketajaman

penglihatan

a. Chart Snellen untuk menguji ketajaman penglihatan. Huruf terbesar di atas adalah
20/200 E , sedangkan huruf-huruf di bagian bawah mewakili baris 20/10 .
b. Kartu penglihatan dekat dengan pupil gauge. Perhatikan bahwa dekat ketajaman
visual sering dicatat menggunakan notasi Jaeger, seperti "Jaeger 2" atau "J2" untuk
menunjukkan

ketajaman

penglihatan

dekat

20/30.

c. Chart Early Treatment in Diabetic Retinopathy Study ( ETDRS )


Gambar 2-3. Penentuan ketajaman penglihatan menggunakan huruf dengan ukuran
200 dalam mata dengan ketajaman penglihatan lebih buruk dari 20/200 tapi lebih baik
daripada visus gerakan tangan. Jarak di mana pasien dapat melihat 20/200 E
ditentukan. Jika jarak ini adalah 3 meter, maka ketajaman visual dicatat sebagai

"3/200"
Gambar 2-4. " Tumbling Es " untuk penilaian ketajaman visual pada orang dewasa
atau anak-anak buta huruf . Pasien dapat diminta untuk menunjukkan arah mana titik
E ( atas, bawah, kiri, atau kanan). Ukuran dari huruf E berkorelasi dengan ukuran
huruf pada Snellen chart.

Anda mungkin juga menyukai