260110110054
260110110088
Indah Khairunnisa H.
260110110144
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Fitokimia dan diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi penulis dan pembacanya.
Terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, serta terima kasih kepada seluruh dosen yang telah membantu kami
untuk memahami ilmu Fitokimia dan ilmu farmasi secara umum, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan saran-saran yang dapat membantu dalam penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi seluruh penuntut
ilmu dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Fitokimia.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Tim Penulis
disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis
seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi
yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai
Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan
sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil
dari 1,0.
Teknik Kromatografi Lapis Tipis
1. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran ratarata
partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka
semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.Penjerap yang
paling sering digunakan adalah silica dan serbuk selulosa, sementara
mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi.
uap fase gerak. Tepi bagian bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel
dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak dalam
bejana harus dibawah lempeng yang telah berisi totolan sampel. Bejana
kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak
sedikit mungkin (akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai
ketinggian lempeng yang telah ditentukan). Untuk melakukan penjenuhan fase
gerak, biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring. Jika fase gerak telah
mencapai ujung dari kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak
telah jenuh.
5. Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia
yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu
pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara
fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan cara
pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar
ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluorosensi, membuat
bercak akan terlihat jelas.
Berikut adalah cara-cara kimiawi untuk mendeteksi bercak :
a. Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan bereaksi
secara kimia dengan solut yang mengandung gugus fungsional tertentu
sehingga bercak menjadi berwarna. Kadang-kadang dipanaskan terlebih
dahulu untuk mempercepat reaksi pembentukan warna dan intensitas
warna bercak.
b. Mengamati lempeng dibawah lampu ultraviolet yang dipasang panjang
gelombang emisi 254 atau 366 untuk menampakkan solut sebagai bercak
yang gelap atau bercak yang berfluorosensi terang pada dasar yang
berfluorosensi seragam. Lempeng yag diperdagangkan dapat dibeli dalam
bentuk lempeng yang sudah diberi dengan senyawa fluorosen yang tidak
larut yang dimasukkan ke dalam fase diam untuk memberikan dasar
larut dalam pelarut dan lebih teradsorbsi pada kertas akan tertinggal atau bergerak
lebih lama.
Kromatografi kertas merupakan bentuk kromatografi yang paling
sedehana mudah dan murah. Jenis kromatografi ini banyak digunakan untuk
identifikasi kualitatif maupun untuk analisis kuantitatif. Penemu kromatografi
kertas adalah Martri, Consden dan Gordon.
Teknik Kromatografi Kertas
1. Teknik menaik (ascending), pada teknik menaik ini rembesan fasa gerak
bergerak ke atas karena efek kapiler.
2. Teknik menurun (descending), pada teknik menurun ini rembesan fasa
bergerak ke bawah yang dikarenakan efek kapiler yang juga dibantu oleh
efek gravitasi sehingga rembesan berjalan lebih cepat.
Metode Kromatografi Kertas
1. Tahap penotolan cuplikan
Mula-mula menyiapkan kertas kromatografi dengan ukuran tertentu. Kertas
yang digunakan memiliki susunan serat kertas membentuk medium berpori yang
bertindak sebagai tempat untuk mengalirnya fase bergerak. Lalu membuat garis
awal dengan jarak 2-3 cm dengan salah satu ujung kertas dengan menggunakan
pensil. Selanjutnya totolkan larutan cuplikan dengan menggunakan mikropipet
atau pipa kapiler pada garis awal tadi, kemudian keringkan. Misalkan Kita ingin
mengetahui tinta mana yang digunakan untuk menulis pesan. Dalam diagram pena
diberi label 1, 2 dan 3 dan tinta pesan sebagai M.
2. Tahap pengembangan
Pada tahap ini ujung kertas kromatografi dekat garis awal yang telah berisi
totolan cuplikan dicelupkan ke dalam pelarut (pelarut untuk contoh ini misalnya
ini
dilakukan
dengan
mengukur
jarak
dari
titik
untuk senyawa yang dikenal dengan kondisi yang sama persis. Apabila kita
mengidentifikasinya dengan zat pembanding pada kromatogram yang sama
seperti
yang
dilakukan
diawal
dengan
pena,
maka
kita
tidak
bisa
1. Menguji apakah bahan pewarna yang digunakan dalam makanan aman atu
tidak untuk dikonsumsi.
2. Menguji tinta yang digunakan pada pemalsuan dokumen, seperti surat
perjanjian, cek dan giro.
3. Menguji apakah terdapat obat terlarang dalam urin manusia.
4. Memeriksa apakah pestisida yang terdapat dalam sayuran atau bahanbahan masih dalam batas aman atau tidak.
5. Mengetahui kandungan asam amino tertentu dari campuran asam amino.
6. Dapat mengidentifikasikan keberadaan suatu unsur.
Misalnya ingin mengidentifikasi logam Ag, Pb dalam larutan pengembang asam
asetat. Caranya yaitu:
Mula-mula kertas kromatografi disiapkan, dan ditarik batas pensil kira-kira 2 cm
dari pinggir kertas. Lalu kertas dibagi menjadi empat kolom dan di beri nomor
pada tiap kolomnya. Pada kolom 1 dan 3 ditetesi dengan larutan cuplikan A dan B,
kolom 2 dan 4 dengan larutan baku Ag dan Pb (II). Sementara itu larutan
pengembang disiapkan yang berisi 12,5 ml larutan asam asetat dan air. Masukkan
kertas kromatografi kedalam larutan pengembang kemudian ditutup. Selanjutnya
kertas diambil dari dalam larutan bila kertas mencapai larutan pengembang.
Kemudian pada kertas diberi tanda batas dengan menggunakan pensil dan
kemudian
kertas
dikeringkan.
Kemudian
setiap
kolom
digunting
dan
KROMATOGRAFI PREPARATIF
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-
komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen oleh karena daya
serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak
dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan
pemisahan.
KLT Preparatif dapat digunkaan untuk memisahkan bahan dalam jumlah
gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram. Seperti
halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga melibatkan fase diam dan fase
gerak. Dimana fase diamnya adalah sebuah plat dengan ukuran ketebalan
bervariasi. Untuk jumlah sampel 10-100 mg, dapat dipisahkan dengan
mengunakan KLT Preparatif dengan adsorben silika gel atau aluminium oksida,
dengan ukuran 20x20 cm dan tebal 1 mm, jika tebalnya di dua kalikan, maka
banyaknya sampel yang dapat dipisahkan bertambah 50%, seperti halnya KLT
biasa, adsorben yang paling umum digunakan pada KLT Preparatif adalah silika
gel.
Sebelum ditotolkan pada plat KLT Preparatif, sampel dilarutkan terlebih
dahulu dalam sedikit pelarut. Pelarut yang baik adalah pelarut yang mudah
menguap, misalnya n-heksana, diklorometana atu etil asetat. Karena jika pelarut
yang digunakan tidak mudah menguap, maka akan terjadi pelebaran pita.
Konsentrasi sampel juga sebaiknya hanya 5-10%. Sampel yang ditotolkan harus
berbentuk pita yang sesempit mungkin karena baik tidaknya pemisahan juga
bergantung pada lebarnya pita.
Setelah plat KLT Preparatif dielusi, pita yang kedudukannya telah
diketahui dikerok dari plat. Selanjutnya senyawa harus diekstraksi dari adsorben
dengan pelarut yang sesuai (5 ml pelarut untuk 1 gram adsorben). Diupayakan
untuk menggunakan pelarut yang paling nonpolar yang mungkin. Harus
diperhatikan bahwa makin lama senyawa kontak dengan adsorben, maka makin
besar kemungkinan senyawa tersebut mengalami peruraian. Selanjutnya ekstrak
yang diperoleh disaring menggunakan corong berkaca masir atau menggunakan
membran.
Kelebihan dari penggunaan KLT Preparatif adalah biaya yang digunakan
murah dan memakai peralatan paling dasar. Sementara kekurangannya antara
lain : adanya kemungkinan senyawa yang diambil dari plat adalah senyawa
beracun, waktu yang diperlukan dalam proses pemisahan cukup panjang ,adanya
pencemar setelah proses ekstraksi senyawa dari adsorben dan biasanya rendemen
yang diperoleh berkurang dari 40%-50% dari bahan awal.
KROMATOGRAFI KOLOM
1. Pengertian
Kromatografi kolom adalah salah satu metode yang digunakan untuk
pemurnian senyawa dari campuran dengan memakai kolom. Kromatografi
kolom termasuk kromatografi cairan, adalah metoda pemisahan yang cukup
baik untuk sampel lebih dari 1 gram.
2. Prinsip
Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap
dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam
sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir
kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat
sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar terserap lebih lemah dan
turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan
penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan tanpa
tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus
sehingga terjadi pemisahan dalam kolom.
3. Mekanisme
Biasanya sampel dihomogenkan dengan fase diam sehingga merupakan
serbuk kering, diatas lapisan ini dapat diletakkan pasir untuk menjaga tidak
terjadinya kerusakan waktu ditambahkan fase gerak diatas lapisan sampel.
Fase diam dan sampel ini berada di dalam kolom yang biasanya dibuat dari
gelas, logam ataupun plastik. Selama elusi fase gerak dialirkan dari atas,
mengalir karena gaya gravitasi atau ditekan dan juga disedot dari arah bawa.
Komponen sampel akan terpisah selama bergerak dibawa fase gerak didalam
kolom (fase diam). Komponen yang paling tidak tertahan oleh fase diam akan
keluar lebih dahulu dan diikuti oleh komponen lain. Semuanya ditampung
sebagai fraksi, volume tiap fraksi tergantung besarnya sampel (kolom).
4. Tahapan Kerja
a. Kolom kromatografi
Kolom biasanya berbentuk seperti buret untuk titrasi, ukurannya beragam.
Perbandingan panjang kolom sekurang-kurangnya 10 kalinya diameternya,
perbandingan ini tergantung mudah tidaknya komponen dipisahkan.
Perbandingan berat sampel dan fase gerak (1 : 30) biasanya cukup
memadai untuk pemisahan yang mudah, perbandingan dapat ditingkatkan
hingga (1:50) untuk komponen yang susah dipisahkan.
b. Fase diam
Ukuran partikel fase diam bisanya lebih besar dari ukuran partikel fase
diam untuk KLT, ukuran yang digunakan antara 63-250|iim. Ukuran
partikel lebih kecil 63 jam fase gerak akan mengalir lebih lambat, sehingga
perlu ditekan atau dihubungkan dengan pipa hisap. Silika gel (SiOi) adalah
fase diam yang serba guna, banyak digunakan. Pada pembuatannya silika
gel perlu diaktifkan panaskan pada 150-160C selama 3-4 jam. Fase diam
lain adalah alumina.
c. Pemilihan Fase gerak (pelarut=solven = eluen)
Pemilihan fase gerak sangat menentukan berhasil tidaknya pemisahan.
Untuk menentukan fase gerak yang akan digunakan, dilakukan
pendekatan:
1. Penelusuran literature/pustaka.
2. Mencoba dengan KLT.
Cara ini dikerjakan dengan memilih fase diam KLT sejenis dengan fase
diam kolom yang akan digunakan. Biasanya dicoba dikembangkan dengan
fase gerak non polar kemudian diikuti dengan fase gerak yang lebih polar.
untuk
mendinginkan
kolom
sehingga
menghambat
Elusi dihentikan jika sudah tidak ada lagi sampel yang dapat dibawa keluar
lagi oleh fasa gerak, bila digunakan elusi gradient sidah sampai pada fase
gerak yang paling polar.
g. Komponen yang dipisahkan
kolom
vakum/kromatografi
cair
vakum
merupakan
kromatografi kolom yang dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum, fase gerak
digerakkan dengan kondisi vakum sehingga prosesnya berlangsung cepat. Kolom
kromatografi dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan
maksimum. Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap
yang dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung fraksi.
Walaupun KKV/KCV memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak dari pada
kromatografi lapis tipis (KLT), KKV/KCV tetap ekonomis dalam sisi biaya.
Kromatografi cair vakum (KCV) pertama kali diperkenalkan oleh para
ilmuwan dari Australia untuk mengatasi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
separasi menggunakan kolom kromatografi klasik. Pada dasarnya metode ini
adalah kromatografi lapis tipis preparatif yang berbentuk kolom. Aliran fase gerak
dalam metode ini diaktifkan dengan bantuan kondisi vakum. Kromatografi cair
vakum pada awalnya digunakan untuk separasi senyawaan steroid dan produkproduk natural dari laut. Kromatografi cair vakum terdiri dari suatu corong
Buchner yang memiliki kaca masir. Corong Buchner ini diiisi dengan fase diam
yang tingkat kehalusannya seperti yang umumnya dipakai dalam kromatografi
lapis
tipis
(70-230
mesh).
berisi fase
diam ini
oleh
Coll menggunakan
corong Buchner
kaca masir
atau kolom pendek, sedangkan Targett menggunakan kolom yang lebih panjang
untukmeningkatkan daya pisah.
2.
3.
Pengerjaannnya sederhana
4.
Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase
5. Pelarut
Pelarut yang digunakan dalam kromatografi cair vakum adalah pelarut yang
kepolarannya paling rendah sampai pelarut yang kepolarannya tinggi. Dimana
Elusi diawali dengan pelarut yang kepolarannya rendah lalu kepolaran
ditingkatkan perlahan-lahan (polaritas meningkat) dengan harapan bahwa
Pelarut
Komposisi
Volume (ml)
Heksana
100
100
Heksana-etil asetat
50:50
100
Etil asetat
100
100
Etil asetat-metanol
75:25
100
Etil asetat-metanol
50:50
100
Etil asetat-metanol
25:75
100
Metanol
100
100
Pelarut
Komposisi
Volume (ml)
Heksana
100
100
Heksana-etil asetat
80:20
100
Heksana-etil asetat
60:40
100
Heksana-etil asetat
40:60
100
Heksana-etil asetat
20:80
100
Etil asetat
100
100
Metanol
100
100
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Ibnu Gholib Gandjar. Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Rahman, Abdul., dkk., 2008, Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Soebagio, dkk. 2002. Kimia Analitik II. Malang: FMIPA Universitas Negeri
Malang