Anda di halaman 1dari 11

Menurut pendapat Yatim (dalam

Pola Asuh Orangtua pada Subjek

Buletin Psikologi, 1998) yang termasuk

yang Menggunakan Napza

Napza adalah semua jenis obat yang


menimbulkan

Latar Belakang Masalah

ketergantungan,

antara

lain adalah Narkotika sekelompok obat


Hubungan Napza dengan generasi

yang bersifat menenangkan syaraf dan

muda dewasa saat ini amat erat. Artinya

mengurangi rasa sakit, Depresants; jenis

sangat banyak kasus kecanduan dan

obat

pengedaran Napza yang di dalamnya

menenangkan seseorang atau dipakai

terlibat

untuk

generasi

muda,

khususnya

yang

obat

remaja sekolah dan luar sekolah (putus

meningkatkan

sekolah).

seseorang,

usia

remaja

memang

digunakan

tidur,

untuk

Stimulan,

kemampuan
namun

juga

fisik
dapat

merupakan "sasaran empuk" dan periode

menimbulkan kerusakan fisik, Kanabis;

yang

terhadap

sejenis tanaman perdu yang mengandung

penyalahgunaan Napza, karena masa

delta-gtetra kanobinol (THC), dan yang

remaja

pencarian

terakhir Hallusinogen; pada pengguna

identitas diri, saat dimana remaja mulai

dapat menimbulkan perasaan tidak rill,

muncul rasa penasaran, ingin tahu, serta

yang dapat meningkatkan halusinasi

ingin mencoba berbagai hal yang baru

menjadi persepsi yang salah. Pada

dan

Oleh

awalnya, penyalahgunaan Napza terjadi

karenanya, sangat mungkin jika semakin

pada remaja melalui teman sebaya yang

hari akan semakin bertambah jumlah

menawarkan Napza dengan disertai janji

pengedar

atau juga melalui tekanan atau paksaan.

paling

rawan

merupakan

bahkan

masa

beresiko

dan

tinggi.

pengguna

Napza

di

kalangan anak-anak dan remaja.

Biasanya, terlebih dahulu akan ditawari

Napza pada dasarnya merupakan

dengan rokok atau minuman keras,

jenis obat atau zat yang berguna bagi

kemudian setelah terbiasa maka dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan

mudah akan beralih pada kebiasaan

kesehatan
adalah

seperti
morfin,

terapi,

contohnya

menggunakan jenis Napza lain, baik

opium,

sabu-sabu

ganja, heroin, atau zat yang lainnya.

(amfetamina), PCP (halusinogen) dan


lain-lain (Rojak, 2005).

Menurut
berdasarkan

Sayuti
hal

tersebut,

(2005),
kasus

penyalahgunaan Napza, khususnya pada

ini,

remaja sering berawal dari pengaruh

digunakan untuk belajar namun ternyata

pola pergaulan dan gaya berteman, di

digunakan untuk transaksi bagi remaja

samping berasal dari keinginan pribadi

yang mengkonsumsi Napza. Hal tersebut

dan problem yang terjadi di masyarakat.

didasari oleh pengaruh pergaulan dan

Budiarta (2000) mengatakan bahwa pada

lingkungan

saat ini, sudah banyak generasi muda

(Budiarta, 2000).

lingkungan

sekolah

dalam

seharusnya

bermasyarakat

yang terpengaruh dengan budaya asing

Menurut Gunarsa (2000) pola asuh

dengan berperilaku negatif, misalnya

orang tua merupakan pola interaksi

merokok,

keras,

antara anak dengan orang tua yang

menggunakan ekstasi, pergaulan bebas

meliputi bukan hanya pemenuhan fisik

dan lain sebagainnya. Hal ini akan

dan psikologis tetapi juga norma-norma

berpengaruh

bagi

yang berlaku dimasyarakat agar dapat

remaja yang jiwa dan emosinya masih

hidup selaras dengan lingkungan. Ada

dalam tahap perkembangan yang labil.

tiga jenis pola asuh yaitu pertama; pola

minum-minuman

negatif

Menurut
Budiarta,

Al

2000),

terutama

Bachri

(dalam

otoriter

dimana

orang

tua

dari

membatasi dan menghukum, menuntut

penggunaan Napza bagi penggunanya

anak untuk mengikuti perintah-perintah

adalah merasakan kecemasan yang luar

orangtua. Kedua; pola asuh otoritatif

biasa,

yaitu pola asuh yang mendorong anak-

paranoid,

berperilaku

agresi,

dampak

asuh

delusi

formikasi,

memiliki

nafsu

anak

agar

mandiri

tetapi

masih

seksual yang tinggi, dan timbulnya

menetapkan

berbagai penyakit seperti stroke, radang

pengendalian

hati, jantung dan sebagainya hingga

mereka. Sedangkan yang terakhir adalah

menimbulkan kematian. Dari pendapat

pola asuh permisif; dimana orang tua

tersebut dapat disimpulkan bahwa Napza

sangat tidak terlibat dalam kehidupan

dapat merusak dan membahayakan bagi

anak (Gunarsa, 2000).

batas-batas
atas

dan

tindakan-tindakan

generasi muda dalam suatu bangsa

Menurut Lewis (dalam Haradeani,

khususnya bagi anak-anak dan remaja,

1999) pola asuh orang tua yang terlalu

yang

mengendalikan

mana

penyebarannya

dimulai

melalui lingkungan sekolah. Dalam hal

anak

(otoriter)

atau

terlalu membebaskan anak (permisif)

dapat mengawali perilaku pengguna

masyarakat yang baik. Pengasuhan anak

Napza.

menunjuk pada pendidikan umum yang


ditetapkan pengasuhan terhadap anak

TINJAUAN PUSTAKA

berupa suatu proses interaksi orang tua


(sebagai pengasuh) dan anak (sebagai

A. Pola Asuh

yang diasuh) yang mencakup perawatan,


mendorong keberhasilan dan melindungi

1.

Pengertian Pola Asuh

maupun sosialisasi yaitu mengajarkan

Hetherington & Whiting (1999)


menyatakan bahwa pola asuh sebagai

tingkah laku umum yang diterima oleh


masyarakat.

proses interaksi total antara orang tua


dengan

anak,

pemeliharaan,

seperti:

proses

pemberian

makan,

2. Dimensi Pola Asuh Orang Tua


Baumrind (1994) mengemukakan 4

membersihkan, melindungi dan proses

dimensi pola asuh yaitu:

sosialisasi

a. Kendali

anak

dengan

lingkungan

Orang

Tua

(Control):

sekitar. Orang tua akan menerapkan pola

tingkah menunjukan pada upaya

asuh yang terbaik bagi anaknya dan

orang

orang tua akan menjadi contoh bagi

kedisiplinan pada anak sesuai dengan

anaknya. Menurut Gunarsa (2000) pola

patokan laku yang sudah dibuat

asuh orang tua merupakan pola interaksi

sebelumnya

antara anak dengan orang tua yang


meliputi

bukan

hanya

pemenuhan

tua

dalam

menerapkan

b. Kejelasan Komunikasi Orang Tuaanak

(Clarity

Of

Parent

Child

kebutuhan fisik dan psikologis tetapi

Communication):

juga norma-norma yang berlaku di

kesadaran

masyarakat agar anak dapat hidup

mendengarkan

selaras dengan lingkungan.

pendapat, keinginan atau keluhan

menunjuk

orang

tua

atau

untuk

menampung

Menurut Wahyuning (2003) pola

anak, dan juga kesadaran orang tua

asuh adalah seluruh cara perlakuan orang

dalam memberikan hukuman kepada

tua yang ditetapkan pada anak, yang

anak bila diperlukan

merupakan bagian penting dan mendasar


menyiapkan

anak

untuk

menjadi

c. Tuntutan

Kedewasaan

(Maturity

Demands): menunjuk pada dukungan

prestasi, sosial, dan emosi dari orang


tua terhadap anak
d. Kasih

(Nurturance):

pada

keterlibatan

3.

Menurut Hurlock (1991) pola asuh

Sayang

menunjuk

c. Pola asuh permisif

kehangatan

orang

tua

dan
dalam

orangtua yang tidak membimbing


anak

ke

pola

perilaku

yang

menyetujui segala tingkah laku

memperlihatkan kesejahteraan dan

anak

kebahagiaan anak.

keinginan yang sifatnya segera dan

termasuk

keinginan-

tidak

menggunakan

Jenis-jenis Pola Asuh

Anak

tidak

a. Pola asuh otoriter

batasan

hukuman.

diberikan

atau

batasan-

kendali

yang

saja

boleh

Menurut Gunarsa (2002) pola asuh

mengatur,

yang mengendalikan suatu perilaku

dilakukan, mereka diijinkan untuk

secara

menggunakan

mengambil keputusan sendiri dan

kekuasaan. Pola asuh yang otoriter

berbuat sesuai dengan kehendak

berhubungan

mereka sendiri.

otoriter

dengan

kegelisahan

mengenai

perbandingan
kegagalan

remaja,

masyarakat,
untuk

apa

4. Faktor

faktor

yang

Mempengaruhi Pola Asuh

mengambil

Hurlock (1993) ada beberapa

inisiatif dalam suatu tindakan, dan

faktor yang mempengaruhi pola

tidak efektifnya interaksi di dalam

asuh, yaitu:

masyarakat

a. Pendidikan orang tua

b. Pola asuh otoritatif

Orang

tua

yang

mendapat

Menurut Santrock (1999) pola asuh

pendidikan yang baik, cenderung

yang mendorong remaja menjadi

menetapkan pola asuh yang lebih

bebas namun tetap menempatkan

demokratis

batasan dan pengendalian dalam

dibandingkan dengan orang tua

tindakan remaja, memberi dan

yang

menerima secara lisan dilakukan

Pendidikan membantu orang tua

dengan luas dan orang tua ramah

untuk

serta pengasuhan diarahkan pada

kebutuhan anak.

remaja.

ataupun

pendidikannya

lebih

permisif

terbatas.

memahami

b. Kelas sosial

f.

Usia anak

Orang tua dari kelas sosial

Tingkah laku dan sikap orang tua

menengah

lebih

dipengaruhi oleh anak. Orang tua

permisif dibanding dengan orang

yang memberikan dukungan dan

tua dari kelas sosial bawah.

dapat menerima sikap tergantung

c. Konsep tentang peran orang tua

anak usia pra sekolah dari pada

cenderung

Tiap orang tua memiliki konsep


yang

berbeda-beda

anak.

tentang
B. Napza

bagaimana seharusnya orang tua


berperan.
konsep

Orang

tua

tradisional

dengan

cenderung

1. Pengertian Napza
Menurut Hawari (1991) Napza

memilih pola asuh yang ketat

adalah

dibanding

Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif

orang

tua

dengan

singkatan

dari

Narkotika,

konsep nontradisional.

lainya. Napza mencakup segala macam

d. Kepribadian orang tua

zat yang disalah gunakan untuk Gitting,

Pemilihan pola asuh dipengaruhi

mabuk, fly atau high, yang dapat

oleh

tua.

mengubah tingkat kesadaran seseorang.

Orang tua yang berkepribadian

Termasuk dalam Napza adalah obat

tertutup

konservatif

perangsang, penenang, penghilang rasa

cenderung akan memperlakukan

sakit, pencipta ilusi atau psikotropika,

anak dengan ketat dan otoriter.

dan zat-zat yang tidak termasuk obat

kepribadian

dan

orang

e. Kepribadian Anak

namun dapat disalahgunakan (misalnya

Tidak hanya kepribadian orang

alkohol atau zat yang bisa dihirup seperti

tua saja yang mempengaruhi

bensin, lem, tinner, dan lain lainya

pemilihan pola asuh, tetapi juga

sehingga high.

kepribadian anak. Anak yang

Menurut Budiarta (2000) Napza

ekstrovert akan bersifat lebih

merupakan zat atau obat yang berasal

terbuka

rangsangan-

dari tanaman, baik sintetis maupun

rangsangan yang datang pada

semisintetis yang dapat menyebabkan

dirinya

penurunan atau perubahan kesadaran,

terhadap

dibandingkan

anak yang introvert.

dengan

hilangnya

rasa,

mengurangi

bahkan

menghilangkan rasa nyeri dan dapat

pengaruhnya dalam penyalahgunaan

menimbulkan ketergantungan.

Napza. Ciri kepribadian yang lemah


dan antisosial sering merupakan

2. Definisi Penyalahgunaan Napza


Menurut Willis (2005), maksud
dari

penyalahgunaan

adalah

penyebab

seseorang

menjadi

penyalahguna Napza.

suatu

pemakaian non medical atau ilegal

b. Faktor keluarga

barang haram yang dinamakan Napza

Beberapa kondisi keluarga yang

(narkotika dan obat-obat adiktif) yang

berpengaruh

dapat merusak kesehatan dan kehidupan

penyalahgunaan Napza adalah:

produktif manusia pemakainya. Manusia

1) Hubungan

pemakai Napza bisa dari berbagai

terhadap

antara

anggota

keluarga tidak harmonis.

kalangan, mulai dari level ekonomi

2) Keluarga yang tidak utuh.

tinggi hingga rendah, para penjahat,

3) Suasana rumah diwarnai dengan

pekerja, ibu-ibu rumah tangga, bahkan

pertengkaran

sekarang sudah sampai ke sekolah-

menerus.

sekolah yang jelas-jelas terdiri dari para

terus

4) Kurang komunikasi dan kasih

generasi muda, bahkan lebih khusus lagi


anak-anak dan remaja.

yang

sayang antara anggota keluarga.


5) Keluarga yang sering ribut dan
berselisih.

3.

Faktor-Faktor

Penyebab

6) Keluarga

yang

kurang

mengamalkan hidup beragama.

Penyalahgunaan Napza
Menurut Hawkins dkk (Buletin

7) Keluarga yang orang tuanya telah

Psikologi, 1998) beberapa faktor utama


yang dipandang berpengaruh terhadap

menggunakan Napza.
Menurut Sayuti (2006) keluarga

penyalahgunaan Napza adalah: faktor

sebagai

internal dari individu (ciri kepribadian),

menentukan bagi terbentuknya perilaku

faktor

remaja. Jika di dalam keluarga terdapat

keluarga,

dan

faktor

teman

lingkungan

yang

paling

sebaya.

hubungan yang tidak harmonis, tingkat

a. Faktor internal (ciri kepribadian):

pendidikan

Pola kepribadian seseorang besar

yang

rendah,

rasa

dan

praktek keagamaan lemah, maka secara

langsung atau tidak langsung maka akan

METODE PENELITIAN

memberikan pengaruh bagi kehidupan


A. Pendekatan Penelitian

dan perilaku anaknya, terutama yang


masih dalam usia remaja, karena di saat
anak

memasuki

usia

remaja,

perkembangan emosinya masih labil,


berperilaku ragu, sering uring-uringan,
dan kecenderungan meniru gaya dan
perilaku keluarga. Oleh karenanya, jika
lingkungan

keluarga

tidak

dapat

memberikan contoh yang baik, maka


lambat laun anak atau remaja akan
mencari kepuasan di luar atau remaja
akan mencari kepuasan di luar dan bisa
menjerumuskannya

ke

dalam

Penelitian

ini

menggunakan

metode campuran / kombinasi (multiple


methods) yaitu pendekatan kualitatif
sebagai pendekatan utamanya. Menurut
Brannen (2003) penelitian pendekatan
utamanya adalah kualitatif sedangkan
metode

kuantitatif

komplemen,

dipakai

maka

sebagai

pendekatan

kuantitatif tersebut berfungsi sebagai: (a)


Menyajikan data kuantitatif sebagai latar
belakang,

yang

daripadanya

akan

diambil skala kecil untuk diteliti, (b)

penyalahgunaan Napza.

Untuk menguji hipotesis yang dihasilkan


c. Faktor lingkungan teman sebaya
Pengaruh buruk dari lingkungan
pergaulan, khususnya pengaruh dan
tekanan dari kelompok teman sebaya
sering

menjadi

sumber

terjadinya

penyalahgunaan

Kelompok

teman

sebaya

Napza.
tersebut

Napza Menurut Hawkins dkk (dalam


Psikologi

1998).

Penyalahgunaan Napza pada kelompok


teman sebaya merupakan prediktor yang
kuat terhadap penyalahgunaan Napza
pada remaja.

pendekatan

kualitatif,(c)

memberikan dasar untuk pengambilan


sampel yang akan dikaji secara intensif.

B. Subjek Penelitian

penyebab

berperan sebagai media awal perkenalan

Buletin

melalui

1. Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek dalam penelitian
ini adalah seorang remaja pria
berusia 22 tahun. Subjek adalah
seorang

mahasiswa

yang

menggunakan Napza.
2. Jumlah subjek
Jumlah subjek dalam penelitian studi
kasus ini adalah satu orang.

kesadaran

PENUTUP

orang

mendengarkan

tua

atau

untuk

menampung

pendapat, keinginan atau keluhan

Kesimpulan

anak, dan juga kesadaran orang tua


Kesimpulan yang bisa didapat

dalam memberikan hukuman kepada

dari penelitian ini adalah :

anak

1. Pola asuh remaja pengguna Napza

hubungan

adalah permisif, hal ini dilihat dari :

orang tuanya kurang baik, karena

a) Kendali

orang

tua

(control)

bila

kedua

diperlukan.
subjek

orang

Seperti

dengan

tuanya

kedua

memiliki

kurangnya upaya kedua orang tua

kesibukannya masing-masing, yang

subjek

menyebabkan

dalam

menerapkan

komunikasi

subjek

kedisiplinan pada anak sesuai dengan

dengan kedua orang tuanya hanya

patokan tingkah laku yang sudah

melalui

dibuat sebelumnya. Seperti orang tua

terkadang

sering

sekali

tidak

subjek bertipe orang yang tidak

sependapat

dengan

kedua

orang

pernah menerapkan disiplin yang

tuanya, yang sering mementingkan

tegas didalam rumah, karena mereka

pekerjaan

terlalu

pekerjaan

menyebabkan subjek lebih memilih

dalam

keluar dari rumah dan menghabiskan

mereka

sibuk

dengan

masing-masing,

pergaulan, orang tua subjek sangat


memberikan kebebasan sepenuhnya

telepon.

dan

mereka.

subjek

Yang

waktu bersama teman-temannya.


c) Tuntutan

kedewasaan

kurang

kepada subjek, dan orang tua subjek

memberi dukungan pada prestasi,

tidak pernah memberikan hukuman

social, dan emosi dari orang tua

yang terlalu berat apabila subjek

terhadap anak. Seperti kedua orang

melakukan kesalahan, karena mereka

tua subjek memberikan kebebasan

hanya

dalam

jangan

memberikan
pernah

nasehat

diulang

dan

kembali

kesalahan yang sama.

(Clarity

Communication)

of

parent
:

ibunya

sehari-hari,
sangat

membebaskan dan tidak memberi

b) Kejelasan komunikasi orang tua dan


anak

terutama

pergaulan

batasan dalam pergaulanya dalam

child

memilih teman. Kedua orang tua

kurangnya

subjek berharap subjek bias lulus

dengan nilai yang memuaskan dan

saat berkumpul dengan teman-

ketika

subjek

temannya di luar jam sekolah dan

sedang

akhirnya

kedua

orang

memergoki

tua

subjek

menggunakan

napza

mengakibatkan

kedua

yang
orang

tua

subjek marah besar kepada subjek.

mendapatkan

Napza

ketika

tempat

tongkrongan,

subjek

dan

mendapatkan Napza dari teman

dalam

sekolah dan teman main di

memperlihatkan kesejahteraan dan

lingkungan rumah subjek tinggal.

kebahagiaan anak. Seperti kasih

(b) Melalui lingkungan sekitar : Di

sayang, perhatian dan rasa nyaman

lingkungan tempat tinggal subjek,

itu semua tidak subjek dapatkan dari

sangat mendukung

kedua orang tuanya. Selama ini

dekat lagi mengkonsumsi Napza

subjek hanya mendapakan kasih

karena tempat tersebut terkenal

sayang, perhatian dan rasa nyaman

dengan basis Narkoba (sarang

hanya

itu

narkoba), Biasanya subjek ditawari

dirasakan oleh subjek dari sejak

dan mendapatkan Napza ketika

subjek

sedang

keterlibatan

dari

kecil

kehangatan

ketergantungan, Biasanya subjek

istirahat dan pulang sekolah di

d) Kasih sayang (Nuturence) : kurang


memberikan

menjadi

orang

tua

neneknya.

hingga

Hal

sekarang

dewasa, Sedangankan Kedua orang

untuk lebih

bersama-sama

teman-

temanya pada malam hari.

tua subjek hanya bisa memberikan


materi yang dibutuhkan oleh subjek
saja.

3. Faktor-faktor

penyebab

penyalahgunaan Napza adalah :


(a) Faktor internal : Tingkat kontrol

2. Proses terjadinya penyalahgunaan

dalam keagamaan yang rendah,

Napza
Beberapa proses penyalahgunaan
Napza, antara lain :

kali

dan kurang percaya diri yang


menyebabkan

(a) Melalui teman sebaya :


pertama

yang kurang, tingkat keyakinan

ditawari

Subjek

menggunakan

dan

menggunakan

mencoba ganja pada kelas 2 SMP

subjek
napza.

Dengan
Napza

kepercayaan diri subjek semakin


bertambah.
(b) Faktor Keluarga : Hubungan
subjek

dengan

taunya

kurang

dikarenakan

kedua

orang

harmonis,
kurangnya

(tidak
diterbitkan).
Fakultas Psikologi UI.

Depok;

Anggraini, F. 2000. Hubungan Antara


Lama
Penulisan
Dengan
Dampak Psikologis Pecandu
Napza. Tesis (tidak diterbitkan)
Depok : Fakultas Psikologi
Gunadarma

komunikasi yang baik antara


subjek dengan kedua orang tua
subjek. Subjek adalah merupakan
korban dari orang tua yang

Budiarta, T. 2000. Dampak Narkoba dan


Upaya
Penanggulangannya.
Jurnal
Psikologi
(tidak
diterbitkan). Depok : Universitas
Indonesia

bercerai.
(c) Faktor teman sebaya : pengaruh
negative

dari

lingkungan

pergaulan

yang

menyebabkan

Buletin Psikologi. 1998. Bagaimana


Menghindari
Diri
dari
Penyalahgunaan Napza (tidak
diterbitkan). Depok : Universitas
Indonesia

subjek menggunakan Napza di


karenakan emosi yang dimiliki
oleh subjek tidak stabil karena
kurang

perhatian

orangtua

dan

dari

kedua

dalam

tahap

perkembangan emosi yang labil.


Tekanan dari kelompok teman
sebaya sering menjadi sumber
penyebab
penyalahgunaan

Gunarsa, S. D. 2000. Psikologi Praktis :


Anak, Remaja, dan Keluarga.
Jakarta : PT. BPK Gunung
Mulya.
Haradeani, M. 1999. Persepsi Remaja
Mengenai Pola Asuh Orangtua
dengan Penyalahgunaan Zat.
Skripsi
(Tidak
diterbitkan)
Depok : Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.

terjadinya
Napza

dari

teman yang satu dengan teman


yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adina, 1998. Hubungan Antara Pola
Suh Orang Tua Dengan Tahap
Perkembangan,Penalaran Moral
Remaja Usia 17-19 th, Skripsi

Hawari, M. 1999. Penyalahgunaan


Narkotika dan Zat aditif. Jakarta
: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
Heterington, M. E & Porke, R. D. 1999,
Child
Psychology
A
Contemporary New Point 4 th.
New York : Mc Graw Hill . Inc

http

://www.
Pontianakpost.
Com/berita/index. Asp? Berita =
konsultasi.id = 125710

Hurlock, E, B. 1993. Psikologi


Perkembangan
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi
Perkembangan
Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan Jakarta : Erlangga

Prabowo, H. 1998. Pengantar Psikologi


LIngkungan Seri Diktat kuliah.
Jakarta : Universitas Gunadarma.
Putri, D. W. 2006. Motivasi dan proses
Pengambilan Keputusan menjadi
Pastor Paroki, Depok. : Fakultas
Psikologi.
Universitas
Gunadarma.
Riyanto, Y. 1996. Metode Penelitian.
Surabaya : SIC.

E. 1991. BAUM TEST.


Djogjakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada

Rozak, A & Sayitu, W. 2006. Remaja


dan Bahaya Narkoba. Jakarta :
Prenada Media

Karma, N. I. 2002. Hubungan antara


Pola Pengasuhan Orang Tua dan
Otonomi
Remaja.
Jurnal
Psikologi (tidak diterbitkan).
Depok : Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia

Samtrock, J. W. 1999. Life Span


Development (7 th ed). New
York : MC. Graw Hill

Koch, C. 1986 Psikodiagnostika: Tes


Pohon. Bandung : Fakultas
Psikologi
Universitas
Padjadjaran

Sofyan, S. & Willis, M. Pd. 2006.


Remaja
dan
Masalahnya
Mengupas Berbagai Bentuk
Kenakalan
Remaja
dengan
Narkoba,
Freeseks
dan
Pemecahannya. Bandung : Alfa
Beta

Jucker,

Machover, K. 1987. Suatu Metode


Pemerksaan
Kepribadian.
Bndung : Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran.
Moleong, L. J. 1996. Metodologi
Penelitian kualitatif. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Poerwandari, K. 1998. Pendekatan
Kualitatif
dalam
Penelitian
Psikologi. Jakarta :
Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukutran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP 3) Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.

Sarwono, S. W. 1988. Psikologi Remaja.


Jakarta : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai