Anda di halaman 1dari 15

Laporan Ujian Praktek Farmakologi Efektifitas Anitidiare

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit
untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang
menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. (World Health Organization (WHO,
2009 ). Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh
daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki laki maupun
perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian
paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita, menurut data badan Kesehatan Dunia
(WHOWorld Healt Organitation ) Penyakit mencret atau diare adalah penyebab nomor satu
kematian balita diseluruh dunia. Yang membunuh lebih dari 1,5 juta orang pertahun (Depkes
RI, 2010).
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air
besar yang terus-menerus dan tinja atau feses memiliki kandungan air yang berlebihan. Diare
bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu
terjadinya diare salah satunya akibat infeksi oleh bakteri atau virus dan juga bisa disebabkan
oleh faktor kebersihan lingkungan tempat tinggal. Lingkungan yang kumuh dan kotor
menjadi tempat berkembang bakteri (E.coli), virus dan parasit (jamur, cacing, protozoa), dan
juga lalat yang turut berperan dalam membantu penyebaran kuman penyakit diare
(Hannifatunisa, 2013).
Diare jarang membahayakan, namun dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan
nyeri kejang pada bagian perut. Meskipun tidak membutuhkan perawatan khusus, penyakit
diare perlu mendapatkan perhatian serius, karena dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan
cairan tubuh). Dehidrasi dapat ditengarai dengan gejala fisik seperti bibir terasa kering, kulit

menjadi keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, serta menyebabkan syok. Untuk
mencegah dehidrasi dengan meminum larutan oralit. Karena itu, penderita diare harus banyak
minum air dan diberi obat anti diare (Hannifatunisa, 2013).
Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan. Gejala diare adalah BAB
berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar kadang-kadang dengan mulas dan berlendir
atau berdarah. Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus
sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus (blogspot.com).
Absorbents adalah senyawa-senyawa yang menyerap (absorb) air. Absorbents
yang diminum secara oral mengikat air dalam usus kecil dan usus besar dan membuat fecesfeces diare kurang berair. Mereka mungkin juga mengikat kimia-kimia beracun yang
dihasilkan oleh bakteri-bakteri yang menyebabkan usus kecil mensekresikan cairan. Salah
satu absorbenst utama adalah attapulgit (Anonim, 2013). New Diatab merupaka obat paten
yang mengandung zat aktif atapulgit 600 mg dengan indikasi sebagai pengobatan
simptomatik pada diare yang tidak diketahui penyebabnya. Atapulgit bekerja dengan cara
mengikat bakteri dan toksin dalam jumlah besar sekaligus mengurangi pengeluaran air.
atapulgit mengurangi pergerakan usus, memperbaiki konsistensi tinja yang terlalu keras atau
terlalu lembek, dan meredakan kram perut yang berkaitan dengan diare. Aman untuk ibu
hamil dan menyusui (Medica.com, 2013).
Dari uraian diatas, akan dilakukan pengujian tentang efek new diatab sebagai
antidiare yang di ujikan pada hewan uji mencit (Mus musculus).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sejauh mana obat new diatab dapat menimbulkan efek antidiare yang diujikan pada mencit
(Mus musculus).

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah diatas, penelitian dilakukan untuk mengetahui efek new diatab
sebagai obat antidiare.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan pengetahuan kepada
pembaca serta dapat menjadi inovasi dan inspirasi untuk pengembangan penelitian
selanjutnya.

1.5 Lingkup Peneitian


Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai bulan Juni 2014, bertempat di
Laboratorium Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Lanud Husein
Sastranegara, Bandung dan Laboratorium D3 Farmasi Poltekes TNI AU.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Menurut WHO
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.
2.1.2 Menurut Depkes RI
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
2.2 Klasifikasi Diare
2.2.1 Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat
kelompok yaitu:
1.

Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya

kurang

dari tujuh hari).


2.
3.

Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.

Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus
menerus.

4.

Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin
juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

2.2.2 Menurut Suraatmaja, (2007)di bagi menjadi 2 yaitu:


1.

Berdasarkan lamanya diare:


a.

Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau
bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat ocialc terhadap
kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila

diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan
(Soegijanto, 2002).
Diare akut dapat mengakibatkan: (1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan
asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc dan hipokalemia, (2) Gangguan
sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa
disertai muntah, (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena
diare dan muntah (Soegijanto, 2002).
b.

Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan

berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2.

Berdasarkan mekanisme patofisiologik:


a.

Diare sekresi (secretory diarrhea)

b.

Diare osmotic (osmotic diarrhea)

2.3 Etiologi
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama
natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis ocialc. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan ocial air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap
kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari
tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila ocial melampaui 15% (Soegijanto,
2002).
2.3.1 Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, etiologi diare akut
dibagi atas empat penyebab:

Bakteri

: Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium

perfringens,

Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.


2.
Parasit

Virus

: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.

: Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura,


Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis.

Non infeksi: malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan
makan, dll. (Simadibrata, 2006).

2.3.2 Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.

Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

a. Infeksi virus, kuman-kuman ocialc dan apatogen seperti shigella, ocialc, E. Coli, golongan
vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus
yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi dan sebagainya.
b.

Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2.

a.

Diare ocial (ocial ocialc) disebabkan oleh:

Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.


b.

Kurang kalori protein.

c.

Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

2.3.3 Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa ocial yaitu:
1.

Faktor infeksi
a.

Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi

virus (enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan
infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b.

Infeksi parenteral
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media

akut (OMA) ocialcs/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan


ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2.

Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
a.

Faktor makanan

b.

Faktor psikologis

2.4 Gejala Diare


Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan
rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang
dapat timbul antara lain pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi.
2.5 Cara Penularan Diare
Diare dapat ditularkan dengan berbagai cara yang mengakibatkan timbulnya infeksi antara
lain:
1. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2.

Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar

3.

Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja
anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang

2.6 Manifestasi Klinis


Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah
dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi,
asidosis ocialc, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak
diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
ocialc, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya oci tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat
(Juffrie, 2010).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis ocialc yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara
menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang ocialc. Karena
kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang

mengakibatkan penurunan Ph darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi


pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
Tabel 1.1 Penilaian Derajat Dehidrasi (Mansjoer, 2000).
Penilaian
Keadaan umum

Ringan
baik, sadar

Sedang
gelisah, rewel

Berat
lesu, lunglai atau tidak

cekung
tidak ada
Kering

sadar
sangat cekung
kering
tidak
ada,

Mata
Air mata
Mulut dan lidah

Normal
ada
Basah

Rasa haus

minum

biasa,

kering
tidak haus, ingin minum malas/tidak oci minum

Turgor kulit
Hasil pemeriksaan

haus
Kembali
tanpa dehidrasi

banyak
kembali lambat
kembali sangat lambat
Dehidrasi
ringan, Bila ada satu tanda
sedang,

bila

ada ditambah

satu

sangat

atau

tanda ditambah satu lebih tanda lain.


atau lebih tanda lain.

2.7 Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan
pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi
diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary
prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).
1.

Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada ocial penyebab, lingkungan

dan ocial pejamu. Untuk ocial penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme

penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan
lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian
imunisasi
2.

Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau
yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan ocialc dini dan pengobatan yang
cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan
mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak ocial seperti salah makan,
bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis
pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas
penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan
spasmolitik yang membantu menghi langkan kejang perut yang tidak menyenangkan.
Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan
menentukan obat yang disesuaikandengan penyebab diarenya ocial bakteri, parasit.
Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk
dokter (Fahrial Syam, 2006).
3.

Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan

dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian
fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat
dilakukan yaitu dengan terus mengkon sumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan
cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan
kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang
menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi
dan kebutuhan ocial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman
sepermainan.
2.8 Cara Pengobata Diare
a.

Kemoterapi

b.

Obstipansia

c.

Spasmolitik

d.

a)

Probiotik

Kemoterapi
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat
golongan sulfonamide tau antibiotic

b)

Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan
cara :

Menekan peristaltic usus (loperamid)

Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)

Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab
diare yang lain (carbo adsorben, kaolin)

c)

Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka

d)

Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (ocialc
sulfat)

e)

Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh


Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan
probiotik yang dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan Ph
usus menjadi asam, suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini
dapat membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.

2.9 Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari diare ada :

3.

1.

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, ocialc atau hipertonik)

2.

Renjatan hipovolemik.

Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,

perubahan

elektrokardiogram)
4.
5.

Hipoglikemia.

Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
6.

Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

7.

Malnutrisi ocial protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

2.12 Contoh Obat


NEW DIATABS Tablet Antidiare (Activated Attapulgite)
-

KOMPOSISI / KANDUNGAN
Tiap tablet New Diatabs mengandung activated attapulgite 600 mg.

FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)


Activated attapulgite dalam New Diatabs dapat mengabsorpsi racun, bakteri dan
enterovirus yang menyebabkan diare.
New Diatabs menyerap cairan radang, sehingga membantu memperbaik
konsistensi feses. New Diatabs ditoleransi dengan baik dalam dosis yang dianjurkan. New
Diatabs untuk pengobatan simtomatik pada diare non-spesifik.
New Diatabs dapat mengurangi frekuensi buang air besar dan memperbaiki
konsistensi feses yang encer pada diare non-spesifik.

INDIKASI / KEGUNAAN
Indikasi New Diatabs adalah untuk pengobatan simtomatik pada diare nonspesifik.

KONTRAINDIKASI
Obat New Diatabs tidak boleh diberikan kepada pasien dimana konstipasi harus
dihindari dan yang hipersensitif atau alergi terhadap activated attapulgite.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai New Diatabs.
Dosis yang umum diberikan :

Dewasa dan anak-anak 12 tahun atau lebih : 2 tablet setelah buang air besar, maksimum
penggunaan 12 tablet New Diatabs dalam waktu 24 jam.

Anak-anak 6 12 tahun : 1 tablet New Diatabs setelah buang air besar. Maksimum
penggunaan 6 tablet dalam waktu 24 jam.
Jika gejala-gejala masih berlangsung terus, harap konsultasi dengan dokter.
New Diatabs dapat diminum dengan atau tanpa makanan.
-

PERINGATAN DAN PERHATIAN

New Diatabs tidak boleh digunakan lebih dari 2 hari pada keadaan demam tinggi.

Diare dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Karena itu terapi rehidrasi
(dengan cairan oral rehidrasi) mungkin diperlukan.

Tablet jangan digunakan pada anak-anak umur 3-6 tahun, kecuali atas petunjuk dokter dan
jika diare pada anak-anak disertai dengan dehidrasi maka pengobatan awal harus diberikan
cairan rehidrasi oral.

New Diatabs dapat mempengaruhi absorbsi saluran pencernaan dari obat-obat lain, karena itu
dianjurkan interval waktu 2 3 jam antara pemberian oral obat-obat lain dengan obat ini.

Hati-hati penggunaan New Diatabs pada penderita gangguan fungsi ginjal, asma bronkial,
obstruksi saluran pencernaan dan pembesaran prostat.
-

INTERAKSI OBAT

Dapat mengurangi aksi obat ipecacuanha dan emetik lainnya.

Dapat terjadi interaksi dengan obat hipoglikemia oral, antikoagulan, antagonis vitamin K,
asam para amino benzoat, dan prokain.

Dapat meningkatkan efek antikolinergik obat-obat antihistamin, antidepresan, antipsikosis,


anti-parkinson.
-

KEMASAN
New Diatabs, tablet, 25 catchcover @ 4 tablet.

KETERANGAN
Simpan di tempat kering dan sejuk. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan bahan yang digunakan
Alat yang digunakan :
1. Sonde Oral
2. Alat Suntik
3. Stopwatch
4.

Timbangan Mencit

5. Bejana Silinder
Bahan yang digunakan :
1. Hewan percobaan mencit berat badan 20 gram 25 gram.
2. PGA 2 %
3. Oleum Ricini ( 0,5 ml )
4. Attalpulgite ( New Diatab )
5. Norit 5%
3.2 Prosedur
1. Kurang lebih 18 jam sebelum penelitian, mencit di puasakan, selanjutnya dikelompokan
menjadi 3 kelompok ( Kelompok kontrol, kelompok sakit, kelompok uji ).
2. Pada T = 0 , kelompok kontrol diberikan PGA 2 % secara per oral , kelompok sakit dan uji
diberikan oleum ricini peroral.
3. Pada T = 20, Kelompok Uji diberikan new diatab secara peroral
Pada T = 45 , semua kelompok diberika norit 5 %, diberikan secara peroral
5. Setelah 45 menit, semua sub kelompok ( kontrol, pembanding, uji dosis ) diberikan norit
dengan peroral
6. Setelah 20 menit pemberian norit dilakukan dislokasi leher mencit sampai mencit mati .
7. Kemudian dilakukan pembedahan mencit dengan perlahan-lahan , diambil usus mencit, dan
ukur panjang usus dan panjang marker terhadap panjang usus keseluruhan.
3.3 Perhitungan Dosis dan Pembuatan Sediaan
1. New Diatabs

Tiap tablet New Diatabs mengandung activated attapulgite 600 mg/tablet.

Peritungan attapulgite = 600 mg x 0,0026 = 1, 56 mg / 0,5 ml

Untuk pembuatan sediaan uji sebanyak 20 ml

= 20 ml / 0,5 ml x 1,56 mg = 62,4 mg / 20 ml suspense PGA 2%.


Sediaan generik tidak tersedia.

2.

Norit 5 %

Untuk membuat larutan Norit 5 % sebanyak 50 mL:


5/100 x 50 = 2,5 gram/ 50 ml PGA 3 %.

Timbang Norit 2,5 gram

Larutkan dalam 50 ml suspensi PGA 3 %

3.

PGA 3 %

Untuk membuat suspensi PGA 3 % sebanyak 100 mL :

3/100 x 100 mL = 3 gram/100 ml suspensi PGA 3%.

Timbang 3 gram PGA

Larutkan dalam 100 mL aquadest. Panaskan ad larut.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Depkes RI.
Juffrie, Mohammad. Dkk. (2010). Gastroenterologi-hepatologi Jilid I. Jakarta: IDAI.
Mansjoer,Arif, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Medica
Aesculpalus FKUI.
Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta ; EGC
Simadibrata, M, Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen.
Soegijanto S. 2006. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Penatalaksanaan. Surabaya:
Airlangga University Press.
Suraatmaja, S. (2007). Aspek Gizi Air Susu Ibu. Jakarta: EGC.
http://id.wikipedia.org/wiki/Diare
http://apotik.medicastore.com/artikel-obat/antidiare

Anda mungkin juga menyukai