REFERAT
NOVEMBER 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Hipotiroid Kongenital
Disusun Oleh :
Patricia Gloria Fernandez (1008012009)
Pembimbing :
dr. Hendrik B. Tokan, Sp.A
dr. Irene K. L. A. Davidz, Sp. A, M.Kes
HALAMAN PENGESAHAN
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 1
1. .
Pembimbing Klinik I
2. dr. Irene K. L. A. Davidz, Sp. A, M. Kes
Pembimbing Klinik II
2. .
Ditetapkan di
: Kupang
Tanggal
: 15 November 2014
PENDAHULUAN
Hipotiroid kongenital masih merupakan salah satu penyebab tersering
retardasi mental yang dapat dicegah. Hipotiroid kongenital yang tidak diobati sejak
dini dapat mengakibatkan retardasi mental berat. 1 Kejadian retardasi mental pada
pasien yang mengalami hipotiroid kongenital dapat dicegah bila ditemukan dan
diobati sebelum berusia satu bulan.2
Insidens hipotiroid kongenital bervariasi antar negara, umumnya sebesar 1:
3.000-4.000 kelahiran hidup.1 Di Amerika serikat adalah 1 dari 3.500 kelahiran hidup.
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 2
Dengan perbandingan anak perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1.1,3 Insidens
hipotiroid di Indonesia diperkirakan jauh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 1:1.500
kelahiran hidup. Etiologi hipotiroid kongenital cukup banyak, dengan penyebab
terseringnya adalah disgenesis tiroid yang mencakup 80% kasus. Umumnya kasus
hipotiroid kongenital timbul secara sporadik. Faktor genetik hanya berperan pada
hipotiroid tipe tertentu yang diturunkan secara autosomal resesif.1
Gejala hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir biasanya tidak terlalu jelas,
sedangkan kejadian retardasi mental berat dapan dicegah bila hipotiroid kongenital
terdeteksi dan diobati sejak sebelum berusia satu bulan. Oleh karena itu perlu
dilakukan skrining dini, agar memungkinkan bayi mendapat terapi dini dan memiliki
prognosa yang lebih baik terutama dalam perkembangan sistem neurologis.1,2,3
Pengobatan secara dini segera setelah penegakkan diagnosis, dapat mencegah
terjadinya morbiditas fisik maupun mental. Namun, untuk mendapatkan hasil
pengobatan dan tumbuh kembang anak yang optimal, diperlukan pemantauan secara
berkala.1
I.
DEFINISI
Hipotiroid kongenital adalah kelainan yang disebabkan oleh kurangnya atau
tidak adanya hormon tiroid sejak dalam kandungan. Hormon tiroid sudah diproduksi
dan diperlukan oleh janin sejak usia kehamilan 12 minggu. Hormon ini
mempengaruhi metabolisme sel di seluruh tubuh, sehingga berperan penting pada
pertumbuhan dan perkembangan anak.1,3
II.
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 3
minggu, dan dapat dideteksi dalam sirkulasi pada usia 11-12 minggu. Kadar TSH
dalam darah mulai meningkat pada usia 12 minggu sampai aterm. Pada usia empat
minggu, janin mulai mensintesis tiroglobulin. Aktivitas tiroid mulai nampak pada usia
delapan minggu kehamilan. Pada usia kehamilan 8-10 minggu, janin dapat
melakukan ambilan yodium dan pada usia 12 minggu dapat memproduksi T 3 dengan
kadar yang meningkat secara bertahap namun tetap dibawah kadar dewasa, dan T 4
meningkat sampai kadar dewasa pada usia 36 minggu. Produksi TRH oleh
hipotalamus dan TSH oleh hipofisis terjadi pada waktu yang bersamaan, tetapi
integrasi dan fungsi aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dengan mekanisme umpan
baliknya belum terjadi sampai trimester kedua kehamilan.1
Sebelum memasuki pertengahan kehamilan, perkembangan normal janin
sangat bergantung pada hormon tiroid ibu. Kira-kira sepertiga kadar T 4 ibu dapat
melewati plasenta dan masuk ke janin. Sesudah bayi lahir, terjadi kenaikan kadar
TSH mendadak yang menyebabkan peningkatan kadar T3 dan T4 yang kemudian
secara perlahan-lahan menurun dalam empat minggu pertama kehidupan bayi. Pada
bayi prematur kadar T4 saat lahir rendah, kemudian meningkat mencapai kadar bayi
aterm pada usia enam minggu. Semua tahap yang melibatkan sintesis hormon tiroid,
termasuk trapping, oksidasi, organifikasi, coupling, dan sekresinya berada di bawah
pengaruh TSH.
Sebagian besar T3 dan T4 dalam sirkulasi terikat dengan Thyroid-binding
globulin (TBG), sehingga kadar TBG akan mempengaruhi kadar total hormon tiroid.
Tiroksi masuk ke dalam sel, dan mengalami deiodinasi menjadi T 3 dan berikatan
dengan reseptornya. Setelah hormon tiroid berikatan dengan reseptornya, reseptor
akan menghasilkan mRNA dan sintesis protein spesifik untuk mengaktifkan gen sel
tersebut. Di dalam otak, hormon merangsang proliferasi dan migrasi neuroblas,
perkembangan akson dan dendrit, serta diferensiasi oligodendrosit dan mielinisasi.1
III.
ETIOLOGI
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 4
1.
Idiopatik
penyebab
tersering
hipotiroid
kongenital,
dengan
Dishormogenesis
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 5
b.
c.
Kelainan organifikasi.
Merupakan yang paling sering dijumpai dan disebabkan oleh
defisiensi enzim tiroid peroksidase menyebabkan yodida tidak dapat
dioksidasi (diorganifikasi) sehingga tidak dapat mengikat diri pada
tirosin di dalam tiroglobulin.
d.
Defek coupling.
Jarang terjadi dan disebabkan oleh kegagalan enzimatik untuk
menggabungkan MIT dan DIT menjadi T3, ataupun DIT dan DIT
menjadi T4.
e.
Kelainan deiodinasi.
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 6
g.
h.
3.
4.
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 7
5.
Defisiensi yodium pada ibu atau paparan yodium pada janin atau bayi baru
lahir.
Di daerah endemic goiter, hampir dapat dipastikan bahwa defisiensi yodium
merupakan penyebab utama terjadinya goiter dan hipotiroid. Pemakaian
yodium berlebihan pada ibu hamil seperti penggunaan antiseptic yodium
(misalnya yodium povidon) pada mulut rahim saat rupture kulit ketuban
antepartum, ataupun antiseptic topical pada neonatus (misalnya untuk
membersihkan tali pusat) dapat menyebabkan terjadinya hipotiroid primer
pada neonatus. Amniofetografi dengan kontras beryodium dilaporkan
dapat menyebabkan hipotiroid congenital transien.1
6.
7.
Bayi premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang sakit.
Bayi premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang sakit
dapat memberikan hasil skrining T4 rendah dan TSH normal. Beberapa
diantaranya benar-benar menunjukkan gejala hipotiroiddengan kadar T4
rendah dan TSH tinggi. Meskipun keadaan ini hanya sementara, namun pasien
harus diberikan terapi dengan hormon tiroid. Pengobatan dapat dicoba untuk
dihentikan setelah anak berusia 2-3 tahun dan diadakan pemeriksaan ulang
untuk mengetahui apakah pasien menderita hipotiroid congenital yang
permanen atau tidak.1
8.
Idiopatik.
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 8
Bila hipotiroid transien tidak cocok dengan kategori yang telah disebutkan
diatas, maka dapat dimasukkan dalam kelompok ini. Etiologi pasti belum
diketahui, namun beberapa kasus diduga akibat adanya kelainan pada
mekanisme umpan balik aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid.1
IV.
PATOFISIOLOGI
Hipotiroid dapat terjadi melalui beberapa jalur. Diantaranya1 :
Jalur 1
Agenesis menyebabkan sintesis dan sekresi hormon tiroid menurun sehingga
terjadi hipotiroid primer dengan peningkatan kadar TSH tanpa adanya
struma.
Jalur 2
Defisiensi yodium berat menyebabkan hipofisis mensekresi TSH lebih
banyak untuk memacu kelenjar tiroid mensitesis dan mensekresi hormon
tiroid agar sesuai kebutuhan.
Jalur 3
Dishormogenesis atau semua hal yang terjadi pada kelenjar tiroid dapat
mengganggu atau menurunkan sintesis hormon tiroid sehingga terjadi
hipotiroid.
Jalur 4a
Kelainan hipofisis yang dapat menurunkan kadar TSH, akan mengakibatkan
hipotiroid.
Jalur 4b
Semua kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH menurunkan
akan menimbulkan hipotiroid.
Jalur 1,2,dan 3 adalah patogenesis hipotiroid primer dengan kadar TSH tinggi,
sedangkan jalur 4a dan 4b adalah patogenesis hipotiroid sekunder dengan kadar TSH
tidak terukur atau rendah.
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 9
V.
PENEGAKKAN DIAGNOSA
Anamnesis2,5
1.
masa kehamilan.
Pada bayi baru lahir sampai usia delapan minggu keluhan tidak
spesifik
Retardasi perkembangan
Gagal tumbuh atau perawakan pendek
Letargi, kurang aktif
Konstipasi
Malas menetek
Suara menangis serak
Pucat
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 10
kekurangan yodium
Biasanya lahir matur atau lebih bulan
Riwayat gangguan tiroid dalam keluarga, penyakit ibu saat hamil, obat
antitiroid yang sedang diminum, dan terapi sinar
Pemeriksaan fisik1,2,3,5
2.
lahir kurang dari 2000 gram atau lebih dari 4000 gram.
Sekitar 3-7% bayi hipotiroid congenital biasanya disertai dengan
kelainan bawaan lainnya terutama defek septum atrium dan ventrikel.
3.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan lain yang diperlukan untuk mengakkan diagnosis
Pemeriksaan darah.
Pada pemeriksaan darah, dapat dilihat nilai : T4 bebas, TSH, T4 total, T3
reuptake, TGB. Bila perlu dapat juga diperiksa : antibodi antitiroid ( bila ibu
memiliki riwayat tiroiditis), tiroglobulin, dan alfa-fetoprotein.
Interpretasi hasil pemeriksaan darah
Tabel 2. Referensi nilai tes fungsi tiroid
Usia
T4 bebas (pmol/L)
T4 total (nmol/L) TSH (mU/L)
1-4 hari
25-64
129-283
<39
2-4 minggu
10-26
90-206
<10
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 11
Pemeriksaan urin
Dapat dilakukan pemeriksaan yodium urin (bila dicurigai adanya defisiensi
atau kelebihan yodium). Pemeriksaan ini dilakukan hanya bila terdapat
riwayat pemakaian atau paparan yodium berlebihan baik pra-natal maupun
pasca-natal, atau tinggal di daerah endemic goiter. Bermanfaat untuk
menegakkan diagnosis etiologi hipotiroid congenital transien.1,
3.
Pemeriksaan radiologis
Pada permeriksaan radiologis, dapat dilakukan :
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 12
VI.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis tergantung pada etiologi, usia terjadinya in utero, beratnya
penyakit, serta lamanya hipotiroid. Gejala klinis yang sering terlihat adalah ikterus
memanjang akibat keterlambatan maturasi enzim glukoronil transferase hati, letargi,
konstipasi, malas minum, dan masalah makn lainnya serta hipotermia. Beberapa bayi
menunjukkan tanda klasik seperti wajah sembab, pangkal hidung rata dengan
pseudohipertelorisme, pelebaran fontanel (khusunya fotanel posterior), pelebaran
sutura, makroglossi, suara tangis serak, distensi abdomen dengan hernia umbilikal,
kulit yang dingin dan mottled, ikterik, hipotonia, hiporefleksia, galaktorea, dan
meningkatnya kadar prolaktin. Pada bayi dengan ibu menderita penyakit Graves dan
diobati dengan PTU, didapatkan goiter yang besar dan menutup jaln napas.1,3,8
Umumnya keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan terlihat pada usia
36 bulan. Retardasi mental yang terjadi sering disertai ganguang neurologis seperti
gangguan koordinasi, ataksia, diplegia spastik, hipotonia, dan starbismus.1,3,8
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 13
Gambar 3. Manifestasi klinis hipotiroid. (a) wajah bayi dengan hipotiroid kongenital,
wajah kasar, dengan lidah besar menjulur keluar; (b) hernia umbilikalis dan postur hipotonik;
(c) wajah bayi setelah diobati. (sumber : buku ajar Endokrinologi, IDAI)
VII.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan
dilakukan
dengan
beberapa
tujuan
yang
meliputi
mengembalikan fungsi metabolisme yang esensial agar menjadi normal dalam waktu
yang singkat, termasuk diantaranya termoregulasi, respirasi, metabolisme otot dan
otot jantung; mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak; mengembalikan
tingkat maturitas biologis yang normal, terutama perkembangan akson, dendrit, sel
glia, dan proses mielinisasi neuron.1,2,3
Pengobatan yang diberikan memiliki prinsip replacement teraphy karena
tubuh tidak dapat memproduksi hormon tiroid. Pemberian dosis awal tinggi, terbukti
memberikan perkembangan psikomotor yang lebih baik pada hipotiroid kongenital
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 14
Na LT4 (g/kg)
8-10
7-10
6-8
4-6
3-5
3-4
VIII. SKRINING7,10
Hampir 90% kasus HK terdeteksi dengan uji saring, sedangkan selebihnya
diketahui berdasarkan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi dini HK adalah :
(1) kadar TSH
(2) kadar T4 atau free T4 (FT4).
Pemeriksaan primer TSH merupakan uji fungsi tiroid yang paling sensitif.
Peningkatan kadar TSH sebagai marka hormonal, cukup akurat digunakan untuk
menapis hipotiroid kongenital primer. Pemeriksaan pencitraan yang dapat menunjang
diagnosis hipotiroid adalah sebagai berikut :
1. Scanning tiroid (menggunakan 99mTc atau 123I)
2. Ultrasonografi (USG)
3. Radiografi (Rontgen tulang/bone age)
4. Elektrokardiografi (EKG) dan ekokardiografi (ECG)
5. Elektromiografi (EMG)
6. Elektroensefalogram (EEG)
7. Brain Evoke Response Audiometry (BERA)
8. Proton magnetic resonance spectroscopy
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 15
Prosedur skrining
ampel darah berupa darah kapiler dari tusukan tumit bayi; dari permukaan lateral ke medial dari tumit
Bila hasil bisa cepat diperoleh dan pada kasus positif memungkinkan
pengobatan sebelum bayi berumur 1 bulan. Pada bayi prematur atau bayi yang sakit
berat, pengambilan darah bisa ditangguhkan, tetapi tidak melebihi umur 7 hari.
Deteksi dini HK akan mencegah keterlambatan perkembangan neurologis dan
retardasi mental akibat HK yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Cara pengambilan spesimen diperlihatkan dalam gambar berikut :
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 16
Gambar 5. Lokasi pengambilan spesimen (sumber : Buku Panduan Tata Laksana Bayi Baru
Lahir di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI
2010)
Kriteria skrining
Nilai TSH neonatus diperkirakan dengan metode ELISA menggunakan
peroksidase yang dilabeli dengan monoclonal antibody antiTSH ke dalam micro well
yang kemudian diukur kadarnya dengan menghitung tingkat absorpsinya. Nilai TSH
yang mencapai 10 mIU/l dianggap normal, 10-20 mIU/L dianggap sebagai nilai batas
dan >20 mIU/L dianggap abrnormal.Nilai tersebut dapat bervariasi, tergantung pada
reagen yang digunakan.
Tes uji saring dilakukan dengan pengukuran TSH IRMA, dengan double
antibody
radioimmunoassay,
dan
pemeriksaan
T4
dengan
coated
tube
radioimmunoassay. Reagen yang digunakan dalam bentuk kit (contoh kit Skybio Ltd
dan DPC). Bila nilai TSH <20mIU/L dianggap normal; kadar TSH >20 mIU/L.
dianggap abnormal dan perlu pemeriksaan lebih lanjut. Bila kadar TSH > 50 IU/L
perlu dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan TSH dan T4 serum. Bila kadar
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 17
TSH tinggi, > 50 mIU/L; dan T4 rendah, < 6 g/dL, bayi diberi terapi tiroksin dan
dilakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis. Semua bayi dengan kadar TSH
diatas nilai cut-off dipanggil kembali/recall. Mayoritas bayi hipotiroidisme primer
mempunyai nilai TSH >80 IU/mL.
Beberapa kondisi hipotiroidisme nonprimer yang berhubungan dengan nilai
T4 rendah misalnya hipotiroidisme sekunder, thyroid binding globulin (TBG) rendah,
terapi maternal (dengan lithium, iodida), prematuritas, penyakit berat, hipotiroidisme
sementara yang idiopatik, dan tiroiditis maternal. Sebagian besar kelainan ini
biasanya bersifat sementara. Frekuensi hipotiroidisme sekunder diperkirakan
1:60.000 dan sebagai akibat kelainan hipofisis atau hipotalamus. Nilai T4 yang
rendah dengan TSH normal atau sedikit meningkat ditemukan pada bayi berat lahir
rendah kemudian akan menjadi normal setelah status nutrisinya diperbaiki.
Periksa TSH
<20 mlU/L
(Normal)
>50 IU/L*
(Hipotiroid Kongenital
se
*Seluruh bayi dengan TSH di atas nilai cut-off dipanggil kembali (recall)
Gambar 6. Skema skrining hipotiroid (sumber : Buku Panduan Tata Laksana Bayi Baru Lahir
di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI 2010)
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 18
Skor
1
1
1
1
1
1
1
1,5
1,5
3
13
(sumber : Buku Panduan Tata Laksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI 2010)
IX.
X.
DIFERENSIAL DIAGNOSIS5
1.
Sindrom down
2.
Atresia bilier
3.
Displasia skeletal
4.
Hypopituitarism
5.
Panhypopituitarism
6.
Thyroxine-Binding Globulin Deficiency
PROGNOSIS
Penderita hipotiroid kongenital yang mendapatkan pengobatan adekuat dapat
tumbuh secara normal. Bila pengobatan dimulai pada usia 46 minggu, maka IQ
pasien tidak berbeda dengan IQ populasi kontrol. Pada sebagian kecil kasus dengan
IQ normal dapat dijumpai kelainan neurologis, antara lain gangguan koordinasi pada
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 19
motorik kasar dan halus, ataksia, tonus otot meninggi atau menurun, gangguan
pemusatan perhatian, dan gangguan bicara. Tuli sensorineural ditemukan pada sekitar
20% kasus hipotiroid kongenital.1,3,9
X.
PEMANTAUAN
Setelah penegakkan diagnosis dini dan penatalaksanaan yang sesuai
2.
Pemantauan kadar T4 bebas dan TSH yakni : 2 minggu setelah insiasi terapi
dengan L-tiroksin, 4 minggu setelah insiasi terapi dengan L-tiroksin, setiap 12 bulan selama 6 bulan pertama kehidupan, setiap 3-4 bulan pada usia 6 bulan
3 tahun, dan selanjutnya setiap 6-12 bulan.
3.
4.
XI.
KESIMPULAN
Hipotiroid kongenital adalah kelainan yang disebabkan oleh kurangnya atau
tidak adanya hormon tiroid sejak dalam kandungan. Hormon tiroid sudah diproduksi
dan diperlukan oleh janin sejak usia kehamilan 12 minggu. Hormon ini
mempengaruhi metabolisme sel di seluruh tubuh, sehingga berperan penting pada
pertumbuhan dan perkembangan anak. Hipotiroid kongenital masih merupakan salah
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 20
satu penyebab tersering retardasi mental yang dapat dicegah. Hipotiroid kongenital
yang tidak diobati sejak dini dapat mengakibatkan retardasi mental berat. Diagnosis
Hipotiroid kongenital ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan
fisik, laboratorium, dan skrining. Skrining pada Hipotiroid kongenital dilakukan pada
minggu pertama bayi lahir, untuk mencegah komplikasi lanjut. Selain deteksi dini dan
penatalaksanaan yang tepat, diperlukan pemantauan secara berkala terhadap
pengobatan untuk mengoptimalkam efek terapi dan kondisi tumbuh-kembang anak
dengan hipotiroid kongenital.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rudy Susanto, dkk. Gangguan
Kelenjar Tiroid. Buku Ajar Endokrinologi dan Penyakit Metabolik
pada Anak. Jakarta : IDAI. 2010; hal 205-21.
2. Arvin Kliegman Behrman , editor : Wahab S.A DR, dr Sp. A (K), Nelson Ilmu
Kesehatan Anak edisi 15 volume 1 Penerbit Buku Kedokteran . 2000 hal 392-393.
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 21
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 22
SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes | Referat Sindrom
Down
Page 23