Anda di halaman 1dari 34

Tinjauan Pustaka

Struktur, Mekanisme dan Fungsi pada Sistem Pencernaan

Jennifer
10.2012.023 / A5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: jennifer@civitas.ukrida.ac.id
Tutor : dr. Harro

Pendahuluan
Saluran pencernaan makanan menerima makanan dari luar dan mempersiapkan bahan
makanan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (mengunyah, menelan, dan
penyerapan) dengan bantuan zat cair yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus. Setiap set
dalam tubuh memerlukan suplai makanan yang terus-menerus untuk bertahan hidup. Makanan
tersebut memberikan energi, menambah jaringan baru, mengganti jaringan yang rusak, dan
untuk pertumbuhan. Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan zat nutrisi yang
sudah dicerna secara berkesinambungan untuk didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi
dengan unsur-unsur air, elektrolit, dan zat gizi. Sebelum zat ini diserap oleh tubuh, makanan
harus bergerak sepanjang saluran pencernaan.
Makanan yang kita makan harus diubah terlebih dahulu menjadi benda cair agar dapat
diserap (diabsorpsi). Zat makanan tersebut mengalami perubahan kimiawi dan fisik
sepanjang saluran pencernaan. Zat makanan merupakan sumber energi dari sel yang
membentuk adenosin trifosfat (ATP) untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tubuh, untuk
mempertahankan suhu tubuh, dan energi untuk bekerja dan bergerak. Pembuangan sisa makanan
dari metabolisme akan diekskresikan melalui saluran akhir sistem dalam bentuk feses. Selain itu
juga melalui paru-paru dan ginjal dalam bentuk karbondiaoksida dan urine.1

Pembahasan
Struktur Makroskopis Saluran Pencernaan
Gaster

Gambar 1. Gaster Bagian Luar.2

Gambar 2. Gaster Bagian Dalam.2


Gaster merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar dan mempunyai tiga fungsi:
menyimpan makananpada orang dewasa gaster mempunyai kapasitas sekitar 1500 ml;
mencampur makanan dengan getah lambung untuk membentuk chymus yang setengah cair; dan
mengatur kecepatan pengiriman chymus ke usus halus sehingga pencernaan dan absorpsi yang
efisien dapat berlangsung.2
Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis
sinistra sampai regio epigastrica dan umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae
bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang, ostium

cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura, curvatura major dan curvatura minor; dan dua
dinding, paries anterior dan paries posterior.2
Gaster relatif terfiksasi pada kedua ujungnya, tetapi di antara ujung-ujung tersebut gaster
sangat mudah bergerak. Gaster cenderung terletak tinggi dan transversal pada orang pendek dan
gemuk dan memanjang vertikal pada orang yang tinggi dan kurus (gaster berbentuk huruf J).
Bentuk gaster sangat berbeda-beda pada orang yang sama dan tergantung pada isi, posisi tubuh,
dan fase pernapasan.2
Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut: Fundus gastricum berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus berisi penuh udara.
Corpus gastricum terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu lekukan
yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor. Anthrum pyloricum terbentang dari incisura
angularis sampai pylorus. Pylorus merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular. Dinding otot
pylorus yang tebal membentuk musculus sphincter pyloricus. Rongga pylorus dinamakan canalis
pyloricus.2
Curvatura minor membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium cardiacum
sampai pylorus. Curvatura minor digantung pada hepar oleh omentum minus. Curvatura major
jauh lebih panjang dibandingkan curvatura minor dan terbentang dari sisi kiri ostium cardiacum,
melalui kubah fundus, dan sepanjang pinggir kiri gaster sampai ke pylorus. Ligamentum
gastrolienale terbentang dari bagian atas curvatura major sampai ke lien, dan omentum majus
terbentang dari bagian bawah curvatura major sampai ke colon transversum.2
Ostium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 2,5 cm. Tunica
muscularis stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di daerah ini dan membentuk
musculus sphincter pyloricus secara anatomis dan fisiologis. Pylorus terletak pada planum
transpyloricum, dan posisinya dapat dikenali dengan adanya sedikit kontriksi pada permukaan
lambung. Musculus sphincter pyloricus mengatur kecepatan pengeluaran isi gaster ke duodenum.2
Intestinum Tenue
Duodenum
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 25 cm yang
merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena
merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Dudoneum
melengkung di sekitar caput pancreatis. Satu inci (2,5 cm) pertama duodenum menyerupai gaster,

yang permukaan anterior dan posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum
minus yang melekat pada pinggir atasnya dan omentum majus yang melekat pada pinggir
bawahnya. Bursa omentalis terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa duodenum yang
lain terletak retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi oleh peritoneum.2

Gambar 3. Bagian-bagian Duodenum.2


Duodenum terletak pada regio epigstrica dan umbilicalis dan untuk tujuan deskripsi
dibagi menjadi empat bagian.2
Pars Superior Duodenum panjangnya 5 cm, mulai dari pylorus dan berjalan ke atas dan
belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis l. Jadi bagian ini terletak pada planum
transpyloricum.2
Pars Descendens Duodenum, bagian kedua duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan
vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan vertebrae lumbales II dan III.
Kira-kira pertengahan arah ke bawah, pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus
pancreaticus menembus dinding duodenum.2
Pars Horizontalis Duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan horizontal ke kiri pada
planum subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah

caput

pancreatis.2
Pars Ascendens Duodenum panjangnya 5 cm dan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura
duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz, yang melekat
pada crus dextrum diaphragma.2

Jejunum dan Ileum

Jejunum dan ileum panjangnya 6 meter, dua per lima bagian atas merupakan jejunum.
Masing- masing bagian mempunyai gambaran yang berbeda, tetapi dapat perubahan yang
bertahap dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Jejunum dimulai pada duodenojejunalis dan
ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.2
Lengkung-lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat pada
dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dan
dikenal sebagai mesenterium. Pinggir bebas lipatan yang panjang meliputi usus halus yang bebas
bergerak. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietale pada
dinding posterior abdomen sepanjang garis yang berjalan ke bawah dan ke kanan dari sisi kiri
vertebra lumbalis II ke daerah articulatio sarcoiliaca dextra. Radix mesenterii ini memungkinkan
keluar dan masuknya cabang-cabang arteria dan vena mesenterica superior, pembuluh limf, serta
saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.2

Gambar 4. Beberapa Perbedaan Eksternal dan Internal Antara


Jejunum dan Ileum.2
Pada orang hidup, jejunum dapat dibedakan dari ileum berdasarkan gambaran berikut ini:2
1. Lengkung-lengkung jejunum terletak pada bagian atas cavitas peritonealis di bawah sisi
kiri mesocolon transversum; ileum terletak pada bagian bawah cavitas peritonealis dan di
dalam pelvis.
2. Jejunum lebih lebar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dibandingkan ileum. Dinding
jejunum terasa lebih tebal; karena lipatan yang lebih permanen pada tunica mucosa, plicae
circulares lebih besar, lebih banyak, dan tersusun lebih rapat pada jejunum; sedangkan
pada bagian atas ileum plica circulares lebih kecil dan lebih jarang; dan di bagian bawah
ileum tidak ada plicae circulares.

3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan kiri aorta,
sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua arcade dengan
cabang- cabang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding intestinum tenue. Ileum
menerima banyak pembuluh darah pendek yang berasal dari tiga atau empat atau lebih
arcade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat radix dan jarang ditemukan di
dekat dinding jejunum. Pada ujung mesenterium ileum, lemak disimpan di seluruh bagian
sehingga lemak ditemukan mulai dari radix sampai dinding ileum.
6. Kelompok jaringan limfoid (lempeng Peyer) terdapat pada tunica mucosa ileum bagian
bawah sepanjang pinggir antimesenterica. Pada orang hidup, lempeng Peyer dapat dilihat
dari luar pada dinding ileum.
Intestinum Crassum
Intestinum crassum terbentang dari ileum sampai anus, Intestinum crassum terbagi
menjadi caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon descendens,
dan colon sigmoideum.2

Gambar 5. Caecum dan Appendix Vermiformis.2


Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan ileum dan
intestinum crassum. Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada fossa iliaca dextra.
Panjang caecum sekitar 6 cm dan seluruhnya diliputi oleh peritoneum. Caecum mudah bergerak,
walaupun tidak mempunyai mesenterium. Adanya lipatan peritoneum di sekitar caecum
membentuk recessus ileocaecalis superior, recessus ileocaecalis inferior, dan recessus
retrocaecalis.2

Seperti pada colon, stratum longitudinale tunica muscularis terbatas pada tiga pita tipis
yaitu taenia coli yang bersatu pada dasar appendix vermiformis dan membentuk stratum
longitudinale tunica muscularis yang sempurna pada appendix vermiformis. Caecum sering
teregang oleh gas dan dapat diraba melalui dinding anterior abdomen pada orang hidup.2
Pars terminalis ileum masuk ke intestinum crassum pada tempat pertemuan caecum
dengan colon ascendens. Lubangnya mempunyai dua katup yang membentuk sesuatu yang
dinamakan papilla ilealis. Appendix vermiformis berhubungan dengan rongga caecum melalui
lubang yang terletak di bawah dan belakang ostium ileale.2
Papilla ilealis merupakan struktur rudimenter, terdiri atas dua lipatan horizontal tunica
mucosa yang menonjol di sekitar lubang ileum. Papilla ilealis mempunyai peranan kecil atau tidak
berperan pada pencegahan refluks isi caecum ke dalam ileum. Stratum circulare pada ujung
bawah ileum berperan sebagai sphincter dan mengatur aliran isi dari ileum ke dalam colon. Tonus
otot polos secara refleks akan meningkat bila caecum teregang.2
Appendix vermiformis adalah organ sempit, berbentuk tabung yang mempunyai otot dan
mengandung banyak jaringan limfoid. Dasarnya melekat pada permukaan posteromedial caecum,
sekitar 2,5 cm di bawah junctura ileocaecalis. Bagian appendix vermiformis lainnya bebas.2

Gambar 6. Arteria Mesenterica Inferior dan Cabang-cabangnya.2


Panjang colon ascendens sekitar 13 cm dan terletak di kuadran kanan bawah. Colon
ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus hepatis dexter, lalu
colon ascendens membelok ke kiri, membentuk flexura coli dextra, dan melanjutkan diri sebagai
colon transversum. Peritoneum meliputi bagian depan dan samping colon ascendens dan
menghubungkan colon ascendens dengan dinding posterior abdomen.2

Colon transversum memiliki panjang sekitar 38 cm dan berjalan menyilang abdomen,


menempati regio umbilicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra di bawah lobus
hepatis dexter dan tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian
colon transversum berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Flexura coli sinistra
lebih tinggi daripada flexura coli dextra dan digantung ke diaphragma oleh ligamentum
phrenicocolicum.2
Mesocolon transversum, menggantungkan colon transversum dari facies anterior pancreas.
Mesocolon transversum dilekatkan pada pinggir superior colon transversum, dan lapisan posterior
omentum majus dilekatkan pada pinggir inferior. Karena mesocolon transversum sangat panjang,
posisi colon transversum sangat bervariasi dan kadang-kadang dapat mencapai pelvis.2
Panjang colon descendens sekitar 25 cm dan terletak di kuadran kiri atas dan bawah.
Colon ini berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, di sini colon
transversum melanjutkan diri menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan depan
dan sisi-sisinya serta menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen.2
Hepar

Gambar 7. Hepar Tampak Depan.2

Gambar 8. Hepar Tampak Belakang.2

Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi. Hepar
bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra, dan hemidiaphragma
dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah
kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra. Permukaan atas hepar yang cembung melengkung
di bawah kubah diaphragma. Facies visceralis, atau posteroinferior, membentuk cetakan visera
yang letaknya berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan ini
berhubungan dengan pars abdominalis oesophagus, gaster, duodenum, flexura coli dextra, ren
dextra dan glandula suprarenalis dextra, serta vesica biliaris.2
Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis sinister
yang kecil oleh periekatan ligamentum peritoneale, ligamentum falciforme. Lobus hepatis dexter
terbagi lagi nenjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissura
ligamenti teretis, vena cava inferior, dan fissura ligamenti venosi.2
Ligamentum faiciforme, yang merupakan lipatan ganda peritoneum, berjalan ke atas dari
umbilicus ke hepar. Ligamentum ini mempunyai piggir bebas berbentuk bulan sabit dan
mengandung ligamentum teres hepatis yang merupakan sisa vena umbilicalis. Ligamentum
faiciforme berjalan ke permulaan anterior dan kemudian ke permukaan superior hepar dan
akhirnya membelah menjadi dua lapis. Lapisan kanan membentuk lapisan atas ligamentum coronarium; lapisan kiri membentuk lapisan atas ligamentum triangulare sinistrum. Bagian kanan
ligamentum coronarium dikenal sebagai ligamentum triangulare dextrum. Perlu diketahui bahwa
lapisan peritoneum yang membentuk ligamentum coronarium terpisah satu dengan yang lain,
meninggalkan sebuah daerah yang tidak diliputi peritoneum. Daerah ini disebut area nuda.2
Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteria hepatica propria (30%) dan vena portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah yang kaya
oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah yang kaya akan hasil metabolisme pencernaan
yang diabsorbsi dari tractus gastrointestinalis. Darah arteria dan vena dialirkan ke vena centralis
masing-masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar. Venae centrales mengalirkan darah ke vena
hepatica dextra dan sinistra, dan vena- vena ini meninggalkan pars posterior hepar dan bermuara
langsung ke dalam vena cava inferior.2
Vesica Biliaris

Gambar 9. Vesica Biliaris.2


Vesica biliaris adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan
bawah (facies visceralis) hepar. Vesica biliaris dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum. Fundus
vesicae biliaris berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah margo inferior hepar, penonjolan
ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung
cartilago costalis IX dextra. Corpus vesicae biliaris terletak dan berhubungan dengan facies
visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang, dan kiri. Collum vesicae biliaris melanjutkan diri
sebagai ductus cysticus, yang berbelok ke dalam omentum minus dan bergabung dengan sisi
kanan ductus hepaticus communis untuk membentuk ductus choledochus.2

Pancreas

Gambar 10. Berbagai Bagian Pancreas.2

Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin kelenjar


menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak,
dan karbohidrat.2
Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran
kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum. Pancreas menyilang planum transpyloricum. Pancreas dapat dibagi dalam caput,
collum, corpus, dan cauda.2
Caput pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung
duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria dan vena mesenterica superior serta
dinamakan processus uncinatus. Collum pancreatis merupakan bagian pancreas yang mengecil
dan menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal
vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta. Corpus
pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan melintang sedikit
berbentuk segitiga. Cauda pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenale dan
mengadakan hubungan dengan hilum lienale.2
Struktur Mikroskopis
Gaster
Gaster manusia dibagi dalam tiga bagian: kardia, fundus dan korpus, dan pilorus. Fundus
dan korpus adalah bagian lambung yang terluas.3
Mukosa gaster terdiri atas tiga lapisan: epitel, lamina propria, dan mukosa muskularis.
Permukaan lumen mukosa ditutupi epitel selapis silindris. Epitel ini juga meluas ke dalam dan
melapisi foveola gastrika yang merupakan invaginasi epitel permukaan. Di daerah fundus gaster,
foveola ini tidak dalam dan masuk ke dalam mukosa sampai kedalaman seperempat tebalnya. Di
bawah epitel permukaan terdapat lapisan jaringan ikat longgar, yaitu lamina propria, yang mengisi
celah-celah di antara kelenjar gastrika.3

Gambar 11. Gaster Bagian Fundus dan Korpus.3


Kelenjar gaster berhimpitan di dalam lamina propria dan menempati seluruh tebal mukosa.
Kelenjar-kelenjar ini bermuara ke dalam dasar foveola gastrika. Epitel permukaan mukosa gaster
mengandung jenis sel yang sama, dari daerah kardia sampai ke pilorus; namun terdapat
perbedaan-regional pada jenis sel yang menyusun kelenjar gastrika. Dengan pembesaran yang
lebih lemah, dua jenis sel dapat dikenali di kelenjar gaster pada fundus gaster. Sel parietal
asidoflik terlihat pada bagian atas kelenjar; sel zimogen (chief cell) yang lebih basofilik
menempati bagian lebih ke bawah.3
Lapisan tebal tepat di bawah mukosa muskularis adalah submukosa. Pada lambung
kosong, lapisan ini meluas sampai ke dalam ruge. Submukosa mengandung jaringan ikat tidak
teratur yang lebih padat dengan lebih banyak serat kolagen dibandingkan dengan lamina propria.
Selain unsur normal sel-sel jaringan ikat, submukosa mengandung banyak pembuluh limf, kapiler,
arteriol besar, dan venul.3
Pada gaster, muskularis eksterna terdiri atas tiga lapis otot polos, masing-masing
terorientasi dalam bidang berbeda: lapisan oblik di dalam, sirkular di tengah, dan longitudinal, di
luar. Di antara lapisan otot polos sirkular dan longitudinal, terdapat pleksus saraf mienterikus
(Auerbach) ganglia parasimpatis dan serat saraf.3
Lapisan paling luar dinding gaster adalah serosa. Lapisan ini adalah lapisan tipis jaringan
ikat yang menutupi muskularis eksternal. Di luarnya, lapisan ini ditutupi selapis mesotel gepeng
peritoneum viseral. Jaringan ikat yang ditutupi peritoneum viseral dapat mengandung banyak sel
lemak.3

Usus Halus
Duodenum

Gambar 12. Duodenum.3


Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan: mukosa dengan epitel pelapisnya, lamina
propria, dan mukosa muskularis; jaringan ikat submukosa di bawahnya dengan kelenjar duodenal
(Brunner) mukosa; kedua lapisan otot polos muskularis eksterna; dan serosa (peritoneum viseral).
Lapisan-lapisan ini menyatu dengan lapisan yang serupa pada gaster, usus halus, dan usus besar.3
Usus halus ditandai banyak tonjolan mirip jari yang disebut vili; epitel pelapis berupa
selapis sel silindris dengan mikrovili yang membentuk striated borders; sel-sel goblet yang
terpulas pucat; dan kelenjar intestinal tubular pendek (kripti Lieberkuhn) di dalam lamina propria.
Kelenjar duodenal di dalam submukosa menjadi ciri duodenum bagian awal. Kelenjar ini tidak
terdapat pada bagian lain usus halus maupun usus besar.3
Vili merupakan modifikasi permukaan mukosa. Ruang antarvili terlihat di antara vili.
Epitel pelapis menutupi setiap vilus dan berlanjut ke dalam kelenjar intestinal. Setiap vilus
berpusatkan lamina propria, berkas serat otot polos yang berasal dari muskularis mukosa dan
sebuah pembuluh limf sentral disebut lakteal.3
Lamina propria mengandung kelenjar intestinal; kelenjar ini bermuara ke dalam ruang
antarvili. Pada irisan tertentu suatu duodenum, kelenjar submukosa duodenal terlihat meluas
sampai ke dalam lamina propria. Lamina propria juga mengandung serat-serat jaringan ikat halus
dengan sel retikulum, jaringan limfoid difus.3
Di duodenum, hampir seluruh submukosanya diisi oleh kelenjar duodenal tubular yang
sangat bercabang. Kelenjar duodenal mencurahkan isinya ke bagian dasar kelenjar intestinal.3

Pada potongan melintang sediaan duodenum biasa, muskularis eksterna terdiri atas lapisan
sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar otot polos. Juga tampak sarang sel-sel ganglion
parasimpatis pleksus saraf mienterikus (Auerbach) di dalam jaringan ikat di antara kedua lapisan
otot muskularis eksterna. Pleksus saraf di antara kedua lapisan otot ini ditemukan di seluruh usus
halus dan besar. Sarang sel ganglion serupa, namun dalam jumlah lebih kecil, ditemukan di
submukosa di usus halus dan besar.3
Serosa (peritoneum viseral) mengandung sel-sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel-sel
lemak) serosa adalah lapisan terluar duodenum.3
Jejunum-Ileum

Gambar 13. Jejunum-Ileum Potongan Melintang.3


Jejunum dan ileum serupa dengan duodenum bagian atas. Perkecualiannya adalah tidak
ada kelenjar duodenal (Brunner) yang hanya terbatas pada bagian atas duodenum. Vili memiliki
ukuran dan bentuk yang bervariasi pada bagian-bagian usus halus berbeda, namun hal ini tidak
selalu jelas pada sediaan histologik. Di bagian akhir ileum, terdapat kumpulan limfonoduli (plak
Peyer) dengan interval tertentu.3
Banyak vili yang membentuk sebuah lipatan permanen besar usus halus, yaitu plika
sirkularis. Baik mukosa maupun submukosa ikut membentuk plika sirkularis. Di dalam lumen,
setiap vilus memiliki struktur khas: epitel pelapis silindris dengan mikrovili dan sel goblet, pusat
lamina propria dengan jaringan limfoid difus, dan berkas-berkas serat otot polos mukosa
muskularis. Di dalam vili juga terdapat sebuah lakteal sentral dan pembuluh darah kecil. Kelenjar
intestinal (kripti Lieberkuhn) meluas ke dalam lamina propria. Kelenjar ini berhimpitan, dan pada
gambar terlihat terpotong memanjang dan melintang. Kelenjar intestinal bermuara ke dalam ruang

antarvili. Tampak sebuah limfonodulus meluas dari lamina propria mukosa ke dalam submukosa,
menerobos mukosa muskularis di sekitarnya.3
Gambar 14. Histologis Usus Halus.4
Usus Besar
Keempat lapisan dindingnya adalah mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa.
Lapisan-lapisan ini berlanjut dengan lapisan yang terdapat di usus halus. Sediaan ini
menampakkan sebuah lipatan temporer mukosa dan submukosa.3
Tak ada vili pada kolon. Mukosanya berlekuk-lekuk oleh kelenjar intestinal tubular

panjang (kripti Lieberkuhn) yang menerobos lamina propria sampai muskularis mukosa.3
Lamina propria, seperti pada usus halus, mengandung banyak jaringan limfoid difus.
Sebuah limfonodus terlihat di lamina propria bagian dalam. Limfonodus yang lebih besar dapat
menembus mukosa muskularis, masuk ke dalam submukosa.3
Tampilan dan distribusi mukosa muskularis, submukosa, dan serosa sesuai untuk saluran
cerna. Lapisan memanjang muskularis eksterna disusun berupa untaian serat otot polos yang
disebut taenia koli.3
Serosa menutupi kolon transversum dan kolon sigmoid; tetapi kolon asendens dan
desendens letaknya retroperitoneal dan lapisan luar permukaan posteriornya adalah adventisia.3

Gambar 15. Dinding Kolon.3


Hati

Gambar 16. Hati Primata.3


Pada hati primata atau manusia, septa jaringan ikat di antara lobuli hati tidak jelas.
Akibatnya, sinusoid hati lobulus satu dapat berhubungan langsung dengan sinusoid lobulus lain.
Selain perbedaan ini, daerah porta tetap mengandung cabang-cabang vena porta, arteria hepatika,
dan duktus biliaris.3
Di pusat setiap lobulus hati, terdapat vena sentral. Sinusoid hati terlihat di antara lempenglempeng sel hati yang memancar dari vena sentral ke arah tepi lobulus hati. Banyak cabang
pembuluh interlobular dan duktus biliaris terlihat di daerah porta lobulus hati.3

Kandung Empedu

Gambar 17. Kandung Empedu.3


Dinding kandung empedu terdiri atas mukosa, lapisan fibromuskular, lapisan jaringan ikat
perimuskular, dan serosa pada semua permukaannya kecuali hepatik dengan adventisia yang
melekatkannya pada hepar.3
Mukosa menampakkan lipatan-lipatan temporer yang menghilang saat kandung empedu
diregangkan oleh empedu. Lipatan ini mirip vili pada usus halus, namun ukuran dan bentuknya
berbeda, dan susunannya yang tidak teratur. Kripti atau divertikula di antara lipatan sering
membentuk indentasi yang dalam di mukosa. Pada potongan melintang, divertikula ini di dalam
lamina propria mirip kelenjar tubular; namun tidak ada kelenjar di dalam kandung empedu.3
Epitel pelapis adalah epitel selapis silindris tinggi dengan sitoplasma terpulas pucat dan
inti di basal. Lamina propria mengandung jaringan ikat longgar dan beberapa jaringan limfoid
difus.3
Serat otot polos di dalam lapisan fibromuskular berbaur dengan lapisan-lapisan jaringan
ikat longgar yang kaya serat elastin. Berbeda dengan organ lain yang mempunyai serosa atau
adventisia menutupi lapisan muskular, kandung empedu memiliki lapisan lebar yang terdiri dari
jaringan ikat longgar perimuskular yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limf, dan saraf;
serosa adalah lapisan terluar dan menutupi semua bangunan ini.3
Pankreas

Gambar 18. Pankreas.3


Pankreas memiliki unsur eksokrin maupun endokrin yang menempati sebagian besar
kelenjar. Pankreas eksokrin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini serosa
yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobulus kecil. Lobuli dikelilingi septa intra dan
interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini.3
Sebuah asinus pankreas terdiri atas sel-sel zimogen penghasil-protein berbentuk piramid
mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil. Duktus ekskretorius meluas ke dalam setiap asinus
dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produk sekresi asini
dikeluarkan melalui duktus interkalaris (intralobular) yang sempit. Sel sentroasinar berlanjut
sebagai epitel duktus interkalaris. Duktus interkalaris kemudian berlanjut sebagai duktus
interlobular yang terdapat di dalam septa jaringan ikat yang terdapat di antara lobuli. Duktus
interlobular dilapisi epitel selapis kuboid yang makin tinggi dan menjadi berlapis pada duktus
yang lebih besar.3
Mekanisme Sistem Pencernaan
Lambung
Dimulai dari motilitas, lambung memiliki motilitas yang kompleks dan berada di bawah banyak
sinyal regulatorik. Empat aspek motilitas lambung adalah pengisian, penyimpanan, pencampuran,
dan pengosongan.1
Di dinding foveola gastrica dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga jenis sel sekretorik
eksokrin lambung:1

Sel mukus melapisi foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-sel ini mengeluarkan
mukus encer.

Bagian lebih dalam di kelenjar lambung dilapisi oleh chief cell dan sel parietal. Chief cell
yang jumlahnya lebih banyak menghasilkan prekursor enzim pepsinogen.

Sel parietal (atau oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik.

Meskipun HCl sebenarnya tidak mencerna apapun, namun zat ini melakukan fungsi-fungsi
spesifik yang membantu pencernaan:1
1

Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif, pepsin, dan membentuk
medium asam yang optimal bagi aktivitas pepsin.

Membantu memecahkan jaringan ikat dan serat otot, mengurangi ukuran partikel makanan
besar menjadi lebih kecil.

Menyebabkan denaturasi protein; yaitu, menguraikan bentuk final protein yang berupa
gulungan (pelipatan) sehingga ikatan peptida lebih terpajang ke enzim.

Bersama lisozim liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang tertelan bersama
makanan, meskipun sebagian tetap lolos dan terus tumbuh dan berkembang di usus besar

Permukaan mukosa lambung ditutupi oleh suatu lapisan mukus yang berasal dari sel epitel
permukaan dan sel mukus. Mukus ini berfungsi sebagai sawar protektif terhadap beberapa bentuk
cedera yang dapat mengenai mukosa lambung.1
Pankreas dan Empedu
Pankreas adalah sebuah kelenjar memanjang yang terletak di belakang dan di bawah lambung, di
atas lengkung pertama duodenum. Kelenjar campuran ini mengandung jaringan eksokrin dan
endokrin. Bagian eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-kelompok sel sekretorik mirip
anggur yang membentuk kantung yang dikenal sebagai asinus, yang berhubungan dengan duktus
yang akhirnya bermuara di duodenum.1
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen: enzim pankreas
yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang membentuk asinus dan larutan cair basa yang
secara aktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus pankreatikus. Komponen encer
alkalis banyak mengandung natrium bikarbonat.1

Seperti pepsinogen, enzim-enzim pankreas disimpan di dalam granula zimogen setelah


diproduksi, kemudian dilepaskan dengan eksositosis sesuai kebutuhan. Enzim-enzim pankreas ini
penting karena hampir mencerna makanan secara sempurna tanpa adanya sekresi pencernaan lain.
Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga kategori
makanan: enzim proteolitik untuk pencernaan protein, amilase pankreas untuk pencernaan
karbohidrat, dan lipase pankreas untuk mencerna lemak.1
Tiga

enzim

proteolitik

utama

pankreas

adalah

tripsinogen,

motripsinogen,

dan

prokarboksipeptidase, yang masing-masing disekresikan dalam bentuk inaktif. Setelah tripsinogen


disekresikan ke dalam lumen duodenum, bahan ini diaktifkan menjadi bentuk aktifnya yaitu
tripsin oleh enterokinase, suatu enzim yang terbenam di membran luminal sel-sel yang melapisi
mukosa duodenum. Tripsin kemudian secara otokatalisis mengaktifkan lebih banyak tripsinogen.
Seperti pepsinogen, tripsinol gen harus tetap inaktif di dalam pankreas untuk mencegah enzim
proteolitik ini mencerna protein sel tempat ia terbentuk. Karena itu, tripsinogen tetap inaktif
sampai zat ini mencapai lumen duodenum, di mana enterokinase memicu proses pengaktifan,
yang kemudian berlanjut secara otokatalitik.1
Kimotripsinogen dan prokarboksipeptidase, enzim proteolitik pankreas lainnya, diubah oleh
tripsin menjadi bentuk aktif, masing-masing adalah kimotripsin dan karboksipeptidase, di dalam
lumen duodenum. Karena itu, jika enterokinase telah mengaktifkan sebagian dari tripsin maka
tripsin kemudian melaksanakan proses pengaktifan selanjutnya.1
Masing-masing dari enzim proteolitik ini menyerang ikatan peptida yang berbeda. Produk akhir
yang terbentuk dari proses ini adalah campuran rantai peptida pendek dan asam amino. Mukus
yang disekresikan oleh sel usus melindungi dinding usus halus dari pencernaan oleh enzim-enzim
proteolitik yang aktif tersebut.1
Seperti amilase liur, amilase pankreas berperan dalam pencernaan karbohidrat dengan mengubah
polisakarida menjadi maltosa. Amilase disekresikan dalam getah pankreas dalam bentuk aktif,
karena amilase aktif tidak membahayakan sel sekretorik. Sel-sel ini tidak mengandung
polisakarida.1
Lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim di seluruh saluran cerna
yang dapat mencerna lemak. Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida makanan menjadi
monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diserap. Seperti amilase,

lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak ada risiko pencernaan diri oleh lipase.
Trigliserida bukan komponen struktural sel pankreas.1
Hati
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh; organ ini dapat dipandang sebagai
pabrik biokimia utama tubuh. Perannya dalam sistem pencernaan adalah sekresi garam empedu,
yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Hati juga melakukan berbagai fungsi yang
tidak berkaitan dengan pencernaan, termasuk yang berikut:1
1

Memproses secara metabolis ketiga kategori utama nutrien (karbohidrat, protein, dan
lemak) setelah zat-zat ini diserap dari saluran cerna.

Mendetoksifikasi zat sisa tubuh dan hormon serta obat dan senyawa asing lain.

Membentuk protein plasma.

Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.

Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hati bersama dengan ginjal.

Mengeluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adanya makrofag residennya.

Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin, bilirubin adalah produk penguraian yang


berasal dari destruksi sel darah merah tua.

Meskipun memiliki beragam fungsi kompleks ini namun tidak banyak spesialisasi ditemukan di
antara sel-sel hati. Setiap hepatosit melakukan beragam tugas metabolik dan sekretorik yang
sama. Spesialisasi ditimbulkan oleh organel-organel yang berkembang maju di dalam setiap
hepatosit. Satu-satunya fungsi hari yang tidak dilakukan oleh hepatosit adalah aktivitas fagosit
yang dilaksanakan oleh makrofag residen yang dikenal sebagai sel Kupffer.1
Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter Oddi, yang mencegah empedu
masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan. Ketika sfingter ini tertutup, sebagian
besar empedu yang disekresikan oleh hati dialihkan balik ke dalam kandung empedu, suatu
struktur kecil berbentuk kantung yang terselip di bawah tetapi tidak langsung berhubungan
dengan hati. Karena itu, empedu tidak diangkut langsung dari hati ke kandung empedu. Empedu
disimpan dan dipekatkan di kandung empedu di antara waktu makan. Setelah makan, empedu
masuk ke duodenum akibat efek kombinasi pengosongan kandung empedu dan peningkatan
sekresi empedu oleh hati.1

Empedu mengandung beberapa konstituen organik, yaitu garam empedu, kolesterol, lesitin, dan
bilirubin dalam suatu cairan encer alkalis serupa dengan sekresi NaHCO 3 pankreas. Meskipun
empedu tidak mengandung enzim pencernaan apapun namun bahan ini penting dalam pencernaan
dan penyerapan lemak, terutama melalui aktivitas garam empedu.1
Garam empedu secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya masuk ke duodenum
bersama dengan konstituen empedu lainnya. Setelah ikut serta dalam pencernaan dan penyerapan
lemak, sebagian besar garam empedu diserap kembali ke dalam darah oleh mekanisme transpor
aktif khusus yang terletak di ileum terminal. Dari sini garam empedu dikembalikan ke sistem
porta hati, yang meresekresikannya ke dalam empedu. Daur ulang garam empedu ini antara usus
halus dan hati disebut sirkulasi enterohepatik.1
Istilah efek deterjen merujuk kepada kemampuan garam empedu untuk mengubah globulus
(gumpalan) lemak besar menjadi emulsi lemak yang terdiri dari banyak butiran lemak dengan
garis tengah masing-masing 1 mm yang membentuk suspensi di dalam kimus cair sehingga luas
permukaan yang tersedia untuk tempat lipase pankreas bekerja bertambah. Gumpalan lemak
terdiri dari molekul trigliserida yang belum tercerna. Untuk mencerna lemak, lipase harus
berkontak langsung dengan molekul trigliserida. Karena tidak larut dalam air maka trigliserida
cenderung menggumpal menjadi butir-butir besar dalam lingkungan usus halus yang banyak
mengandung air. Jika garam empedu tidak mengemulsifikasi gumpalan besar lemak ini, maka
lipase dapat bekerja hanya pada permukaan gumpalan besar tersebut dan pencernaan lemak akan
sangat lama.1
Garam empedu memiliki efek deterjen serupa dengan deterjen yang anda gunakan untuk
membersihkan lemak ketika mencuci piring. Molekul garam empedu mengandung bagian yang
larut lemak plus bagian larut air yang bermuatan negatif. Garam empedu terserap di permukaan
butiran lemak yaitu, bagian larut lemak garam empedu larut dalam butiran lemak, meninggalkan
bagian larut air yang bermuatan menonjol dari permukaan butiran lemak tersebut. Gerakan
mencampur oleh usus memecah-mecah butiran lemak besar menjadi butiran-butiran yang lebih
kecil. Butiran-butiran kecil ini akan cepat bergabung kembali jika tidak ada garam empedu yang
terserap di permukaannya dan menciptakan selubung muatan negatif larut air di permukaan setiap
butiran kecil. Karena muatan yang sama saling tolak-menolak, maka gugus-gugus bermuatan
negatif di permukaan butiran lemak menyebabkan butiran tersebut saling menjauh. Daya tolak
listrik ini mencegah butir-butir kecil kembali bergabung membentuk gumpalan lemak besar

sehingga menghasilkan emulsi lemak yang meningkatkan permukaan yang tersedia untuk kerja
lipase.1
Garam empedu bersama dengan kolesterol dan lesitin berperan penting dalam mempermudah
penyerapan lemak melalui pembentukan misel. Seperti garam empedu, lesitin memiliki bagian
yang larut lemak dan bagian yang larut air, sementara kolesterol hampir sama sekali tak larut
dalam air. Dalam suatu misel, garam empedu dan lesitin bergumpal dalam kelompok-kelompok
kecil dengan bagian larut lemak menyatu di bagian tengah membentuk inti hidrofobik, sementara
bagian larut air membentuk selubung hidrofllik di sebelah luar. Misel, karena larut dalam air
berkat selubung hidrofiliknya, dapat melarutkan bahan tak larut air di bagian tengahnya. Karena
itu misel merupakan wadah yang dapat digunakan untuk mengangkut bahan-bahan tak larut air
melalui isi lumen yang cair. Bahan larut lemak terpenting yang diangkut di dalam misel adalah
produk-produk pencernaan lemak serta vitamin larut lemak, yang semuanya diangkut ke tempat
penyerapannya dengan cara ini. Jika tidak menumpang di dalam misel yang larut air ini, berbagai
nutrien ini akan mengapung di permukaan kimus, dan tidak pernah mencapai permukaan absorptif
usus halus.1
Bilirubin sama sekali tidak berperan dalam pencernaan tetapi merupakan produk sisa yang
diekskresikan di dalam empedu. Bilirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari
penguraian sel darah merah usang. Rentang usia tipikal sel darah merah di dalam sistem sirkulasi
adalah 120 hari. Sel darah merah yang telah usang dikeluarkan dari tubuh oleh makrofag yang
melapisi bagian dalam sinusoid hati dan di tempat-tempat lain di tubuh. Bilirubin adalah produk
akhir penguraian, bagian hem hemoglobin yang terkandung di dalam sel darah merah usang ini.
Bilirubin ini diekstraksi dari darah oleh hepatosit dan secara aktif disekresikan ke dalam empedu.1
Bilirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning. Di dalam saluran
cerna, pigmen ini dimodifikasi oleh enzim-enzim bakteri, menghasilkan warna tinja yang coklat
khas. Jika tidak terjadi sekresi bilirubin, seperti ketika duktus biliaris tersumbat total oleh batu
empedu, tinja berwarna putih keabuan. Dalam keadaan normal sejumlah kecil bilirubin
direabsorpsi oleh usus kembali ke darah, dan ketika akhirnya diekskresikan di urin, bilirubin ini
berperan besar menyebabkan warna urin kuning. Ginjal tidak dapat mengekskresikan bilirubin
sampai bahan ini telah dimodifikasi ketika mengalir melewati hati dan usus.1
Usus Halus

Segmentasi, metode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan makanan, mencampur dan
mendorong kimus secara perlahan.1
Mukus di dalam sekresi berfungsi untuk melindungi dan melumasi. Selain itu, sekresi cair
menyediakan banyak H2O untuk berperan dalam pencernaan makanan oleh enzim. Pencernaan
melibatkan hidrolisis yang berlangsung paling efisien jika semua reaktan berada dalam larutan.1
Pencernaan di lumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas, dengan pencernaan lemak
ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim pankreas, lemak direduksi secara
sempurna menjadi unit-unit monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap, protein
diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino, dan karbohidrat
diubah menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah
selesai di dalam lumen usus halus, tetapi pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas.1
Di permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan khusus seperti rambut,
mikrovilus, yang membentuk brush border. Membran plasma brush border mengandung tiga
kategori enzim yang melekat ke membran:1
1

Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen.

Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan pencernaan karbohidrat


dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa (masing-masing maltosa, sukrosa, dan
laktosa) menjadi monosakarida konstituennya.

Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil menjadi komponenkomponen asam aminonya sehingga pencernaan protein selesai.

Karena itu, pencernaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush border. Semua produk
pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein, serta sebagian besar elektrolit, vitamin, dan air,
normalnya diserap oleh usus halus. Hanya penyerapan kalsium dan besi yang biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu, semakin banyak makanan yang dikonsumsi,
semakin banyak yang akan dicerna dan diserap, seperti yang telah dirasakan oleh orang-orang
yang berupaya keras mengontrol berat badan mereka.1
Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan jejunum, hanya sedikit yang terjadi di ileum,
bukan karena ileum tidak memiliki kemampuan menyerap tetapi karena sebagian besar
penyerapan telah diselesaikan sebelum isi usus mencapai ileum. Usus halus memiliki kapasitas

absorptif cadangan yang besar. Jika ileum terminal diangkat maka penyerapan vitamin B 12 dan
garam empedu akan terganggu, karena mekanisme transpor khusus untuk kedua bahan ini hanya
terdapat di bagian ini.1
Usus Besar
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi. Selulosa dan bahan lain
yang tak tercerna di dalam diet membentuk sebagian besar massa dan karenanya membantu
mempertahankan keteraturan buang air.1
Umumnya gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak mendorong sesuai fungsinya sebagai
tempat penyerapan dan penyimpanan. Motilitas utama kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu
oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos kolon. Kontraksi ini, yang menyebabkan kolon
membentuk haustra, serupa dengan segmentasi usus halus tetapi terjadi jauh lebih jarang.1
Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun. Tidak ada yang diperlukan karena
pencernaan telah selesai sebelum kimus mencapai kolon. Sekresi kolon terdiri dari larutan mukus
basa (NaHCO3) yang fungsinya adalah melindungi mukosa usus besar dari cedera mekanis dan
kimiawi. Mukus menghasilkan pelumasan untuk mempermudah feses bergerak, sementara
NaHCO3 menetralkan asam-asam iritan yang diproduksi oleh fermentasi bakteri lokal. Sekresi
meningkat sebagai respons terhadap stimulasi mekanis dan kimiawi mukosa kolon yang
diperantarai oleh refleks pendek dan persarafan parasimpatis.1
Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap secara aktif, Clmengikuti secara pasif menuruni gradien listrik, dan H 2O mengikuti secara osmosis. Kolon
menyerap sejumlah elektrolit lain serta vitamin K yang disintesis oleh bakteri kolon. Melalui
absorpsi garam dan H2O terbentuk massa 1 tinja yang padat. Dari 500 g bahan yang masuk ke
kolon setiap hari dari usus halus, kolon normalnya menyerap sekitar 350 ml, meninggalkan 150 g
feses untuk dikeluarkan dari tubuh setiap hari. Bahan feses ini biasanya terdiri dari 100 g H 2O dan
50 g bahan padat, termasuk selulosa yang tidak tercerna, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil
garam.1
Metabolisme Sistem Pencernaan
Karbohidrat

Gambar 19. Penyerapan Karbohidrat.7


Karbohidrat terdapat dalam diet dalam banyak bentuk, seperti polisakarida, disakarida, dan
monosakarida. Polisakarida yang dapat dimetabolisme adalah zat pati (dari tanaman) dan glikogen
(dari sumber hewani). Kedua polisakarida ini adalah polimer glukosa. Polisakarida utama adalah
zat pati dan pencernaan dimulai di mulut, tempat amilase saliva mulai memecahnya menjadi
polimer glukosa yang lebih pendek, seperti maltosa dan dekstrin. Kerja amilase pada zat pati
mungkin sangat pendek pada saat makanan di mulut dengan cepat ditelan dan, ketika makanan
mencapai lambung, asam hidroklorida menginaktifkan amilase.6
Karbohidrat makanan disajikan ke usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk disakarida
maltosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder, sementarapembawa
kotranspor di batas luminal mengangkut monosakarida dan Na+ dari lumen ke dalam interior usus
halus. Glukosa dan galaktosa setelah dikumpulkan di dalam sel oleh pembawa kotranspor, keluar
dari sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi masuk ke dalam darah didalam vilus. Fruktosa
diserap ke dalam darah semata-mata melalui difusi terfasilitasi (transport pasif yang diperantai
oleh pembawa). 6

Protein

Gambar 20. Penyerapan Protein.7


Protein merupakan senyawaan yang penting dalam kehidupan, terdiri dari berbagai kombinasi
asam amino. Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan baru dan mengganti jaringan yang
rusak. Pada hewan dan manusia, protein merupakan komponen pembentuk urat, otot, kulit, kuku,
rambut, bulu, tanduk dan jaringan penunjang seperti tulang rawan. Di samping itu, protein
dapatberfungsi sebagai alat pengangkut oksigen, pembentuk antibody,katalisator biokimia dan
pengatur metabolisme.6
Yang dicerna dan diserap tidak saja protein dari makanan, tetapi protein endogen yang masuk ke
dalam lumen saluran pencernaan. Semua protein endogen harus dicerna dan diserap bersama
protein makanan untuk mencegah pengurangan simpanan protein tubuh. Asam amino yang
diserap dari makanan dan protein endogen digunakan untuk mensintesis protein baru ditubuh.
Protein yang disajikan ke usus halus untuk diserap terutama dalam bentuk asam amino dan
beberapa peptide kecil.6
Lemak
Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigliserida yaitu lemak netral
yang masing-masing terdiri dari kombinasi gliserol dengan tiga molekul asam lemak
melekatpadanya. Lemak dicerna dan diserap lebih lambat dibandingkan dengan nutrient lain.
Selain itu,pencernaan dan penyerapan lemak hanya berlangsung di lumen usus halus. Oleh karena
itu,apabila duodenum sudah terdapat lemak, pengosongan isi lambung yang berlemak lebih lanjut
kedalam duodenum ditunda sampai usus halus selesai mengolah lemak yang sudah ada di sana.

Pada kenyataannya, lemak adalah perangsang terkuat untuk menghambat motilitas lambung.
Fungsi lemak yaitu sebagai sumber dan pelarut beberapa vitamin tertentu dan asam-asam
lemak,baik esensial maupun non-esensial, sebagai cadangan energy dalam jaringan adiposa, dan
sebagai isolator tubuh baik terhadap perubahan suhu maupun terhadap benturan-benturan.6
Penyerapan lemak cukup berbeda dari penyerapan karbohidrat dan protein karena adanya masalah
lemak yang tidak larut dalam air. Lemak harus dipindahkan dari kimus yang cair melalui cairan
tubuh yang mengandung banyak air walaupun lemak tidak larut dalam air. Dengan demikian,
lemak harus menjalani serangkaian transformasi untuk mengatasi masalah iniselama pencernaan
dan penyerapannya.

Komponen empedu mempermudah penyerapan produk-produk akhir

pencernaan lemak ini melalui pembentukkan misel.

Misel adalah partikel larut-air yang

mengangkut produk-produk akhir pencernaan lemak di dalam interiornya yang larut dalam air.6
Setelah misel-misel ini mencapai membran luminal sel-sel epitel, monogliserida dan asam lemak
bebas secara pasif berdifusi dari misel menembus komponen lemak membran sel epitel untuk
memasuki interior sel-sel tersebut. Sewaktu produk-produk lemak tersebut meninggalkan misel
dan diserap melalui membran sel, misel mampu menyerap monogliserida dan asam lemak lain
yang dihasilkan dari perncernaan trigliserida di dalam emulsi lemak. Setelah berada di dalam sel
epitel, monogliserida dan asam lemak bebas disintesis ulang menjadi trigliserida. Trigliseridatrigliserida ini bergabung membentuk butir-butir dan dibungkus oleh satu lapisan lipoprotein,
sehingga butir lemak tersebut dapat larut dalam air. Lemak sebagai sumber energilemak adalah
sumber energi yang tinggi. Satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori. Makanan yang banyak
mengandung lemak misalnya kacang, kelapa, lemak hewan, lemak tumbuhan, minyak jagung,
minyak kedelai, dan mentega. Fungsi lemak adalah :6
a. Sebagai sumber energy
b. Pelarut vitamin A,D,E, dan, K
c. Pelindung organ tubuh yang penting, misalnya mata, ginjal, dan, jantung
d. Pelindung tubuh terhadap suhu yang rendah, yaitu sebagai isolator di bawah kulit
untuk menghindari hilangnya panas tubuh.Lemak hewan banyak mengandung kolestrol.
Kolestrol diperlukan oleh tubuh antara lain untuk menyusun membran sel dan hormon.
Namun kelebihan kolestrol dapat mengendap didinding pembuluh darah.Endapan
kolestrol. Menyebabkan pembuluh darah menyempit.Akibatnya terjadi tekanan darah

tinggi . Kolestrol banyak terdapat pada organ dalam hewan danlemak hewan. Minyak
tumbuhan merupakan lemak yang bebas kolestrol.
e. Protein untuk pengganti dan pertumbuhan sel. Berdasarkan asalnya, protein dibedakan
menjadi protein hewani dan protein nabati.Protein hewani adalah protein yang diperoleh
dari hewan. Protein nabati adalah protein yangberasal dari tumbuhan. Protein hewani
mengandung asam amino lebih lengkap daripada protein nabati . Asam amino adalah
senyawa penyusun protein .

Gambar 21. Penyerapan Lemak.7


Protein yang kita makan dicerna menjadi asam amino . Di dalam tubuh, asam aminotersebut
diubah kembali menjadi protein sesuai dengan kebutuhan tubuh. Protein

berfungsi

untuk pertumbuhan, mengganti sel yang rusak atau mati, dan mengatur proses di dalam
tubuh.Kekurangan protein menyebabkan pertumbuhan terhambat dan mudah terkena infeksi. Di
dalam sel tubuh, protein juga dapat diubah menjadi energi. Setiap satu gram protein menghasilkan
4 kilokalori.6

Enzim Sistem Pencernaan

Pencernaan molekul organik besar seperi karbohidra, protein dan lemak dibantu oleh enzim
tertentu yang berfungsi mempercepat reaksi sehingga reaksi tidak memakan waktu terlalu lama.
Bahan-bahan yang dapat diserap sebagai hasil pencernaan ini ialah asam amino, monosakarida,
monoasilgliserol, gliserol dan asam lemak serta vitamin dan mineral.1
Proses pencernaan secara umum terbagi atas proses pencernaan secara mekanis dan proses
pencernaan kimiawi. Secara mekanis bolus dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk
mempermudah proses pencernaan kimia melalui enzim. Dilihat dari fungsinya enzim menjadi
sangat penting dalam proses pencernaan kimia agar proses kimia tersebut berlangsung lebih
cepat.1
Pencernaan telah dimulai dari mulut. Di mulut terdapat saliva yang disekresikan oleh kelenjar
parotis, submandibularis dan sublingualis. Keluarnya saliva dapat terjadi karena adanya massa
makanan di mulut maupun adanya rangsangan psikis, misalnya berupa bau makanan tertentu.
Pada saliva terdapat suatu jenis enzim yaitu amilase saliva atau ptialin. Pada polisakarida, enzim
ini bekerja dengan cara memutuskan ikatan glikosidik 1,4. Enzim ini akan menguraikan
polisakarida menjadi disakarida maltosa. Ion tertentu dapat menjadi aktivator dari enzim ini,
antara lain ion Cl-, Br-, NO3- dan SO42-. Enzim amilase saliva akan bekerja dengan optimal pada
pH 6,8. Pada pH dibawah 4, enzim ini akan menjadi inaktif (misalnya dalam lambung). Selain
faktor tingkat keasaman, faktor suhu, konsentrasi enzim dan konsentari substrat juga turut
menentukan seberapa optimal enzim ini dapat berkerja. Selain mencernakan makanan, saliva juga
berfungsi melindungi mukosa mulut serta melarutkan makanan kering dan padat serta melicinkan
gumpalan makanan agar mudah ditelan.1
Setelah polisakarida mengalami pemecahan menjadi disakarida di mulut, bolus akan melanjutkan
perjalanan ke lambung melalui oesophagus. Bagitu tiba di lambung, kimus akan berhadapan
dengan suasana yang asam. Hal ini disebabkan oleh karena adanya sekresi asam klorida dari sel
parietal sebagai respon terhadap eksistensi kimus. Tingkat keasaman yang tinggi ini sebenarnya
juga berfungsi pada denaturasi dari polipeptida yaitu dengan jalan menguraikan struktur tersier
dengan memotong ikatan hidrogen didalamnya. Selain itu tingkat keasaman yang tinggi bersama
lisozim dari saliva dapat menghancurkan sebagian besar mikroorganisme yang masuk ke gastrointestinal track.1
Selain sel parietal, terdapat pula sel chief dan sel leher mukus pada dinding mukosa lambung. Sel
chief berfungsi untuk menghasilkan pepsinogen, suatu zymogen yang bila aktif akan memecah
protein menjadi proteosa dan pepton. Pepsinogen ini menjadi aktif dengan bantuan asam klorida

yang dihasilkan sel parietal tadi. Pepsin ini spesifik bekerja dengan memutuskan ikatan peptida
pada asam amino aromatik ataupun asam amino dikarboksilat.1
Renin merupakan suatu enzim yang hanya terdapat pada lambung bayi. Renin berfungsi
menggumpalkan kasein yang ada pada susu sehingga tidak mengalir dengan cepat keluar dari
lambung. Kasein susu yang berkontak dengan kalsium pada renin akan bereaksi membentuk
kalsium parakaseinat yang bila berkontak dengan pepsin dapat pecah kembali.1
Pada lambung juga ditemukan lipase. Lipase berfungsi untuk menghidrolisis tri-gliaserol rantai
pendek dan rantai sedang. Namun fungsi lipolitiknya pada lambung tidak terjadi karena pH
optimalnya 7,5 tidak sesuai dengan pH lambung.1
Pencernaan pada pankreas dan usus dapat terjadi karena adanya sekresi hormon sekretin pada
duodenum dan jejunum. Hormon sekretin ini disekresikan sebagai bentuk respon terhadap adanya
HCl, lemak, protein, karbohidrat dan sebagian makanan yang telah dicerna dalam lambung.
Hormon ini akan mengalir melalui darah portal menuju pankreas, empedu dan hepar dan
merangsang sekresi pankreas. Jenis-jenis sekretin antara lain pankreozimin, hepatokrinin,
kolesistokinin dan enterokrinin.1
Getah pankreas dihasilkan sebagai respon terhadapa kerja sekretin. Getah pankreas umumnya
kental seperti saliva, mangandung air, protein, ssedikit senyawa organik, berbagai macam ion
anorganik dan memiliki pH yang sedikit alkalis (7,5 8). Enzim-enzim yang terdapat pada getah
pankreas antara lain:1
Tripsin : disekresikan dalam bentuk yang tidak aktif yaitu tripsinogen. Tripsinogen
diaktifkan dalam duodenum oleh enzim enterokinase menjadi tripsin.Protease yang
bergabung dengan tripsin akan menjadi polipeptida. Pepton akan dihidrolisis pada bagian
yang mengandung asam amino lisin/arganin. Tripsin juga dapat mengkoagulasi susu pada

pH optimal 8.
Kimotripsin : juga disekresikan dalam zymogen yaitu kimotripsinogen. Bentuk inaktif ini
akan bereaksi dengan tripsin menjadi kemotripsin. Kimotripsin bisa mengkoagulasi susu

dengan tingkat kekuatan yang lebih tinggi dibanding tripsin.


Karboksipeptidase : merupakan enzim proteolitik yang mengandung Zink. Enzim ini
mengkatalisis hidrolisa pada ikatan peptida di ujung molekul pada sisi karboksil bebas

polipeptida.
Amilase pankreas : bentuknya sama dengan amilase saliva. Bekerja dengan cara
menghidrolisis pati menjadi maltosa dan optimal pada pH netral.

Lipas pankreas : bekerja dengan cara menghidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol,

monogliserida dan digliserida. Aktivitasnya akan diperkuat dengan kerja garam empedu.
Kolesterol esterase : akan mengkatalisis reaksi antara kolesterol bebas dan asam lemak
sehingga membentuk kolesterol esterase dan asam lemak. Enzim ini diaktifkan oleh garam

empedu.
RNAase dan DNAase: mengkatalisa asam nukleat menjadi nukleotida.

Pada proses pencernaan lemak, ada suatu zat yang penting yang turut berperan selain lipase
pankreas. Zat tersebut ialah empedu. Empedu disekresikan oleh hati dan bila tidak diperlukan
akan disimpan sementara di kantung empedu. Empedu mengandung asam yaitu asam kolat, asam
deoksikolat, asam kenodeoksikolat dan asam litokolat. Asam empedu dapat berkonjugasi dengan
asam amino glisin atau taurin padu gugus karboksil sehingga dapat larut dalam air.1
Fungsi empedu antara lain adalah sebagai berikut:1
Emulsifikasi : dengan cara menurunkan tegangan permukaan air, garam empedu dapat
mengemulsi lemak dalam usus sehingga lipase dapat bekerja dengan lebih baik. Garam
empedu juga membantu agar vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E, dan K) dapat

membentuk senyawa kompleks yang lebih mudah larut dalam air.


Netralisasi : empedu dapat menetralkan kimus yang berasal dari asam lambung.
Ekskresi : Kolesterol yang berasal dari makanan / disentesis dalam tubuh dapat

disekresikan melalui empedu.


Metabolisme pigmen empedu : pemecahan hemoglobin menghasilkan pigmen empedu
yaitu bilirubin yang akan disekresikan melalui empedu. Bahan ini akan diabsorbsi di
gasto-intestinal track yaitu pada sel epitel mukosa usus halus. Sedangkan pada lambung
tidak terjadi absorbsi kecuali alkohol.

Pencernaan pada usus adalah dengan cara mensekresikan beberapa enzim yang akan terdapat pada
mikrovili intestinal. Selain sekresi enzim, ada pula sekresi getah usus halus oleh kelenjar Brunner
dan Lieberkuhn untuk membentu menetralkan keasaman kimus dari lambung. Adapun enzim
yang diekskresi adalah di usus halus adalah:1
Aminopeptidase : mengubah polipeptida menjadi asam amino dan peptida dengan ikatan
yang lebih pendek dengan cara katalisa hidrolisis ikatan peptida di ujung molekul di sisi

yang mengandung asam amino bebas.


Dipeptidase : mengubah peptida menjadi asam amino.
Disakaridase : yaitu sukrase, maltase, isomaltase dan laktase. Mengubah disakarida
menjadi monosakarida.

Fosfatase : melepaskan fosfat dari senyawa fosfat organik yang berasal dari makanan

seperti hexofosfat, gliserofosfat dan nukleotida.


Polinukleotidase : mengubah asam nukleat menjadi nukleotida.
Nukleosida (nukleosida fosforilase) mengkatalisis perubahan nukleosida menjadi

fosforilasi pentosa, uridin, sistidin dan timidin.


Lesitinase mengubah lesitin menjadi gliserol, asam lemak, asam fosfat dan kolin.

Setelah diubah menjadi bentuk yang paling sederhana, maka molekul hasil pencernaan makanan
akan diabsorbsi dengan jalan menggunakan difusi, transpor aktif, sitotaksis,

dan persorpsi.

Makanan yang diabsorsi kemudian akan melalui dua jalan yaitu melalui vena porta menuju ke hati
dan melalui pembuluh limfe di sekitar usus lalu menuju duktus thoracicus dan berakhir di darah.1
Kesimpulan
Pencernaan merupakan suatu proses penguraian makanan dari struktur yang komplek diubah
menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi di dalam
sistem pencernaan. Organ-organ utama yang berperan dalam sistem pencernaan antara lain mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Pencernaan dan penyerapan
merupakan sumber nutrisi penting dalam transport aktif, sekresi, maupun sintesis lainnya.
Sehingga bila terjadi gangguan pada 1 tahap saja, dapat mengganggu hingga keseluruhan tahap
pencernaan. Hal ini dapat kita lihat dalam scenario dimana sumbatan pada saluran empedu
menyebabkan perempuan tersebut menderita mual, kembung, sembelit, dan buang air besar yang
berwarna putih.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: EGC, 2012.
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
3. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC; 2003.
4. Ross MH, Reith JR. Histology a text and atlas. Cambridge: Harper & Row Publisher
2000.h.100.
5. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2002.h.373-4.
6. Guyton, Arthur C, Hall John E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi-11. Jakarta: EGC;
2007.h. 823-58.
7. Sherwood L. Human physiology from cell to system. Seventh Editon. Belmont:
Brooks/Cole; 2010.

Anda mungkin juga menyukai