Anda di halaman 1dari 5

Agric. Sci. J. Vol.

I (4) : 286-290 (2014)

POPULASI MIKROFLORA DI SEKITAR RIZOSFER TANAMAN


TOMAT TRANSGENIK MIRACULIN DAN NON-TRANSGENIK
KULTIVAR MONEYMAKER
THE POPULATION OF MICROFLORA IN THE RIZOSPHERE OF
MIRACULIN TRANSGENIC TOMATO AND NON-TRANSGENIC
TOMATO CV. MONEYMAKER PLANTS
1

Rangga Jiwa Wibawa1, Betty Natalie Fitriatin2, dan Nono Carsono2


Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
2
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
ABSTRAK

Tanaman tomat transgenik miraculin adalah tanaman hasil rekayasa genetika yang
disisipi gen miraculin dari tanaman Richadella dulcifica. Miraculin merupakan glikoprotein
yang dapat memodifikasi rasa asam sehingga terasa manis di lidah. Salah satu syarat yang
harus dipenuhi dalam hal pelepasan varietas tanaman hasil rekayasa genetika adalah
pengujian keamanan hayati untuk mengetahui potensi keamanan lingkungan tanaman
tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi keamanan hayati tanaman tomat
transgenik miraculin melalui pengujian dampak tanaman tersebut terhadap populasi
mikroflora (bakteri, jamur, dan aktinomisetes) menggunakan konsep kesepadanan substansial.
Pengamatan populasi mikroflora dilakukan dengan metode total plate count. Pengamatan
dilakukan pada saat sebelum tanam, masa vegetatif maksimum, dan setelah panen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa populasi mikroflora di sekitar rizosfer tanaman tomat
transgenik miraculin dan tanaman tomat non-transgenik kultivar Moneymaker tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata menurut analisis statistik student t-test pada taraf
kepercayaan 95%. Tanaman tomat transgenik miraculin tidak memiliki dampak yang berbeda
dengan tanaman tomat non-transgenik kultivar Moneymaker terhadap populasi mikroflora.
Kata kunci : mikroflora, miraculin, pengujian keamanan hayati, tomat transgenik
ABSTRACT
Tomato cv. Moneymaker has been genetically engineered with miraculin gene from
Richadella dulcifica plant. Miraculin is a taste-modifying glycoprotein that causes sour taste
tomatoes to sweet taste on tongue. Biosafety assessment must be done before miraculin
transgenic tomato is released order to determine environment safety of the plant. This study
used substantial equivalence concept for evaluating unintended effect of miraculin transgenic
tomato to the microflora population (bacteria, fungi, and actinomycetes). Microflora
population was determined through total plate count method. Variables were evaluated at the
time of before planting, maximum vegetative period, and after harvesting. The result showed
that microflora population in the rhizosphere of miraculin transgenic tomato and nontransgenic tomato cv. Moneymaker had no significant differences according to student t-test
at 95% confidence level. The miraculin transgenic tomato had no different impact with nontransgenic tomato cv. Moneymaker on microflora population.
Keywords : biosafety assessment, transgenic tomato, miraculin, microflora

Diterima 3 Agustus 2014. Disetujui 20 Oktober 2014. Alamat Korespondensi : r.jiwa.w@gmail.com

Rangga J.W., Betty N. F., Nono C. - Populasi Mikroflora di Sekitar Rizosfer Tanaman Tomat Transgenik Miraculin

PENDAHULUAN
Tanaman
tomat
transgenik
miraculin adalah tanaman tomat kultivar
Moneymaker yang disisipi gen miraculin
(Sugaya et al., 2008 dan Sun et al., 2006;
2007). Miraculin adalah glikoprotein yang
terkandung dalam buah tanaman Richadella
dulcifica dari Afrika Barat, yang dapat
memodifikasi rasa asam sehingga menjadi
terasa manis di lidah (Theerasilp dan
Kurihara, 1988 dikutip Al Bachchu et al.,
2011). Menurut Yano et al. (2010),
miraculin tersebut memiliki potensi besar
untuk dijadikan alternatif pemanis berkalori
rendah terutama bagi upaya pencegahan
maupun penderita penyakit diabetes, serta
program diet.
Peraturan Pemerintah (PP) nomor
21 tahun 2005 menyatakan bahwa penilaian
risiko (risk assessment) tanaman transgenik
wajib dilakukan sebelum pelepasan dan
peredarannya melalui pengujian keamanan
hayati untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh merugikan terhadap
lingkungan dan makhluk hidup berdasarkan
penggunaan metode ilmiah dan statistik
tertentu yang sahih. Salah satu komponen
penting penilaian risiko tanaman transgenik
terhadap lingkungan dalam Protokol
Cartagena adalah dampaknya terhadap
lingkungan tanah dan organisme non-target
(Pachico, 2003). Menurut Turco et al.
(1994) dikutip Handayani dan Prawito
(2002) mikroflora tanah merupakan
indikator yang baik untuk mengetahui
perubahan ekosistem dalam tanah. Craig et
al. (2008) menambahkan organisme tanah
dapat
terkontaminasi
oleh tanaman
transgenik salah satunya melalui eksudat
akar.
Dokumen
Organization
of
Economic Cooperation of Development
(OECD) tahun 1993 menjelaskan bahwa
penilaian risiko keamanan hayati tanaman
transgenik dapat dilakukan menggunakan
konsep
kesepadanan
substansial
(substantial
equivalence),
yaitu
membandingkan
dampak
tanaman
transgenik dengan tanaman asalnya
terhadap subjek tertentu (Tabei, 2002;

Bergmans, 2007; Ramessar et al, 2007).


Dengan demikian, untuk mengetahui
dampak
tanaman
tomat
transgenik
miraculin terhadap lingkungan tanah dan
organisme non-target maka dilakukan
penelitian dengan membandingkan populasi
mikroflora tanah pada rizosfer tanaman
tomat transgenik miraculin dan tanaman
tomat non-transgenik kultivar Moneymaker
sebagai kontrolnya.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dilaksanakan pada bulan
Februari hingga Juli 2014 di Lapangan Uji
Terbatas (LUT), Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan
Bioteknologi
dan
Sumberdaya Genetik Pertanian (BB
Biogen),
Bogor.
Kegiatan
analisis
dilakukan di Laboratorium Biologi dan
Bioteknologi Tanah, serta Laboratorium
Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran.
Desain penelitian menggunakan
metode eksperimen sederhana dengan dua
perlakuan yaitu delapan tanaman tomat
transgenik miraculin dan delapan tanaman
tomat non-transgenik kultivar Moneymaker
sebagai kontrol yang disusun berselingan
dalam empat ulangan. Pengambilan sampel
dilakukan pada saat sebelum tanam, masa
vegetatif maksimum, dan sesaat setelah
panen. Populasi mikroflora ditentukan
dengan metode total plate count pada
media agar. Media Nutrien Agar digunakan
untuk pengamatan bakteri, media Potato
Dextrose Agar untuk jamur, dan media
Dextrose Nitrate Agar untuk aktinomisetes.
Inkubasi dilakukan pada suhu 25 oC selama
2 hari untuk bakteri, 5 hari untuk jamur,
dan 10 hari untuk aktinomisetes.
Data populasi bakteri, jamur, dan
aktinomisetes di sekitar rizosfer tanaman
tomat transgenik dan non-transgenik
dibandingkan dengan analisis statistik
students t-test pada taraf 5% menggunakan
program SPSS 17.0.

287

Rangga J.W., Betty N. F., Nono C. - Populasi Mikroflora di Sekitar Rizosfer Tanaman Tomat Transgenik Miraculin

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan pada Tabel 1, 2,
dan 3 menunjukan secara berurutan
populasi jenis mikroflora tertinggi baik di
rizosfer tanaman tomat transgenik maupun
non-transgenik
pada
setiap
waktu
pengamatan yaitu bakteri, aktinomisetes,
dan jamur. Tingginya populasi bakteri dan
aktinomisetes diduga karena pH media
tanam cukup sesuai bagi pertumbuhannya.

Media tanam yang digunakan pada


percobaan memiliki pH yang netral pada
setiap
waktu
pengamatan.
Bakteri
umumnya tumbuh baik pada pH 7
(Sumarsih, 2003) dan aktinomisetes pada
pH 6,5 dan 8,0 (Rao, 1994). Sedangkan
jamur populasinya yang termati lebih
sedikit daripada bakteri dan aktinomisetes
karena jamur lebih cocok hidup pada tanah
yang bersifat masam (Rao, 1994).

Tabel 1. Perbandingan Populasi Bakteri di Sekitar Rizosfer Tomat Transgenik dan Non-Transgenik
Populasi Bakteri (x 109 CFU/gram Tanah)
Sampel Tanah
Sebelum Tanam
Setelah Panen
Tomat Transgenik
66,2a
40,9a
Tomat Non-Transgenik
73,8a
41,5a
Keterangan : - Huruf dibaca arah vertikal.
- Huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada nilai P > 0,05 menurut analisis
students t-test.
Tabel 2. Perbandingan Populasi Jamur di Sekitar Rizosfer Tomat Transgenik dan Non-Transgenik
Populasi Jamur (x 104 CFU/gram Tanah)
Sampel Tanah
Sebelum Tanam
Setelah Panen
Tomat Transgenik
47,9a
38,8a
Tomat Non-Transgenik
57,9a
36,1a
Keterangan : - Huruf dibaca arah vertikal.
- Huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada nilai P > 0,05 menurut analisis
students t-test.
Tabel 3. Perbandingan Populasi Aktinomisetes di Sekitar Rizosfer Tomat Transgenik dan NonTransgenik
Populasi Aktinomisetes (x 108 CFU/gram Tanah)
Sampel Tanah
Sebelum Tanam
Setelah Panen
Tomat Transgenik
13,9a
11,0a
Tomat Non-Transgenik
14,1a
10,8a
Keterangan : - Huruf dibaca arah vertikal.
- Huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada nilai P > 0,05 menurut analisis
students t-test.

Sejalan
dengan
pertumbuhan
tanaman terjadi dinamika mikroba di
rizosfer tanah karena terjadi pergantian
struktur mikroba yang berkaitan dengan
perbedaan eksudat akar yang diproduksi
oleh akar selama pertumbuhan tanaman
(Widyati, 2013a). Eksudat ini berperan
sebagai sumber nutrisi dan sumber karbon
bagi pertumbuhan mikroba (Niswati dkk.,
2008). Pada Tabel 1, 2, dan 3 populasi
bakteri, jamur, dan aktinomisetes di sekitar
rizosfer tomat transgenik miraculin maupun
non-transgenik
mengalami
penurunan
populasi pada pengamatan setelah panen.

Hal tersebut dapat terjadi karena selama sel


akar mengalami penuaan terjadi penurunan
produksi eksudat akar (Semenov et al.,
1999 dikutip Widyati, 2013b). Menurunnya
produksi eksudat akar tersebut berarti pula
berkurangnya sumber makanan di rizosfer
sehingga menyebabkan populasi bakteri,
jamur, dan aktinomisetes mengalami
kelaparan dan kematian. Dengan hasil
tersebut menunjukan bahwa populasi
mikroflora di rizosfer sangat dipengaruhi
oleh eksudat akar.
Hasil perbandingan populasi bakteri,
jamur, dan aktinomisetes di sekitar rizosfer
288

Rangga J.W., Betty N. F., Nono C. - Populasi Mikroflora di Sekitar Rizosfer Tanaman Tomat Transgenik Miraculin

tanaman tomat transgenik dan nontransgenik pada masing-masing waktu


pengamatan (Tabel 1, 2, dan 3)
menunjukkan bahwa populasi bakteri,
jamur, dan aktinomisetes di kedua rizosfer
tanaman tidak berbeda nyata pada taraf 5%
menurut statistik students t-tes. Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa tanaman
tomat transgenik yang disisipi gen
miraculin tidak memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap populasi mikroflora di
sekitar rizosfer bila dibandingkan tanaman
asalnya meskipun gen miraculin yang
disisipkan terakumulasi dalam eksudat akar
tanaman tomat transgenik. Hirai (2010)
melaporkan bahwa protein miraculin dapat
disekresikan oleh akar tanaman tomat
transgenik miraculin pada saat 3, 5, dan 7
hari setelah ditumbuhkan dalam media
kultur MS dan dideteksi dengan analisis
protein gel blot.
Berdasarkan hasil analisis tersebut,
diduga keberadaan protein miraculin dalam
eksudat akar tanaman tomat transgenik
tidak turut merubah sifat eksudat akar
tanaman tomat transgenik. Hal ini didukung
oleh beberapa alasan antara lain; pertama,
asam amino sebagai komponen utama
penyusun miraculin secara alami terdapat
dalam eksudat akar tanaman tomat. Hirai
(2010) menyebutkan bahwa miraculin
terdiri dari 220 residu asam amino dan Rao
(1994) mengatakan bahwa senyawasenyawa yang dikeluarkan oleh akar
tanaman tomat salah satunya asam amino
berupa -Alanin, asam glutamat, asam
aspartat, sistin/sistein, glisin, dan tirosin.
Asam amino tersebut dimanfaatkan oleh
mikroba tanah sebagai sumber nitrogen.
Kedua, konsentrasi miraculin yang
terkandung dalam eksudat akar diduga
sangat rendah, karena miraculin dalam
tanaman tomat transgenik lebih banyak
terakumulasi di jaringan exocarp pada buah
dan kurang terlihat pada bagian lainnya
(Yano et al., 2010). Menurut Sun et al.
(2007), konsentrasi miraculin pada buah
tomat mencapai lebih dari 100 mg/g buah
segar. Ketiga, selama ini belum terdapat
laporan yang menyatakan bahwa protein

miraculin bersifat toksik. Menurut Sugaya


et al. (2008), di Arfika Barat buah miracle
yang secara alami mengandung miraculin
biasa dikonsumsi oleh masyarakat untuk
mengurangi rasa asam pada makanan
maupun minuman. Dengan demikian, maka
diduga miraculin dalam eksudat akar pun
tidak bersifat toksik bagi mikroflora tanah.
SIMPULAN
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa populasi mikroflora di sekitar
rizosfer
tanaman
tomat
transgenik
miraculin dan tanaman tomat nontransgenik kultivar Moneymaker tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa tanaman tomat transgenik miraculin
tidak memiliki dampak yang berbeda
dengan tanaman tomat non-transgenik
kultivar Moneymaker terhadap populasi
mikroflora tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Al Bachchu, M.A.Al., Seong-Beom Jin,
Jeong-Won Park, Kyung-Hwan Boo,
Hyeon-Jin Sun, Yong-Woo Kim, HyoYeon Lee, Key-Zung Riu, and JaeHoon
Kim.
2011.
Functional
expression of miraculin, a tastemodifying protein, in transgenic
miyagawa wase satsuma Mandarin
(Citrus unshiu Marc.). Journal Korean
Soc. App. Biol. Chem. 54 (1) : 24-29.
Bergmans, H. 2006. Basic framework for
risk assessment for transgenic plants
developed by the OECD: 20 years
after the OECD Blue Book. Journal
Environ. Biosafety Res. 5 : 213218.
Craig, W., M. Tepfer, G. Degrassi, and D.
Ripandelli. 2008. An overview of
general features of risk assessments of
genetically modified crops. Journal of
Euphytica 164: 853880.
Handayani, I.P. dan P. Prawito. 2002.
Lahan paska deforestasi di Bengkulu,
Sumatera : Kajian mikroflora tanah dan

289

Rangga J.W., Betty N. F., Nono C. - Populasi Mikroflora di Sekitar Rizosfer Tanaman Tomat Transgenik Miraculin

evolusi karbondioksida. Jurnal IlmuIlmu Pertanian Indonesia 4 (1) : 1-9.

new type of alternative sweetener, in


transgenic tomato plants. Journal Plant
Biotechnol 5: 768777.

Hirai, T., Fukukawa G., Kakuta H., Fukuda


N., and Ezura H. 2010. Production of
recombinant miraculin using transgenic
tomatoes in a closed cultivation
system. Journal of Agricultural and
Food Chemistry 58 (10) : 6096-6101.

Sun, H.J., M. Cui, B. Ma, and H. Ezura.


2006. Functional expression of tastemodifying protein miraculin in
transgenic lettuce. Jounal FEBS Lett
580: 620-626.

Niswati, A., S. Yusnaini dan M.A.M. Arif.


2008. Populasi mikroba pelarut fosfat
dan P-tersedia pada rizosfir beberapa
umur dan jarak dari pusat perakaran
jagung (Zea mays L.). Jurnal Tanah
Tropik 13 (2) : 123-130.

Tabei, Y. 2002. Risk assessment of GM


crops and the challenge of building
public acceptance in Japan. Tokyo.
Research Council of Agriculture,
Ministry of Agriculture, Forestry and
Fisheries.

Pachico, D. 2003. Transgenic crop risk


assessment policies: an international
comparison. Colombia. International
Center for Tropical Agricultural.

Widyati, E.. 2013a. Dinamika komunitas


mikroba di rizosfir dan kontribusinya
terhadap pertumbuhan tanaman hutan.
Rhizosphere microbes community
dinamic and it contribution on plants
growth. Jurnal Tekno Hutan Tanaman
6 (2) : 55-64.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 21 Tahun 2005 Tentang
Keamanan Hayati Produk Rekayasa
Genetika.
Ramessar, K., A. Peremarti, S. GomezGalera, S. Naqvi, M. Moralejo, P.
Munoz T. Capell, and P. Christou.
2007. Biosafety and risk assessment
framework for selectable marker genes
in transgenic crop plants: a case of the
science not supporting the politics.
Journal Transgenic Res.16: 261280.
Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah
dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta.
Penerbit Universitas Indonesia (UIPress).

Widyati, E. 2013b. Memahami interaksi


tanaman-mikroba: Understanding on
plants-microbes interaction. Jurnal
Tekno Hutan Tanaman 6 (1) : 13-20.
Yano, M., T. Hirai, K. Kato, K. HiwasaTanase, N. Fukuda, and H. Ezura.
2010. Tomato is a suitable material for
producing
recombinant
miraculin
protein in genetically stable manner.
Journal of Plant Science 178 : 469-473.

Sugaya, T., M. Yano, H.J. Sun, T. Hirai,


and H. Ezura. 2008. Transgenic
strawberry expressing the tastemodifying protein miraculin. Journal of
Plant Biotechnology 25: 329-333.
Sumarsih, S. 2003. Diktat Kuliah
Mikrobiologi
Dasar.
Yogyakarta.
Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta.
Sun, H.J., H. Kataoka, M. Yano, and H.
Ezura. 2007. Genetically stable
expression of functional miraculin, a
290

Anda mungkin juga menyukai