Disusun oleh :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
akan berupa puncak yang tajam sebagai akibat dari berlangsungnya peristiwa termal
pada sampel. Suhu puncak yang muncul dapat ditentukan dari suhu dimana deviasi
mulai timbul, T1,ataupun pada suhu puncak, T2. Penggunaan T1 mungkin saja lebih
tepat, namun seringkali kurang jelas kapan puncak bermula, dan karenanya lebih
umum digunakan T2. Ukuran dari puncak dapat diperbesar sehingga peristiwa termal
dengan perubahan entalpi yang kecil dapat terdeteksi. Gambar 3(d) sangat mudah
diolah, sehingga cara ini digunakan sebagai cara yang lebih sensitif dan akurat untuk
memperoleh data dibandingkan Gambar 3 (b) dan dipakai pada metode umum
mempresentasikan hasil DTA.
Instrumen DTA komersial dapat digunakan pada range suhu -190 sampai
16000 C. Ukuran sampel biasanya kecil, beberapa miligram, sehingga mengurangi
pemunculan masalah akibat gradien termal dalam sampel yang dapat mengurangi
sensitivitas dan akurasi. Laju pemanasan dan pendinginan biasanya berada pada
range 1 sampai 500 C / menit. Pada penggunaan laju yang lebih lambat, sensitivitas
akan berkurang karena T bagi peristiwa termal tertentu akan menurun dengan
menurunnya laju pemanasan. Sel DTA biasanya didisain untuk memaksimumkan
sensitivitasnya terhadap perubahan termal, namun hal ini sering berakibat pada
kehilangan respon kalorimetrik; sehingga tinggi puncak hanya berhubungan dengan
besar perubahan entalpi secara kualitatif saja. Dimungkinkan untuk mengkalibrasi
peralatan DTA sehingga harga entalpi yang kuantitatif dapat diperoleh, namun
kalibrasi ini cukup rumit. Apabila diperlukan data kalorimetrik, maka lebih mudah
untuk memakai DSC sebagai komplementer.
nilainya lebih kecil dibandingkan dengan Differential Thermal Analysis (DTA). Hal
ini dikarenakan sampel dan pembanding dalam hubungan termal yang baik.
Perbedaan temperatur dicatat dan dihubungkan dengan perubahan entalpi dari sampel
menggunakan percobaan kalibrasi.
Sistem Heat Flux DSC merupakan sedikit modifikasi dari DTA, hanya
berbeda pada wadah untuk sampel dan pembanding dihubungkan dengan lajur laju
panas yang baik. Sampel dan pembanding ditempatkan didalam tungku pembakaran
yang sama.perbedaan energi yang diperlukan untuk mempertahankannya pada suhu
yang mendekati sama dipenuhi dengan perubahan panas dari sampel. Adanya energi
yan berlebih disalurkan antara sampel dan pembanding melalui penghubung
lempengan ogam, merupakan suatu hal yang tidak dimiliki oleh DTA.
Rangkaian utama sel DSC ditempatkan pada pemanas silinder yang
menghamburkan panas ke sampel dan pembanding melalui lempengan yang
dihubungkan pada balok perak. Lempengan memiliki dua plat yang ditempatkan
diatas wadah sampel dan pembanding.
2.3 Thermogravimetric Analysis (TGA)
Thermogravimetri adalah teknik untuk mengukur perubahan berat dari suatu
senyawa sebagai fungsi dari suhu ataupun waktu. Metode TGA merupakan prosedur
yang cukup banyak dilakukan dalam karakterisasi bahan. Pada prinsipnya metode ini
mengukur berkurangnya massa material ketika dipanaskan dari suhu kamar sampai
suhu tinggi yang biasanya sekitar 900C.
Alat TGA dilengkapi dengan timbangan mikro didalamnya sehingga secara
otomatis berat sampel setiap saat bisa terekam dan disajikan dalam tampilan grafik.
Pada pemanasan yang kontinyu dari suhu kamar, maka pada suhu suhu
tertentu material akan kehilangan cukup signifikan dari massanya. Kehilangan massa
pada suhu tertentu dapat mengindikasikan kandungan dari bahan uji, meski tidak bisa
secara spesifik merujuk pada suatu senyawa tertentu seperti yang misalnya
ditunjukkan oleh puncak puncak dari histogram FTIR ataupun XRD. Sehingga
biasanya TGA digunakan untuk melakukan analisa proximate seperti kadar air, kadar
senyawa volatil dan kadar abu dalam bahan.
Sebenarnya TGA bisa beroperasi dalam kondisi inert dengan mengalirkan gas
tertentu seperti nitroen ataupun helium. Tapi TGA juga bisa beroperasi dalam
atmosfer gas non-inert seperti udara dan oksigen yang memungkinkan terjadinya
reaksi dengan sampel dengan adanya kenaikan suhu. Sehingga disini TGA juga bisa
berfungsi sebagai reaktor untuk menganalisa massa bahan yang bereaksi dalam
kondisi operasi tertentu. Salah satu contohnya pada penelitian mencari katalis yang
tepat untuk membakar soot (partikel karbon yang terkandung dalam asap knalpot
mesin disel), yang dilakukan dengan cara soot dicampur katalis dimasukkan dalam
TGA jika dinaikkan suhunya dan dialirkan udara maka akan terjadi reaksi
pembakaran yang akan menurunkan massa yang terdeteksi oleh TGA. Katalis yang
baik tentunya bisa menurunkan suhu reaksi yang signifikan dibandingkan tidak
memakai katalis.
Cara pemakaian alat ini sangatlah mudah. Material yang berupa serbuk cukup
dimasukkan kedalam cawan kecil dari bahan platina, atau alumina ataupun teflon
seperti pada gambar dibawah ini. Pemilihan bahan dari cawan ini perlu disesuaikan
dengan bahan uji. Pastikan bahan uji tidak bereaksi dengan bahan cawan serta tidak
lengket ketika dipanaskan.
Yang perlu dilakukan dengan sangat hati hati adalah ketika meletakkan
cawan cawan diatas pan timbangan. Karena lengan dari pan timbangan sangat
mudah patah sehingga dalam menempatkan dan mengambil kontainer perlu
dilakukan dengan hati hati.
Setelah
sampel
dimasukkan
maka
kita
bisa
memprogram
urutan
Untuk garis hijau adalah grafik weight loss (TG) fungsi waktu, sedangkan
merah adalah temperatur fungsi waktu sedangkan biru adalah DTA fungsi waktu.
Bisa dilihat pada grafik TG pada suhu sekitar 100 C, 200 C dan 500 C terjadi
penurunan berat yg signifikan yang kemungkinan besar dikarenakan kehilangan air,
unsur volatil dan karbon secara berurutan.
2.4 Aplikasi DTA, TGA dan DSC
Penggunaan analisa termal pada ilmu keadaan padat sangat banyak dan
bervariasi. Secara umum DTA lebih bermanfaat dibandingkan TGA; TGA
mendeteksi efek yang melibatkan hanya perubahan massa saja. DTA juga dapat
mendeteksi efek ini, namun juga dapat mendeteksi efek lainnya seperti transisi
polymorfik, yang tidak melibatkan perubahan berat. Untuk banyak permasalahan,
sangat menguntungkan untuk menggunakan DTA dan TGA karena peristiwa-
peristiwa termal yang terdeteksi pada DTA dapat diklasifikasikan menjadi beragam
proses yang melibatkan berat ataupun yang tidak melibatkan berat.
reaksi-reaksi
dekomposisi,
dimungkinkan.
Sekuen
skematik
DTA
yang
Idealnya, kedua proses ini seharusnya muncul pada suhu yang sama namun
hysteresis berkisar antara beberapa derajat hingga beberapa ratus derajat, umum
terjadi. Perubahan reversibel yang ditunjukkan pada Gambar 5 memperlihatkan
hysteresis yang rendah namun teramati dengan jelas. Hysteresis tidak saja bergantung
pada sifat material dan perubahan struktur yang terlibat transisi sulit yang
melibatkan pemutusan ikatan kuat berpotensi untuk menghasilkan banyak hysteresis
-, tetapi juga bergantung pada kondisi-kondisi eksperimen, seperti laju pemanasan
dan pendinginan. Hysteresis terjadi khususnya pada pendinginan dengan laju relatif
cepat; di beberapa kasus, apabila laju pendinginan cukup cepat, perubahan dapat
tiadakan sepenuhnya. Perubahan ini dapat secara efektif dikategorikan irreversibel
pada kondisi eksperimen tertentu. Sebagai contohnya, adalah pembentukan gelas,
peristiwa yang amat penting pada industri, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.
Berawal dari senyawa kristalin, silika, sebuah endoterm muncul saat senyawa
meleleh. Pada pendinginan, cairan tidak mengalami rekristalisasi namun menjadi
supercooled; seiring dengan menurunnya suhu maka viskositas cairan supercooled
meningkat sampai akhirnya menjadi gelas. Artinya, kristalisasi telah sepenuhnya
dihilangkan; dengan kata lain, hysteresis yang terjadi sangat besar sehingga
kristalisasi tidak berlangsung. Pada kasus SiO2, cairan sangat viscous bahkan di atas
titik lelehnya ~ 1700 0C, kristalisasi sangat lambat, bahkan pada laju pendinginan
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,
W.,
2010,
Mengenal
Analisa
Termal
(online),
(http://materialcerdas.wordpress.com/alat-karakterisasi/thermo-gravimetricanalyzer-tga/, diakses pada tanggal 15 April 2013 pukul 15.20 WITA)
Khopkar, S. M., 2010, Konsep Dasar Kimia Analitik diterjemahkan oleh A.
Saptorahardjo dan Agus Nurhaidi, UI-Press, Jakarta.
Rosita,
2009,
Analisa
Termal
DSC
(online),
(http://www.chemistry.org/artikel_kimia/kimia_analisis/analisa-termaldifferential-scanning-calorimetry-dsc/ , diakses pada tanggal 15 April 2013
pukul 15.00 WITA)
Tim Dosen Kimia, 2010, Kimia Dasar, Universitas Hasanuddin Press, Makassar.
BAB III
KESIMPULAN