material sebagai fungsi dari suhu. Pada prakteknya, istilah analisa termal
seringkali digunakan untuk sifat-sifat spesifik tertentu. Misalnya entalpi,
kapasitas panas, massa dan koefisien ekspansi termal. Pengukuran koefisien
ekspansi termal dari batangan logam merupakan contoh sederhana dari analisa
termal. Contoh lainnya adalah pengukuran perubahan berat dari garam-garam
oksi dan hidrat pada saat mengalami dekomposisi akibat pemanasan. Dengan
menggunakan peralatan modern, sejumlah besar material dapat dipelajari
dengan metode ini. Penggunaan analisa termal pada ilmu mengenai zat padat
telah demikian luas dan bervariasi, mencakup studi reaksi keadaan padat,
dekomposisi termal dan transisi fasa dan penentuan diagram fasa. Kebanyakan
padatan bersifat aktif secara termal dan sifat ini menjadi dasar analisa zat padat
menggunakan analisa termal. Dua jenis teknik analisa termal yang utama adalah
analisa termogravimetrik (TGA), yang secara otomatis merekam perubahan
berat sampel sebagai fungsi dari suhu maupun waktu, dan analisa diferensial
termal (DTA) yang mengukur perbedaan suhu, T, antara sampel dengan material
referen yang inert sebagai fungsi dari suhu. Teknik yang berhubungan dengan
DTA adalah diferential scanning calorimetry (DSC). Pada DSC, peralatan didisain
untuk memungkinkan pengukuran kuantitatif perubahan entalpi yang timbul
dalam sampel sebagai fungsi dari suhu maupun waktu. Analisa termal lainnya
adalah dilatometry, dimana perubahan dari dimensi linier suatu sampel sebagai
fungsi suhu direkam. Dilatometry telah lama digunakan untuk mengukur
koefisien ekspansi termal; baru-baru ini, teknik ini berganti nama menjadi
thermomechanical analysis (TMA), dan telah banyak diaplikasikan pada beragam
material dan masalah; misalnya kontrol kualitas polimer (R.J Bannec,1972).
Differential Thermal Analysis (DTA) adalah suatu teknik analisis termal dimana
perubahan material diukur sebagai fungsi temperatur. DTA digunakan untuk
mempelajari sifat thermal dan perubahan fasa akibat perubahan entalpi dari
suatu material. Selain itu, kurva DTA dapat digunakan sebagai finger
print material sehingga dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Metode ini
mempunyai kelebihan antara lain instrument dapat digunakan pada suhu tinggi,
bentuk dan volume sampel yang fleksibel, serta dapat menentukan suhu reaksi
dan suhu transisi sampel (West, 1984).
Prinsip kerja DTA yaitu apabila temperatur sampel dan zat pembanding
dipanaskan pada temperatur konstan maka zat pembanding akan
mengalami kanaikan temperatur sesuai dengan kenaikan temperatur yang
mengenainya, sementara itu pada sampel akan terjadi kenaikan suhu atau
penurunan temperatur pada batas tertentu sesuai dengan peristiwa yang
terjadi pada sampel. Jika perubahan pada sampel telah sempurna maka
temperatur sampel akan konstan kembali , seiring dengan zat
pembandingnya.
Ketika peristiwa yang terjadi adalah eksotermal , maka panas akan
dilepaskan oleh sampel sehingga dalam sampel akan terjadi kenaikan
temperatur yang ditandai dengan suatu puncak maksimum pada kurva
DTA. Sedang apabila perubahan yang terjadi pada sampel adalah proses
endotermal maka akan terjadi penyerapan panas oleh sampel yang
ditandai dengan penurunan temperatur dari sampel sehingga kurva DTA
yang diperoleh adalah sebagai puncak minimum (Currel, 1997).
kristal, dan peruraian serbuk CuSO4 menjadi CuO serta SO2 dan O2dalam
bentuk gas, akibat dari peristiwa tersebut secara bertahap menyebabkan
terjadinya penurunan berat dan akan membutuhkan sejumlah panas (Sutri, et
al., 2008).
IV.
CARA KERJA
1)
2)
Menyalakan STA
3)
4)
Menaikkan turnance
5)
6)
7)
8)
9)
V.
A. Hasil Percobaan
Diperoleh spektra DTA-TGA terlampir
B. Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk mempelajari analisa termal
menggunakan DTA-TGA, menentukan perubahan berat dan dekomposisi hidrat
yang terkandung dalam suatu senyawa kompleks, serta mengetahui sifat-sifat
spesifik (fenomena) suatu senyawa kompleks yang terjadi akibat
pemanasan. Senyawa kompleks yang dianalisa adalah Cu ranitidine.
Prinsip kerja DTA yaitu apabila temperatur sampel dan zat pembanding
dipanaskan pada temperatur konstan maka zat pembanding akan
mengalami kanaikan temperatur sesuai dengan kenaikan temperatur yang
mengenainya, sementara itu pada sampel akan terjadi kenaikan suhu atau
penurunan temperatur pada batas tertentu sesuai dengan peristiwa yang
terjadi pada sampel. Jika perubahan pada sampel telah sempurna maka
temperatur sampel akan konstan kembali, seiring dengan zat
pembandingnya. Sedangkan, prinsip dari TGA yaitu mengukur kecepatan ratarata perubahan massa suatu bahan/cuplikan sebagai fungsi dari suhu atau waktu
pada atmosfer yang terkontrol. Pada TGA pengukuran digunakan untuk
menentukan komposisi dari suatu bahan atau cuplikan dan untuk
memperkirakan stabilitas termal pada suhu diatas 1000 C. Metode ini dapat
mengkarakterisasi suatu bahan atau cuplikan yang dilihat dari kehilangan massa
atau terjadinya dekomposisi, oksidasi atau dehidrasi.
Dari hasil percobaan diperoleh spektra DTA/TGA diketahui pada
suhu 100 C
terjadidekomposisi H2O dimana sampel Cu menyerap panas atau
kalor yang ditandai adanya puncak minimum. Hal ini disebut proses endotermal.
Selain itu, dari spektra TG/DTA diketahui adanya weight-loss (berat susut)
dimulai pada suhu 27 C terus mengalami penurunan sedikit demi sedikit
hingga pada suhu 220 C. Adanya penurunan weight-loss menjadi sekitar
86 % sehingga jumlah weight lossnya sekitar 14% dari berat semula. Adanya
penurunan weight ini karena terjadinya dekomposisi dari ranitidine yang
tersimpan di dalam sampel. Selain itu, adanya proses yang eksotermal pada
suhu 220 C ditermogram DTA. Ketika peristiwa yang terjadi adalah
eksotermal, maka panas akan dilepaskan oleh sampel sehingga dalam
sampel akan terjadi kenaikan temperatur yang ditandai dengan suatu
puncak maksimum pada kurva DTA. Sedangkan apabila perubahan yang
terjadi pada sampel adalah proses endotermal maka akan terjadi
penyerapan panas oleh sampel yang ditandai dengan penurunan
temperatur dari sampel sehingga kurva DTA yang diperoleh adalah sebagai
puncak minimum. Pada termogram DTA mempunyai puncak yang
eksotermal, dimana pada proses ini sampel Cu ranitidine
melepaskan panas yang menyebabkan temperatur naik. Hal ini ditandai dengan
adanya puncak maksimum pada suhutersebut. Pada saat terjadinya dekomposisi
ranitidine dari logam Cu, maka secara bersamaan sampel pasti akan menyerap
ataupun melepas kalor yang ditandai dengan puncak maksimum maupun puncak
minimum. Pada suhu 220 C terjadi dekomposisi ranitidine dimana
dalamtermogram TGA dan secara bersamaan terjadi juga puncak maksimum
pada termogram DTAyang berarti bahwa saat terjadinya dekomposisi rantidine
dari sampel Cu akan melepaskan panas.
VI.
Kesimpulan
1.
Prinsip kerja DTA yaitu apabila temperatur sampel dan zat
pembanding dipanaskan pada temperatur konstan maka zat pembanding
akan mengalami kanaikan temperatur sesuai dengan kenaikan temperatur
yang mengenainya, sementara itu pada sampel akan terjadi kenaikan suhu
atau penurunan temperatur pada batas tertentu sesuai dengan peristiwa
yang terjadi pada sampel. Jika perubahan pada sampel telah sempurna
maka temperatur sampel akan konstan kembali, seiring dengan zat
pembandingnya. Sedangkan, prinsip dari TGA yaitu mengukur kecepatan ratarata perubahan massa suatu bahan/cupllikan sebagai fungsi dari suhu atau
waktu pada atmosfer yang terkontrol.
2.
Adanya analisis termal dapat mengidentifikasi terjadinya fenomenafenomenatertentu dengan menghubungkan fungsi temperatur terhadap sifat
kimia maupun fisik.
3.
Pada suhu 100 C
terjadi dekomposisi H2O dimana sampel Cu menyerap
panas atau kalor yang ditandai adanya puncak minimum (proses endoterm).
Sedangkan ranidinite terdekomposisi pada suhu 220 C
hingga mengalami
penurunan berat (weight-loss) sebesar 14% dimana sampel melepas kalor
ditandai dengan adanya puncak maksimum (proses ekosterm).
VII.
Daftar Pustaka
Bannec, RJ. 1972. The Australian Science Teachers Journal vol.18 no.4. page 7982
Currel, 1997.Principles of Thermal Analysis TG, DSC, STA. NETZSCH
Instruments hal : 117
Harney West, 1984.Ewings Analytical Instrumentation Handbook 3rd Edition
:Chapter 15. Newyork: Marcel Dekker
Indaryati, Sutri, Iis Haryati, Yanlinastuti, 2008, Uji Fungsi Alat
Thermal Gravimetri Differential Thermal Analysis, Prosiding Seminar
Pengelolaan Perangkat Nuklir, Batan.
Sugiarto, Kristian H., 2003, Dasar-Dasar Kimia Anorganik II, Yogyakarta: Jica
VIII.
Lampiran
Mengetahui,
Surakarta, 4
Juni 2013
Asisten Pembimbing
Praktikan
Wahru
Fatmawati
Nurul