Anda di halaman 1dari 13

MODUL 4

PENGARUH STRUKTUR POLIMER PADA SIFAT TERMAL DAN DEGRADASINYA

DISUSUN OLEH

ANA LAILATUL FARIDA (105118027)

LABORATORIUM KIMIA TERINTEGRASI

PROGRAM STUDI KIMIA

UNIVERSITAS PERTAMINA

19 APRIL 2021
MODUL 4

PENGARUH STRUKTUR POLIMER PADA SIFAT TERMAL DAN DEGRADASINYA

I. TUJUAN
1. Menentukan suhu transisi gelas T g dan suhu leleh Tm pada sampel PVA (Polivinil
alkohol) dan PS (Polistirena) dengan instrument DSC, serta mengalikannya
dengan struktur masing – masing sampel.
2. Menentukan persen perubahan massa PE murni dan plastic sampah beserta
residunya dalam proses degradasi termal dengan menggunakan instrument TGA.

II. DASAR TEORI


Sifat khas bahan polimer sangat berubah oleh perubahan temperature. Hal ini
disebabkan apabila tempatur berubah, Pergerakkan molekul disebabkan karena
temperature mengubah struktur ( terutama struktur yang berdimensi besar) Adanya
panas, oksigen, air yang bersama – sama memancing reaksi kimia pada molekul,
terjadilah depolimerisasi oksida, hidrolisa, dan seterusnya. (Adamadi.2015)
Untuk menganalisa sifat polimer dapat mengambil refrensi dari T m (Melting
Temperature) dan Tg (Glass Transition Temperature) yang sangat khas untuk setiap
polimer. Tm dan Tg bersifat endotermik, Tg sangat bergantung dari kondisi proses
dan struktur molekul kimia polimer dan biasanya digunakan alat DSC untuk analisis
termalnya, pada dasarnya ada 2 macam metode DSC, yaitu power compensation
DSC dan Heat Flux Mode. Konsep Power Compensation DSC didasarkan pada
suhu R dan S yang sama sampel). Pt sensors

Gambar 2.1. DSC (Differential Scanning Calorimetry)


Sedangkan DSC Heat Flux, menghubungkan perangkat keras ke perangkat
lunak. Secara kualitatif mengkonversi dari ΔT ke ΔH (Mark.2005). secara umum
prinsip DSC yaitu ketika sampel mengalami perubahan fisik seperti transin fase,
diperlukan perubahan panas yang mengalir dari referensi dan sampel untuk
mempertahankan suhu referensi dan sampel agar tetap sama prosesnya bisa
eksotermik atau endotermik. Efek termal berbentuk puncak, ditandai dengan
perubahan entalpi dan kisaran temperature. Yaitu T g ; Tc ; Tm (Roziafanta.2010)
TGA (Thermogravimetric Analysis) digunakan untuk mengukur perubahan berat
dari suatu senyawa sebagai fungsi dari suhu ataupun waktu.

Sifat termal dapat dicontohkan dengan polimer plastik yaitu ada thermoplastic
dan thermosetting , contoh bahan termoplastik yaitu polietilen (PE) dan poli
vinilklorida (PVC), thermoplastic artinya mudah diolah kembali karena setiap
dipanaskan akan dapat dibentuk ulang, sebaliknya dengan thermosetting
(Ray.2018).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1. Alat
1. Neraca Analitik
2. Instrumen Thermal Analysis (TA) SDT 650
3.2. Bahan
1. Sampel plastik sampah
2. Polivinil alkohol (PVA)
3. Polietilena (PE)
4. Polistirena (PS)
IV. PROSEDUR KERJA
4.1. Analisis Sifat Termal Polimer
Sampel PVA dan PS ditimbang 15 mg dan dimasukkan ke dalam pan
DSC. Analisis termal dilakukan dengan cara dilakukan pemanasan
sampel tahap pertama sampai 100 oC dengan ramp 10 oC/ menit, setelah
itu isothermal pada suhu 100oC selama 10 menit, kemudian pemanasan
sampel tahap kedua sampai 250oC dengan ramp 10oC/ menit.
Selanjutnya dilakukan pendinginan sampel sampai 30 oC dengan ramp
sebesar 3oC/menit kemudian isothermal di suhu 30 oC selama 20 menit,
berikutnya untuk PVA pemanasan sampel tahap ketiga sampai 150oC
dengan ramp 3oC/menit. Kemudian, untuk PS pemanasan sampel tahap
ketiga sampai 250oC dengan ramp 5oC/ menit. Terakhir hasil DSC yang
diperoleh dilakukan analisis.

4.2. Analisis Proses Degradasi Polimer


Sampel PE ditimbang sekitar 13 mg dan PE sekitar 2 mg. kedua sampel
tersebut dimasukkan ke pan TGA. Kemudian analisis termal dilakukan
dengan cara isothermal pada suhu 60oC selama 1 menit untuk PE dan 5
menit untuk plastic sampah, kemudian sampel PE sampai 60oC dengan
ramp sebesar 10oC / menit, sedangkan untuk sampel plastik sampah
o o
dipanaskan sampai 1000 C dengan ramp sebesar 10 C/menit,
selanjutnya isothermal pada suhu masing – masing selama 15 menit.
V. DATA PENGAMATAN
5.1. Hasil DSC untuk sampel PVA

5.2. Hasil DSC untuk sampel PS


5.3. Hasil TGA untuk sampel PE murni

5.4. Hasil TGA untuk sampel plastic sampah

5.5. Analisis proses degradasi polimer (pe dan plastik sampah)


Tabel 5.1. hasil analisis PE dan plastik sampah dengan TGA
Sampel Onset Initial Point of Final Residue Residue Mass
Temperature Mass inflection Mass (mg) (%) loss (%)
o
(mg) ( C) (mg)

PE 456.73 13.036 470.52 12.965 0.053 0.4065 99.4553


murni
Sampel Onset Initial Point of Final Residue Residue Mass
Temperature Mass inflection Mass (mg) (%) loss (%)
o
(mg) ( C) (mg)

Plastik 459.35 2.052 474.27 1.578 0.261 12.7193 76.9


sampah 633.85 661.10 0.179 11.3434

VI. PEMBAHASAN
Praktikum pengaruh struktur polimer pada sifat termal dan degradasi
bertujuan untuk mengetahui suhu transisi gelas T g dan suhu leleh T m pada
sampel PVA (Polivinil alkohol) dan PS (Polistirena) dengan instrument DSC, serta
mengetahui persen perubahan massa PE murni dan plastik sampah beserta
residunya dalam proses degradasi termal dengan menggunakan instrument TGA.
Dalam praktikum ini digunakan dua instrument yaitu TGA dan DSC, kedua
instrument tersebut terdapat dalam satu instrument khusus yaitu bernama TA
SDT 650 dengan polimer yang diuji meliputi PVA, PS, PE dan sampel sampah
plastik. Dalam pengujiaanya PVA dan dan PS akan diuji menggunakan DSC
sedangkan PE dan sampel sampah plastik digunakan TGA.
Dalam penggunaanya DSC (Differential Scanning Calorimetry) yaitu dengan
analisis termal untuk menganalisis efek energy yang terjadi dalam padatan atau
cairan selama proses pemanasan. DSC mengukur jumlah panas yang diserap
(endoterm) atau dilepaskan (eksoterm) . DSC akan memberikan informasi seperti
suhu leleh (Tm ) / suhu kristalisasi (Tc), suhu transisi gelas (T g), derajat
kristalinitas. Pada pengujian sampel PVA dan PS sampel yang diuji memiliki berat
15 mg menggunakan N2 Ultra High Purity (UHP) dengan laju aliran 100 mL/menit.
Pertama sampel PVA dan PS dimasukkan ke dalam pan DSC yang terbuat dari
alumina dan ditutup dengan tutup pan yang terbuat dari alumina juga. Setelah itu,
sampel PVA dan PS dipanaskan dengan program seperti berikut :
Tabel 6.1. Analisis sampel PVA dan PS dengan DSC
Polivinil alkohol (PVA) Polistirena (PS)
Ramp 10oC/menit hingga 100oC Ramp 10oC/menit hingga 100 oC
Isotermal selama 10 menit Isotermal selama 10 menit
Ramp 10 oC / menit hingga 250oC Ramp 10oC/menit hingga 250 oC
Ramp 5oC /menit hingga 30oC Ramp 5 oC / menit hingga 30oC
Isotermal selama 20 menit Isotermal selama 20 menit
Ramp 3 oC/menit hingga 150 oC Ramp 5 oC /menit hingga 250oC

Dilakukan Ramp ini agar dapat menurunkan dan menaikkan suhu pada laju
tertentu, dan juga tujuan dilakukan isothermal agar menjaga suhu dan
menghilangkan air pada polimer serta menambah waktu pemanasan maupun
pendinginan. Ramp dilakukan sebanyak sempat kali dan untuk isothermal
sebanyak dua kali. Kemduian hasil dari DSC adalah berupa termogram heat flow
Vs suhu. Kurva yang mengarah keatas merupakan proses eksoterm atau
pelepasan panas / pendinginan, proses ini terjadi saat peningkatan suhu dari
suhu ruang hingga 100 oC dengan ramp 10 oC /menit, lalu dari 100 oC hingga 250
o
C dengan Ramp 10oC/menit dan dari suhu 30oC hingga 150oC dengan Ramp
3oC /menit (untuk PVA) serta 30oC hingga 250oC dengan Ramp 5 oC /menit
(untuk PS). Selanjutnya pemanasan pada DSC dilakukan pada suhu maksimal
250 oC agar sampel PVA dan PS tidak mengalami degradasi untuk analisis PVA,
dilakukan proses isotermal selama 20 menit pada suhu 30 oC, kemudian suhu
ditingkatkan dengan ramp 3 oC/menit hingga 150 oC untuk melihat midpoint atau
suhu transisi gelas (Tg) dan dipanaskan hingga suhu 250 oC untuk melihat suhu
leleh (Tm). Berdasarkan hasil output DSC, terlihat bahwa PVA memiliki Tg
sebesar 59.96 oC. dan Tm sebesar 218.75 oC. jika dibandingkan dengan literatur
kurva LDPE dan HDPE sebagai berikut :
(Gambar 1 kurva LDPE dan HDPE)
Dan juga berikut pengaruhnya terhadap struktur :

(Gambar 2 efek struktur)

(Gambar 3 Kurva DSC untuk sampel PVA)


Berdasarkan kurva literatur diatas, dapat dilihat bahwa PVA memiliki Tg
sebesar 84 oC dan Tm sebesar 224 o
C. Artinya, data yang diperoleh dari
praktikum ini hampir sesuai dengan literatur, walaupun perbedaan utamanya
hanya pada Tg PVA. Tentu, nilai Tg dan Tm ini dapat berbeda karena kondisi
pengujian. Nilai Tg maupun Tm hanya berupa rentang atau kisaran (Bicerano,
2002).

(Gambar 4 kurva DSC untuk PS)


Dari gambar 2 tersebut, dapat dilihat bahwa PS memiliki nilai suhu transisi
gelas, Tg 98.44 oC dan tidak mempunyai titik leleh, Tm karena PS merupakan
polimer amorf (Martins et al., 2003).

(Gambar 5 struktur PVA (a) dan PS (b)


Terlihat struktur PS, terdapat gugus samping berupa fenil. Gugus fenil
merupakan salah satu gugus yang bersifat stiffness atau kaku, sehingga
fleksibilitas suatu polimer akan berkurang apabila ada gugus ini pada rantainya.
Selain itu gugus fenil merupakan salah satu gugus bulky. Dengan kedua alasan
tersebut, PS memiliki nilai Tg dan Tm yang tinggi. Namun, pada struktur PVA,
gugus samping berupa hidroksi, OH yang berukuran kecil dan fleksibel, membuat
PVA memiliki nilai Tg dan Tm yang rendah.
Selanjutnya digunakan TG atau TGA (Thermogravimetry Analysis, analisis
termogravimetri) untuk menentukan kestabilan termal suatu material dengan
memantau perubahan berat yang terjadi ketika dipanaskan dengan laju
pemanasan yang konstan. TGA memiliki dua jenis pan (wadah) yaitu wadah
kosong/referensi dan wadah sampel. Sebelum sampel dimasukkan,terlebih
dahulu wadah kosong dan wadah sampel di-nol-kan (tare/autozero. Kemudian,
sampel dimasukkan untuk mengetahui massa awal sampel tersebut. Massa
sampel PE yang diperlukan adalah 13 – 15 mg dan sampel plastik sampah
sebanyak 2 – 3 mg. Sama seperti DSC, instrumen TGA juga menggunakan gas
inert nitrogen, N2 berjenis Ultra High Purity (UHP) agar sampel PE dan plastik
sampah tidak bereaksi dengan dengan gas sekitar.
Sebelum pengujian PE dan plastik sampah, dilakukan beberapa perlakuan
terhadap TGA. Dengan pengaturan kondisi Isotermal pada suhu 60 oC selama 1
menit untuk PE dan 5 menit untuk plastik sampah. Setelah itu, pemanasan
sampel PE sampai 600 oC dengan ramp sebesar 10 oC/menit. Sedangkan,
sampel plastik sampah dipanaskan sampai 1000 oC dengan ramp sebesar 10
o
C/menit. Kemudian terakhir, penggunaan kondisi isotermal pada suhu masing-
masing selama 5 menit. Dari hasil TGA didapatkan berupa termogram perubahan
massa VS suhu. Pada pengujian sampel PE murni, suhu awal pada TGA sekitar
50 oC. Kemudian, pada suhu antara 450 – 485 oC, terjadi perubahan massa PE
sebanyak 99.4553%. Artinya, proses degradasi PE hampir berlangsung secara
total, dengan empat tahap degradasi, yaitu inisiasi, propagasi, transfer radikal
bebas, dan terminasi.
Proses degradasi baru berakhir pada suhu berkisar 500 – 600 oC. Pada suhu
ini, PE murni yang tersisa hanya 0.4065% atau 0.053 mg dari massa awal 13.036
mg. Pada sampel plastik sampah, suhu awal pada TGA sekitar 50 oC. Kemudian,
pada suhu antara 450 – 490 oC, terjadi perubahan massa plastik sampah
sebanyak 76.9%. Sesuai hasil TGA untuk PE murni, dapat disimpulkan bahwa
pada suhu tersebut, kandungan PE pada sampel plastik sampah akan mengalami
degradasi. Kemudian, dikarenakan terdapat bahan aditif berupa polimer lain
yang ditambahkan pada plastik sampah tersebut, maka kurva TGA akan berjalan
terus hingga pada suhu 630 – 690 oC, dapat terlihat bahwa polimer aditif tersebut
mulai terdegradasi dan mengalami perubahan massa sebesar 11.3434%. Pada
suhu 1000 oC, sampel sampah plastik baru terdegradasi secara sepenuhnya, dari
massa awal 2.052 mg menyisakan residu sebesar 12.7193% atau sekitar 0.261
mg.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pada pengujian sampel PVA dan PS
menggunakan DSC, diperoleh bahwa Tg dan Tm untuk PVA adalah 59.96
o
C. dan 218.75 oC berturut-turut. Sedangkan, Tg untuk PS tidak ditemukan
dari hasil praktikum ini. Namun, mengacu pada literatur, didapatkan bahwa
Tg untuk PS adalah Tg 98.44 oC dan tidak mempunyai Tm karena PS
merupakan polimer amorf. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bulky
struktur rantai samping pada suatu polimer, semakin berkurang fleksibilitas
rantai polimer, maka semakin besar juga suhu transisi gelas (Tg) nya. Pada
pengujian sampel PE dan plastik sampah menggunakan TGA, diperoleh
bahwa PE akan mengalami perubahan massa sebesar 99.4553% ketika
berada pada suhu antara 450 – 485 oC dan menyisakan residu sebanyak
0.4065% pada suhu 600 oC. Sedangkan, pada sampel plastik sampah,
karena terdapat polimer aditif, maka sampel akan mengalami dua kali
o
perubahan massa, yaitu pada suhu antara 450 – 490 C, memiliki
perubahan massa sebesar 76.9% dan pada suhu antara 630 – 690 oC,
memiliki perubahan massa sebesar 11.3434% dari massa yang tersisa
setelah mengalami degradasi pada suhu 450 – 490 oC. Residu sampel
plastik sampah yang tersisa pada suhu 1000 oC adalah 12.7193%.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Admadi, Bambang. 2015.Teknologi Polimer.Universitas Udayana
Bicerano, J. (2002). Prediction of Polymer Properties (Third Edit). CRC Pres
Doggett,A.Mark.2005.Roof Cause Analysis: A.Framework for Tool
Selection,The Quality Management Journal.vol 15.
Ray, Sudip.2018.Thermal Degradation of Polymer and Polymer
Composites.Elsevier.Handbook of Environmental Degradation of
Material.
Roziafanto.2010.Pengujian Termal Plastik Daur Ulang dengan PLastik
Original Menggunakan Metode DSC. The Quality Management Journal.

Anda mungkin juga menyukai