DISUSUN OLEH
UNIVERSITAS PERTAMINA
19 APRIL 2021
MODUL 4
I. TUJUAN
1. Menentukan suhu transisi gelas T g dan suhu leleh Tm pada sampel PVA (Polivinil
alkohol) dan PS (Polistirena) dengan instrument DSC, serta mengalikannya
dengan struktur masing – masing sampel.
2. Menentukan persen perubahan massa PE murni dan plastic sampah beserta
residunya dalam proses degradasi termal dengan menggunakan instrument TGA.
Sifat termal dapat dicontohkan dengan polimer plastik yaitu ada thermoplastic
dan thermosetting , contoh bahan termoplastik yaitu polietilen (PE) dan poli
vinilklorida (PVC), thermoplastic artinya mudah diolah kembali karena setiap
dipanaskan akan dapat dibentuk ulang, sebaliknya dengan thermosetting
(Ray.2018).
VI. PEMBAHASAN
Praktikum pengaruh struktur polimer pada sifat termal dan degradasi
bertujuan untuk mengetahui suhu transisi gelas T g dan suhu leleh T m pada
sampel PVA (Polivinil alkohol) dan PS (Polistirena) dengan instrument DSC, serta
mengetahui persen perubahan massa PE murni dan plastik sampah beserta
residunya dalam proses degradasi termal dengan menggunakan instrument TGA.
Dalam praktikum ini digunakan dua instrument yaitu TGA dan DSC, kedua
instrument tersebut terdapat dalam satu instrument khusus yaitu bernama TA
SDT 650 dengan polimer yang diuji meliputi PVA, PS, PE dan sampel sampah
plastik. Dalam pengujiaanya PVA dan dan PS akan diuji menggunakan DSC
sedangkan PE dan sampel sampah plastik digunakan TGA.
Dalam penggunaanya DSC (Differential Scanning Calorimetry) yaitu dengan
analisis termal untuk menganalisis efek energy yang terjadi dalam padatan atau
cairan selama proses pemanasan. DSC mengukur jumlah panas yang diserap
(endoterm) atau dilepaskan (eksoterm) . DSC akan memberikan informasi seperti
suhu leleh (Tm ) / suhu kristalisasi (Tc), suhu transisi gelas (T g), derajat
kristalinitas. Pada pengujian sampel PVA dan PS sampel yang diuji memiliki berat
15 mg menggunakan N2 Ultra High Purity (UHP) dengan laju aliran 100 mL/menit.
Pertama sampel PVA dan PS dimasukkan ke dalam pan DSC yang terbuat dari
alumina dan ditutup dengan tutup pan yang terbuat dari alumina juga. Setelah itu,
sampel PVA dan PS dipanaskan dengan program seperti berikut :
Tabel 6.1. Analisis sampel PVA dan PS dengan DSC
Polivinil alkohol (PVA) Polistirena (PS)
Ramp 10oC/menit hingga 100oC Ramp 10oC/menit hingga 100 oC
Isotermal selama 10 menit Isotermal selama 10 menit
Ramp 10 oC / menit hingga 250oC Ramp 10oC/menit hingga 250 oC
Ramp 5oC /menit hingga 30oC Ramp 5 oC / menit hingga 30oC
Isotermal selama 20 menit Isotermal selama 20 menit
Ramp 3 oC/menit hingga 150 oC Ramp 5 oC /menit hingga 250oC
Dilakukan Ramp ini agar dapat menurunkan dan menaikkan suhu pada laju
tertentu, dan juga tujuan dilakukan isothermal agar menjaga suhu dan
menghilangkan air pada polimer serta menambah waktu pemanasan maupun
pendinginan. Ramp dilakukan sebanyak sempat kali dan untuk isothermal
sebanyak dua kali. Kemduian hasil dari DSC adalah berupa termogram heat flow
Vs suhu. Kurva yang mengarah keatas merupakan proses eksoterm atau
pelepasan panas / pendinginan, proses ini terjadi saat peningkatan suhu dari
suhu ruang hingga 100 oC dengan ramp 10 oC /menit, lalu dari 100 oC hingga 250
o
C dengan Ramp 10oC/menit dan dari suhu 30oC hingga 150oC dengan Ramp
3oC /menit (untuk PVA) serta 30oC hingga 250oC dengan Ramp 5 oC /menit
(untuk PS). Selanjutnya pemanasan pada DSC dilakukan pada suhu maksimal
250 oC agar sampel PVA dan PS tidak mengalami degradasi untuk analisis PVA,
dilakukan proses isotermal selama 20 menit pada suhu 30 oC, kemudian suhu
ditingkatkan dengan ramp 3 oC/menit hingga 150 oC untuk melihat midpoint atau
suhu transisi gelas (Tg) dan dipanaskan hingga suhu 250 oC untuk melihat suhu
leleh (Tm). Berdasarkan hasil output DSC, terlihat bahwa PVA memiliki Tg
sebesar 59.96 oC. dan Tm sebesar 218.75 oC. jika dibandingkan dengan literatur
kurva LDPE dan HDPE sebagai berikut :
(Gambar 1 kurva LDPE dan HDPE)
Dan juga berikut pengaruhnya terhadap struktur :
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pada pengujian sampel PVA dan PS
menggunakan DSC, diperoleh bahwa Tg dan Tm untuk PVA adalah 59.96
o
C. dan 218.75 oC berturut-turut. Sedangkan, Tg untuk PS tidak ditemukan
dari hasil praktikum ini. Namun, mengacu pada literatur, didapatkan bahwa
Tg untuk PS adalah Tg 98.44 oC dan tidak mempunyai Tm karena PS
merupakan polimer amorf. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bulky
struktur rantai samping pada suatu polimer, semakin berkurang fleksibilitas
rantai polimer, maka semakin besar juga suhu transisi gelas (Tg) nya. Pada
pengujian sampel PE dan plastik sampah menggunakan TGA, diperoleh
bahwa PE akan mengalami perubahan massa sebesar 99.4553% ketika
berada pada suhu antara 450 – 485 oC dan menyisakan residu sebanyak
0.4065% pada suhu 600 oC. Sedangkan, pada sampel plastik sampah,
karena terdapat polimer aditif, maka sampel akan mengalami dua kali
o
perubahan massa, yaitu pada suhu antara 450 – 490 C, memiliki
perubahan massa sebesar 76.9% dan pada suhu antara 630 – 690 oC,
memiliki perubahan massa sebesar 11.3434% dari massa yang tersisa
setelah mengalami degradasi pada suhu 450 – 490 oC. Residu sampel
plastik sampah yang tersisa pada suhu 1000 oC adalah 12.7193%.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Admadi, Bambang. 2015.Teknologi Polimer.Universitas Udayana
Bicerano, J. (2002). Prediction of Polymer Properties (Third Edit). CRC Pres
Doggett,A.Mark.2005.Roof Cause Analysis: A.Framework for Tool
Selection,The Quality Management Journal.vol 15.
Ray, Sudip.2018.Thermal Degradation of Polymer and Polymer
Composites.Elsevier.Handbook of Environmental Degradation of
Material.
Roziafanto.2010.Pengujian Termal Plastik Daur Ulang dengan PLastik
Original Menggunakan Metode DSC. The Quality Management Journal.