Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULAN

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang
biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan
gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Pneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan
di sekitarnya. Pada Pnemonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2001).
2. Klasifikasi Pneumonia
a.

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :


1) Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris
dengan opasitas lobus atau lobularis.
b) Pneumonia

atipikal,

ditandai

gangguan

respirasi

yang

meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral


yang difus.
2) Berdasarkan faktor lingkungan
a) Pneumonia komunitas
b) Pneumonia nosokomial
c) Pneumonia rekurens
d) Pneumonia aspirasi
e) Pneumonia pada gangguan imun
f) Pneumonia hipostatik
3) Berdasarkan sindrom klinis

a) Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal


yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk
Pnemonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe
campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang
disertai konsolidasi paru.
b) Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan

Mycoplasma,

Chlamydia

pneumoniae

atau

Legionella.
b.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :


1)

Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit


pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia.
Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.
Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.

2)

Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia


nosokomial. Organisme seperti ini

aeruginisa pseudomonas.

Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum


penyebab hospital acquired pneumonia.
3)

Lobar dan Pnemonia dikategorikan berdasarkan lokasi


anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan
menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya
saja.

4)

Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan


berdasarkan pada agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan
untuk mengidentifikasikan organisme perusak.

3. Etiologi
a.

Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan

streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus


influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b.

Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.

c.

Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan
pada kotoran burung, tanah serta kompos.

d.

Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,
2001)

4. Pathways

5. Manifestasi Klinis
a.

Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea

b.

Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi


1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki, egofoni

c.

Gerakan dada tidak simetris

d.

Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium

e.

Diafoesis

f.

Anoreksia

g.

Malaise

h.

Batuk kental, produktif


Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat

i.

Gelisah

j.

Sianosis : Area sirkumoral, Dasar kuku kebiruan

k.

Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul
(virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi
jarum,

aspirasi

transtrakeal,

bronkoskopifiberotik

pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.

atau

biopsi

d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada

infeksi

virus,

kondisi

tekanan

imun

memungkinkan

berkembangnya pneumonia bakterial.


e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain
menurun, hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 2001)
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medik
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang
cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi
maka yang biasanya diberikan:
1) Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 5070 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai
bebas demam 4-5 hari.
2) Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil
analisa gas darah arteri.
4) Pasien pnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Seringkali pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit datang sudah
dalam keadaan payah, sangat dispnea, pernapasan cuping hidung,
sianosis, dan gelisah. Masalah yang perlu diperhatikan ialah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Menjaga kelancaran pernafasan.


Kebutuhan istirahat.
Kebutuhan nutrisi dan cairan.
Mengontrol suhu tubuh.
Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
Penyakit Pnemonia dapat dicegah dengan menghindari kontak
dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang
dapat menyebabkan terjadinya Pnemonia. Selain itu hal-hal yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita
terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti: cara hidup sehat,
makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat
yang cukup, rajin berolahraga.

8. Komplikasi
a. Otitis media
b. Bronkiektase
c. Abses paru
d. Empiema
9. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih
tinggi didapatkan pada Klien-Klien dengan keadaan malnutrisi energiprotein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan
makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.
Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang

lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan


malnutrisi apabila berdiri sendiri.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas.
b. Riwayat Keperawatan.
1) Keluhan utama.
Klien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung
dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang.
Pnemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi
pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan
ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa
menyebabkan Klien menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota
keluarga perokok.
6) Imunisasi.
Klien yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah

karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk


melawan infeksi sekunder.
7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
8) Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
c. Riwayat Bio-Psiko-Sos-Spritual
1) Factor fsikologis/ perkembangan memahami tindakan
2) Toleransi/ kemampuan memahami tindakan
a) Koping
b) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
c)

Pengetahuan keluarga/ orang tua


(1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran
pernapasan
(2) Pengalaman

keluarga

tentang

penyakit

saluran

pernafasan
(3) Kesiapan/ kemauan keluarga untuk belajar merawat
Kliennya
d) Aktivitas/ istirahat
(1) Gejala
(2) Tanda

aktivitas
e) Sirkulasi
(1) Gejala
(2) Tanda

: Kelemahan, kelelahan, insomnia


: Letargi, penurunan toleransi terhadap

: Riwayat gagal jantung kronis


: Takikardi, penampilan keperanan atau

pucat
f)

Makanan/ Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual / muntah
Tanda
: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus,

(1)
(2)

kulit kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi


g) Neurosensori
(1) Gejala : Sakit kepala dengan frontal
(2) Tanda
: Perubahan mental
h) Nyeri / Kenyamanan
(1) Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk
i)

myalgia, atralgia
Pernafasan

(1)

Gejala : Riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea,


dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori,

(2)

pelebaran nasal
Tanda : Sputum ; merah muda, berkarat atau purulen.
Perkusi; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan
friksi pleural. Bunyi nafas ; menurun atau tak ada di atas
area yang terlibat atau nafas bronkial. Framitus; taktil dan

j)

vokal meningkat dengan konsolidasi.


Keamanan
(1)
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
(2)
Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar,
kemerahan, mungkin pada kasus rubela / varisela

d. Pemeriksaan Umum
1) Penampilan

: Bayi tampak bersih agak pucat

2) Kesadaran

: Campos metis

3) BB/TB

: 32 Kg / 150 Cm

4) Pemeriksaan tanda vital


a) Suhu badan

: 30 oC

b) Respirasi

: 24 x / menit

c) Denyut jantung

:100 x / menit

d) Tekanan darah

:-

e. Head to Toes

1) Kepala dan Wajah :


-

Bentuk kepala

: Lonjong

Penyebaran rambut

: Merata

Pertumbuhan rambut

: Baik

Keadaan rambut

: Hitam

2) Wajah dan Muka


-

Edema wajah

: Tidak ada

Tanda mongolisme

: Tidak ada

Kesimetrisn

: Normal

Kelopak mata

: Normal

3) Mata

10

Konjungtiva

: Agak pucat

Cornea

: Normal

Pupil

: Normal

Gerakan bola mata

: Baik

Bulu mata

: Baik

Secret

: Tak ada

4) Mulut dan bibir.


-

Bibir

: Agak cianosis

Poring

:-

Lasing

:-

Tonsil

:-

Lidah

: Kemerahan

Gigi

:-

Stomatis

:-

5) Hidung
-

Bentuk hidung

: Normal

Kesimetrisan

: Simetris

Keadaan selaput

: Baik

Secret hidung

: Tidak ada

Polip hidung

: Tidak ada

Epitaksis

: Tak ada / tak pernah

Septam hidung

: Ada

Cuping hidung

: Ada

Kelenjar parutis

: Tak ada gejala

Kelenjar gondok

:-

Kaki kuduk

: Tak ada

6) leher

7) dada dan perut


-

Bentuk dada/ perut

: Simetris

Gerakan dada/ perut

: Ada tanda dinding dada

Keadaan paru

: Kembung kempis tampak gerakan

8) dada

11

Keadaan jantung

: Denyut jantung 100x/menit

Keadaan hepar simetris

Keaaan lien

: Tak ada beigolan

9) telinga
-

Kesimetrisan

: Simetris

Seremen

: Tak ada

Pendangaran

: Jika ada bunyi ada respon

10) genetalia
11) anus dan rectur

: Normal
: Normal

2. Diagnosa Keperawatan
a.

Ketidakefektifan

bersihan

jalan

nafas

berhubungan

dengan

peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan


b.

ketidakefektifan batuk.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,

c.

PaO2 menurun, sesak nafas.


Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran
nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba

d.

panas.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai
dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor

e.

kulit tidak elastis.


Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa

f.

bantuan.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak,
muntah atau diare.

12

3. Intervensi
Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (x)
diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada
bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot
bantu nafas, tidak ada pernafasan cuping hidung
INTERVENSI
- Observasi TTV terutama respiratory rate -

Auskultasi area dada atau paru, catat

RASIONAL
Member informasi tentang

pola

pernafasan pasien, tekanan darah, nadi, suhu


pasien.
Crekcels, ronkhi dan mengi dapat

hasil pemeriksaan

terdengar saat inspirasi dan ekspirasi pada


-

Latih pasien batuk efektif dan nafas tempat konsolidasi sputum


- Memudahkan bersihan jalan nafas dan
dalam
ekspansi maksimum paru
- Lakukan suction sesuai indikasi
Mengeluarkan sputum pada pasien tidak
-

Memberi

posisi

semifowler

sadar atau tidak mampu batuk efektif


atau
Meningkatkan ekspansi paru

supinasi dengan elevasi kepala


- Anjurkan pasien minum air hangat
Air hangat dapat memudahkan
Kolaborasi :
Bantu mengawasi efek pengobatan pengeluaran secret
Memudahkan
pengenceran
dan
nebulizer dan fisioterapi nafas lainnya.
pembuangan secret
Berikan obat sesuai indikasi, seperti
Proses medikamentosa dan membantu
mukolitik,
ekspektoran,
bronkodilator,

13

analgesic
- Berikan O2 lembab sesuai indikasi

mengurangi bronkospasme
-

Mengurangi distress respirasi

Diagnosa 2
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi pasien
tidak terganggu dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 100
mmHg, PCO2 = 35 45 mmHg, pH = 7,35 7,45, SaO2 = 95 99 %), tidak ada
sianosis, pasien tidak sesak dan rileks.
Intervensi
Rasional
Kaji
frekuensi,
kedalaman,- Memberi informasi tentang pernapasan
kemudahan bernapas pasien.

pasien.

Observasi warna kulit, membran


mukosa bibir.

Kebiruan menunjukkan sianosis.

Berikan lingkungan sejuk, nyaman,


ventilasi cukup.

Untuk membuat pasien lebih nyaman.

Tinggikan kepala, anjurkan napas


dalam dan batuk efektif.
Pertahankan istirahat tidur.

Meningkatkan

inspirasi

dan

pengeluaran sekret.
Kolaborasikan pemberian oksigen
dan pemeriksaan lab (GDA)

Mencegah terlalu letih.

Mengevaluasi proses penyakit dan


mengurangi distres respirasi.

Diagnosa 3
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...)
diharapkan suhu pasien turun atau normal (36,5 37,5C) dengan KH: pasien
tidak gelisah, pasien tidak menggigil, akral teraba hangat, warna kulit tidak ada
kemerahan.
Intervensi

Rasional

14

Kaji suhu tubuh pasien

- Data untuk menentukan intervensi

Pertahankan lingkungan tetap sejuk

- Menurunkan suhu tubuh secara radiasi


-

Berikan kompres hangat basah pada

Menurunkan

suhu

tubuh

secara

konduksi

ketiak, lipatan paha, kening (untuk


sugesti)
- Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
Anjurkan

pasien

untuk

banyak

penguapan cairan tubuh meningkat,

minum

sehingga

diimbangi

dengan

intake

cairan yang banyak


Anjurkan mengenakan pakaian yang

Pakaian

yang

tipis

mengurangi

penguapan cairan tubuh


- Antipiretik efektif untuk menurunkan

minimal atau tipis


Berikan antipiretik sesuai indikasi

demam
- Mengobati organisme penyebab

Berikan antimikroba jika disarankan


Diagnosa 4
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...)
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien
meningkat, BB pasien ideal, mual muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien
tidak lemas
Intervensi
Kaji penyebab mual muntah pasien

Rasional
Untuk

pasien

mengeluarkan

membuang
sputum

intervensi

selanjutnya
Mulut yang bersih meningkatkan nafsu

Berikan perawatan mulut


Bantu

menentukan

atau

makan
Sputum dapat menyebabkan bau mulut

sesering yang nantinya dapat menurunkan nafsu

mungkin

makan

Anjurkan untuk menyajikan makanan


Membantu meningkatkan nafsu makan

dalam keadaan hangat

15

Anjurkan pasien makan sedikit tapi


Meningkatkan intake makanan

sering

Kolaborasikan
makanan

yang

untuk
dapat

memilih

Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai

memenuhi dengan keadaan pasien

kebutuhan gizi selama sakit


Diagnosa 5:
Tujuan dan K.H : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (x)
diharapkan toleransi pasien terhadap aktifitas meningkat dengan KH : pasien
mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan, pasien mampu mempraktekkan teknik, penghematan energy, TTV stabil
(S = 36,5C 37,5C, N = 75 100x/menit, RR = 18 -20 x/ menit)
Intervensi
Rasional
Evaluasi tingkat kelemahan dan - Sebagai informsdi dalam menentukan
toleransi pasien dalam melakukan intervensi selanjutnya
kegiatan
Berikan lingkungan yang tenang dan - Menghemat energy untuk aktifitas dan
periode istirahat tanpa ganguan

penyembuhan

Bantu pasien dalam melakukan - Oksigen yang meningkat akibat aktifitas


aktifitas sesuai dengan kebutuhannya
Kolaborasi :
Berikan oksigen tambahan

- Mengadekuatkan persediaan oksigen

Diagnosa 6
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (x)
diharapkan volume cairan tubuh pasien seimbang dengan KH : membrane
mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, pengisian capiler cepat / < 3detik, input
dan output seimbang, pasien tidak muntah. Pasien tidak diare, TTV normal (S =

16

36,5C 37,5C, N = 75 100x/menit, RR = 18 - 20 x/ menit)


Intervensi
Rasioanl
- Observasi TTV @ 2- 4 jam, kajiPeningkatan suhu menunjukkan
turgor kulit.
-

Pantau intake dan output cairan

peningkatan metabolic
-

Mengidentifikasi kekurangan volume


cairan

Anjurkan pasien minum air yang- Menurunkan resiko dehidrasi


banyak
Kolaborasi :

- Melengkapi kebutuhan cairan pasien

Berikan terapi intravena seperti infuse


sesuai indikasi

Membantu memenuhi cairan bila tidak


- Pasang NGT sesuai indikasi untuk
bias dilakukan secara oral
pemasukan cairan
Diagnosa 7
Tujuan dan KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi dengan KH: klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah
leukosit dalam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi
Rasioanl
Kaji suhu badan 8 jam
Mendeteksi adanya tanda dari infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi Mempermudah untuk penanganan jika
sistemik dan lokal
infeksi terjadi
Inspeksi kulit dan membran mukosa Panas, kemerahan merupakan tanda
terhadap kemerahan, panas
dari infeksi
Ajarkan pasien dan keluarga tanda Dengan melibatkan keluarga tanda
dan gejala infeksi

infeksi lebih cepat diketahui

Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik

Antibiotik efektif untuk mencegah


penyebaran bakteri

17

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,
Jakarta : EGC
Zul Dahlan.(2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

18

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :


Salemba Medica.
Lackmans (1996). Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing,
Philadelpia : WB Saunders Company.
Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease
Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
Pasiyan Rahmatullah.(1999), Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Editor : R.
Boedhi Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit FKUI

19

Anda mungkin juga menyukai