Anda di halaman 1dari 32

UJIAN AKHIR SEMESTER

APLIKASI KOMPUTER

HUBUNGAN ANTARA UJIAN NASIONAL (UN) SISWA SLTA, GAYA


BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI
BELAJAR MAHASISWA DIKAMPUS X

Oleh:
MUHAMMAD HARLY
NIM. 1308016030

PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN


UNIVERSITAS UHAMKA
JAKARTA
2012

HUBUNGAN ANTARA UJIAN NASIONAL (UN) SISWA SLTA, GAYA


BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI
BELAJAR MAHASISWA DI KAMPUS X

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai ujian
nasional (UN), gaya belajar dan motivasi berprestasi terhadap
prestasi belajar mahasiswa di kampus X. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis korelasi product moment
dengan taraf signifikansi 5%. Di dalam penelitian ini juga dilihat
hubungan antara variabel bebas secara individu terhadap
prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) ada hubungan yang signifikan antara UN dengan
prestasi belajar mahasiswa; (2) tidak ada hubungan yang
signifikan antara gaya belajar dengan prestasi belajar
mahasiswa; (3) tidak ada hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi dengan prestasi belajar mahasiswa; (4)
ada hubungan yang signifikan antara UN, gaya belajar dan
motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa. Nilai kontribusi
variabel gaya belajar dengan prestasi belajar praktik instalasi
listrik sebesar 10,2%; variabel motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar praktik instalasi listrik berkontribusi sebesar
9,60%; variabel gaya belajar dan motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar praktik instalasi listrik berkontribusi sebesar
16,6%.
Kata kunci: Hasil UN Siswa SLTA, gaya belajar, motivasi
berprestasi, prestasi belajar (IPK) Mahasiswa di kampus X

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Belajar adalah kewajiban bagi setiap manusia, dengan belajar
manusia akan memiliki ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya
sehingga ilmu yang dikuasai akan dapat memberikan manfaat bagi diri
sendiri dan orang lain. Belajar dapat dilakukan sepanjang hidup yaitu
sejak lahir sampai meninggal (long life education), secara formal
pendidikan berawal dari pendidikan dasar (SD), sekolah menengah
pertama (SMP), sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan sederajat hingga
Perguruan Tinggi (PT) baik negeri maupun swasta.
Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat SLTA dan sederajat
seringkali dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk menentukan jalur
pendidikan yang dipilih apakah mengambil pendidikan jalur akademik atau
pendidikan jalur professional.
Mahasiswa memiliki banyak motivasi dasar yang berperan penting
dalam dunia kerja yaitu motivasi berprestasi, motivasi berkuasa dan
motivasi berafiliasi. Dari ketiga motivasi dasar tersebut, motivasi
berprestasi memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia kerja karena
dengan usaha yang terus menerus untuk meraih prestasi. Untuk meraih
sukses, motivasi berprestasi sangat diperlukan.
Selain motivasi berprestasi, prestasi belajar mahasiswa tidak terlepas
juga dari gaya belajar mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran
mata kuliah. Setiap mahasiswa mempunyai kecenderungan pada satu
gaya belajar tertentu. Namun demikian, ada siswa yang cenderung

seimbang antara gaya

belajar satu dengan yang lainnya, atau

memadukan berbagai gaya belajar dalam proses belajarnya. Siswa


mempunyai gaya belajar yang berbeda. mahasiswa yang mengenali gaya
belajarnya sendiri akan membantu memahami materi yang diberikan guru
sehingga mudah memproses materi. Jika mudah dalam memproses
materi dan mudah mengingat maka mudah dalam mengerjakan ujian
sehingga prestasi belajar meningkat. Faktor yang paling berpengaruh
pada perkembangan Perguruan Tinggi yaitu pembelajaran. Pembelajaran
merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap
baru pada saat individu berinteraksi dengan lingkungannya.
Proses pembelajaran yang baik akan mempengaruhi pencapaian hasil
belajar. Dalam hal ini Pencapaian hasil belajar mahasiswa merupakan
wujud nyata dari penguasaan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa,
sehingga dapat diterapkan pada bidang pekerjaan yang digeluti nantinya.
Mengingat tidak terdapat pengaruh kuat dan begitu pentingnya gaya
belajar mahasiswa dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi
belajar yang dapat dicapai mahasiswa, maka hanya perlu diteliti tentang
pengaruh nilai Ujian Naional (UN) siswa SLTA terhadap prestasi belajar
mahasiswa.

2. KajianTeoretik
A. Kerangka Teori
1. Ujian Nasional
1) Pengertian Ujian Nasional

Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan


pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara
nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. UN
utama adalah ujian nasional yang diselenggarakan bagi seluruh
peserta ujian yang terdaftar sebagai peserta UN tahun pelajaran
2009/2010.

UN

susulan

adalah

ujian

nasional

yang

diselenggarakan bagi peserta didik yang tidak dapat mengikuti


UN utama karena alasan tertentu dan disertai bukti yang sah.
Ujian Nasional (UN) merupakan istilah bagi penilaian
kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Biasanya istilah ini digunakan
bagi jenjang SMP dan SMA sederajat, sedangkan bagi peserta
didik dalam jenjang SD sederajat digunakan istilah Ujian Akhir
sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Hal ini merupakan
amanat dari Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang No.20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2) Periodesasi Ujian Nasional
Pilihan pada sistem UN setelah pemerintah mempunyai
banyak pengalaman menyelenggarakan evaluasi terhadap hasil
belajar murid.

Secara kronologis selalu digambarkan oleh

Pemerintah mengenai perjalanan sistem evaluasi hasil belajar


murid. Pertama adalah Ujian Negara (1950-1971). Kedua, Ujian
Sekolah (1971-1983). Ketiga, EBTANAS (Evaluasi Belajar

Nasional, 1983-2002). Keempat, UAN (Ujian Akhir Nasional,


2003-2004), Kelima, UN (Ujian Nasional, 2005 - sekarang).
3) Tujuan dan Manfaat Ujian Nasional
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75
Tahun 2009 Pasal 2, dijelaskan bahwa Ujian Nasional bertujuan
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Diadakannya ujian adalah untuk melihat apakah suatu
gagasan telah diungkapkan dan difahami dengan jelas, dan
apakah metode belajar yang digunakan memang sudah
digunakan dengan baik.

Dengan adanya ujian, tingkat

pemahaman siswa dan ketuntutasan pembelajaran dalam


jenjang pendidikan dapat diketahui, salah satunya dengan
menggunakan Ujian Nasional (UN).
Hasil UN digunakan sebagai pertimbangan untuk Pemetaan
mutu satuan dan/atau program pendidikan, seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan, akreditasi satuan pendidikan dan
Pembinaan dan pemberian

bantuan

kepada

satuan

pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. UN


berfungsi sebagai alat pengendali mutu pendidikan secara
nasional, pendorong peningkatan mutu pendidikan secara
nasional, bahkan dalam menentukan kelulusan peserta didik,
dan sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. UN merupakan salah

satu bentuk evaluasi belajar pada akhir tahun pelajaran yang


diterapkan pada beberapa mata pelajaran yang dianggap
penting, walaupun masih ada perdebatan tentang mengapa
mata pelajaran itu yang penting dan apakah itu berarti yang lain
tidak penting.
2. Gaya Belajar
Gaya belajar atau learning style adalah cara yang konsisten
yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus
atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal (S.
Nasution, 2008:94). Gaya belajar juga dapat diartikan sebagai cara
yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari
lingkungan dan memproses informasi tersebut.
De Porter dan Hernacki (2009:112-124) dalam buku Quantum
Learning mengemukakan secara umum gaya belajar terbagi
menjadi 3, yang biasa dikenal dengan VAK (Visual/penglihatan,
Auditori/Pendengaran, dan Kinestetik/Gerakan).
Kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola
dan menyampaikan informasi, cara belajar individu dapat dibagi
dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar
visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri
perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu
hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar yang lain.
Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu
hanya memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol

sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yamg sesuai dalam


belajar maka akan memudahkan untuk menyerap pelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar
adalah cara yang cenderung dipilih siswa dalam menangkap
stimulus atau informasi, mengingat, berpikir, dan memecahkan soal
dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.
3. Motivasi Berprestasi
Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi
dalam bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya
dan lain-lain. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh
seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk
menjalani aktivitas. Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J.
Winardi, 2004):
...Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,
memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia
atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin
dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai
performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam
persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri
melalui penerapan bakat secara berhasil.
Pengertian motivasi berprestasi menurut McClelland (dalam
Alex Sobur, 2003:285) adalah suatu daya dalam mental manusia
untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan

sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental. Dari pendapat


tersebut Alex Sobur mengartikan bahwa psikis manusia, ada daya
yang mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat
sehingga dengan daya tersebut, ia dapat mencapai kemajuan yang
teramat cepat. Daya dorong tersebut dinamakan virus mental,
karena apabila terjangkit dalam jiwa manusia, daya tersebut akan
berkembang biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut
akan meluas dan menimbulkan dampak dalam kehidupan.
Motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah suatu
cara berpikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung
membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu
hasil atau prestasi. Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa
dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan
menumbuhkan jiwa kompetensi yang sehat, akan menumbuhkan
individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi
berprestasi yang tinggi akan membentuk individu menjadi pribadi
yang kreatif.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
motivasi berprestasi adalah suatu daya dalam mental manusia
untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif dan lebih efisien untuk meraih suatu hasil yang atau prestasi
dikehendaki.

McClelland

(1953:82)

menyatakan

bahwa

orang

yang

mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut:
1. Mempunyai tanggung jawab pribadi
2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan
standar unggulan
3. Berusaha bekerja kreatif
4. Berusaha mencapai cita-cita
5. Memiliki tugas yang moderat
6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
7. Mengadakan antisipasi
4. Prestasi Belajar Mahasiswa
a. Pengertian Prestasi Belajar Mahasiswa
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2011: 787) prestasi
belajar merupakan penguasaan pengetahuan atas ketrampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditujukan
dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut
S. Nasution (1996: 17) menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir,
merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna
apabila memenuhi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor, sebaliknya dikatakan kurang memuaskan apabila
belum mampu memenuhi target ketiga kategori tersebut.
Suryadi Suryabrata (2002: 23) menyatakan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai dari hasil latihan, pengalaman
yang didukung oleh kesadaran.
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan
sekolah pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan

menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan perguruan


tinggi

adalah

suatu

pendidikan

yang

menyelenggarakan

pendidikan setelah jenjang pendidikan sekolah menengah.


Penyelenggaraan perguruan tinggi menurut PP No. 60
tahun 1999 bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
profesional, yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menyebarluaskan
pengetahuan,

atau

teknologi

penggunaannya

untuk

memperkaya
atau

seni,

khasanah

dan

meningkatkan

ilmu

mengupayakan

taraf

kehidupan

masyarakat dan memperkaya kehidupan kebudayaan nasional.


Salah satu upaya untuk melakukan transformasi dalam
rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar
mengajar di perguruan tinggi adalah dengan memanfaatkan
teknologi pengajaran. Proses pembelajaran yang selama ini
berlangsung

di

masing-masing

perguruan

tinggi

harus

ditransformasi untuk membuka teknologi pembelajaran modern.


jika dapat dilaksanakan maka akan membangkitkan motivasi
mahasiswa dalam proses belajar mengajar sehingga akan
menghasilkan nilai yang maksimal dan secara otomatis indeks
prestasi pun akan bagus.
b. Pengertian Indeks Prestasi
Indeks prestasi berasal dari dua kata yaitu indeks dan
prestasi, indeks berarti daftar menurut abjad, urutan, tanda

sedangkan prestasi berarti hasil yang telah dicapai, biasanya


indeks prestasi itu digunakan untuk mahasiswa sebagai hasil
ulangan. Jadi indeks prestasi adalah angka yang menunjukkan
tingkat keberhasilan prestasi mahasiswa untuk satu semester
menurut sistem kredit semester.
Indeks prestasi adalah nilai rata-rata yang diperoleh
mahasiswa

setelah

menyelesaikan

satu

tahapan

atau

kombinasi lebih dari satu tahapan penilaian hasil belajar. Indeks


prestasi terdiri dari indeks prestasi semester, indeks prestasi
kumulatif, dan indeks prestasi akhir.
c. Macam-macam Indeks Prestasi
1) Indeks prestasi semester (IP semesteran)
Indeks prestasi semester yaitu indeks prestasi yang
diperoleh dari penilaian hasil belajar seluruh mata kuliah
dalam satu semester.
2) Indeks prestasi kumulatif (IPK)
Indeks prestasi komulatif yaitu indeks prestasi yang
diperoleh dari penilaian hasil belajar seluruh mata kuliah
yang pernah ditempuh semenjak semester pertama sampai
dengan semester terakhir (saat dilakukan perhitungan IPK)
3) Indeks prestasi akhir (IP akhir)
Indeks prestasi yang diperoleh dari penilaian hasil
belajar dari seluruh mata kuliah yang dilakukan pada akhir

program.

Biasanya indeks prestasi ini dihitung dengan

rumus:
K = Banyaknya SKS tiap mata kuliah yang ditempuh
dalam semester yang bersangkutan.
N = Angka mutu tiap mata kuliah yang di peroleh dalam
semester yang bersangkutan.
Dengan belajar yang termotivasi maka akan tercapailah
suatu hasil belajar, hasil belajar dapat dibedakan menjadi
dua yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat
diukur, yang terwujud dalam hasil rapor, nilai akhir ujian
nasional, dan nilai ijazah atau transkrip IP. Sedangkan
dampak pengiring adalah unjuk kerja siswa setelah mereka
lulus ujian atau merupakan transfer hasil belajar di sekolah.
d. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Secara umum prestasi belajar siswa sangat beragam, hal ini
tentu saja mempunyai faktor faktor penyebabnya. Menurut
Muhibbin

Syah

(2008:

132)

dalam

bukunya

psikologi

pendidikan menjelaskan bahwa prestasi belajar dipengaruhi


oleh 3 faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor
pendekatan belajar.
Berikut penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2008: 132-139),
antara lain:

1) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor atau penyebab yang
berasal dari dalam diri setiap individu tersebut, seperti aspek
pisiologis dan aspek psikologis.
a) Aspek pisiologis
Aspek pisiologis ini meliputi konsisi umum jasmani dan
tonus (tegangan otot) yang menunjukkan kebugaran organorgan tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah
akan

berdampak

secara

langsung

pada

kualitas

penyerapan materi pelajaran, untuk itu perlu asupan gizi


yang dari makanan dan minuman agar kondisi tetap
terjaga. Selain itu juga perlu memperhatikan waktu istirahat
yang teratur dan cukup tetapi harus disertai olahraga ringan
secara

berkesinambungan.

Hal

ini

penting

karena

perubahan pola hidup akan menimbulkan reaksi tonus yang


negatif dan merugikan semangat mental.
b) Aspek psikologis
Banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran,
berikut

faktor-faktor

dari

aspek

psikologis

seperti

intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.


Tingkat intelegensi atau kecerdasan (IQ) tak dapat
diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar.

Semakin tinggi kemampuan inteligensi siswa maka semakin


besar peluang meraih sukses, akan tetapi sebaliknya semakin
rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil
peluang meraih sukses.
Sikap merupakan gejala internal yang cenderung merespon
atau mereaksi dengan cara yang relatif tetap terhadap orang,
barang dan sebagainya, baik secara positif ataupun secara
negatif. Sikap (attitude) siswa yang merespon dengan positif
merupakan awal yang baik bagi proses pembelajaran yang
akan berlangsung sedangkan sikap negatif terhadap guru
ataupun pelajaran apalagi disertai dengan sikap benci maka
akan berdampak pada pencapaian hasil belajar atau prestasi
belajar yang kurang maksimal.
Setiap individu mempunyai bakat dan setiap individu yang
memiliki bakat akan berpotensi untuk mencapai prestasi
sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masingmasing. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
pencapaian prestasi belajar pada bidang-bidang tertentu. Minat
(interest) dapat diartikan kecenderungan atau kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, sebagai contoh siswa yang
mempunyai minat dalam bidang matematika akan lebih fokus
dan intensif kedalam bidang tersebut sehingga memungkinkan
mencapai hasil yang memuaskan.

Motivasi merupakan keadaan internalorganisme yang


mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya
untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari
dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal dibagi menjadi 2 macam, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan
sosial ini meliputi lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah
serta masyarakat. Lingkungan sosial yang paling banyak
berperan dan mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah
lingkungan orang tua dan keluarga. Siswa sebagai anak tentu
saja akan banyak meniru dari lingkungan terdekatnya seperti
sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga dan demografi keluarga. Semuanya dapat memberi
dampak dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar
dan prestasi yang dapat dicapai siswa.
Lingkungan sosial sekolah meliputi para guru yang harus
menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi
teladan dalam hal belajar, staf-staf administrasi di lingkungan
sekolah, dan teman-teman di sekolah dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Lingkungan masyarakat juga sangat
mempengaruhi karena siswa

juga berada dalam suatu

kelompok masyarakat dan teman-teman sepermainan serta


kegiatan-kegiatan

dalam

kehidupan

bermasyarakat

dan

pergaulan sehari-hari yang dapat mempengaruhi prestasi


belajar.
Selain faktor sosial seperti dijelaskan di atas, ada juga
faktor non social. Faktor faktor yang termasuk lingkungan non
sosial adalah gedung sekolah dan bentuknya, rumah tempat
tinggal, alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar
Selain

faktor

internal

dan

faktor

eksternal,

faktor

pendekatan belajar juga mempengaruhi keberhasilan dalam


proses pembelajaran.
dalam

Muhibbin

Menurut hasil penelitian Biggs (1991)

Syah

(2008:139)

memaparkan

bahwa

pendekatan belajar dikelompokkan jadi 3 yaitu pendekatan


surface (permukaan/bersifat lahiriah dan dipengaruhi oleh
faktor luar), pendekatan deep (mendalam dan datang dari
dalam diri individu), dan pendekatan achieving (pencapaian
prestasi tinggi/ambisi pribadi).
B. Kerangka Berfikir
1. Hubungan Nilai Ujian Nasional Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa X
Ujian

Nasional

atau

UN

adalah

kegiatan

pengukuran

pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata


pelajaran

tertentu

dalam

kelompok

mata

pelajaran

ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian


Standar Nasional Pendidikan. Mata pelajaran yang di-UN-kan

untuk tingkat SLTA adalah Bahasa Indoensia, Bahasa Inggris,


Matematika dan IPA.
Bagi peserta didik yang mempunyai nilai ujian nasional SLTA
lebih tinggi akan cenderung lebih cepat dan lebih mampu
mengikuti kegiatan pembelajaran di level pendidikan berikutnya
dibandingkan dengan peserta didik yang nilai ujian nasionalnya
lebih rendah, sehingga peserta didik yang mempunyai nilai ujian
nasional lebih tinggi prestasi belajarnya juga lebih tinggi.
Berdasar alur tersebut dapat diasumsikan bahwa nilai ujian
nasional SLTA mempunyai tingkat prediksi yang signifikan
terhadap prestasi belajar peserta didik di perguruan tinggi.
2. Hubungan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar
3. Hubungan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar

Motivasi belajara seseorang yang tinggi merupakan motor


penggerak untuk melakukan aktifitas belajara dan selalu berusaha
untuk mencapai hasil seperti apa yang diinginkan atau cita-citakan.
Misal seorang mahasiswa dengan motivasi yang tinggi untuk
menjadi perawat maka akan termotivasi untuk belajar sehingga
akan memperoleh hasil belajar atau prestasi yang lebih baik.
Mengingat keterikatan yang cukup kuat antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar, timbul dugaan bahwa penyebab prestasi
belajar yang rendah dikalangan mahasiswa adalah kurangnya

motivasi dalam menjalankan kegiatan belajarnya. Dari hasil


penelitian yang dilakukan oleh Agnes Maria (2005) menunjukkan
bahwa setelah mengendalikan faktor intelegensi dan motivasi
intrinsik diperoleh hasil ada pengaruh yang signifikan dari keempat
komponen motivasi belajar ekstrinsik prestasi belajara dengan R 2
sebesar 26,5%.

C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teoretik

maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah:


1. Ada hubungan yang signifikan antara UN dengan prestasi belajar
mahasiswa.
2. Ada hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa.
3. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar mahasiswa.
4. Ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara UN,
gaya belajar dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
mahasiswa.
3. Metodologi Penelitian

4. Hasil Analisis Penelitian


A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Nontes Hasil Penelitian
a. Nilai UN, Gaya Belajar, Motivasi terhadap IPK
Mahasisw
a
A

UN

GB

x1
30

x2
1

MOTIVAS
I
x3
3

IPK
y
3,92

B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O

21
9
29
29
22
15
27
28
25
15
29
30
23
15

2
3
8
3
1
2
1
1
2
2
1
3
3
3

2
3
2
6
2
1
1
3
2
1
3
3
2
1

2,58
3,90
3,82
3,21
3,57
2,00
3,99
3,75
2,80
1,75
3,82
3,98
3,01
2,01

b. Angket
Hasil Angket Gaya Belajar
No Responden
No
1 Subyek
A
2
B
3
C
4
D
5
E
6
F
7
G
8
H
9
I
10
J
11
K
12
L
13
M
14
N
15
O

Banyaknya Pernyataan
Dipahami Tidak Dipahami
30
0
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30
0
30

Total
Total
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30

Hasil Angket Gaya Belajar


No Responden
No
1 Subyek
A
2
B
3
C
4
D
5
E
6
F

Banyaknya Pernyataan
Dipahami Tidak Dipahami
40
0
40
0
40
0
40
0
40
0
40
0

Total
Total
40
40
40
40
40
40

7
8
9
10
11
12
13
14
15

G
H
I
J
K
L
M
N
O

40
40
40
40
40
40
40
40
40

0
0
0
0
0
0
0
0
0

40
40
40
40
40
40
40
40
40

Banyak
Pernyataan
Valid
Tidak Valid
30
0
40
0

Total

Kuantitas Validitas Angket


No

Angket

No
1
2

Angket
Gaya Belajar
Motivasi

Total
40
42

2. Hasil Uji Data Penelitian


1) Prasyarat Uji Statistika
A. Uji Normalitas
Ho

data

berasal

dari

populasi

yang

berdistribusi normal
H1

data

berasal

dari

populasi

yang

tidak

berdistribusi normal
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software
SPSS IBM versi 22, dan diperoleh tabel sebagai berikut:

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic

Df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

UN

.182

15

.192

.871

15

.035

GB

.300

15

.001

.694

15

.000

Motivasi

.236

15

.024

.805

15

.004

IPK

.218

15

.054

.851

15

.018

a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel dapat dilihat masing-masing nilai sig. dengan

Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Tolak

nilai sig. > 0,05, sebaliknya terima

Ho

Ho

apabila

apabila nilai sig. <

0,05. Berdasarkan tes Shapiro-Wilk, maka data berdistribusi


normal.
B. Uji Homogenitas
Ho

varians populasi setiap kelompok data

homogen
H1

varians populasi setiap kelompok data

tidak homogen
Test of Homogeneity of Variancea
Levene Statistic
IPK

df1

df2

Sig.

Based on Mean

2.932

11

.095

Based on Median

2.880

11

.099

2.880

3.079

Based on Median and


with adjusted df
Based on trimmed mean

4.81
8
11

.150
.087

a. IPK is constant when GB = 8. It has been omitted.

Terima

Ho

apabila nilai sig. > 0,05, sebaliknya tolak

Ho

apabila nilai sig. < 0,05. Dari tabel dapat dilihat nilai sig. >

0,05, berarti terima

Ho

kelompok data homogen.


3. Uji Statistika
A. Hipotesis:

sehingga varians populasi setiap

1.

Ho

: terdapat korelasi antara nilai UN dengan IPK

H 1 : tidak terdapat korelasi antara nilai UN dengan IPK


Correlations
UN
UN

Pearson Correlation

IPK
.590*

Sig. (2-tailed)

.021

N
IPK

15

15

Pearson Correlation

.590

Sig. (2-tailed)

.021

15

15

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Ho

ditolak apabila nilai sig. > 0,05, sebaliknya terima

Ho

apabila nilai sig. < 0,05. Dari tabel dapat dilihat nilai

sig.= 0,021 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa


terdapat korelasi yang signifikan antara nilai UN dengan

2.

IPK.
Ho

: terdapat korelasi antara GB dengan IPK

H 1 : tidak terdapat korelasi antara GB dengan IPK


Correlations
IPK
IPK

Pearson Correlation

GB
1

Sig. (2-tailed)
N
GB

.037
.895

15

15

Pearson Correlation

.037

Sig. (2-tailed)

.895

15

15

Ho

ditolak apabila nilai sig. > 0,05, sebaliknya terima

Ho

apabila nilai sig. < 0,05. Dari tabel dapat dilihat nilai

sig.= 0,895 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa


tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Gaya Belajar
(GB) dengan IPK.
Ho
3.
: terdapat korelasi antara Motivasi dengan IPK
H 1 : tidak terdapat korelasi antara Motivasi dengan IPK
Correlations
IPK
IPK

Pearson Correlation

Motivasi
1

Sig. (2-tailed)
N
Motivasi

.444
.098

15

15

Pearson Correlation

.444

Sig. (2-tailed)

.098

15

15

Ho

ditolak apabila nilai sig. > 0,05, sebaliknya terima

Ho

apabila nilai sig. < 0,05. Dari tabel dapat dilihat nilai

sig.= 0,098 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa


tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Motivasi
dengan IPK.
Ho
4.
:

terdapat korelasi antara nilai UN, GB

dan Motivasi dengan IPK

H1 :

tidak terdapat korelasi antara nilai UN, GB dan

Motivasi dengan IPK

Model Summary

Model
1

R Square

.624a

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.390

.223

.70617

a. Predictors: (Constant), Motivasi, GB, UN

Dari tabel diperoleh nilai R sebesar 0,624, artinya terdapat


korelasi (hubungan) antara nilai UN, GB dan motivasi prestasi
dengan IPK dengan korelasi sedang (moderate).
5. Pembahasan dan Diskusi
6. Kesimpulan dan Rekomendasi
7. Daftar Pustaka

8. Metode Penelitian
8.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah SMK Negeri 2 Yogyakarta. Waktu
penelitian akan dilaksanakan Mei 2011 Juni 2011.
8.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 2
Yogyakarta jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik yang duduk di
bangku kelas XI yaitu sebanyak 132 siswa. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik propotional random sampling
mengingat penelitian ini bersifat homogen. Sampel dalam penelitian ini
yaitu siswa kelas XI SMK Negeri 2 Yogyakarta jurusan Teknik
Pemanfaatan Tenaga Listrik sebanyak 102 siswa. Penentuan jumlah
sampel dalam penelitian ini mengacu dari rumus yang dikembangkan oleh
Krejcie dan Morgan (Sugiyono, 2010: 69).

8.3 Teknik Pengambilan Data


Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode sebagai
berikut:
1. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendukung instrumen angket
dengan menunjukkan data di lapangan yang sudah ada. Dokumentasi
dalam penelitian ini adalah dokumentasi hasil belajar praktik instalasi
listrik yang diambil dari rekapitulasi akhir siswa di sekolah tempat
penelitian berlangsung.
2. Angket atau kuesioner
Instrumen angket atau kuesioner dalam penelitian ini menggunakan
skala Likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikatorindikator yang dapat diukur. Indikator tersebut digunakan sebagai titik
tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau
pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban
dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang
diungkapan dengan memberi tanda pada pilihan jawaban yang terdiri
dari, sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS) dan tidak setuju
(TS).
9. Hasil Penelitian dan Pembahasan
9.1 Hasil Penelitian
9.1.1 Gaya Belajar
Hasil deskripsi variabel gaya belajar (X1) diterangkan bahwa terdapat
102 responden memiliki gaya belajar dengan rata-rata (mean) sebesar
70,19; simpangan baku (standard deviasi) sebesar 6,67; tingkat
penyebaran data gaya belajar (variance) sebesar 44,58; rentang (range)
sebesar 36; skor minimum dalam data gaya belajar siswa adalah sebesar
57; dan skor maksimum dari data gaya belajar siswa adalah sebesar 93.
Berdasarkan hasil interpretasi skor variabel, gaya belajar termasuk dalam
kategori kuat/tinggi. Hal ini berarti gaya belajar siswa berpotensi baik
dalam mendukung prestasi siswa. Identifikasi tinggi rendahnya gaya
belajar dapat dilihat pada Gambar 1.

Frekunsi

6
0
4
0
2
0
0R
e
n
d
a
hS
e
d
a
n
gT
in
g
iS
a
n
g
tin
g
i

Gambar 1. Grafik Variabel Gaya Belajar (X1)

9.1.2 Motivasi Berprestasi


Hasil deskripsi variabel motivasi berprestasi (X2) diterangkan bahwa
terdapat 102 responden memiliki motivasi berprestasi dengan rata-rata
(mean) sebesar 62,78; simpangan baku (standard deviasi) sebesar 7,44;
tingkat penyebaran data motivasi berprestasi (variance) sebesar 55,48;
rentang (range) sebesar 30; skor minimum dalam data motivasi
berprestasi siswa adalah sebesar 45; dan skor maksimum dari data
motivasi berprestasi siswa adalah sebesar 75. Berdasarkan hasil
interpretasi skor variabel maka motivasi berprestasi termasuk dalam
kategori kuat/tinggi. Hal ini berarti motivasi berprestasi siswa berpotensi
baik dalam mendukung prestasi siswa. Identifikasi tinggi rendahnya
motivasi berprestasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Variabel Motivasi berprestasi (X2)


9.1.3 Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik
Hasil deskripsi Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik (Y)
diterangkan bahwa terdapat 102 responden memiliki Prestasi Belajar
Praktik Instalasi Listrik dengan rata-rata (mean) sebesar 77,29;
simpangan baku (standard deviasi) sebesar 4,32; tingkat penyebaran data
motivasi berprestasi (variance) sebesar 18,71; rentang (range) sebesar
21; skor minimum dalam data Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik
siswa adalah sebesar 70; dan skor maksimum dari data Prestasi Belajar
Praktik Instalasi Listrik siswa adalah sebesar 91. Berdasarkan hasil
interpretasi skor variabel maka maka Prestasi Belajar Praktik Instalasi
Listrik termasuk dalam kategori kuat.Identifikasi tinggi rendahnya prestasi
belajar praktik instalasi listrik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Variabel Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik (Y)


9.2 Pembahasan
9.2.1 Pengaruh Gaya Belajar pada Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik
di SMK Negeri 2 Yogyakarta.
Variabel gaya belajar memberikan pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik pada
pembelajaran Praktik instalasi listrik siswa kelas XI Program Keahlian
Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta.. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,320 lebih besar
daripada nilai signifikansi sebesar 0,05 atau 5%.
Meskipun demikian, variabel gaya belajar berpengaruh terhadap
Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik hanya sebesar 10,2%, ditunjukkan
dengan output hasil uji regresi bahwa nilai R2 sebesar 0,102. Sedangkan
89,08 % dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang mempengaruhi bisa
meliputi suasana belajar maupun ketersediaan perlengkapan belajar yang
memadai. Hal ini berarti bahwa semakin baik gaya belajar siswa, maka
semakin baik pula prestasi belajar yang dicapai siswa

9.2.2 Pengaruh Motivasi Belajar pada Prestasi Belajar Praktik Instalasi


Listrik di SMK Negeri 2 Yogyakarta.
Variabel motivasi berprestasi memberikan pengaruh yang signifikan
dan positif terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik pada
pembelajaran Praktik instalasi listrik siswa kelas XI Program Keahlian
Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,310 lebih besar
daripada nilai signifikansi sebesar 0,05 atau 5%.
Meskipun demikian, variabel motivasi berprestasi berpengaruh
terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik hanya sebesar 9,60%,
ditunjukkan dengan output hasil uji regresi bahwa nilai R2 sebesar 0,096.
Sedangkan 90,40 % dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang
mempengaruhi bisa meliputi dukungan orang tua maupun dukungan dari

guru. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi siswa,
maka semakin baik pula prestasi belajar yang dicapai siswa.
9.2.3 Pengaruh gaya belajar dan motivasi berprestasi pada prestasi belajar
praktik instalasi listrik di SMK Negeri 2 Yogyakarta.
Variabel gaya belajar dan variabel motivasi berprestasi memberikan
pengaruh yang signifikan serta positif terhadap Prestasi Belajar Praktik
Instalasi Listrik pada pembelajaran Praktik instalasi listrik siswa kelas XI
Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK N 2
Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi sebesar
0,408 lebih besar daripada nilai signifikansi sebesar 0,05 atau 5%.
Variabel gaya belajar dan motivasi berprestasi terhadap Prestasi Belajar
Praktik Instalasi Listrik sebesar 16,6%, ditunjukkan dengan nilai R2
sebesar 0,166. Sedangkan 83,4% dipengaruhi oleh faktor lain.
Secara statistik, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dan motivasi
berprestasi berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik
pada pembelajaran Praktik instalasi listrik siswa kelas XI Program
Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta., baik
secara parsial maupun bersama-sama. Untuk kebijakan lebih lanjut, pihak
sekolah sekirannya meningkatkan semua komponen untuk mendukung
proses pembelajaran dan memotivasi siswa guna meningkatkan prestasi
belajar siswa. Begitu juga dengan orang tua siswa.
Hasil ini sesuai dengan teori Muhibbin Syah (2005:144) bahwa
prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor yaitu,
a. faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa
b. faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa
c. faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.
10. Kesimpulan
1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara gaya belajar siswa
dengan Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik siswa dengan
koefisien korelasi sebesar 0,320. Persamaan regresi bersifat linier
^
dengan persamaan Y =62,747+ 0,207 X 1 dengan kontribusi sebesar
10,2% dari gaya belajar siswa. Hal ini berarti bahwa semakin baik
gaya belajar siswa, maka semakin baik pula prestasi belajar yang
dicapai siswa.

2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi berprestasi


siswa dengan Prestasi Belajar Praktik Instalasi Listrik siswa dengan
koefisien korelasi sebesar 0,310. Persamaan regresi bersifat linier
^
dengan persamaan Y =65,983+ 0,180 X 2 dengan kontribusi sebesar
9,60% dari motivasi berprestasi siswa. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi motivasi berprestasi siswa, maka semakin baik pula prestasi
belajar yang dicapai siswa.
3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya belajar dan
motivasi berprestasi siswa dengan Prestasi Belajar Praktik Instalasi
Listrik siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,310. Persamaan
regresi
bersifat
linier
dengan
persamaan
Y^ =55,640+ 0,175 X 1+ 0,150 X 2 , dengan kontribusi sebesar 16,6%.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur. (2003). Psikologi umum.
Bandung: Pustaka Setia.
Anas Sudijono. 2007. Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Barbara Prashnig. 2008. The Power of
Learning Style http://Binakreatif.
blogspot.com/2008/06. Diunduh 27
Oktober 2011
De

Porter, Bobbi

&

Hernacki,

Mike.

2009.

Quantum

Learning:

Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:


Kaifa.
Dewa Ketut Sukardi. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.
Gagne .1985. The Cognitive Psychology of
School Learning. Boston: Little
Brown.
Gellerman, S. W. (1963). Motivation and
Productivity. India: The American
Management Association, Inc.

Hoeda Manis. 2010. Learning is Easy: Tip dan Panduan Praktis agar
Belajar jadi Asyik, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
J. Winardi. 2004. Motivasi; Pemotivasian
dalam Manajemen. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Komarudin. 1994. Ensiklopedia
Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Mc. Clelland, Atkinson, Clark & Lowell.
(1953). The Achievment Motive. NewYork: Halsted Press.
Mc. Clelland, David C. (1961). The
Achieving Society. New York: D. Van Nostrand Company, Inc.
Mc.Clelland, D. C (1985). Human
Motivation. Illinois : Scott,
Foresman & Company.
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
M. Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosadakarya.
Richard Bandler, John Grinder dan
Michael Grinder .2008. Neuro
Linguistic Programming (NLP) http://Binakreatif.blogspot.com/
2008/06) Diunduh 27 November 2011.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan
Peneliti Pemula. Cetakan ke 6. Bandung: Alfabeta.
Riduwan & Akdon. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.
Bandung: Alfabeta.
Robert A. Reiser &

Robert Mills Gagne. 1985. Selecting Media for

Instruction. New Jersey: Educational Technology Publications,


Inc., Englewood Cliffs.
Robert Clarence Beck. 1990. Applying Psychology: Understanding
People. New York: Prentice Hall.

Saifuddin Azwar. 2004. Metode


Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja

Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya.


Jakarta: Rineka Cipta.
Sri Rumini. 1995. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta.

UPP

Universitas

Negeri

Yogyakarta.

Bandung:

ALFABETA
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Cetakan ke 9. Bandung: ALFABETA.
Sumardi Suryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
S. Nasution, M.A. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Tapiardi, W. 1996. Motivasi Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa.
W. S. Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:
PT Gramedia.
W. S. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai