Anda di halaman 1dari 9

Jurnal penelitian

EFEK EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni) SEBAGAI


ANTIMIKROBA TERHADAP Salmonella Typhi SECARA In-Vitro
Sri Murwani*, Soemardini**, Mira Kusuma Wardhani ***
*Laboratorium Mikrobiologi FKUB, **Laboratorium Faal FKUB,
***Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB
ABSTRAK
Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi merupakan salah satu penyakit
infeksi endemik di Indonesia dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penyakit
ini tergolong penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan
minuman. Saat ini, tanaman obat dikembangkan sebagai alternatif pengobatan. Daun kayu
manis diketahui memiliki beberapa kandungan yang diduga bersifat sebagai antimikroba
yakni saponin, flavonoid, minyak atsiri, alkaloid dan polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek antimikroba ekstrak daun kayu manis terhadap pertumbuhan Salmonella
Typhi. Sampel bakteri diperoleh dari isolat klinis di Laboratorium Mikrobiologi FKUB.
Konsentrasi ekstrak daun kayu manis yang digunakan yaitu 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, dan 3%.
Ekstrak daun kayu manis dibuat dengan metode soxhlet menggunakan etanol 96%. Metode
penelitian menggunakan dilusi tabung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KHM masih
belum dapat ditentukan sedangkan KBM-nya adalah 3%. Data dianalisis menggunakan OneWay ANOVA dengan =0,05. Dari hasil analisis tersebut terdapat perbedaan yang signifikan
antara perubahan konsentrasi ekstrak daun kayu manis terhadap jumlah koloni Salmonella
Typhi. Uji korelasi regresi menunjukkan adanya hubungan yang erat dan berbanding terbalik
serta pengaruh yang signifikan antara konsentrasi ekstrak dengan jumlah koloni bakteri.
Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kayu manis memiliki efek antimikroba terhadap
Salmonella Typhi secara in vitro.
Kata kunci: Salmonella Typhi, daun kayu manis, antimikroba.
ABSTRACT
Typhoid fever, that is caused by Salmonella Typhi, is one among endemic infectious
diseases in Indonesia with high morbidity and mortality rates. People can be infected by the
bacteria through food and beverages. Medicinal plants is currently developed to find an
alternative treatment. Cinnamon leaf is known to contain substances that allegedly act as
antimicrobial, which are saponins, flavonoids, essential oils, alkaloids and polyphenols. This
study was aimed to determine the antimicrobial effects of cinnamon leaf extract on the
growth of Salmonella Typhi. Bacterial samples were obtained from clinical isolates provided
by Microbiology Laboratory, Faculty of Medicine, University of Brawijaya. The extract
concentrations used were 1%, 1.5%, 2%, 2.5% and 3%. The cinnamon leaf extract was
prepared by soxhlet method using 96% ethanol. The research method used was the tube
dilution method. The results showed that the MIC could not be determined, while the MBC
was found at 3%. The data were analyzed using One-Way ANOVA ( = 0.05). The analysis
showed significant differences between the alteration of cinnamon leaf extract concentrations
against the number of Salmonella Typhi colonies. The correlation and regression tests
showed close relationships and a significant inverse influence of the extract concentration
with the bacterial colony numbers. It could be concluded that cinnamon leaf extract had an
antimicrobial effect against Salmonella Typhi in vitro.
Keywords: Salmonella Typhi, cinnamon leaf extracts, antimicrobial.

Jurnal penelitian

PENDAHULUAN
Salmonella umumnya bersifat patogen
untuk manusia atau hewan apabila masuk
melalui mulut. Organisme ini ditularkan dari
hewan dan produk hewan ke manusia, dan
menyebabkan enteritis, infeksi sistemik,
dan demam enterik. (Brooks et al, 2008).
Grup Salmonella terdiri atas Salmonella
cholerasuis,
Salmonella
enteritidis,
Salmonella Typhi (S. Typhi). Dari ketiga
grup tersebut, spesies S. Typhi merupakan
salah satu yang terpenting dalam
kepentingan medis, terbukti bahwa S.
Typhi dapat menyebabkan demam tifoid
dengan angka morbiditas dan mortalitas
yang tinggi (Dzen et al, 2003).
Demam tifoid (demam enterik) dan
paratifoid merupakan salah satu penyakit
infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika
Latin Karibia dan Oceania, termasuk
Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit
menular yang dapat menyerang banyak
orang melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Insiden demam tifoid di
seluruh dunia menurut data pada tahun
2003 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di
antaranya menyebabkan kematian. Di
Indonesia prevalensi 91% kasus demam
tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun,
kejadian meningkat setelah umur 5 tahun
(Wulandari,
2008).
Di
Indonesia,
diperkirakan insiden demam enterik adalah
300 810 kasus per 100.000 penduduk
per tahun. Menurut hasil SKRT (Survei
Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1986
bahwa 3 % dari seluruh kematian (50.000
kematian) disebabkan oleh demam enterik
(Rasmilah, 2001).
Saat ini, telah diketahui bahwa
resistensi S. Typhi terhadap kloramfenikol
dilaporkan secara sporadik di beberapa
daerah di Indonesia, tetapi persentasenya
antara tahun 1975 sampai dengan tahun
1983 tidak meningkat, dengan derajat
sensitivitas terhadap Kloramfenikol sebesar
97,8%, Sulfametaxazol-Trimetoprim 99,0%,
meskipun terhadap Ampisilin sudah
menunjukkan resistensi yang cukup tinggi
(Triatmodjo, 1994).
Oleh karena tingginya angka morbiditas
dan mortalitas demam tifoid maka berbagai
pihak berupaya untuk menyelesaikan
masalah ini. Saat ini di Indonesia sedang
berkembang paradigma baru dalam bidang
kesehatan, yaitu penggunaan tanaman
obat sebagai alternatif
pengobatan.

Tanaman obat sebagai kekayaan alam


yang belum digali dan dikembangkan
secara mendalam masih sangat terbuka
untuk diteliti dan dikembangkan untuk
menemukan obat yang efektif sebagai anti
mikroba khususnya pada demam tifoid
(Toda et al, 1991).
Sejak abad ke-16, kayu manis
(Cinnamomum burmanni) telah digunakan
sebagai bumbu masak. Kayu manis
merupakan salah satu tanaman multi
fungsi yang dapat digunakan dalam industri
makanan,
minuman,
obat-obatan,
kosmetika/ aromatika dan rokok keretek,
selain berfungsi juga sebagai pengawet
tanah dan air. Tanaman kayu manis
merupakan tanaman tahunan, termasuk
famili Lauraceae, salah satu komoditas
ekspor penting Indonesia (Towaha, 2008).
Kulit batang dan daun Cinnamomum
burmanni mengandung minyak atsiri,
saponin dan flavonoida (Towaha, 2008). Di
samping
itu
kulit
batangnya
juga
mengandung
tanin,
daunnya
juga
mengandung alkaloids dan polifenol,
sedangkan substansi yang terdapat paling
banyak
dalam
daun
Cinnamomum
burmanni adalah saponin, flavonoid, dan
minyak atsiri. Kelima bahan aktif yang
dimiliki daun kayu manis tersebut memiliki
mekanisme tersendiri sebagai antimikroba
(Sinaga, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, penulis
menduga bahwa daun kayu manis memiliki
potensi sebagai anti bakteri S. Typhi selain
karena harga dari daun kayu manis
tersebut paling murah diantara komponen
pohon kayu manis yang lain. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh
tentang
kemungkinan
penggunaan
antimikroba alternatif terhadap S. Typhi,
yaitu dengan menggunakan daun kayu
manis (Cinnamomum burmanni) yang
nantinya akan diekstrak kemudian diuji
kepekaannya terhadap bakteri S. Typhi
secara in-vitro.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Pada
penelitian
ini
penulis
menggunakan metode penelitian true
experimental
design
dengan
uji
laboratorium post test only yang bertujuan
untuk mengetahui dan membuktikan efek
antimikroba dari ekstrak daun kayu manis
terhadap pertumbuhan koloni Salmonella
Typhi. Adapun uji kepekaan antimikroba
2

Jurnal penelitian

yang dipakai adalah uji kepekaan


antimikroba dengan metode dilusi. Metode
dilusi tabung dengan mempergunakan
ekstrak daun kayu manis ini meliputi 2
tahap, yaitu tahap pengujian bahan di
media cair dengan tujuan untuk mencari
seberapa besar Kadar Hambat Minimum
(KHM), kemudian dilanjutkan dengan tahap
penggoresan pada media Nutrient Agar
Plate (NAP) yang ditujukan untuk
menentukan Kadar Bunuh Minimum (KBM)
dari daun kayu manis tersebut dalam
kaitannya
dengan
penghambatan
pertumbuhan koloni Salmonella Typhi.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
pada bulan April-September 2010.
Sampel Penelitian
Sampel yang dipergunakan di dalam
penelitian ini adalah bakteri Salmonella
Typhi yang dimiliki oleh Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas Brawijaya,dengan empat kali
pengulangan.
Variabel Penelitian
:
Variabel bebas. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah larutan konsentrasi

3%

2,5%

2%

1,5%

ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum


burmanni). Konsentrasi ekstrak daun kayu
manis yang diuji adalah 1%, 1,5%,
2%,2,5%, 3%.
Variabel tergantung. Variabel tergantung
pada penelitian ini adalah tingkat
pertumbuhan Salmonella Typhi.
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
DATA
Hasil Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
lima
konsentrasi ekstrak daun kayu manis
(Cinnamomum burmanni) yaitu 1%, 1,5%,
2%, 2,5%, 3% serta konsentrasi 0%
sebagai kontrol positif atau bakteri tanpa
ekstrak dan konsentrasi 100% sebagai
kontrol negatif atau bahan ekstrak tanpa
bakteri. KHM (Kadar Hambat Minimal) atau
MIC (Minimum Inhibitory Concentration)
adalah kadar terendah antimikroba yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri
(ditandai dengan tidak adanya kekeruhan
pada tabung), setelah diinkubasikan
selama 18-24 jam (Dzen et al., 2003). Hasil
uji dilusi tabung dengan konsentrasi 1%,
1,5%, 2%, 2,5%, 3%, kontrol positif dan
negatif dapat dilihat pada Gambar 1.

1%

KK

KB

Gambar 1. Hubungan antara Konsentrasi Ekstrak Daun kayu manis dengan Tingkat Kekeruhan
Tampak seluruh tabung dilusi keruh bila dibandingkan dengan KK sehingga KHM tidak dapat diamati

Dari gambar di atas dapat dilihat


bahwa kekeruhan hasil uji dilusi tabung
antar konsentrasi tidak dapat diamati
karena semua warna tabung keruh jika
dibandingkan dengan kontrol bakteri
sehingga KHM tidak dapat ditentukan.
Setelah itu, setiap konsentrasi ekstrak
tersebut di-streaking dalam NAP. Setiap

konsentrasi di-streaking pada empat NAP


yang berbeda (empat kali pengulangan).
Hal ini dilakukan untuk melihat KBM dari
ekstrak daun kayu manis terhadap S.
Typhi. Hasil streaking dari masing-masing
konsentrasi ekstrak pada NAP dapat dilihat
pada gambar 2 berikut.

Jurnal penelitian

3%

2.5%

2%

1.5%

1%

KB

KK

OI

Gambar 2. Hasil Streaking Suspensi Bakteri S. Typhi dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun
Kayu Manis pada NAP

dari original inoculum. KBM terlihat pada


konsentrasi
ekstrak
3%.
Hasil
penghitungan koloni yang tumbuh di NAP
pada masing-masing konsentrasi dapat
dilihat pada tabel 1. Jumlah koloni dihitung
dengan menggunakan colony counter.

Dari
hasil
pertumbuhan
dan
penghitungan koloni pada masing-masing
konsentrasi perlakuan terhadap bakteri S.
Typhi tersebut dapat ditentukan kadar
bunuh minimal dari ekstrak daun kayu
manis yakni pada NAP yang tidak
ditumbuhi koloni atau jumlah koloni < 0,1%

Tabel 1. Hasil Penghitungan Koloni Bakteri yang Tumbuh Pada NAP


Jumlah

Mean data
transformasi

797
350
107
32
0
~
0
1241

199,25
87,5
26,75
8
0.00
~
0.00
310,25

Jumlah Koloni per pengulangan

Konsen
trasi

II

III

IV

K1%
K 1,5%
K2%
K 2,5 %
K3%
KK
KB
OI

200
89
26
9
0
~
0
298

203
86
28
8
0
~
0
283

198
87
25
7
0
~
0
270

196
88
28
8
0
~
0
390

Data pada tabel 1 dibuat grafik


rataan jumlah koloni yang menunjukkan
hubungan antara pemberian berbagai
konsentrasi ekstrak daun kayu manis
dengan jumlah koloni S. Typhi yang
tumbuh pada medium NAP. Grafik rata-rata
jumlah
koloni menunjukkan
adanya
penurunan jumlah koloni yang berarti untuk
setiap peningkatan konsentrasi ekstrak

Standar
deviasi
2,99
1,29
1,5
0,82
0,00
~
0,00
54,38

daun kayu manis. Gambaran interaksi


antara perubahan konsentrasi ekstrak
terhadap rata-rata jumlah koloni dapat
dilihat pada gambar 3.

jumlah koloni (CFU/plate)

Jurnal penelitian

250
200
150

p1

100

p2

50

p3
p4

0
k 1% k 1,5% k 2% k 2,5% k 3%
konsentrasi ekstrak daun kayu manis

Keterangan gambar :
k = Konsentrasi
p = Pengulangan

Analisis Data
Hasil penelitian dianalisis menggunakan
analisis statistik SPSS versi 16.0 untuk
windows. Analisis data jumlah koloni dari
hasil penelitian pada tabel 1 menggunakan
uji statistik parametrik One-Way ANOVA
dan regresi linier karena data penelitian
bersifat data rasio dengan satu variabel
bebas dan satu variabel tergantung. Dalam
perhitungan hasil penelitian ini digunakan
taraf kepercayaan 95% ( = 0,05).
Sebagai prasyarat analisis statistik
parametrik data harus memenuhi asumsi
distribusi normal dan homogen. Dari uji
normalitas didapatkan nilai signifikansi
0,264 (p > 0,05) yang menunjukkan data
terdistribusi
normal
dan
hasil
uji
homogenitas diketahui nilai signifikansi
yaitu 0,079 (p > 0,05) yang berarti varian
data adalah homogen. Setelah diketahui
bahwa data terdistribusi normal dan varian
data homogen maka data dianalisa dengan
uji statistik One-Way ANOVA, Korelasi dan
Regresi Linier.
One-Way ANOVA merupakan pengujian
untuk mengetahui perbedaan nyata antar
konsentrasi ekstrak daun kayu manis
terhadap rata-rata pertumbuhan koloni
bakteri pada seluruh pengulangan. Dari
hasil uji One-Way ANOVA didapatkan
angka signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini
berarti efek perubahan konsentrasi ekstrak
daun kayu manis terhadap jumlah koloni S.
Typhi pada seluruh pengulangan memiliki
perbedaan yang signifikan pada taraf
kepercayaan 95%.
Uji Post Hoc Tukey merupakan uji
pembandingan
berganda
(multiple
comparisons).
Uji
ini
menunjukkan
pasangan kelompok sampel (kelompok
perlakuan atau konsentrasi dan jumlah

koloni) yang memberikan perbedaan yang


signifikan dan yang tidak memberikan
perbedaan secara signifikan. Dari hasil uji
Post Hoc Tukey dapat diketahui bahwa ada
perbedaan yang signifikan di seluruh
pasangan
kelompok
sampel
yang
ditunjukkan oleh angka signifikansi 0,000
(p< 0,05).
Pada tabel Homogeneous Subsets,
empat kelompok sampel masuk ke dalam
empat kolom subset yang berbeda. Hal ini
berarti setiap kelompok konsentrasi
memiliki
perbedaan
rata-rata
yang
signifikan terhadap seluruh kelompok
lainnya. Hasil pada Homogeneous Subsets
sesuai dengan hasil yang telah didapat
pada uji Post Hoc Tukey.
Uji
Korelasi
menunjukkan
angka
signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang
berarti terdapat hubungan yang bermakna
antara pemberian ekstrak daun kayu manis
dengan jumlah koloni bakteri Salmonella
Typhi. Besar koefisien korelasi Pearson
yaitu r = -0,912. Tanda negatif
menunjukkan hubungan yang berbanding
terbalik yaitu dengan semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun kayu manis maka
semakin sedikit jumlah koloni bakteri yang
tumbuh, dan sebaliknya. Nilai 0,912
menunjukkan bahwa koefisien korelasinya
sangat kuat (nilai lebih dari 0,5).
Analisis Regresi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana hubungan antara
peningkatan
konsentrasi
dengan
kemampuan
penghambatan
terhadap
koloni. Koefisien korelasi R Square (r2)
sebesar 0,832 menyatakan besarnya
derajat
keeratan
hubungan
antara
konsentrasi ekstrak daun kayu manis
dengan jumlah koloni S. Typhi yaitu
sebesar 83,2%. Hal ini berarti kontribusi
pemberian ekstrak daun kayu manis dalam
menurunkan jumlah koloni bakteri S. Typhi
sebesar 83,2% sedangkan sisanya 16,8%
disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
tidak diteliti (Dahlan, 2004).
Hubungan
antara
perubahan
konsentrasi ekstrak daun kayu manis
dengan pertumbuhan koloni bakteri S.
Typhi dapat dinyatakan dengan rumus Y =
8,652 1,571X. Y adalah jumlah koloni
bakteri S. Typhi sedangkan X adalah
konsentrasi ekstrak daun kayu manis. Hal
ini berarti tanpa pemberian ekstak daun
kayu manis maka jumlah koloni S. Typhi
yang dihasilkan di medium NAP akan
meningkat konstan yaitu 8,652. Dengan
5

Jurnal penelitian

pengaruh ekstrak maka setiap peningkatan


konsentrasi ekstrak daun kayu manis 0.5%
justru menyebabkan penurunan jumlah
koloni bakteri hingga 1,571 koloni bakteri.
PEMBAHASAN
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui efek antimikroba ekstrak daun
kayu manis terhadap S. Typhi secara in
vitro. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode dilusi tabung
(tube dilution test). Dengan metode ini
akan diketahui Kadar Hambat Minimum
(KHM) yang diamati dari tingkat kekeruhan
tabung dilusi dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM) yang dilihat dari pertumbuhan koloni
bakteri pada Nutrient Agar Plate (NAP) <
0,1 % original inoculum. Selain itu dalam
penelitian ini dapat diketahui hubungan
antara konsentrasi ekstrak daun kayu
manis terhadap pertumbuhan bakteri S.
Typhi .
Ekstrak yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah ekstrak daun kayu
manis. Proses pembuatan ekstrak daun
kayu
manis
dalam
penelitian
ini
menggunakan metode Soxhlet dengan
ethanol sebagai pelarut karena ethanol
relatif tidak merusak senyawa kimia aktif
dalam daun kayu manis serta dapat
mengambil bahan-bahan aktif dalam daun
kayu manis dengan efektif (Ozlem et al,
2007). Ekstraksi metode Soxhlet digunakan
karena dengan metode ini, pelarut yang
digunakan (etanol 96%) akan berkurang
secara signifikan dan konsentrasi bahan
aktif akan meningkat sehingga didapatkan
hasil ekstrak yang murni (Ehrman, 1994).
Ekstraksi dilakukan di Laboratorium Teknik
Kimia Politeknik Brawijaya. Sebelum
dilakukan proses ekstraksi, daun kayu
manis dikeringkan dan dihaluskan terlebih
dahulu agar senyawa-senyawa kimia aktif
yang terkandung di dalam daun kayu
manis lebih
mudah
terambil oleh
pelarutnya yaitu ethanol.
Sebelum dimulai penelitian, dilakukan
eksplorasi dengan metode serial terlebih
dahulu untuk mendapatkan konsentrasi
yang digunakan untuk perlakuan. Dari
penelitian eksplorasi dapat diketahui pada
konsentrasi
yang
tidak
didapatkan
pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil
penelitian eksplorasi diketahui bahwa
bakteri S. Typhi tidak lagi tumbuh mulai
pada konsentrasi 3% Dari angka tersebut
dapat ditentukan konsentrasi yang tepat

pada penelitian. Konsentrasi ekstrak yang


digunakan dalam penelitian ini yaitu 1%,
1,5%, 2%, 2,5% dan 3%. Jarak antara
konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah
0,5% karena berdasakan hasil eksplorasi
bakteri tidak tumbuh di NAP pada
konsentrasi 3% dan dibutuhkan minimal 5
konsentrasi untuk melakukan penelitian ini
(Lukito, 1998). Dalam penelitian ini
menggunakan
5
macam
perlakuan
(konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan
3%),
sehingga
pengulangan
yang
dibutuhkan adalah empat kali pengulangan
(Notobroto, 2005).
Pada pengamatan kekeruhan dari uji
dilusi tabung, terlihat bahwa suspensi
antara bakteri dan ekstrak daun kayu
manis berwarna hijau tua keruh sehingga
tidak dapat diketahui secara kualitatif
Kadar Hambat Minimum-nya. Hal ini
karena pengamatan kekeruhan dilakukan
hanya berdasarkan pengamatan visual
peneliti dan ekstrak daun kayu manis
berwarna hijau tua keruh seperti yang
terlihat pada kontrol bahan sehingga tidak
ada perbedaan kekeruhan tabung sebelum
dan sesudah diinkubasi dengan bakteri
selama 24 jam.
Berdasarkan hasil streaking dan
inkubasi selama 18-24 jam, masing-masing
konsentrasi dilusi tabung pada NAP
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 3%
sudah tidak didapatkan pertumbuhan
koloni S. Typhi. Pada konsentrasi 2,5%
masih ditemukan pertumbuhan koloni S.
Typhi seperti yang terlihat pada tabel 5.1.
Dari
pertumbuhan
koloni
tersebut
didapatkan nilai KBM dari ekstrak daun
kayu manis terhadap koloni S. Typhi yakni
pada konsentrasi 3%, di mana tidak
didapatkan adanya pertumbuhan koloni
bakteri sama sekali dan telah memenuhi
syarat KBM yakni <0,1% dari original
inoculum sebesar 310,25 CFU/ml. Dari
hasil pengamatan dan penghitungan
jumlah koloni bakteri terhadap kultur
bakteri pada medium NAP tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penurunan jumlah
koloni bakteri seiring dengan meningkatnya
konsentrasi ekstrak daun kayu manis yang
diberikan. Penurunan pertumbuhan koloni
S. Typhi pada berbagai konsentrasi ekstrak
daun kayu manis menunjukkan perbedaan
yang bermakna.
Hasil penghitungan jumlah koloni S.
Typhi
ini kemudian dianalisis dengan
software SPSS 16. Uji statistik yang
6

Jurnal penelitian

digunakan pada penelitian ini adalah Uji


One-Way ANOVA, Uji Korelasi dan Uji
Regresi.
Hasil
analisis
statistik
menunjukkan bahwa data perubahan
koloni S. Typhi terhadap pemberian ekstrak
daun kayu manis memiliki varian yang
homogen dengan signifikansi 0,079 dan
terdistribusi normal dengan signifikansi
0,264. Dari Uji ANOVA didapatkan nilai
signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti
terdapat perbedaan efek pada pemberian
tiap konsentrasi ekstrak daun kayu manis
antara setiap perlakuan terhadap jumlah
koloni bakteri S. Typhi yang dihasilkan
pada medium NAP . Dari Uji korelasi
didapatkan angka signifikansi 0,000 (p <
0,05) yang berarti terdapat hubungan
bermakna antara pemberian konsentrasi
ekstrak daun kayu manis dengan jumlah
koloni empat isolat bakteri S. Typhi . Besar
koefisien korelasi yaitu R = -0,912. Tanda
negatif menunjukkan hubungan antara
variabel terbalik yaitu semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun kayu manis
maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri
yang tumbuh. Nilai 0,912 menunjukkan
korelasi yang sangat kuat.
Pada uji Regresi didapatkan koefisien
korelasi R Square (r2) sebesar 0,832.
Angka ini menunjukkan besarnya derajat
keeratan hubungan antara konsentrasi
ekstrak daun kayu manis dengan jumlah
koloni S. Typhi yaitu 83,2%. Hal ini berarti
kontribusi pemberian ekstrak daun kayu
manis dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri S. Typhi
sebesar 83,2%
sedangkan sisanya 16,8% disebabkan oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti (Dahlan,
2004).
Hubungan antara perubahan
konsentrasi ekstrak daun kayu manis
dengan pertumbuhan koloni bakteri S.
Typhi dapat dinyatakan dengan rumus Y =
8,652 1,571X
Fakta adanya penurunan jumlah koloni
Salmonella Typhi dalam penelitian ini
diduga karena adanya efek dari senyawasenyawa kimia aktif yang berasal dari
ekstrak daun kayu manis. Daun kayu
manis mengandung zat-zat yang dapat
berperan
sebagai antimikroba
yaitu
saponin dan flavonoida (Towaha, 2008).
Selain itu, daun kayu manis juga
mengandung alkaloids dan polifenol
(Sinaga,
2008).
Senyawa-senyawa
tersebut memiliki sifat antibakteri dengan
mekanisme yang berbeda-beda. Saponin
adalah phytochemical yang berguna, yaitu

antara lain mempunyai aktivitas antifungal


dan antibakteri yang berspektrum luas.
Saponin
mempunyai kerja
merusak
membran
plasma
dari
bakteri
(Hopkins,1995). Selain itu, saponin dapat
bekerja menghambat DNA polimerase
sehingga sintesa asam nukleat bakteri
terganggu (Davidson, 2004).
Senyawa flavonoid juga bersifat
antibakteri yang berkerja menghambat
enzim topoisomerase II pada bakteri serta
berikatan dengan protein bakteri. DNA
gyrase termasuk salah satu dari enzim
kelas topoisomerase II (Melderen, 2002).
DNA gyrase memilin untaian dari DNA,
dengan
menguraikan
untaian
DNA.
Flavonoid dapat membentuk kompleks
dengan dinding sel bakteri. Semakin
lipofilik suatu flavonoid, kemampuannya
dalam merusak dinding sel bakteri semakin
kuat (Cowan,1999).
Alkaloid yang diisolasi dari tanaman
terbukti
memiliki
sifat
antimikroba.
Mekanisme
kerja dari alkaloid
ini
dihubungkan dengan kemampuan mereka
untuk berinterkalasi dengan DNA bakteri
yaitu dengan meletakkan diri di antara
untaian DNA (Cowan, 1999; Naim, 2004).
Sedangkan mekanisme antibakteri yang
dihasilkan oleh polifenol kemungkinan
melalui interaksi yang non spesifik dengan
protein mikroorganisme serta dapat
merusak membran sel bakteri. Polifenol
juga dapat menyebabkan denaturasi
protein bakteri (Venturella, 2000). Polifenol
menghambat pertumbuhan bakteri melalui
inhibitor enzim reaksi dengan grup sulfhidril
atau melalui interaksi non-spesifik dengan
protein (Naim, 2004). Hal tersebut
berakibat pada rusaknya protein sel bakteri
dan komunikasi sel menjadi terganggu.
Sedangkan untuk bahan aktif lain yang
terdapat pada daun kayu manis yaitu
minyak atsiri diduga ditemukan dalam
jumlah sedikit pada hasil uji metode
Soxhlet dengan etanol 96% karena minyak
atsiri akan banyak menguap pada proses
evaporasi etanol (Sudarsono, 1996).
Kelima senyawa kimia aktif yang berada
dalam daun kayu manis tersebut, diduga
memiliki peran penting dalam kemampuan
daun kayu manis sebagai anti bakteri.
Berdasarkan hasil penelitian uji efek
antimikroba ekstrak daun kayu manis
terhadap bakteri S. Typhi secara in vitro
yang telah dilakukan dan dianalisis serta
diperkuat dengan bukti-bukti penelitian lain
7

Jurnal penelitian

yang terkait, maka dapat ditarik beberapa


kesimpulan.
Pertama,
penelitian
ini
memiliki validitas internal yang tinggi
ditandai dengan hubungan sebab akibat
yang kuat berdasarkan analisis data
dengan uji ANOVA. Kedua, penelitian ini
belum
dapat
diaplikasikan
(digeneralisasikan), dengan kata lain
memiliki validitas eksterna yang rendah.
Meskipun ekstrak daun kayu manis
mempunyai efek terhadap bakteri S. Typhi
secara in vitro namun masih diperlukan uji
lebih
lanjut
tentang
farmakokinetik,
farmakodinamik, toksisitas dan efek
ekstrak tersebut pada hewan coba lain dan
clinical trial pada manusia. Selain itu, pola
iklim dan geografis serta metode ekstraksi
yang digunakan mungkin mempengaruhi
kandungan bahan aktif yang didapatkan
sehingga kemungkinan berpengaruh pula
terhadap efek antimikroba ekstrak daun
kayu manis. Oleh karena itu masih
diperlukan penelitian yang lebih luas dari
penelitian ini agar nantinya dapat
diaplikasikan secara klinis pada manusia.
Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai referensi
penelitian lebih lanjut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Ekstrak
daun
kayu
manis
(Cinnamomum burmanni) memiliki
efek antimikroba terhadap Salmonella
Typhi secara in vitro.
2. Kadar Hambat Minimum (KHM) tidak
dapat ditentukan sedangkan Kadar
Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun
kayu manis terhadap Salmonella Typhi
adalah pada konsentrasi 3%.
Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai kadar dan spesifikasi zat-zat
aktif dari daun kayu manis yang
mempunyai efek sebagai antimikroba.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan
rentang konsentrasi yang lebih kecil
dan metode yang dapat digunakan agar
dapat menentukan Kadar Hambat
Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimal (KBM) yang lebih tepat serta
untuk
mendapatkan
persamaan
korelasi regresi yang lebih teliti.
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
efek ekstrak daun kayu manis dalam

menghambat
bakteri
lain
selain
Salmonella Typhi.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai metode penarikan bahan
alam yang dapat menarik bahan aktif
minyak atsiri dalam daun kayu manis
untuk diuji potensi antimikrobanya
terhadap Salmonella Typhi.
5. Diperlukan
penelitian
lanjutan
mengenai efek antimikroba ekstrak
daun kayu manis secara in vivo pada
berbagai hewan coba maupun clinical
trial untuk melihat farmakodinamik,
farmakokinetik dan toksisitas ekstrak
daun kayu manis agar pemanfaatan
ekstrak daun kayu manis
dapat
diaplikasikan ke manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G. F., Butel, Janet S., Morse,
Stephen A. 2001. Jawetz, Melnick, &
Adelbergs Mikrobiologi Kedokteran,
Terjemahan oleh Eddy Mudihardi et
al 2008. EGC, Jakarta, hal. 260-265.
Cowan, MM. 1999. Plant Product as
Antimicrobial
Agents.
Clinical
Microbiology Reviews, Hal 564-582.
http://www.
pubmedcentral.nih.gov/about/copyrig
ht.html. Diakses tanggal 9 Oktober
2008.
Dahlan S. 2004. Seri Statistik: Statisik
untuk Kedokteran dan Kesehatan Uji
Hipotesis dengan Menggunakan
SPSS Program 12 Jam. Jakarta: PT
Arkans.
Davidson, M. W. 2004. Saponin. (Online).
http://micro.magnet.fsu.edu/phytoche
micals/pages/saponin.html. Diakses
tanggal 15 Oktober 2009.
Dzen, S. M.; Roekistiningsih; Sanarto
Santoso.;
Sri Winarsih.
2003.
Bakteriologi
Medik.
Malang:
Bayumedia. Hal: 122-187.
Ehrman T. 1994. Chemical Analysis and
Testing Task Laboratory Analytical
Procedure LAP-010 : Standard
Method for the Determination of
Extractives.
(Online).
(http//:www.behr-labor.com, diakses
tanggal 20 Mei 2010).
Hopkins, W. G. 1995. Introduction to Plant
Physiology, 2th Ed, The University of
Western Ontario, John Wiley and
Sons Inc USA. Hal 27.
Lukito, H. 1998. Rancangan Percobaan,
Suatu
Pengantar.
Malang:
8

Jurnal penelitian

Universitas Negeri Malang. Hal: 2527.


Naim,
Rochman.2004.
Senyawa
Antimikroba dari Tanaman. (Online).
(http://kompas.com/kompascetak/0409/15/sorotan/1265264.htm,
diakses tanggal 2 Desember 2009).
Notobroto
BH.
2005.
Penelitian
Eksperimental
Dalam
Materi
Praktikum Teknik Sampling dan
Perhitungan Besar Sampel Angkatan
III. Lembaga Penelitian Universitas
Airlangga. Surabaya.
Ozlem, Guclu-Ustunda and Giuseppe
Mazza. 2007. Saponin: Properties,
Application, and Processing. Critical
Reviews in Food Science and
Nutrition, vol.47 (3): 231-258.
Rasmilah.
2001.
Thypus.
(Online).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
23456789/3745/1/fkmrasmaliah5.pdf. Diakses tanggal 9
Oktober 2009.
Sinaga, Ernawati. 2008. Jatropa Curcas L.
(Online).
http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_t
anaman_obat/depkes/buku1/1071.pdf. Diakses tanggal 9 Oktober
2009.
Sudarsono. 1996. Tumbuhan Obat, Hasil
Penelitian,
Sifat-sifat,
dan
Penggunaan. Yogyakarta: PPOTUGM.
Towaha, J., Indriati, G. 2008. Multifungsi
Tanaman
Kayu
Manis
(Cinnamomum).
(Online).
http://minyakatsiriindonesia.wordpres
s.com/budidaya-kayu-manis/juniatytowaha-dan-gusti-indriati/.
Diakses
tanggal 1 November 2009.
Triatmodjo,
Pudjarwoto.
Distribusi
Geografis Pola Resistensi Salmonella
terhadap
Khloramfenikol
dan
Antibiotik Pilihan lainnya di daerah
Jakarta dan Palembang. (Online).
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/1
6DistribusiGeografis93.pdf/16Distribu
siGeografis93.html. Diakses tanggal
9 Oktober 2009.
Venturella, VS. Natural Product. In:
Gardner H, 2000. Remington The
Science and Practice of Pharmacy
20th edition. Lippincott Williams and
Wilkins. Philladelphia hal 675-683,
Wulandari, Frisca, Yayan A. I. 2008.
Demam
Tifoid.
(Online).

http://fkunhas.com/l/definisi+thypoid.h
tml. Diakses tanggal 9 Oktober 2009.

Menyetujui
Pembimbing I

Dr.drh.Sri Murwani, MP
NIP. 19630101 198903 2 001

Anda mungkin juga menyukai