TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Persalinan
2.1.1 Definisi
Persalinan dari hasil konsepsi yang terjadi pada usia kehamilan 2836 minggu.
b. Partus aterm
Persalinan dari hasil konsepsi yang berlangsung pada usia kehamilan
37-40 minggu.
c. Partus postmatur
Persalinan dari hasil konsepsi yang berlangsung pada usia kehamilan
42 minggu atau lebih.
2.1.3
Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan normal terdapat beberapa teori antara
lain adalah:
1) Penurunan kadar progesterone
Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesterone
dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga menimbulkan his atau kontraksi.
2) Teori oksitosin
Seiring bertambahnya usia kehamilan kadar oksitosin juga
bertambah sehingga menimbulkan kontraksi otot-otot rahim.
3) Keregangan otot-otot
Pada uterus yang semakin bertambah besar ukurannya terjadi
peregangan otot-otot rahim sehingga menimbulkan kontraksi
4) Teori prostaglandin
Kadar prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, dalam air
ketuban maupun pada darah perifer ibu hamil dapat mengakibatkan
terjadinya kontraksi pada miometrium baik sebelum melahirkan
maupun selama persalinan.
5) Pengaruh janin
Pengaruh janin pada persalinan disebabkan oleh hipofisis dan
kelenjar suprarenal janin yang menimbulkan adanya kontraksi.
6) Teori iritasi mekanik
Teori ini menyatakan bahwa ada penurunan kepala janin masuk ke
pintu atas panggul menekan ganglion serviks dan pleksus
Frakeunhauser sehingga menimbulkan rasa sakit.
2.1.4
degenerasi
hormone
sehingga
estrogen
mengakibatkan
dan
progesterone
penurunan
sehingga
berkurang
Perasaan tidak nyaman akibat tekanan pada panggul yang
menyeluruh sehingga menimbulkan sensasi terus-menerus
Braxton Hicks yang tidak terjadi, yang telah terjadi sejak 6 minggu
kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selam berhari-hari atau
secara intermitten bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan
persalinan sejati. Persalinan palsu dapat sangat nyeri sehingga
wanita mengalami kurang tidur dan kekurangan energy dalam
meghadapinya.
4) Ketuban pecah
Pada kondisi normal ketuban pecah pada persalinan kala I akhir.
5) Bloody show
Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar
lender serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar
pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluran
plak lendir inilah yang disebut sebagai bloody show. Bloody show
merupakan tanda persalinan yang akan terjadi biasnaya dalam 24
hingga 48 jam.
6) Lonjakan energi
Sebagian besar wanita mengalami lonjakan energy kurang lebih 24
jam sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Umumnya ibu
hamil merasa enerjik selama beberapa jam sehingga mereka
bersemangat untuk melakukan berbagai aktivitas.
7) Gangguan saluran cerna
Beberapa wanita dapat mengalami gangguan pencernaan seperti
diare, kesulitan mencerna, mual dan muntah yang diduga
merupakan gejala mejelang persalinan.
2.1.6
Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60%
dan pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya
persalinan, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks
50-100%, kemudian terjadi pembukaan.
Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada
multipara serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan
penipisan.
uterus
yang
bersifat
elastic
menyebabkan
makin
jumlahnya
seiring
dengan
penuaan
plasenta
sehingga
persalinan
Bagian terendah
mempercepat pembukaan
Bagian terendah akan langsung merangsang pleksus Frakeunhuser
akan
langsung
menekan
serviks
sehingga
Ginekoid
Android
Anthropoid
Platipoloid
Ruangan
pelvis
Pintu bawah
panggul
c. Passenger (Janin)
Passanger terdiri dari janin dan plasenta serta selaput ketuban. Dalam
persalinan janin bergerak di sepanjang jalan lahir yang merupakan akibat
interaksi beberapa factor antara lain ukuran kepala janin, presentasi letak
kepala, letak, sikap dan posisi janin.
Tabel 2.3 Kedudukan kepala janin dalam persalinan
Persalinan
Belakang
kepala
Lingkaran melalui
jalan lahir
Suboksipito
bregmatika
Panjang
(cm)
9,5
Lingkaran
(cm)
32
Hipomioklion
Suboksiput
Puncak
Oksipito frontalis
1,5
34
Dahi
Muka
Oksipito mentalis
Submentobregmati
ka
13,5
9,5
35
32
2.1.8
Batang
hidung/os
frontalis
Os mandibularis
Os thyroid
Tahapan persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0
sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga
dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan,
janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari
lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi
apakah terjadi perdarahan post partum (Rohani, 2011).
Tabel 2.4 Periode Persalinan Normal pada Nulipara dan Multipara
Tahap Persalinan
Kala 1 fase laten
Fase aktif
Pembukaan serviks
Kala 2
Kala 3
Nullipara
Kurang dari 20 jam
5 8 jam
Rata-rata 1,2 cm/jam
Kurang dari 2 jam
Kurang dari 30 menit
Multipara
Kurang dari 14 jam
2 5 jam
Rata-rata 1,5 cm/jam
Kurang dari 1 jam
Kurang dari 30 menit
a. Kala I (Pembukaan)
Pada kala ini, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala telah turun memasuki ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang menimbulkan rasa
ingin mengejan. Tekanan pada rektum akibat penurunan kepala tersebut,
menyebabkan ibu ingin mengejan seperti mau buang air besar, dengan
tanda anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perinium meregang. Adanya his yang terpimpin, akan
lahirlah kepala yang diikuti seluruh badan bayi. Kala II pada primi
berlangsung 1 jam dan pada multi jam. Diagnosis kala II ditegakkan
atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah
lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina (crowning).
Tanda dan gejala kala II
Kala III
2. Meletakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial) secara hatihati (untuk mencegah inversion uteri) jika plasenta tidal lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontrksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi,
minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melekukan stimulasi putting
susu.
4. Mengeluarkan plasenta
a) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetaplakukan tekanan dorso-kranial).Jika tali pusat bertambah panjanng,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10cm dari vulva dan lahirkan
plasenta.
b) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudaian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah di
sediakan.
c) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakuakan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
d. Kala IV (Observasi)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah
untuk
fleksi kepala
Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lebih lurus
sebagai
hipomioklion
menyebabakan
terjadinya
8) Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan
kembali ketingkat pra perssalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila
tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan, waktu koagulasi berkurang
dan akan mendapat tambahan plasma selama persalinan. Jumlah sel-sel darah
putih meningkat secara progresif selama kala satu persalinan sebesar 500 s/d
15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini teidak
berindikasi adanya infeksi.
Setelah itu turun lagi kembali keadaan semula. Gula darah akan turun
selama persalinan dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang
mengalami penykit atau persalinan lama, hal ini disebsbkan karena kegiatan
uterus dan otot-otot kerangka tubuh. Penggunaan uji laboratorium untuk
penapsian ibu yang menderita diabetes militus akan memberikan hasil yang
tidak tepat dan tidak dapat diandalkan.
9) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus
dan penurunan hormon progestron yang menyababkan keluarnya hormon
oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar kebawah, fundus
uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin kebawah, ssedangkan
uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dan segmen atas rahim,
akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Kerjasama
antara uterus bagian atas dan uterus bagian bawah disebut polaritas.
10) Pembentukan segmen atas dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas
dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat
banyak otot serong dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai
ishmus uteri. Segmen Bawah Rahim (SBR) terbentang diuterus bagian
bawah antara ishmus dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis,
pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
11) Perkembangan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam
keadaan persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada persalinan
abnormal, karena kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi ring akan
tampak sebagai garis atau bats yang menonjol diatas simpisis yang
merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.
12) Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang meengelilingi Ostium Uteri
Internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi
pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena
canalis servikalis membesar dan atas dan membentuk Ostium uteri Externa
(OUE) sebagai ujun dan bentuknya menjadi sempit.
13) Pembukaan OUI dan OUE
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE
karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati
kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR akan tetapi juga
karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada
primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru
ostium eksterna membuka pada saat persalinan terjadi.sedangkan pada
multigravida ostium uteri internum membuka secara bersama-sama pada
saat persalinan terjadi.
14) Bloody show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit
lendir yang bercampur darah, lendir ini berasal dan ekstruksi yang
menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah
berasal dan desidua vera yang lepas.
15) Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini dissebabkan oleh adanya regangan
SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada
uterus, denagn adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi
cairan yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan terbagi
dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi untuk melindungi
selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke
cairan sama dengan tekanan ke uterus sehingga akan timbul generasi fluid
pressure. Bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar,
penekanan
pada
dada
selama
proses
persalinan
protein trace
Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung kencing
menurun
5) Perubahan musculoskeletal
Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago diantara tulang
Fleksibilitas pubis meningkat
Nyeri punggung
maksimal
6) Perubahan sistem gastrointestinal
Inaktif selama persalinan
Proses pencernaan dan pengosongan lambung meningkat
7) Perubahan sistem syaraf
Akibat adanya kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin
sehingga DJJ menurun
8) Perubahan kontraksi dan dorongan otot dinding rahim
Kontraksi uetrus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi
menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi normal muskulus.
Kontraksi ini dikendalikan oleh syaraf intrinsik, tidak sisadari, tidak dapat
diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama kontraksi. Sifat khas
kontraksi adalah rasa sakit
ukuran panjang otot semakin memendek dan demikian seterusnya ssetiap kali
tejadi relaksasi sehingga zona atas semakin menebal dan mencapai bataas
tertentu pada saat zona bawah semakin tipis dan meluas.
Sedangkan zona bawah terdiri dari istmus dan serviks uteri. Pada saat
persalinan istmus uteri disebut sebagai segmen bawah rahim. Zona ini sifatnya
pasif tidak berkontraksi seperti zona atas. Zona baawah menjadi tipis dan
membuka akibat dari sifat pasifdan pengaruh dari kontraksi pada zona atas
sehingga janin dapat melewatiya. Jika zona bawah ikut berkontraksi seperti
zona atas maka tidak dapat terjadi dilatasi/ pembukaan serviks, hal ini dapat
mempersulit proses persalinan.
9) Perubahan uterus
Segmen atas: bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba
uterus.
Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk lingkaran
cincin retraksi fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan
cm.
10) Perubahan ligamentum rotundum
Pada saat kontraksi uterus ligamentum rotundum yang mengandung otototot polos ikut berkontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
Pemendekan ligamentum rotundum dalam persalinan dapat terjadi karena
Fundus uteri pada saat kehamilan bersandar pada tulang belakang, ketika
persalinan berlangsung berpindah kedepan mendesak dinding perut bagian
depan kedepan pada setiap kontraksi. Perubahan ini menjadikan sumbu
Bila pada waktu kontraksi fundus naik keatas maka kontraksi tidak dapat
mendorong anak kebawah.
11) Effacement dan dilatasi serviks
Pengaruh tidak langsung dari kontraksi uterus adaladh terjadinya
effasment dan dilatasi serviks. Effasment merupakan pemendekan /
pandataran ukuran dari panjang kanalis servikalis. Ukuran normal kanalis
servikalis 2-3 cm. Ketika terjadi effasment ukuran panjang kanalis servikalis
menjadi semakin pendek dan akhirnya sampai hilang. Pada pemeriksaan
dalam teraba lubang dengan pingggir yang tipis. Proses effasment diperlancar
dengan adanya pengaturan seperti pada celah endoservik yang mempunyai
efek membuka dan meregang. Pemeriksaan kemajuan persalinan untuk
menilai proses effasment ini dengan presentase. 0% berarti belum terjadi
effasment 100% berarti sudah terfjadi total effisement.Dilatasi adalah
pembesaran ukuran ostium uteri interna (OUI) yang kemudian disusul dengan
pembesaran ukuran ostium uteri eksterna (OUE). Pembesaran ini berada
antara primigravida dan multigravida. Ostium uteri interna sudah sedikit
membuka pada multigarvida. Proses dilatasi ini dibantu/ dipermudah oleh
tekanan hidrostatik cairan amnion. Tekanan hidrostatik cairan amnion terjadi
akibat dari kontraksi uterus.
Kemajuan persalinan pada dilatasi / pembukaan serviks dengan cara
mengukur diameter serviks dalam centimeter 0-10 pada bagian ostiium uteri
ekterna. Ukuran 0 (nol) centimeter bila ostium serviks eksterna tertutup,
diameter 10(sepuluh) centimeter bila dilatasi ostium seerviks eksterna sudah
lengkap.
Pada saat persalinan effasment awal dilatasi tidak sama antar primigravida
dan multigravida. Pada primigravida terjadi effasment 50%-60% pada
pembukaan 1(satu) centimeter sebelum persalinan sebagai akibat dari
kontraksi Braxton-Hicks. Hal ini merupakan proses kematangan serviks
sebagai tanda premonitori persalinan. Kemajuan perubahan serviks selama
persalinan pada umumnya terjadi secara berurutan, kemudian terjadi
kombinasi effasmet dan dilatasi secara bersamaan setelah effasment 50%100%. Tanda persalinan aktiv dengan adanya serviks menjadi keras. Pada
perubahan-perubahan,
dan
pada
kala
ketuban
ikut
merengangkannya sehingga dapat dilalui oleh janin. Pada saat ketuban pecah
perubahan-perubahan pada vagina dan dasar panggul menjadi teregang
sehingga membentuk saluran dengan dinding dinding yang tipis. Hal ini
terutama diakibatkan bagian depan anak. Pada saat kepala sampai pada vulva,
lubang vulva membuka keatas. Apabila diperiksa dari luar terjadi peregangan
pada bagian depan yaitu daerah perineum menjadi menonjol dan tipis, anus
menjadi terbuka. Pada vagina dan dasar panggul terjadi regangan yang kuat,
Tekanan Darah
Tekanan sistolik dan tekanan diastolik mulai kembali ke tingkat sebelum
persalinan.
Nadi
Nadi secara bertahap kembali ke tingkat sebelum melahirkan
Respirasi
Kembali bernapas normal
Pelepasan plasenta
Setelah persalinan kala II dinding uterus mengalami retraksi dan plasenta
tidak dapat mengikuti maka terjadilah pelepasan plasenta dari dinding
uterus pada lapisan nitabuch
Macam-macam pelepasan plasenta adalah :
a. secara Schultze : mulai dari tengah hingga plasenta lahir diikuti
perdarahan
b. Mathews-Duncan : mulai dari tepi terjadi persarahan, kemudian diikuti
plasenta lahir
c. kombinasi keduanya
d. tanda pelepasan plasenta :
- adanya perdarahan
- tali pusat bertambah panjang
- uterus terdorong ke atas
- uterus lebih membulat
Aktivitas Gastrointestinal
Jika tidak terpengaruh obat-obatan, motilitas lambung dan absorbsi
kembali mulai ke aktivitas normal. Wanita mengalami mual dan muntah
selama kala tiga adalah tidak wajar
Berikut ini adalah perubahan fisiologis yang terjadi selama kala IV persalinan
antara lain yaitu:
1. Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi dan
pernapasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien biasanya akan
mengalami sedikit peningkatan tapi masih di bawah 38 C, hal ini
disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik,
maka suhu akan berangsur normal kembali setelah dua jam.
2. Gemetar
Kadang dijumpai pasien pascapersalinan mengalami gemetar, hal ini
normal sepanjang suhu kurang dari 38 C dan tidak dijumpai tanda-tanda
infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah
energi selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis terhadap
penurunan volume intraabdominal serta pergeseran hematologi.
3. Sistem Gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa mual
sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan dapat
mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum ke saluran pernapasan dengan
setengah duduk atau duduk di tempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan
pasien, oleh karena itu hidrasi sangat penting diberikan untuk mencegah
dehidrasi
4. Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan
hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini
disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama
kehamilan,
volume
darah
normal
digunakan
untuk
menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uterus.Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis
yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada
proporsi normal.Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran
bayi.Selama masa ini pasien mengeluarkan banyak sekali urine.Pada
persalinan per vaginam, kehilangan darah sekitar 200-500 ml sedangkan
pada persalinan SC pengeluarannya dua kali lipat. Perubahan terdiri dari
volume darah dan kadar hematokrit.
Setelah persalinan, volume darah pasien relatif akan bertambah.
Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan
dekompensasio kordis pada pasien dengan vitum kardio. Keadaan ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti kondisi awal.
6. Serviks
Perubahan-perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir,
bentuk serviks agak menganga seperti corong.Bentuk ini disebabkan oleh
korpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks berbentuk semacam cincin.
yang terdapat di sekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan
mengeluarkan ASI kedalam sinus yang disebut let down refleks .
Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang
dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis, sehingga akan menambah
kekuatan kontraksi uterus.
2.1.11 Perubahan psikologis selama persalinan
Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun
psikologis. Begitu juga pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu
bersalin wajar terjadi pada setiap orang, namun ia memerlukan bimbingan
dari keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang
terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat
beradaptasi tehadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan
psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.
Perubahan psikologis pada kala I persalinan antara lain adalah :
Perasaan tidak enak.
Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain
menolongnya.
Apkah bayinya normal atau tidak.
Apakah ia sanggup merawat bayinya.
Ibu merasa cemas.
lembab. Demikian juga baju yang basah karena keringat atau air
ketuban perlu diganti dengan yang bersih. Mulut dapat disegarkan
dengan kumur-kumur atau gosok gigi.
2) Posisi
Dalam kehamilan ibu sudah aktif berproses dalam menghadapi
persalinan misalnya ibu sudah senam, latihan jalan-jalan, jongkok,ibu
akan menggunakan posisi tidur senyaman mugkin yang telah dilakukan
selama hamil seperti jongkok, merangkak atau berdiri. Hal ini akan
meningkatkan keinginan merubah posisi pada saat persalinan karena
sudah dilatih pada saat hamil. Hal ini juga merupakan satu upaya untuk
mengatasi kontraksi bila dibanding dengan ibu yang tidak pernah
melatih pada saat hamil. Tempat tidur untuk persalinan diranncang
secara khusus yang dapat diubah-ubah sesuai ddengan kebutuhan Posisi
alternatif yang digunakan dengan persalinan adalah menghindari posisi
terlentang, ibu berusaha untuk menggunakan posisi senyaman mungkin.
3) Kontak fisik
Selama proses persalinan ibu tidak suka dengan bercakap-cakap tetapi
ibu akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Keluarga hendaknya
didorong
untuk
punggungnya,
mau
menyeka
berpegangan
wajahnya
tangan,
dengan
air
menggosok-gosok
dingin
dengan
c)
bernafas.
Percakapan
Seorang ibu dalam masa inpartu membutuhkan waktu untuk bercakapcakap dan ada waktunya untuk diam. Bagi ibu yang sedang dalam
proses persalinan benar, maka kesunyian yang bersikap akrab dan
simpatik sudah pasti disukainya. Pada tahap ini ibu akan merasakan
lelah, setiap kontraksi akan memerlukan konsentrasi penuh dan semua
cadangan emosional dan fisik dikerahkannya, ibu mungkin akan
menutup semua pembicaraan yang tidak perlu dan berkonsentrasi
terhadap kemajuan persalinan. Jika kesunyian dibutuhkan maka
sentuhan dan ekspresi wajah dan orang-orang disekitarnya sangatlah
g)
dibutuhkan
Dorongan semangat
Sebagian besar ibu akan mencapai tahap dimana mereka tidak bisa
melanutkan lagi dan putus asa. Bidan harus berusaha untuk memberi
dorongan semangat kepada ibu selama proses persalinan. Dngan
beberapa kata yang diucapkan secara lembut setelah kontraksi atau
beberapa pujian non verbal pada saat terjadi kontraksi akan sangat
memberi semangat/ dorongan ibu. Ibu yang sudah dibuat merasa
bahwa ia sanggup dan sudah membuatkemajuan persalinan besar,
akan merespon dengan terus berussaha. Bidan berusaha untuk dapat
berkomunikasi dengan memberi respon yang hangat dan antusias,
oleh
periode
ketika
tidurnya
terganggu
oleh
dalam
pengharapannya
mengenai
persalinannya
dan
kesanggupannya
Anjurkan suami atau keluarga
memjiat
punggung
atau
Frekuensi pada
kala I aktif
Tiap 4 jam
Tiap 2 jam
Tiap 30-60 menit
Tiap 30 menit
Tiap 30 menit
Tiap 4 jam*
Tiap 4 jam*
Tiap 4 jam*
dekat pasien
Melakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan
Mempersiapkan rujukan jika terjadi komplikasi
Tabel 2.6 Yang harus diperhatikan selama kala I
Kemajuan
Tanda dan gejala
Persalinan Kontraksi tidak progresif teratur
Kecepatan pembukaan serviks 1
cm/jam
Serviks tidak dipenuhi bagian
bawah janin
Kondisi ibu Denyut nadi meningkat
Keterangan
Curiga kemungkinan
persalinan lama
Kemungkinan dehidrasi
atau kesakitan
Nilai adakah perdarahan
Curiga asupan nutrisi
kurang, beri dekstrosa IV
bila perlu
Kondisi
bayi
2) Asuhan Kala II
Asuhan yang dapat diberikan oleh bidan selama kala II persalinan
sesuai dengan 60 langkah asuhan persalinan normal antara lain
sebagai berikut:
f) Persalinan memanjang
3. Kelengkapan plasenta dan membran saat inspeksi, misalnya bukti
kemungkinan tertinggalnya fragmen plasenta atau selaput ketuban
di dalam uterus
4. Status kandung kemih
5. Ketersediaan orang kedua untuk memantau konsistensi uterus dan
aliran lokia, serta membantu untuk melakukan masase uterus
6. Kemampuan pasangan ibu-bayi untuk memulai proses pemberian
ASI
serviks
selama
persalinan,
misalnya
untuk
Lokasi robekan:
1. Derajat satu: mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit
perineum
2. Derajat dua: mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, dan otot perineum
3. Derajat tiga: mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani
4. Derajat empat: mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot sfingter ani, dan dinding depan
rektum
Penatalaksanaan:
1. Derajat satu: tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik
Kontraksi uterus
Pemantauan kontraksi uterus dilakukan setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu
jam kedua. Pemantauan ini dilakukan bersama dengan
masase fundus uterus secara sirkular.Topangan pada uterus
bawah selama masase mencegah peregangan ligamen
kardinale. Untuk melakukan masase uterus dengan benar,
remas uterus bawah pada abdomen tepat diatas simfisis dan
tahan ditempat dengan satu tangan, sementara tangan yang
lain melakukan masase fundus. Masase fundus yang efektif
mencakup lebih dari lekuk anterior fundus. Seluruh fundus
anterior, lateral, dan posterior harustercapai oleh tangan
seluruhnya.Prosedur ini dilakukan secara cepat dengan
tubuhnya.
Tinggi fundus uteri (TFU)
Evaluasi TFU dilakukan dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan.Umumnya fundus uteri
Kandung kemih
Kandung kemih
Pada kala IV bidan memastikan bahwa kandung kemih
selalu dalam keadaan kosong setiap 15 menit sekali dalam satu
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit dalam satu jam
kedua. Ini sangat penting untuk dilakukan untuk mencegah
beberapa penyulit akibat penuhnya kandung kemih, seperti:
1. Kandung kemih yang penuh akan menyebabkan atonia uterus
dan menyebabkan perubahan posisi uterus
Perineum
Setelah pengkajian derajat robekan; perineum kembali dikaji
dengan melihat adanya edema, memar, dan pembentukan
hematom
yang
dilakukan
bersamaan
saat
mengkaji
ketidaknyamanan
yang
ditimbulkan
dengan
2.1.17
Power
2.1.18
Kontraksi otot rahim
2.1.19otot dinding
Kontraksi
abdomen
2.1.20diafragma
Kontraksi
pelvis
2.1.21
Ketegangan dan
2.1.22
kontraksi
ligamentum
2.1.23
rotundum
Pegetahuan
kurang
2.1.24
Hidup
Penurunan kepala
masuk PAP
2.1.25
Mati
Pengeluaran janin
Luka
Berduka
Nyeri
akut
Risiko
infeksi
Aktivitas
terbatas
Imobilisasi
Peristaltik
Trauma kandung
kemih dan
sekitarnya
Over distensi
Perubahan
eliminasi urin
2.1.28
Pengeluaran plasenta
2.1.29
Kadar E dan P
2.1.31
Hipofis
2.1.32
posterior
Prolaktin
Oksitosin
2.1.34
Produksi
ASI
Uterus
2.1.36
Cntrntion
Payudara bengkak
Kuat
Konstipasi
2.1.37
Ejeksi
ASI
Fase taking
in dan hold
Fase letting
go
Kurang
pengetahuan
Perubahan
peran
Lemah
2.1.38
Involusi
Nyeri
Perubahan psikologis
2.1.33
2.1.35
2.1.39
Perubahan
eliminasi urin
2.1.30
Hipofis
anterior
Kandung
kemih tertekan
Kala I persalinan
TFU
Serviks mjd lunak & datar
Dilatasi serviks
2.1.26
Persalinan2.1.27
normal
Bayi lahir
Passanger
Janin
presentasi, letak,
sikap, posisi,
ukuran
presentasi
Plasenta
Passage
Jalan lahir keras
(tulang pelvis)
Jalan lahir lunak
(otot rahim,
dinding vagina)
Risiko
perdarahan
Risti cairan
ber (-)
2.1.40
2.1.41
2.1.42
2.1.43
2.1.44
2.1.45
2.1.46
2.1.47
2.1.48
2.1.49
2.1.50
2.1.51
2.1.52