Anda di halaman 1dari 52

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Persalinan
2.1.1 Definisi

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin atau hasil konsepsi


yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak
lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin yang
dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi
progresif dari serviks, kelahiran bayi, kelahiran plasenta dan proses

tersebut merupakan proses alamiah (Rohani, 2011).


Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin)
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
secara spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin
yang berlangsung sekitar 18-24 jam dengan letak janin belakang

kepala (Wiknjosastro, 2008)


Persalinan normal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati yang ditandai dengan perubahan progresif
pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007)

2.1.2 Jenis persalinan


1. Persalinan berdasarkan teknik
a. Persalinan spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui
jalan lahir ibu.
b. Persalinan buatan
Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar atau dengan
memberikan rangsangan dari luar (ekstraksi vakum, forceps, dan
section secarea)
2. Persalinan berdasarkan usia kehamilan
a. Partus prematurus

Persalinan dari hasil konsepsi yang terjadi pada usia kehamilan 2836 minggu.
b. Partus aterm
Persalinan dari hasil konsepsi yang berlangsung pada usia kehamilan
37-40 minggu.
c. Partus postmatur
Persalinan dari hasil konsepsi yang berlangsung pada usia kehamilan
42 minggu atau lebih.
2.1.3

Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan normal terdapat beberapa teori antara
lain adalah:
1) Penurunan kadar progesterone
Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar progesterone
dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga menimbulkan his atau kontraksi.
2) Teori oksitosin
Seiring bertambahnya usia kehamilan kadar oksitosin juga
bertambah sehingga menimbulkan kontraksi otot-otot rahim.
3) Keregangan otot-otot
Pada uterus yang semakin bertambah besar ukurannya terjadi
peregangan otot-otot rahim sehingga menimbulkan kontraksi
4) Teori prostaglandin
Kadar prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, dalam air
ketuban maupun pada darah perifer ibu hamil dapat mengakibatkan
terjadinya kontraksi pada miometrium baik sebelum melahirkan
maupun selama persalinan.
5) Pengaruh janin
Pengaruh janin pada persalinan disebabkan oleh hipofisis dan
kelenjar suprarenal janin yang menimbulkan adanya kontraksi.
6) Teori iritasi mekanik
Teori ini menyatakan bahwa ada penurunan kepala janin masuk ke
pintu atas panggul menekan ganglion serviks dan pleksus
Frakeunhauser sehingga menimbulkan rasa sakit.

2.1.4

Faktor penyebab dimulainya persalinan

Beberapa faktor yang menyebabkan dimulainya persalinan antara lain


adalah :
1) Faktor hormonal
Pada satu hingga dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan
hormone estrogen dan progesterone dimana progesterone bekerja
dalam relaksasi otot polos sehingga aliran darah berkurang dan hal
ini mengakibatkan rangsangan terhadap pengeluaran prostaglandin
yang merangsang dikeluarkanya oksitosin yang meyebabkan
terjadinya kontraksi uterus. Faktor bentuk rahim yang semakin
membesar megakibatkan iskemia pada otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi otot-otot plasenta yang berakibat degenerasi.
2) Faktor syaraf
Akibat pembesaran janin dan masuknya janin ke dalam panggul
maka dapat menekan dan menggesek ganglion serviks dan pleksus
frakeunhauser sehingga menimbulkan kontraksi uterus.
3) Faktor plasenta
Seiring bertambahnya usia kehamilan maka plasenta akan
mengalami
produksi

degenerasi
hormone

sehingga

estrogen

mengakibatkan

dan

progesterone

penurunan
sehingga

menyebabkan permulaan persalinan.


4) Faktor nutrisi
Usia kehamilan yan semakin bertambah mengakibatkan plasenta
mulai berdegenerasi sehingga aliran suplai nutrisi dari ibu ke janin
berkurang.
5) Faktor partus
Permulaan persalinan juga dapat ditimbulkan oleh tenaga
kesehatan melalui drip oksitosin dan amniotomi.
2.1.5

Tanda permulaan persalinan


Tanda gejala mejelang persalinan antara lain adalah :
1) Lightening
Lightening dapat dirasakan mulai 2 minggu sebelum persalinan
yakni penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor
(PAP). Pada presentasi sefalik kepala bayi biasanya menancap
(engaged) setelah lightening. Lightening dapat menyebbakan

tinggi fundus uteri menurun ke posisi yang sama dengan posisi


fundus pada usia kehamila 8 bulan. Pada primigravida lightening
terjadi sebelum persalinan, hal ini kemungkinn disebabkan
peningktana intensitas kontraksi Braxton Hicks dan tonus otot
abdomen yang baik. Lightening dapat member kesempatan yang
baik untuk meninjau perencanaan persalinan ibu sekaligus member
petunjuk tentang keadekutan pintu atas panggul. Hal-hal yang
dapat dialami ibu setelah lightening antara lain adalah :
Ibu menjadi sering berkemih karena kandung kemih
tertekan sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi

berkurang
Perasaan tidak nyaman akibat tekanan pada panggul yang
menyeluruh sehingga menimbulkan sensasi terus-menerus

bahwa harus ada sesuatu yang dikeluarkan


Kram pada tungkai yang disebabkan telanaan bagian
presentasi pada syaraf yang menjalar melalui foramen

iskiadikum mayor dan menuju ke tungkai


Peningkatan statis vena yang menghasilka edema dependen
akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor

menghambat aliran darah balik dari ekstremitas bawah


2) Perubahan serviks
Perubahan pada serviks diakibatkan karena peningkatan intensitas
kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi matang selama periode
yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks
mengindikasikan persalinan. Setelah menentukan kematangan
serviks, bida dapat meyakinkan ibu bahwa ibu akan berlanjut ke
proses persalinan begitu muncul kontraksi persalinan, dapat juga
dikaji kemungkina keberhasilan induksi persalinan. Evaluasi
kematangan serviks tergantung pada individu wanita dan
paritasnya.
3) Persalinan palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri
yang member pengaruh pada serviks yang timbul akibat kontraksi

Braxton Hicks yang tidak terjadi, yang telah terjadi sejak 6 minggu
kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selam berhari-hari atau
secara intermitten bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan
persalinan sejati. Persalinan palsu dapat sangat nyeri sehingga
wanita mengalami kurang tidur dan kekurangan energy dalam
meghadapinya.
4) Ketuban pecah
Pada kondisi normal ketuban pecah pada persalinan kala I akhir.
5) Bloody show
Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar
lender serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar
pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluran
plak lendir inilah yang disebut sebagai bloody show. Bloody show
merupakan tanda persalinan yang akan terjadi biasnaya dalam 24
hingga 48 jam.
6) Lonjakan energi
Sebagian besar wanita mengalami lonjakan energy kurang lebih 24
jam sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Umumnya ibu
hamil merasa enerjik selama beberapa jam sehingga mereka
bersemangat untuk melakukan berbagai aktivitas.
7) Gangguan saluran cerna
Beberapa wanita dapat mengalami gangguan pencernaan seperti
diare, kesulitan mencerna, mual dan muntah yang diduga
merupakan gejala mejelang persalinan.
2.1.6

Tanda dan gejala inpartu


Tanda gejala persalinan antara lain adalah :
a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering,
dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal
dari sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada
awal kehamilan, berperan sebagai barier protektif dan menutup

servikal selama kehamilan. Bloody show adalah pengeluaran dari


mukus.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan
membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi
pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai
persalinan secara spontan dalam 24 jam.
d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah
ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks
antara nulipara dan multipara.

Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60%
dan pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya
persalinan, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks
50-100%, kemudian terjadi pembukaan.

Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada
multipara serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan
penipisan.

e. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi


minimal 2 kali dalam 10 menit)
2.1.7

Faktor esesensial persalinan


Dalam persalinan terdapat tiga faktor esensial antara lain adalah:
a. Power (His dan kekuatan mengejan)
Inisiasi his dipicu oleh oksitosin yang dikeluarkan semakin lama
semakin meningkat jumlahnya sejak usia kehamilan 20-23 minggu.
Keregangan

uterus

yang

bersifat

elastic

menyebabkan

makin

meningkatknya jumlah reseptor oksitosin(dominan pada fundus uteri dan


korpus uteri), bertambahnya jumlah gap junction, untuk melakukan
koordinasi his sehingga tercapai kekuatan untuk pembukaan serviks uteri.
Peningkatan jumlah reseptor oksitosin dan gap junction yang dipicu oleh

estrogen yang semakin meningkat, sedangkan progesterone makin


menurun

jumlahnya

seiring

dengan

penuaan

plasenta

sehingga

memberikan peluang semakin besar terhadap rangsangan oksitosin yang


dikeluarkan secara pulsatif. Dengan demikian kontraksi Braxton Hicks
akan semakin meningkat seiring menuanya usia kehamilan. Pada akhirnya
saat janin aterm, pembesaran uterus menjadi maksimal demikian juga
pembentukan reseptor oksitosin dan gap junction mencapai maksimal
sehingga kontraksi Braxton Hicks menjadi his persalinan.
Kontraksi atau his yang semakin kuat menimbulkan peningkatan
tekanan hidrostatik cairan amnion sehingga berperan dalam upaya
meningkatkan pelunakan dan pembukaan serviks sebagai jalan lahir pasif.
Setelah pembukaan lengkap, ketuban akan pecah spontan yang
mempunyai arti klinis antara lain:
Air ketuban bersifat desinfektan sehingga dapat menetralisir atau

membersihkan jalan lahir dari bakteri


Air ketuban melicinkan jalan lahir sehingga mempercepat proses

persalinan
Bagian terendah

mempercepat pembukaan
Bagian terendah akan langsung merangsang pleksus Frakeunhuser

akan

langsung

menekan

serviks

sehingga

yang terletak pada pertemuan kedua ligamentum sakrouterinum


sehingga menimbulkan reflex mengejan sebagai tambahan kekuatan
yang dapat dikendalikn dari luar (koordinasi dengan parturien)
His yang normal untuk persalinan memiliki ciri yaitu:
Kontraksi dimulai dari salah satu kornu uteri
Bersifat fundal dominan dan menjalar ke seluruh otot rahim
Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang
berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehinnga terjadi refleksi
dan pembentukan segmen bawah rahim
b. Passage (Jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari tulang pelvis dan otot pelvis yaitu :
Justo minor yaitu apabila dijumpai ukuran-ukuran diameter panggul
satu sentimeter kurang dari normal pada seluruh ukurannya

Justo mayor yaitu apabila ukuran diameter panjang tulang panggul

seluruhnya normal atau lebih


Panggul sempit absolute jika ukuran diameter konjugata kurang dari
5,5 cm yang dapat disebabkan karena kekurangan vitamin D atau
adanya tonjolan os.sakrum yang meghalangi turunnya bagian terendah

atau kepala janin.


Anatomi jalan lahir adalah :
a. Jalan lahir keras (Pelvis) yang terdiri dari 4 tulang yaitu:
Os.coxae, terdiri dari : os. Illium, os. Ischium, os.pubis
Os.sacrum : promontorium
Os.coccygis
Tulang panggul yang dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi 2
bagian yaitu justo mayor dan justo minor
b. Jalan lahir lunak yang terdiri dari segmen bawah rahim, serviks,
vagina, introitus vagina, dan vagina, muskulus dan ligamentum yang
menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul
Bidang Hodge pada panggul adalah bidang semu sebagai pedoman untuk
menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan kepala
melalui pemeriksaan dalam. Bidang Hodge terdiri dari
Hodge I
Hodge II
Hodge III
Hodge IV

: promontorium pinggir atas simfisis


: hodge I sejajar tepi bawah simfisis
: hodge I sejajar ischiadika
: hodge I sejajar ujung coccygeus

Ukuran ukuran panggul :


Distansia spinarium (24 26 cm)
Distansia cristarium (28 30 cm)
Conjugate externa (18 20 cm)
Lingkar panggul (80-90 cm)
Conjugate diagonalis (12,5 cm)
Panggul memiliki 4 jenis bentuk antara lain yaitu ginekoid, android,
anthropoid dan platipoloid pelvic.
Tabel 2.1 Jenis bentuk panggul

Ginekoid

Android

Anthropoid

Platipoloid

bentuknya agak bulat


sudut sub pubis yang lebar
dinding samping panggul hampir sejajar
spina ischiadika yang lebar
ruang subsakroskiatik yang lebar
bentuknya seperti jantung
sudut sub pubis yang sempit
spina ischiadika yang pendek atau menonjol
ruang subsakroskiatik yang sempit
diameter konjugata yang panjang
sudut sub pubis yang sempit
ruang subsakroskiatik yang luas
diameter konjugata yang sempit
diameter transversalis yang panjang
sudut sub pubis yang lebar

Tabel 2.2 Ukuran ideal pelvis


Pintu atas
panggul

Ruangan
pelvis
Pintu bawah
panggul

Bentuknya bulat, oval atau transversal


Tidak terdapat tonjolan os.sakrum
Diameter transversalis 13 cm
Diameter antero-posterior 12 cm
Sudut pap tidak kurang dari 550
Melengkung dengan dinding kanan/kiri mendatar
Spina ischiadika tidak menonjol
Lengkungan sacrum merata
Panjang ligamentum sakrospinosum minimal 3,5 cm
Lengkung pubis bulat
Sudut sub pubis > 800
Diameter intertuberosum minimal 10 cm

c. Passenger (Janin)
Passanger terdiri dari janin dan plasenta serta selaput ketuban. Dalam
persalinan janin bergerak di sepanjang jalan lahir yang merupakan akibat
interaksi beberapa factor antara lain ukuran kepala janin, presentasi letak
kepala, letak, sikap dan posisi janin.
Tabel 2.3 Kedudukan kepala janin dalam persalinan
Persalinan
Belakang
kepala

Lingkaran melalui
jalan lahir
Suboksipito
bregmatika

Panjang
(cm)
9,5

Lingkaran
(cm)
32

Hipomioklion
Suboksiput

Puncak

Oksipito frontalis

1,5

34

Dahi
Muka

Oksipito mentalis
Submentobregmati
ka

13,5
9,5

35
32

2.1.8

Batang
hidung/os
frontalis
Os mandibularis
Os thyroid

Tahapan persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0

sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga
dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan,
janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari
lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi
apakah terjadi perdarahan post partum (Rohani, 2011).
Tabel 2.4 Periode Persalinan Normal pada Nulipara dan Multipara
Tahap Persalinan
Kala 1 fase laten
Fase aktif
Pembukaan serviks
Kala 2
Kala 3

Nullipara
Kurang dari 20 jam
5 8 jam
Rata-rata 1,2 cm/jam
Kurang dari 2 jam
Kurang dari 30 menit

Multipara
Kurang dari 14 jam
2 5 jam
Rata-rata 1,5 cm/jam
Kurang dari 1 jam
Kurang dari 30 menit

a. Kala I (Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena


serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseranpergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I persalinan
dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2
fase yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten yaitu pembukaan serviks yang berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam
2) Fase aktif yaitu pembukaan serviks dimulai dari 4-10 cm yang
berlangsung selama 6 jam, dibagi dalam 3 subfase yaitu:

a) Periode akselerasi, berlangsung 3 jam, pembukaan menjadi 4 cm


b) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm
c) Periode deselerasi, berlangsung lambat selama 2 jam, pembukaan
menjadi 10 (lengkap)
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve
Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/ jam. Mekanisme pembukaan serviks
berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium
uteri internum akanmembuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar
dan menipis, kemudian ostium internum sudah sedikit terbuka. Ostium
uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks
terjadi dalam waktu yang sama. Kala I telah berkhir apabila pembukaan
serviks telah lengkap pada primigravida kala I berlangsung sekitar 13 jam,
sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 7 jam.
b. Kala II (Pengeluaran)

Pada kala ini, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala telah turun memasuki ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang menimbulkan rasa
ingin mengejan. Tekanan pada rektum akibat penurunan kepala tersebut,
menyebabkan ibu ingin mengejan seperti mau buang air besar, dengan
tanda anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perinium meregang. Adanya his yang terpimpin, akan
lahirlah kepala yang diikuti seluruh badan bayi. Kala II pada primi
berlangsung 1 jam dan pada multi jam. Diagnosis kala II ditegakkan
atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah
lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina (crowning).
Tanda dan gejala kala II

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.


2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vagina.
4) Perineum terlihat menonjol.
5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
c. Kala III (Pengeluaran Plasenta)
Kala III persalinan dimulai stelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban, seluruh proses umumnya berlangsung 5-15 menit
setelah bayi lahir. Dilakukan manajemen aktif kala III yang terdiri dari pemberian
oksitosin, peregangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri. Menurut
depkes RI ( 2008 ) melekukan manajemen aktif kala III meliputi :

1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 - 10 cm dari vulva.

Kala III
2. Meletakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial) secara hatihati (untuk mencegah inversion uteri) jika plasenta tidal lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontrksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi,
minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melekukan stimulasi putting
susu.
4. Mengeluarkan plasenta
a) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetaplakukan tekanan dorso-kranial).Jika tali pusat bertambah panjanng,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10cm dari vulva dan lahirkan
plasenta.
b) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudaian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah di
sediakan.

c) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakuakan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
d. Kala IV (Observasi)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah

proses tersebut. Observasi yang dilakukan pada kala IV meliputi:


a. Kontraksi uterus
b. Perdarahan dari jalan lahir
c. Plasenta dan seaput ketuban lahir lengkap
d. Kandung kemih kosong
e. Luka perineum terawat
f. Bayi dalam keadaan baik
g. Ibu dalam keadaan baik
Asuhan dan pemantauan selama kala IV yaitu:
a. Melakukan rangsangan taktil (pemijatan) pada uterus

untuk

merangsang uterus berkontraksi


b. Mengevaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari tangan secara
melintang antara pusat dan fundus uteri
c. Memperkirakan jumlah perdarahan secara keseluruhan
d. Memeriksa perineum untuk melihat adanya laserasi atau bekas
episiotomy
e. Mengevaluasi kondisi ibu secara umum
2.1.9

Mekanisme persalinan normal


Berikut ini adalah mekanisme persalinan normal pada presentasi
kepala: (Manuaba, 2007)
a. Engangement
Kepala janin terfiksir pada pintu atas panggul. Pada primigravida
terjadi pada usia kehamilan 36 minggu, pda multigravida terjadi
pada saat inpartu. Penyebab kepala engaged adalah adanya
kontraksi Braxton Hicks, ketegangan dinding abdomen dan
ketegangan ligamentum rotundum. Kepala janin dapat terfiksir
dengan oksiput miring kiri, kanan, depan atau belakang.
b. Desensus
Penurunan kepala janin yang disebabkan oleh his saat mulai
inpartu, tekana cairan amnion, tekanan langsung fundus pada
bokong. Bentuk penurunan kepala ada 2 macam yaitu sinklitismus

(sutura sagitalis berhimpitan dengan jalan lahir) dan deep


transverse arrest (timbul akibat kegagalan turunnya kepala dan
putar paksi dalam). Kepala melintasi PAP dapat dalam keadaaan
sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan
bidang pintu atas panggul. Kepala dapat pula masuk ke PAP dalam
keadaan asinklitismus yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan
bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior apabila kepala
janin turun ke PAP dengan mengarah ke promontorium, sedangkan
asinklitismus posterior apabila kepala masuk PAP dengan
menghadap ke arah simfisis.
c. Fleksi
Desensus kepala dengan kekuatan his akan menimbulkan fleksi
kepala sehingga dagu akan menempel pada dada janin. Fleksi ini
disebabkan antara lain karena:
- Persendian leher bersifat kogel sehingga dapat berputar ke
-

segala arah termasuk mengarah ke dada


Letak persendian leher bukan di garis tengah tetapi ke arah
tulang belakang sehingga kekuatan his daapat menimbulkan

fleksi kepala
Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lebih lurus

selama persalinan sehingga dagu lebih menempel ke tulang dada


Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima
tahanan sehingga memaksa kepala janin untuk mengubah
kedudukannya menjadi fleksi untuk mencari lingkaran terkecil

yang akan melalui jalan lahir.


d. Internal rotasi (putar paksi dalam)
Kepala janin berputar sehingga suboksiput(hipomioklion) berada di
bawah simfisis. Pada kondisi normal dengan adaptasi kepala dan
pelvis yang baik, rotasi akan berlangsung seiring dengan penurunan
kepala janin setelah mencapai dasar panggul. Pada kedudukan
oksipito anterior kanan/kiri sudut putarnya 450, melintang sudutnya
900 dan jika kedudukannya di belakang sudut putarnya 1350.
Penyebab terjadinya internal rotasi adalah upaya kepala janin untuk
meyesuaikan dengan jalan lahir dan dibantu oleh faktor:

Kepala janin berbentuk oval sehingga akan mencari lingkaran

terkecil melewati jalan lahir yakni suboksipito bregmatika


Lingkaran ini dapat melewati jalan lahir karena telah terjadi

fleksi terlebih dahulu


Adanya perbedaan panjang jalan lahir depan yang hanya 4,5 cm

dengan panjang jalan lahir belakang 12-12,5 cm


Diafragma pelvis di bagian depan berbentuk V form yang terdiri

dari vagina,urethra, dan anus


Faktor kekuatan his dan mengejan yang menyebabkan
teregangnya perineum dan terbukanya anus dan vagina sehingga

kepala janin harus menyesuaikan diri


e. Ekstensi
Setelah rotasi kepala janin menghadapi persalinan dengan
suboksiput sebagai hipomioklion. Perputaran kepala dengan
suboksiput

sebagai

hipomioklion

menyebabakan

terjadinya

ekstensi. Ekstensi menyebabkan berturut-turut lahirnya oksiput,


ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka dan akhirnya dagu.
Sementara ekstensi menyebabkan kepala lahir badan janin masuk
ke pintu atas panggul
f. Eksternal rotasi (Putar paksi luar)
Badan janin yang telah memasuki pintu atas panggul menyebabkan
leher bebas bergerak sehingga leher berusaha kembali pada posisi
semula yaitu oksiput akan berada sesuai dengan tulang belakang
janin. Perputaran kepla menuju posisinya sehingga oksiput berada
sesuai dengan tulang belakangnya yang disebut putar paksi luar.
g. Ekspulsi
Pada tahap ekspulsi seluruh bagian badan bayi telah lahir.
2.1.10 Adaptasi perubahan fisiologi
a. Perubahan fisiologi Kala I
Sejumlah perubahan-perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama
persalinan, hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang
dapat dilihat secara klinis sehingga dapat secara tepat dan cepat
mengintrepretasikan tanda-tanda, geejala tertentu dan penemuan perubahan
fisik dan laboratorium apakah normal atau tidak selama persalinan kala I.

1) Perubahan tekanan darah


Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10
mmHg. Diantar kontraksi-kontraksi uterus, tekana darah akan turun seperti
seblum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi. Arti penting
dan kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya,
sehingga diperlukan pengukuran diantara kontraksi. Jika seorang ibu dalam
keadaan sangat takut/kawatir, pertimbangkan kemungkinan rasa takutnyalah
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan pre eklamsia, oleh karena itu
diperlukan asuhan yang mendukung yang menimbulkan ibu rileks/santai.
Posisi tidur terlentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan
uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan
sirkulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu, ibu dapaat terjadi
hipotensi dan janin dapat asfiksia. Oleh karena itu posisi tidur ibu selama
persalinan yang terbaik adalah menghindari posisi tidur terlentang. Untuk
memastikan tekanan darah yang benar maka diperlukan pengukuran tekanan
darah diluar kontraksi.
2) Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan
karena oleh kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan
metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut
nadi, pernafasan, kardiak output dan kehilangan cairan.
3) Perubahan suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai
tertinggi selama persalinan dan segera setelah melahirkan. Kenaikan ini
dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 C. Suhu yang naik sedikit
merupakan keadaan yang wajar, namun keadaan ini berlangsung lama,
kenaikan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus
dilakukan antara lain selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena hal ini
bisa merupakan tanda infeksi.
4) Perubahan denyut jantung

Perubahan yang menyolok selama kontraksi dengan kenaikan denyut


jantung, penurunan selama acme sampai satu angka yang lebih rendah dan
angka antara kontraksi. Penurunan yang menyolok selama acme kontraksi
uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang.
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama
periode persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan
kenaikan metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang
sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu dikontrol
secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi.
5) Perubahan pernafasan
Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum perssalinan,
kenaikan ini dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekkhawatiran serta
penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar. Untuk itu diperlukan tindakan
untuk mengendalikan pernafasan (untuk menghindari hiperventilasi) yang
ditandai oleh adanya perasaan pusing.
6) Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardiak
output yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomelurus serta aliran
plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang
mempunyai efek mengurangi aliran urineselama kehamilan. Kandung kencin
harus sering dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat
penurunan bagian terndah janin dan trauma pada kandung kemih serta
menghindari retensi urinesetelah melahirkan. Protein dalam urine (+1) selama
persalinan merupakan hal yang wajar, tetapi protein uri (+2) merupakan hal
yang tidak wajar, keadaan ini lebih sering pada ibu primipara, anemia,
persalinan lama atau pada kasus pre eklamsia.
7) Perubahan gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalina
dan menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu dianjurkan tidak makan terlalu banyak
atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum semuanya untuk
mempertahankan energi dan dehidrasi.

8) Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan
kembali ketingkat pra perssalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila
tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan, waktu koagulasi berkurang
dan akan mendapat tambahan plasma selama persalinan. Jumlah sel-sel darah
putih meningkat secara progresif selama kala satu persalinan sebesar 500 s/d
15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini teidak
berindikasi adanya infeksi.
Setelah itu turun lagi kembali keadaan semula. Gula darah akan turun
selama persalinan dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang
mengalami penykit atau persalinan lama, hal ini disebsbkan karena kegiatan
uterus dan otot-otot kerangka tubuh. Penggunaan uji laboratorium untuk
penapsian ibu yang menderita diabetes militus akan memberikan hasil yang
tidak tepat dan tidak dapat diandalkan.
9) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus
dan penurunan hormon progestron yang menyababkan keluarnya hormon
oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar kebawah, fundus
uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin kebawah, ssedangkan
uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dan segmen atas rahim,
akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Kerjasama
antara uterus bagian atas dan uterus bagian bawah disebut polaritas.
10) Pembentukan segmen atas dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas
dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat
banyak otot serong dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai
ishmus uteri. Segmen Bawah Rahim (SBR) terbentang diuterus bagian
bawah antara ishmus dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis,
pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
11) Perkembangan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam
keadaan persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada persalinan
abnormal, karena kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi ring akan

tampak sebagai garis atau bats yang menonjol diatas simpisis yang
merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.
12) Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang meengelilingi Ostium Uteri
Internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi
pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena
canalis servikalis membesar dan atas dan membentuk Ostium uteri Externa
(OUE) sebagai ujun dan bentuknya menjadi sempit.
13) Pembukaan OUI dan OUE
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE
karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati
kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR akan tetapi juga
karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada
primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru
ostium eksterna membuka pada saat persalinan terjadi.sedangkan pada
multigravida ostium uteri internum membuka secara bersama-sama pada
saat persalinan terjadi.
14) Bloody show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit
lendir yang bercampur darah, lendir ini berasal dan ekstruksi yang
menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah
berasal dan desidua vera yang lepas.
15) Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini dissebabkan oleh adanya regangan
SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada
uterus, denagn adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi
cairan yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan terbagi
dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi untuk melindungi
selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke
cairan sama dengan tekanan ke uterus sehingga akan timbul generasi fluid
pressure. Bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar,

sehingga plasenta akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta


terganggu. Hal ini akan menybabkan fetus kekurangan oksigen.
16) Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala I bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada
tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin yan
menyebabkan kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses kelahiran bayi
b. Perubahan Fisiologis pada Kala II
Pada kala II persalinan perubahan fisiologis yang dapat terjadi antara lain
adalah:
1) Perubahan sistem kardiovaskular
Kontraksi menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlah

darah dalam sirkulasi ibu meningkat


Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat
Saat mengejan cardiac output meningkat 40-50%
Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15 mmHg saat kontraksi
Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi

dengan kadar yang masih adekuat tidak menimbulakan masalah serius.


2) Perubahan sistem respirasi
Respom terhadap perubahan sistem kariovaskuler mengakibatkan

konsumsi oksigen meningkat


Percepatan terhadap surfaktan (fetus labor speeds matiration of
surfaktan)

penekanan

pada

dada

selama

proses

persalinan

membersihkan paru-paru janin dari cairan yang berlebihan


3) Perubahan suhu
Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan kenaikan suhu
Kesimbangan cairan kehilangan cairan meningkat oleh karena
meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi retriksi cairan
4) Perubahan pola berkemih
Ginjal memekatkan urine berat jenis urin meningkat ekskresi

protein trace
Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung kencing

menurun
5) Perubahan musculoskeletal
Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago diantara tulang
Fleksibilitas pubis meningkat
Nyeri punggung

Janin tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi fleksi

maksimal
6) Perubahan sistem gastrointestinal
Inaktif selama persalinan
Proses pencernaan dan pengosongan lambung meningkat
7) Perubahan sistem syaraf
Akibat adanya kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin
sehingga DJJ menurun
8) Perubahan kontraksi dan dorongan otot dinding rahim
Kontraksi uetrus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi
menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi normal muskulus.
Kontraksi ini dikendalikan oleh syaraf intrinsik, tidak sisadari, tidak dapat
diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama kontraksi. Sifat khas
kontraksi adalah rasa sakit

dari fundus merata keseluruh uterus sampai

berlanjut ke punggung bawah. Pada awal persalinan kontraksi uterus terjadi


selama 15-20 detik. Pada saat memasuki fase aktif, kontraksi terjadi selama 4560 detik rata-rata 60 detik. Dalam satu kali kontraksi terjadi 3 fase, yaitu fase
naik, puncak dan turun. Pada saat fase naik lamanya 2 kali fase lainnya.
Pemeriksaan kontraksi uterus meliputi, frekuensi, durasi / lama, intensitas /
kuat lemah. Frekuensi dihitung dari awal timbulnya kontraksi sampai muncul
kontraksi berikutnya. Pada saat memeriksa durasi / lama kontraksi, perlu
diperhatikan bahwa cara pemeriksaan kontraksi uterus dilakukan dengan
palpasi pada perut. Karena bila berpedoman pada rasa sakit yang dirasakan ibu
bersalin saja kurang akurat.
Pada saat awal kontraksi biasanya ibu bersalin belum merasakan
sakit,begitu juga pada saat kontraksi sudah berakhir, ibu bersalin masih
meraskan sakit. Begitu juga dalam menentukan intensitas kontraksi uterus /
kekuatan kontraksi uterus, hasil emeriksaan disimpulkan tidak dapat diambil
dari seberapa reaksi nyeri ibu bersalin pada saat kontraksi. Ambang rasa nyeri
tiap individu berbeda. Pada ibu bersalin yang belum siap menghadapi
persalinan, kurang matang psikologis, tidak mengerti proses persalinan yang ia
hadapi akan bereaksi serius dengan berteriak keras saat kontraksi walaupun

kontraksinya lemah. Sebaliknya ibu bersalin yang sudah siap mengahadapi


persalinan, matang psikologis, mengerti tentang proses persalinan, mempunyao
ketabahan, kesabaran yang kuat, pernah melahirkan, didampingi keluarga dan
didukung oleh penolong persalinan yang profesional.dapat menggunakan
tehnik pernafasan untuk relaksasi, maka selama kontraksi yang kuat tidak akan
berteriak. Intensitas dapat diperiksa dengan cara jari-jari tangan ditekan pada
perut, bisa atau tidak uterus ditekan. Pada kontraksi yang lemah akan mudah
dilakukan, tetapi pada kontraksi yang kuat, hal itu todak mudah dilakukan. Bila
dipantau dengan monitor janin, kontraksi uterus yang paling kuat pada fase
kontraksi puncak tidak akan melabihi 40 mmHg.
Selanjutnya kesimpulan pemeriksaan kontraksi uterus tidak hanya
meliputi, frekuensi, durasi/lama, intensitas/kuat lemah tetapi perlu diperhatikan
juga pengaruh dari ketiga hal tersebut mulai dari kontraksi yang belum teratur
hingga akhir persalinan. Misalnya pada awal persalinan, kontraksi uterus setiap
20-30 menit selama 20-25 detik, intensitas ringan lama-kelamaan menjadi 2-3
menit, lama 60-90 detik, kuat, maka hal ini akan menghasilkan pengeluaran
janin. Bila ibu bersalin mulai berkkontraksi selama 5 mnt selama 50-60 detik
dengan intensitas cukup kuat maka dapat terjadi kontrasi tidak dapat teratur,
frekuensi lebih sering, durasi lebih lama. Terkadang dapat menjadi disfungsi
uterin, yaitu kemajuan proses oersalinan yang meliputi dilatasi servik/
pelebaran serviks, mekanisme penurunan kepala memakan waktu yang lama,
tidak sesuai dengan harapan.
Kontraksi uterus bervariasi pada setiap bagian karena mempunyai pola
gradien. Kontraksi yang kuat mulai dari fundus hingga berangsur-angsur
berkurang dan tidak ada sama sekali kontraksi pada serviks. Hal ini
memberikan efek pada uterus sehingga uterus terbagi menjadi dua zona, yaitu
zona atas zona bawah uterus. Zona atas merupakan zona yang berfungsi
mengeluarkan janin karena merupakan zona yang berkontraksi dan menebal,
dan sifatnya aktif. Zona terbentuk akibat mekanisme kontraksi otot. Pada saat
relaksasi panjang otot tidak bisa kembali keukuran semula, ukuran panjang otot
selama relaksasi panjang otot semakin memendek, dan setiap terjadi relaksasi

ukuran panjang otot semakin memendek dan demikian seterusnya ssetiap kali
tejadi relaksasi sehingga zona atas semakin menebal dan mencapai bataas
tertentu pada saat zona bawah semakin tipis dan meluas.
Sedangkan zona bawah terdiri dari istmus dan serviks uteri. Pada saat
persalinan istmus uteri disebut sebagai segmen bawah rahim. Zona ini sifatnya
pasif tidak berkontraksi seperti zona atas. Zona baawah menjadi tipis dan
membuka akibat dari sifat pasifdan pengaruh dari kontraksi pada zona atas
sehingga janin dapat melewatiya. Jika zona bawah ikut berkontraksi seperti
zona atas maka tidak dapat terjadi dilatasi/ pembukaan serviks, hal ini dapat
mempersulit proses persalinan.
9) Perubahan uterus
Segmen atas: bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba

keras saat kontraksi.


Segmen bawah: terdiri atas uterus dan cerviks, merupakan daerah yang
teregang, bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah

uterus.
Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk lingkaran
cincin retraksi fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan

memebentuk cincin retraksi patologis yang dinamakan cincin bandle.


Bentuk uterus menjadi oval disebabkan adanya pergerakan tubuh janin yang
semula membungkuk menjadi tegap, sehingga uterus bertambah panjan 5-10

cm.
10) Perubahan ligamentum rotundum
Pada saat kontraksi uterus ligamentum rotundum yang mengandung otototot polos ikut berkontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
Pemendekan ligamentum rotundum dalam persalinan dapat terjadi karena

Fundus uteri pada saat kehamilan bersandar pada tulang belakang, ketika
persalinan berlangsung berpindah kedepan mendesak dinding perut bagian
depan kedepan pada setiap kontraksi. Perubahan ini menjadikan sumbu

rahim searah dengan sumbu jalan lahir.


Fundus uteri tertambat karena adanya kontraksi ligamentum rotundum pada
saat kontraksi uterus, hal ini menyebabkan fundus tidak dapat naik ke atas.

Bila pada waktu kontraksi fundus naik keatas maka kontraksi tidak dapat
mendorong anak kebawah.
11) Effacement dan dilatasi serviks
Pengaruh tidak langsung dari kontraksi uterus adaladh terjadinya
effasment dan dilatasi serviks. Effasment merupakan pemendekan /
pandataran ukuran dari panjang kanalis servikalis. Ukuran normal kanalis
servikalis 2-3 cm. Ketika terjadi effasment ukuran panjang kanalis servikalis
menjadi semakin pendek dan akhirnya sampai hilang. Pada pemeriksaan
dalam teraba lubang dengan pingggir yang tipis. Proses effasment diperlancar
dengan adanya pengaturan seperti pada celah endoservik yang mempunyai
efek membuka dan meregang. Pemeriksaan kemajuan persalinan untuk
menilai proses effasment ini dengan presentase. 0% berarti belum terjadi
effasment 100% berarti sudah terfjadi total effisement.Dilatasi adalah
pembesaran ukuran ostium uteri interna (OUI) yang kemudian disusul dengan
pembesaran ukuran ostium uteri eksterna (OUE). Pembesaran ini berada
antara primigravida dan multigravida. Ostium uteri interna sudah sedikit
membuka pada multigarvida. Proses dilatasi ini dibantu/ dipermudah oleh
tekanan hidrostatik cairan amnion. Tekanan hidrostatik cairan amnion terjadi
akibat dari kontraksi uterus.
Kemajuan persalinan pada dilatasi / pembukaan serviks dengan cara
mengukur diameter serviks dalam centimeter 0-10 pada bagian ostiium uteri
ekterna. Ukuran 0 (nol) centimeter bila ostium serviks eksterna tertutup,
diameter 10(sepuluh) centimeter bila dilatasi ostium seerviks eksterna sudah
lengkap.
Pada saat persalinan effasment awal dilatasi tidak sama antar primigravida
dan multigravida. Pada primigravida terjadi effasment 50%-60% pada
pembukaan 1(satu) centimeter sebelum persalinan sebagai akibat dari
kontraksi Braxton-Hicks. Hal ini merupakan proses kematangan serviks
sebagai tanda premonitori persalinan. Kemajuan perubahan serviks selama
persalinan pada umumnya terjadi secara berurutan, kemudian terjadi
kombinasi effasmet dan dilatasi secara bersamaan setelah effasment 50%100%. Tanda persalinan aktiv dengan adanya serviks menjadi keras. Pada

multigravida memasuki persalinan biasanya terjadi dilatasi serviks 1-2


centimeter atau lebih tergantung pada paritas, biasanya tidak terjadi atau
sedikit tejadi effasment. Effasment dan dilatasi merupakan salah satu
indikator seorang ibu masuk persalinan awal atau masih dalam tanda-tanda
persalinan palsu.
12) Station
Station adalah salah satu indikator untuk menilai kemajuan persalinan
yaitu dengan cara menilai keadaan hubungan antara bagian paling bawah
presentasi terhadap garis imajinasi / bayangan setinggi spina iskiadika.
Penilaian station dengan ukuran cm. Station 0(nol) berarti bagian bawah
presentasi setinggi spina iskiadika. Hasil +1,+2,+3,+4, dan +5 berarti
presentasi berada dibawah spina iskhiadika setinggi 1,2,3,4 dan 5 cm di atas
garis imajinasi spina iskhiadika. Hasil -1,-2,-3,-4 dan -5 berarti presentasi
berada diatas 1,2,3,4 dan 5cm di bawah garis imajinasi spina iskhiadika. Perlu
berhati-hati dalam menentukan hasil pemeriksaan stayion karena hasil
pemeriksaan dapat keliru bila terdapat molding atau tulang tengkorak janin
saling menumpuk atau terjadi kaput suksedannium.
Untuk persiapan memberikan asuhan kebidanan, perlu diperhaatikan
riwayat, keadaan fisik dan pelvis atau panggul, umur ibu, riwayat obsterti,
intensitas kontraksi ketika berbaring dibanding ketika berjalan, lokasi nyeri
selama kontraksi, lama persalinan sebelumnya, jarak kehamilan, waktu
kontraksi,frekuensi, ukuran terbesar dan terkecil janin sebelumnya, umur
kehamilan.
Perubahan vagina dan besar panggul bagian atas vagina sejak kehamilan
mengalami

perubahan-perubahan,

dan

pada

kala

ketuban

ikut

merengangkannya sehingga dapat dilalui oleh janin. Pada saat ketuban pecah
perubahan-perubahan pada vagina dan dasar panggul menjadi teregang
sehingga membentuk saluran dengan dinding dinding yang tipis. Hal ini
terutama diakibatkan bagian depan anak. Pada saat kepala sampai pada vulva,
lubang vulva membuka keatas. Apabila diperiksa dari luar terjadi peregangan
pada bagian depan yaitu daerah perineum menjadi menonjol dan tipis, anus
menjadi terbuka. Pada vagina dan dasar panggul terjadi regangan yang kuat,

dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah. Apabila jaringan ini


robek maka menibulkan pendarahan yang banyak.
c. Perubahan Fisiologis pada Kala III
Beberapa perubahan fisiologis normal terjadi selama kala satu dan dua
persalinan, yang berakhir ketika plasenta dikeluarkan, dan tanda-tanda vital
wanita kembali ke tingkat sebelum persalinan selama kala tiga :

Tekanan Darah
Tekanan sistolik dan tekanan diastolik mulai kembali ke tingkat sebelum
persalinan.

Nadi
Nadi secara bertahap kembali ke tingkat sebelum melahirkan

Respirasi
Kembali bernapas normal

Pelepasan plasenta
Setelah persalinan kala II dinding uterus mengalami retraksi dan plasenta
tidak dapat mengikuti maka terjadilah pelepasan plasenta dari dinding
uterus pada lapisan nitabuch
Macam-macam pelepasan plasenta adalah :
a. secara Schultze : mulai dari tengah hingga plasenta lahir diikuti
perdarahan
b. Mathews-Duncan : mulai dari tepi terjadi persarahan, kemudian diikuti
plasenta lahir
c. kombinasi keduanya
d. tanda pelepasan plasenta :
- adanya perdarahan
- tali pusat bertambah panjang
- uterus terdorong ke atas
- uterus lebih membulat

Aktivitas Gastrointestinal
Jika tidak terpengaruh obat-obatan, motilitas lambung dan absorbsi
kembali mulai ke aktivitas normal. Wanita mengalami mual dan muntah
selama kala tiga adalah tidak wajar

d. Perubahan Fisiologis pada Kala IV

Berikut ini adalah perubahan fisiologis yang terjadi selama kala IV persalinan
antara lain yaitu:
1. Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi dan
pernapasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien biasanya akan
mengalami sedikit peningkatan tapi masih di bawah 38 C, hal ini
disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik,
maka suhu akan berangsur normal kembali setelah dua jam.
2. Gemetar
Kadang dijumpai pasien pascapersalinan mengalami gemetar, hal ini
normal sepanjang suhu kurang dari 38 C dan tidak dijumpai tanda-tanda
infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah
energi selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis terhadap
penurunan volume intraabdominal serta pergeseran hematologi.
3. Sistem Gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa mual
sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan dapat
mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum ke saluran pernapasan dengan
setengah duduk atau duduk di tempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan
pasien, oleh karena itu hidrasi sangat penting diberikan untuk mencegah
dehidrasi
4. Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan
hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini
disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama

persalinan.Kondisi ini dapat diringankan dengan selalu mengusahakan


kandung kemih kosong selama persalinan untuk mencegah trauma.Setelah
melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus
berubah posisi dan terjadi atoni.Uterus yang berkontraksi dengan buruk
meningkatkan perdarahan dan nyeri.
5. Sistem Kardiovaskular
Selama

kehamilan,

volume

darah

normal

digunakan

untuk

menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uterus.Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis
yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada
proporsi normal.Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran
bayi.Selama masa ini pasien mengeluarkan banyak sekali urine.Pada
persalinan per vaginam, kehilangan darah sekitar 200-500 ml sedangkan
pada persalinan SC pengeluarannya dua kali lipat. Perubahan terdiri dari
volume darah dan kadar hematokrit.
Setelah persalinan, volume darah pasien relatif akan bertambah.
Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan
dekompensasio kordis pada pasien dengan vitum kardio. Keadaan ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti kondisi awal.
6. Serviks
Perubahan-perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir,
bentuk serviks agak menganga seperti corong.Bentuk ini disebabkan oleh
korpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks berbentuk semacam cincin.

Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh


darah.Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan
kecil. Karena robekan kecil terjadi selama berdilatasi, maka serviks tidak
akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan
menutup secara perlahan dan bertahan. Setelah bayi lahir tangan bisa masuk
ke dalam rongga rahim, setelah dua jam hanya dapat memasuki dua atau
tiga jari.
7. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.Pada hari ke-5
pasca melahirkan, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur dibandingkan keadaan sebelum hamil.
8. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah tiga
minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara
labia menjadi lebih menonjol.
9. Pengeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesteron, dan Human
Plasenta Lactogen Hormon setelah plasenta lahir, prolaktin dapat berfungsi
membentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai
duktus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan
refleks yang dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis sehingga mioepitel

yang terdapat di sekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan
mengeluarkan ASI kedalam sinus yang disebut let down refleks .
Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang
dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis, sehingga akan menambah
kekuatan kontraksi uterus.
2.1.11 Perubahan psikologis selama persalinan
Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun
psikologis. Begitu juga pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu
bersalin wajar terjadi pada setiap orang, namun ia memerlukan bimbingan
dari keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang
terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat
beradaptasi tehadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan
psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.
Perubahan psikologis pada kala I persalinan antara lain adalah :
Perasaan tidak enak.
Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain

apakah persalinan akan berjalan normal.


Menganggap persalinan sebagai cobaan.
Apakah peolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam

menolongnya.
Apkah bayinya normal atau tidak.
Apakah ia sanggup merawat bayinya.
Ibu merasa cemas.

2.1.12 Kebutuhan fisik ibu selama persalinan


1) Kebersihan dan kenyamanan
Ibu dalam inpartu akan merasa sangat panas dan berkeringat oleh
karena itu ibu akan membutuhkan kesempatan untuk mandi atau
bersiram, hal ini dapat dilakukan bila ibu masih memungkinkan untuk
berjalan. Tetapi bagi ibu yang sudah tidak mungkin untuk melakukan,
maka peran bidan dan atau keluarga akan membantunya dengan
menyeka dengan waslap yang dibasahi dengan air dingin pada
muka,leher dan tangan serta bagian kemaluan dibersihkan dengan kapas

lembab. Demikian juga baju yang basah karena keringat atau air
ketuban perlu diganti dengan yang bersih. Mulut dapat disegarkan
dengan kumur-kumur atau gosok gigi.
2) Posisi
Dalam kehamilan ibu sudah aktif berproses dalam menghadapi
persalinan misalnya ibu sudah senam, latihan jalan-jalan, jongkok,ibu
akan menggunakan posisi tidur senyaman mugkin yang telah dilakukan
selama hamil seperti jongkok, merangkak atau berdiri. Hal ini akan
meningkatkan keinginan merubah posisi pada saat persalinan karena
sudah dilatih pada saat hamil. Hal ini juga merupakan satu upaya untuk
mengatasi kontraksi bila dibanding dengan ibu yang tidak pernah
melatih pada saat hamil. Tempat tidur untuk persalinan diranncang
secara khusus yang dapat diubah-ubah sesuai ddengan kebutuhan Posisi
alternatif yang digunakan dengan persalinan adalah menghindari posisi
terlentang, ibu berusaha untuk menggunakan posisi senyaman mungkin.
3) Kontak fisik
Selama proses persalinan ibu tidak suka dengan bercakap-cakap tetapi
ibu akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Keluarga hendaknya
didorong

untuk

punggungnya,

mau

menyeka

berpegangan
wajahnya

tangan,
dengan

air

menggosok-gosok
dingin

dengan

menggunakan waslap atau dengan mendekapnya, atau mengelus-elus


perutnya, memijat kaki atau teknik-teknik lain yang serupa. Bila
memungkinkan dilakukan rangsangan pelepasan oksitoksin dan
kelenjar pituitrin yang akan merangsang kontraksi menjadi semakin
kuat, secara alamiah. Keluarga didorong unutk membantu merubah
posisi tidur ibu. Bidan hendaknya peka akan keinginan pasangan dan
menghormatinya.
4) Pijatan
Ibu yang mengeluh sakit pinggang atau nyeri selama perssalinan
mungkin akan mersakan pijatan akan sangat meringankan keluhan.
Bidan/ keluarga dapat melakukan pijatan melinkar di daerah
lumbosakralis, menekan daerah lutut dengan posisi ibu duduk, atau
megelus-elus didaerah perut.

5) Perawatan kandung kemih


Keinginan untuk berkemih pada ibu inpartu sering terganggu dengan
adanya kontraksi, oleh karena itu pengamatan terhadap kandung kemih
haruslah diperhatikan karena dapat menghambat turunnya bagian
terendah janin dan kontraksi uterus. Setiap 4 jam kandung kemih harus
dikontrol dan diupayakan ibu dapat kencing sendiri dengan dicoba
untuk kencing di pispot dengan disiram dengan air dingin atau
dirangsang dengan membuka kran agar merangsang ibu untuk ingin
kencing.
2.1.13 Kebutuhan psikologi ibu selama persalinan
Perubahan psikologi pada ibu bersalin merupakan hal yang wajar,
hampir semua ibu mengalaminya tergantung kepekaan dari setiap individu.
Meskipun demikian ibu memerlukan bimbingan dari keluarga dan petugas
penolong persalinan, agar ibu dapat menerim keadaan yang terjadi dan
daapat memahami sehingga ibu dapat beradaptasi terhadap perubahan
yang terjadi. Pada ibu bersalin sering merasa cemas, memikirkan hal-hal
yang akan terjadi antara lain persaan sakit, takut menghadapi persalinan,
penolongnya sabar tidak, apakah anaknya cacat. Banyak pikiran yang
menghantui selama persalinan. Hal ini dapat menambah rasa sakit , oleh
karena itu ibu bersalin memerlukan teman/ pendamping selama persalinan.
1) Dukungan persalinan
a) Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu ibu
dan pasangannya untuk cepat merasa nyaman, namun sikap para staf
sangatlah penting di banding dengan kondisi fisik ruangan. Ruang
persalinan perlu dilengkapi dengan meubeler sedemikian rupa
sehingga keadaan darurat dapat ditangani dengan cepat dan efisien,
oleh karena itu efek klinis tidak dapat dikesampingkan. Demikian juga
walpaper dan gorden berwarna sejuk serta penggunaan tirai untuk
menutup peralatan persalinan akan mengurangi keangkeran ruangan.
Penerangan yang efisien, mudah dipindah-pindah, ibu bersalin senang

dengan penerangan redup. Diupayakan agar keluarga yang masuk


b)

kedalam ruang bersalin dibatasi untuk menjaga kebersihan.


Teman yang mendukung
Seorang teman yang mendukung merupakan sumber kekuatan yang
besar dan memberikan kesinambungan dukungan diman teman yang
mendukung tersebut tidak bisa digantikan oleh siapapun. Bidan yang
juga berarti bersama wanita, ia harus berusaha untuk menjadi teman
yang mendukung, bekerja dengan wanita tersebut bersama keluarga.
Bidan diharapkan terampil dan peka serta berfungsi untuk
mengembangkan hunbungan dengana wanita asuhannya dan keluarga,

c)

hubungan tersebut bersifat teraupetik.


Mobilitas
Diusahakan ibu didorong untuk tetap tegar dan begerak, persalinan
akan berjalan lebih cepat dan ibu akan merasa dapat menguasai
keadaan, terutama jka ibu didorong untuk berusaha berjalan bila
kemungkinan dan berusaha merubah merubah posisi tidur (miring

kekiri, jongkok atau merangkak).


d) Memberi informasi
Ibu dan keluarga harus diberi informasi selaengkapnya tentang
kemajuan persalinan dan semua perkembangannya selama proses
persalinan. Setiap tindakan atau intervensi yang akan dilakukan haarus
diantisipasi dan dijelaskan. Ibu harus dilibatkan dalam pengambilan
keputusan klinis.
e) Teknik relaksasi
Diharapkan ibu pernah mendapatkan penyuluhan tentang tehnik
relaksasi pada saat ANC, bila ibu belum pernah maka harus diajarkan
tehnik relaksasi, penyuluhan itu diberikan pada saat ANC dengan
penyuluhan pada saat inpartu harus sama supaya ibu tidak bingung.
Bidan harus mengingatkan tentang tehnik relaksasi terutama tehnik
f)

bernafas.
Percakapan
Seorang ibu dalam masa inpartu membutuhkan waktu untuk bercakapcakap dan ada waktunya untuk diam. Bagi ibu yang sedang dalam
proses persalinan benar, maka kesunyian yang bersikap akrab dan

simpatik sudah pasti disukainya. Pada tahap ini ibu akan merasakan
lelah, setiap kontraksi akan memerlukan konsentrasi penuh dan semua
cadangan emosional dan fisik dikerahkannya, ibu mungkin akan
menutup semua pembicaraan yang tidak perlu dan berkonsentrasi
terhadap kemajuan persalinan. Jika kesunyian dibutuhkan maka
sentuhan dan ekspresi wajah dan orang-orang disekitarnya sangatlah
g)

dibutuhkan
Dorongan semangat
Sebagian besar ibu akan mencapai tahap dimana mereka tidak bisa
melanutkan lagi dan putus asa. Bidan harus berusaha untuk memberi
dorongan semangat kepada ibu selama proses persalinan. Dngan
beberapa kata yang diucapkan secara lembut setelah kontraksi atau
beberapa pujian non verbal pada saat terjadi kontraksi akan sangat
memberi semangat/ dorongan ibu. Ibu yang sudah dibuat merasa
bahwa ia sanggup dan sudah membuatkemajuan persalinan besar,
akan merespon dengan terus berussaha. Bidan berusaha untuk dapat
berkomunikasi dengan memberi respon yang hangat dan antusias,

maka persalinan akan berhasil maju.


2) Pengurangan rasa sakit
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa sakit
a) Rasa takut dan cemas
Rasa takut dan cemas akan meningkatkan respon seseorang terhadap
rasa sakit. Rasa takut kepada sesuatu yang tidak diketahui, rasa takut
terhadap kesendirian dalam mengatasi suatu pengalaman seperti
peersalinan dan rasa takut akan kegagalan dalam mengatasi rasa
cemas akan menambah kecemasan. Pengalaman terdahulu jauga akan
b)

menambah kecemasan ini.


Kepribadian
kepribadian memainkan peranan dan wanita secara almiah tegang dan
cemas akan lebih lemah dalam menghadapi strees dibanding wanita

yang rileks dan percaya diri.


c) Kelelahan
Wanita yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin
didajului

oleh

periode

ketika

tidurnya

terganggu

oleh

ketidaknyamanan dan akhir kehamilanya akan kurang mampu dalam


mentolerir rasa sakitnya.
d) Budaya dan sosial
Faktor budaya dan faktor sosial juga memainkan peran. Beberapa
budaya mengharapkan stoitisme (saabar dan membiarkannya), sedang
budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan,
persepsi terhadap rasa sakit bisa saja berubah jika wanita tersebut
telah mengalami nyeri dan penderitaan sebelumnya.
e) Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang
realistis

dalam

pengharapannya

mengenai

persalinannya

dan

mengenai responnya yang mungkin terhadap hal itu barangkali wanita


yang paling baik terlengkapi, selama ia masih merasa percaya diri
bahwa dia akan mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan
dan dijamin bahwa ia akan memperoleh analgesia yang sesuai.
2.1.14 Asuhan bidan selama persalinan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan pada ibu bersalin
selama kala I sampai kala IV antara lain adalah : (Depkes, 2013)
1) Asuhan Kala I
Memberi dukungan dan dengarkan keluhan ibu
Jika ibu tampak gelisah/kesakitan:
- Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di
-

tempat tidur sarankan untuk miring kiri.


Biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai

kesanggupannya
Anjurkan suami atau keluarga

memjiat

punggung

atau

membasuh muka ibu


Mengajari teknik bernapas
Menjaga privasi ibu. Menggunakan tirai penutup dan tidak

menghadirkan orang lain tanpa seizin ibu.


Mengizinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya

setelah buang air kecil/besar


Menjaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25 0C dan semua pintu

serta jendela harus tertutup.


Memberi minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

Menyarankan ibu berkemih sesering mungkin.


Memantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan
partograf.
Tabel 2.5 Penilaian dan intervensi selama kala I
Frekuensi pada
kala I laten
Tekanan darah
Tiap 4 jam
Suhu
Tiap 4 jam
Nadi
Tiap 30-60 menit
Denyut jantung janin Tiap 1 jam
Kontraksi
Tiap 1 jam
Pembukaan serviks
Tiap 4 jam*
Penurunan kepala
Tiap 4 jam*
Warna cairan amnion Tiap 4 jam*
Parameter

Frekuensi pada
kala I aktif
Tiap 4 jam
Tiap 2 jam
Tiap 30-60 menit
Tiap 30 menit
Tiap 30 menit
Tiap 4 jam*
Tiap 4 jam*
Tiap 4 jam*

*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam

Melakukan pemasangan infuse intravena untuk pasien dengan

kondisi sebagai berikut:


- Kehamilan lebih dari 5
- Hemoglobin 9 g/dl atau hematokrit 27%
- Riwayat gangguan perdarahan
- Sungsang
- Kehamilan ganda
- Hipertensi
- Persalinan lama
Mengisi dan meletakkan partograf di samping tempat tidur atau di

dekat pasien
Melakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan
Mempersiapkan rujukan jika terjadi komplikasi
Tabel 2.6 Yang harus diperhatikan selama kala I

Kemajuan
Tanda dan gejala
Persalinan Kontraksi tidak progresif teratur
Kecepatan pembukaan serviks 1
cm/jam
Serviks tidak dipenuhi bagian
bawah janin
Kondisi ibu Denyut nadi meningkat

Tekanan darah turun


Terdapat aseton urin

Keterangan
Curiga kemungkinan
persalinan lama

Kemungkinan dehidrasi
atau kesakitan
Nilai adakah perdarahan
Curiga asupan nutrisi
kurang, beri dekstrosa IV
bila perlu

Kondisi
bayi

Denyut jantung <100 atau >180


kali/meit
Posisi selain oksiput anterior
dengan fleksi sempurna

Curiga kemungkinan gawat


janin dan kemungkinan
malposisi/malpresentasi

2) Asuhan Kala II
Asuhan yang dapat diberikan oleh bidan selama kala II persalinan
sesuai dengan 60 langkah asuhan persalinan normal antara lain
sebagai berikut:

3) Asuhan Kala III


Pada kala III persalinan asuhan yang dilakukan oleh bidan adalah
manajemen aktif kala III sebagaimana yang tercantum pada 60
langkah asuhan persalinan normal pada bagian sebelumnya.
4) Asuhan Kala IV
Asuhan yang diberikan pada kala IV antara lain adalah evaluasi,
pemeriksaan dan pematauan yaitu:
a) Evaluasi konsistensi uterus
Tindakan pertama yang dilakukan bidan setelah plasenta lahir
adalah melakukan evaluasi konsistensi uterus sambil melakukan
masase untuk mempertahankan kontraksinya. Pada saat yang sama,
derajat penurunan serviks dan uterus ke dalam vagina dapat dikaji.
Kebanyakan pada uterus sehat dapat melakukan kontraksi sendiri.
Atonia
Apabila bidan menetapkan bahwa uterus yang berelaksasi
merupakan indikasi akan adanya atonia, maka segera lakukan
pengkajian dan penatalaksanaan yang tepat. Kegagalan mengatasi
atonia dapat menyebabkan kematian ibu. Saat pengkajian, faktorfaktor yang perlu untuk dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Konsistensi uterus: uterus harus berkontraksi efektif, teraba padat,
dan keras
2. Hal yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya
relaksasi uterus
a) Riwayat atonia pada persalinan sebelumnya
b) Status pasien sebagai grande multipara
c) Distensi berlebihan pada uterus misalnya pada kehamilan
kembar, polihidramnion, atau makrosomia
d) Induksi persalinan
e) Persalinan presipitatus

f) Persalinan memanjang
3. Kelengkapan plasenta dan membran saat inspeksi, misalnya bukti
kemungkinan tertinggalnya fragmen plasenta atau selaput ketuban
di dalam uterus
4. Status kandung kemih
5. Ketersediaan orang kedua untuk memantau konsistensi uterus dan
aliran lokia, serta membantu untuk melakukan masase uterus
6. Kemampuan pasangan ibu-bayi untuk memulai proses pemberian
ASI

b) Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum


Indikasi pemeriksaan serviks
1. Aliran perdarahan per vagina berwarna merah terang dari
bagian atas tiap laserasi yang diamati, jumlah menetap atau
sedikit setelah kontraksi uterus dipastikan
2. Persalinan cepat atau presipitatus
3. Manipulasi

serviks

selama

persalinan,

misalnya

untuk

mengurangi tepi anterior


4. Dorongan maternal (meneran) sebelum dilatasi maksimal
5. Kelahiran per vagina dengan tindakan, misalnya ekstraksi
vakum atau forsep
6. Kelahiran traumatk, misalnya distosia bahu
Adanya salah satu dari faktor di atas mengindikasikan
kebutuhan untuk pemeriksaan serviks secara spesifik untuk
menentukan langkah perbaikan.Inspeksi serviks tanpa adanya

perdarahan persisten pada persalinan spontan normal tidak perlu


secara rutin dilakukan.
Vagina
Pengkajian kemungkinan robekan atau laserasi pada vagina
dilakukan setelah pemeriksaan robekan pada serviks.Penentuan
derajat laserasi dilakukan pada saat ini untuk menentukan langkah
penjahitan.
Perineum
Berat ringannya robekan perineum terbagi dalam 4 derajat

Lokasi robekan:
1. Derajat satu: mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit
perineum
2. Derajat dua: mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, dan otot perineum
3. Derajat tiga: mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani
4. Derajat empat: mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot sfingter ani, dan dinding depan
rektum
Penatalaksanaan:
1. Derajat satu: tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik

2. Derajat dua: jahit menggunakan teknik yang sesuai dengan


kondisi pasien
3.

Derjat tiga dan empat: penolong APN tidak dibekali


keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau
empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan

c) Pemantauan dan evaluasi lanjutan kala IV


Tanda vital

Tekanan darah dan nadi


Selama satu jam pertama lakukan pemantauan pada
tekanan darah dan nadi setiap 15 menit dan pada satu jam
kedua lakukan setiap 30 menit.

Respirasi dan suhu


Lakukan pemantauan respirasi dan suhu setiap jam selama
dua jam pertama pascapersalinan.

Kontraksi uterus
Pemantauan kontraksi uterus dilakukan setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu
jam kedua. Pemantauan ini dilakukan bersama dengan
masase fundus uterus secara sirkular.Topangan pada uterus
bawah selama masase mencegah peregangan ligamen
kardinale. Untuk melakukan masase uterus dengan benar,
remas uterus bawah pada abdomen tepat diatas simfisis dan
tahan ditempat dengan satu tangan, sementara tangan yang
lain melakukan masase fundus. Masase fundus yang efektif
mencakup lebih dari lekuk anterior fundus. Seluruh fundus
anterior, lateral, dan posterior harustercapai oleh tangan
seluruhnya.Prosedur ini dilakukan secara cepat dengan

sentuhan yang tegas dan lembut. Sewaktu bidan memulai


prosedur ini, jangan lupa jelaskan kepada pasien bahwa
mungkin ini akan sangat menyakitkan namun dengan
penjelasan yang detil mengenai apa tujuan tindakan ini,

pasien biasanya akan paham dan kooperatif.


Jika bidan tidak dapat berada di samping pasien secara
terus-menerus untuk melakukan masase, maka kondisi
pasien saat ini sangat kondusif jika dilibatkan dalam
tindakan. Bimbing cara melakukan masase dari bidan akan
mendorong partisipasi aktif pasien dalam mengatur
perawatan dirinya sendiri dan lebih mengetahui tentang

tubuhnya.
Tinggi fundus uteri (TFU)
Evaluasi TFU dilakukan dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan.Umumnya fundus uteri

setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.


Lokia
Lokia dipantau bersamaan dengan masase uterus. Jika uterus
berkontraksi dengan baik maka aliran lokia tidak akan terlihat
banyak, namun jika saat uterus berkontraksi terlihat lokia yang
keluar lebih banyak maka diperlukan suatu pengkajian lebih
lanjut.

Kandung kemih
Kandung kemih
Pada kala IV bidan memastikan bahwa kandung kemih
selalu dalam keadaan kosong setiap 15 menit sekali dalam satu
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit dalam satu jam
kedua. Ini sangat penting untuk dilakukan untuk mencegah
beberapa penyulit akibat penuhnya kandung kemih, seperti:
1. Kandung kemih yang penuh akan menyebabkan atonia uterus
dan menyebabkan perubahan posisi uterus

2. Urine yang terlalu lama berada dalam kandung kemih akan


berpotensi menyebabkan infeksi saluran kemih
3. Secara psikologis akan menyebabkan kekhawatiran yang
berpengaruh terhadap penerimaan pasien berkaitan dengan
perubahan perannya

Perineum
Setelah pengkajian derajat robekan; perineum kembali dikaji
dengan melihat adanya edema, memar, dan pembentukan
hematom

yang

dilakukan

bersamaan

saat

mengkaji

lokia.Pengkajian ini termasuk juga untuk mengetahui apakah


terjadi hemoroid atau tidak.Jika terjadi, lakukan tindakan untuk
mengurangi

ketidaknyamanan

yang

ditimbulkan

dengan

memberikan kantong es yang ditempelkan di area hemoroid.


Selain itu dapat juga diberikan zat yang bersifat menciutkan,
misalnya witch hazel atau tucks pads, atau sprai dan krim
anestesi, analgesik yang digunakan secara lokal.

2.1.15 Pathway Persalinan Fisiologis


2.1.16
Kehamilan aterm UK 37-42 mgu

Tanda awal persalinan

Kadar estrogen dan progesterone


Oksitosin
Prostaglandin
Distensi uterus
Iritasi mekanik

2.1.17
Power
2.1.18
Kontraksi otot rahim
2.1.19otot dinding
Kontraksi
abdomen
2.1.20diafragma
Kontraksi
pelvis
2.1.21
Ketegangan dan
2.1.22
kontraksi
ligamentum
2.1.23
rotundum

Hipofisis dan suprarenal janin


Perubahan
peran

Pegetahuan
kurang

2.1.24
Hidup

Penurunan kepala
masuk PAP

2.1.25

Pembukan lengkap, doran,


teknus, perjol, vulka (Kala II)

Mati

Pengeluaran janin

Luka

Trauma jalan lahir

Berduka
Nyeri
akut

Risiko
infeksi

Aktivitas
terbatas
Imobilisasi
Peristaltik

Trauma kandung
kemih dan
sekitarnya
Over distensi

Perubahan
eliminasi urin

2.1.28
Pengeluaran plasenta
2.1.29
Kadar E dan P

2.1.31
Hipofis
2.1.32
posterior

Prolaktin

Oksitosin
2.1.34

Produksi
ASI

Uterus
2.1.36
Cntrntion

Payudara bengkak

Kuat

Konstipasi

2.1.37

Ejeksi
ASI

Fase taking
in dan hold

Fase letting
go

Kurang
pengetahuan

Perubahan
peran

Lemah

2.1.38
Involusi

Nyeri

Perubahan psikologis

2.1.33
2.1.35

2.1.39

Perubahan
eliminasi urin

Postpartum (Kala IV)

2.1.30

Hipofis
anterior

Kandung
kemih tertekan

Kala I persalinan
TFU
Serviks mjd lunak & datar
Dilatasi serviks

2.1.26
Persalinan2.1.27
normal

Bayi lahir

Passanger
Janin
presentasi, letak,
sikap, posisi,
ukuran
presentasi
Plasenta

Passage
Jalan lahir keras
(tulang pelvis)
Jalan lahir lunak
(otot rahim,
dinding vagina)

Risiko
perdarahan

Risti cairan
ber (-)

2.1.40
2.1.41
2.1.42
2.1.43
2.1.44
2.1.45
2.1.46
2.1.47
2.1.48
2.1.49
2.1.50
2.1.51
2.1.52

Anda mungkin juga menyukai