Anda di halaman 1dari 14

Lupus eritematosus merupakan gangguan in&amass ksosas jaringan ikat yang muncul

dalam dua bentuk: hspm m- tematosus diskoid yang mengenai kulit saja dan sistemik lupus
eritematosus (SLE) yang menyerang lebih dari sate sistem organ selain kulit serta bersifat fatal,
SLE ditandai oleh remisi dan eksaserbasi yang rekuiea dan saing dijumpai terutama pada musim
semi serta musim panas.
Prognosisnya lebih baik jika penyakit sm ditemukan dan ditangani secara dini dan tetap
buruk pada pasien lupus yang mengalami komplikasi kardiovaskulet; renaL aten neurologi atau
yang menderita pula infeksi bakteri berat
Penyebab
Penyebab pasti SLE masih merupakan misteri, tetapi buj$ yang ada menunjukkan faktorfaktor imunologi, i^j kungan, hormonal dan genetik yang saling terkait. Faktor- faktor ini dapat
meliputi:

stres fisik atau mental


infeksi streptokokus atau virus
pajanan cahaya matahari atau ultraviolet a imunisasi
kehamilan
metabolisme estrogen yang abnormal
terapi dengan obat terjentu, seperti prokainamid(Pn>- nestyl), hidralazin
(Apresoline), antikonvulsan, dan yang lebih jarang, penisilin, obat-obat sulfo,
serta kontrasepsi oral (pil KB)

Patofisiologi.
Autoimunitas dianggap merupakan mekanisme utama yang terlibat pada SLE, Tubuh
menghasilkan antibodi terhadap komponen selnya sendiri, seperti antibodi antinukleus' (ANA;
antimciear antibody) dan selanjutnya timbul penyakit imun yang kompleks, Pasien SLE dapat
menghasil* kan antibodi terhadap banyak macam komponen jaring- yang berbeda, seperti sel
darah merah, sel-sel neutrohl trombosit, dan limfosit, atau terhadap hampir semua o# atau jaringan di
dalam tubuh.
Tanda dan gejala
Awitan SLE bisa akut atau insidius dan tidak menghasilkan pola klinis yang khas. (Lihat Tandatanda sistemik lupw eritematosus )

Meskipun SLE dapat mengenai setiap sistem organ, namun tanda dan gejalanya
berhubungan dengan cedera jaringan dan mflamasi serta nekrosis yang kemudian terjadi sebagai
akibat serangan kompleks imun. Umumnya gejala klinis SLE meliputi:

demam

penurunan berat badan

rasa tidak enak badan (malaise)

keluhan mudah lelah

ruam

poliartraigia

Tanda dan gejala tambahan dapat meliputi:

lesi pada sendi yang serupa dengan artritis rematotd i (meskipun artritis iupus biasanya
tidak erosif)

lesi kulit yang paling sering berupa ruam eritematus di daerah yang terpajan cahaya
(ruam bentuk kupu-kupu yang klasik di daerah hidung dan pipi terdapat pada kurang dari
50% pasien) atau ruam berbentuk papule

TANDA-TANDA LUPUS ERITEMATOSU SISTEMIK


Diagnosis lupus critematosus sistemik nctlii di tegak Un karena penyakit ini kerap kali
menyerupai penyakit Sun; gejalanya mungkin tidak jelas dan sangat bervariasi antara pasien
yang aatu dengan yang lain.
Karena alasan inilah, Atnericttn Rhemnadim Associatiott mengeluarkan daftar kriteria klsaifikirn
SLE yang terutama digunakan untuk keperluan konsistensi data dalam survei epidemiologi.
Biasanya dalam perjalanan penyakit ini terdapat empat atau lebih tanda klinis yang ditemukan
secara bersamaan:

ruam mal&r atau dlskoid

fotosensitivitas

ulserasi oral atau nasofaring

artritis nonerosif (pada dua atau lebih sendi perifer)

pleuritis atau pericarditis proteinuria hebat (lebih dari 0,5 g/hori) atau sedimen seluler

yang berlebihan dalam urine a setangan kejang (seizutes) atau psikosis

anemia nemoiitik, leukopenia, limfopenta, atau trombositopenia

anti dsDNA (arUi-double-siranded dcoxyribo- nucteic acid) atau hasil pemeriksaan antibodi
antifosfolipid yang positif (kenaikan antibodi antikardioliptn, imunoglobulin [Ig] G atau
IgM, hasil tes yang positif untuk antikoagulan lupus, atau tes serologi positif palsu untuk
penyakit sifilis)

titer antibodi antinukleus (ANA) yang abnormal.


dan skuama (yang menyerupai psoriasis), khususnya di bagian tubuh yang terkena cahaya
matahari

vaskulitis (khususnya pada jari-jari) yang mungkin terjadi karena lesi yang bersifat
infark, ulkus tungkai yang nekrotik atau gangren pada jari-jari fenomena Raynaud
(sekitar 20% pasien)

palchy alopecia dan ulkus yang tidak terasa nyeri pada membran mukosa

abnormalitas paru, seperti pleuritis, efusi pleura1 pneu- monitis, hipertensi pulmoner, dan
yang lebih jarang teijadi, perdarahan pulmoner

kelainan jantung, seperti perikarditis, miokarditis, endokarditis, dan aterosklerosis


koroner yang dini hematuria mikroskopik, piuria, dan sedimen urine hematuria
miskroskopik, piuria, dan sedimen urine dengan silinder seluler (ccllular casi) akibat
glome- rulonefritis

yang mungkin berlanjut menjadi gagal ginjal (khususnya bila tidak ditangani dengan
baik)
infeksi saluran kemih yang mungkin disebabkan oleh peningkatan kerentanan pasien
terhadap infeksi

gangguan serangan kejang (seizures) dan disfungsi mental

keterlibatan sistem saraf pusat (SSP), seperti ketidakstabilan emosi, psikosis, dan sindrom
otak organic

sakit kepala, iritabilitas, dan depresi (sering teijadi).

Gejala konstitusional SLE meliputi:

rasa pegal, tidak enak badan, dan mudah lelah

demam dengan derajat rendah (subfebris) atau dengan lonjakan suhu tubuh (spikingfever)
dan menggigil

anoreksia dan penurunan berat badan

pembesaran limfonodus (difiis, lokal, dan tidak nyeri ketika ditekan)

nyeri abdomen

mual, muntah, diare, konstipasi

haid yang tidak teratur atau amenore selama fase aktif ; - SLE

Komplikasi
Komplikasi SLE yahg mungkin terjadi meliputi:
1. infeksi lain yang terjadi secara bersamaan
2. infeksi saluran kemih
3. gagal ginjal
4. osteonekrosis tulang pinggul/pangkal paha akibat akibat penggunaan steroid jangka
panjang.
Diagnosis
Hasil pemeriksaan yang dapat menunjukkan SLE meliputi:
1. hitung darah lengkap dengan hitung jenis yang mungkin memperlihatkan anemia dan
penurunan jumlah sel darah putih
2. jumlah trombosit yang dapat menurun
3. laju endap darah yang sering meninggi
4. elektroforesis serum yang dapat memperlihatkan h iper- garaaglobulinemia.
Hasil pemeriksaan diagnostik lain meliputi:
1. pemeriksaan ANA dan tes sel LE yang menunjukkan hasil positif pada pasien SLE aktif
2. antibodi anti-dsDNA (<anti-double-stranded deoxyri- bonucleic ackf); tes ini paling
spesifik untuk SLE, memiliki korelasi dengan aktivitas penyakit, khususnya bila terjadi
gangguan pada ginjal, dan membantu pemantauan hasil terapi; kadar antibodi ini bisa
rendah atau tidak terdapat pada keadan remisi
3. pemeriksaan urine yang mungkin memperlihatkan keberadaan sel darah merah serta sel

darah putih, silinder serta sedimen urine, dan kehilangan protein yang khas (lebih dari 0,5
g/24 jam)
4. pemeriksaan komplemen serum yang memperlihatkan penurunan kadar komplemen (C3
dan C4); hasil ini menunjukkan penyakit yang aktif
5. foto rontgen toraks yang mungkin menunjukkan pleu- ritis atau pneumonitis lupus*
6. elektrokardiografi yang mungkin memperlihatkan defek hantaran dengan gangguan
jantung atau peri- karditis
7. biopsi ginjal untuk menentukan stadium penyakit dan luas lesi pada ginjal
8. tes antikoagulan lupus dan antikardiolipin yang mungkin positif pada sebagian pasien
(biasanya pasien dengan kecenderungan menderita sindrom antifosfoli- pid pada keadaan
trombosis, abortus, dan trombo- sitopenia).
Penanganan
Penanganan SLE dapat meliputi:
1. pemberian obat antiinflamasi nonsteroid termasuk aspirin untuk mengendalikan gejala
artritis
2. krim topikal kortikosteroid, seperti hidrokortison bute- prat (Acticort) atau triamsinolon
(Aristocort) untuk lesi kulit yang akut #
3. penyuntikan kortikosteroid intralesi atau pemberian obat antimalarial , seperti
hidroksiklorokuin sulfat (plaquenil ) mengatasi lesi kulit yang membandel.
4. kortikostoroid sistemik untuk mengurangi gejala sistemik SLE dan mcnocguh eksaserbasi
akut yang menyeluruh ataupun penyakit serius yang berhubungan deng&u sistem organ
yang penting, seperti pleuritis, perikarditis, notVitis lupus, vaskulitis serta gangguan pada
SSP
5. terapi steroid dosis tinggi dan terapi sitotoksik (seperti siklofostamid [Cytoxon]) untuk
mengatasi glomeru- lonebritis proliferatif yang difus
6. dialisis atau transplantasi ginjal untuk gagal ginjal
7. obat-obat antihipertensi dan modifikasi diet untuk meminimalkan efek lesi pada ginjal.
Pertimbangan khusus
Pengkajian yang cermat, tindakan suportif, dukungan
emosi, dan edukasi pasien semua merupakan bagian penting dalam rencana asuhan keperawatan

bagi pasien SLE.


1. Awasi gejala konstitusional; nyeri atau kaku sendi, kelemahan, demam, rasa mudah lelah,
dan menggigil. Amati kmungkinan dispnea, nyeri dada, dan edema pada ekstremitas.
Catat ukuran, tipe dan lokasi lesi
2. pada kulit Periksa adanya hematuria, periksa apakah kulit kepala mengalami kerontokan
rambut, dan periksa apakah terdapat petekie. perdarahan, ulserasu pucat, dan memar pada
kulit serta membran mukosa.
3. Terapkan diet seimbang. Lesi pada ginjal dapat memerlukan diet rendah protein rendah
garam.
4. Anjurkan pasien banyak istirahat. Jadwalkan tes diagnostik dan tindakan lain untuk
memberi kesempatan istirahat lebih lama. Jelaskan kepada pasien semua tes atau
pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan. Beri tahu pasien bahwa pada awalnya harus
dilakukan beberapa kali pengambilan darah dan kemudian tindakan ini akan dilakukan
secara periodik; semua ini diperlukan untuk memantau perjalanan penyakit.
5. Lakukan kompres panas untuk meredakan rasa nyeri dan kaku sendi. Anjurkan latihan
teratur untuk mempertahankan rentang pergerakan sendi (RPS) penuh dan mencegah
kontraktur. Ajarkan latihan RPS dan teknik meluruskan tubuh (body alignmeni) serta
teknik pos- tural. Atur jadwal fisioterapi dan konseling okupasi jika diperlukan.
6. Jelaskan manfaat yang diharapkan dari pemberian obat-obat yang diresepkan dokter.
Awasi kemungkinan efek samping obat yang merugikan, khususnyh ketika pasien
menggunakan kortikosteroid dosis tinggi.
7. Sarankan pasien yang memakai obat siklofosfamid untuk menjaga hidrasi yang adekuat.
Jika obat ini digunakan, berikan rnesna untuk mencegah sistitis hemo* ragik dan
ondansetron untuk mencegah nausea serta vomitus.
8. Pantau tanda-tanda vital, asupan dan haluaran cairan, berat badan, dan hasil laboratorium.
Cek frekuensi denyut nadi dan awasi kemungkinan ortopnea. Periksa feses dan sekret Gi
untuk menemukan darah,
9. Awasi hipertensi, kenaikan berat badan, dan tanda-tanda gangguan ginjal lainya.
10. Kaji tanda-tanda kerusakan neurologi; perubahan kepribadian, perilaku psikotik atau
paranoid; ptosis atau diplopia. Waspadai kemungkinan serangan kejang. Jika terdapat
fenomena Raynaud, hangatkan dan lindungi kedua belah tangan dan kaki pasien.

11. Berikan saran kosmetik, seperti menganjurkan pemakaian alat makeup yang hipoalergenik
dan rujuk pasien kepada penata rambut yang ahli di bidang kulit kepala.
12. Nasihati pasien untuk menebus resep obat dengan jumlah yang penuh. Ingatkan pasien
agar tidak menggunakan obat-obat mujizat yang dipromosikan dapat mengurangi
gejala artritis.
13. Rujuk pasien kepada Yayasan Lupus dan Artritis jika diperlukan

SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS = SLE


SLE merupakan suatu penyakit autoimun yang kronik dan menyerang multisistem. Di sini
berperan reaksi-rekai imunologik yang menyerang diri sendiri seakan-akan tubuh sendiri
merupakan suatu benda asing, sehingga timbul proses peradangan kronik. Meskipun SLE dapat
menyarang baik pria maupun wanita segala usia dari bayi sampai usia tua, tetapi penyakit ini
terutama menyerang wanita pada usia subur (perbandingan penderita wanita: pria= 7:1). Penyakit
ini ditandai dengan serangan-serangan episodik dan diikuti dengan masa remisi. Serangan dapat
ditandai dengan kambuhnya gejala-gejala yang pernah dialaminya di masa lalu atau mungkin
berupa gejala- gejala yang baru sama sekali
SLE semula digambarkan sebagai suatu gangguan kulit (sekitar tahun 1800) dan diberi nama
lupus karena sifat ruamnya yang seperti kupu-kupu melintasi hidung dan pipi, sehingga
menyerupai warna serigala (lupus dalam bahasa Latin berarti serigala). Lupus diskoid sekarang
merupakan istilah yang diberikan untuk gangguan yang terbatas pada kulit saja.
Pada akhir tahun 1880 diketahui terserangnya sistem sistemik pada SLE, dan orang mulai
mengenal SLE sebagai suatu penyakit yang progresif atau fatal. Sejak dikenalnya proses tes-tes
laboratorium maka diagnosis dapat dilakukan lebih dini dan digunakan steroid untuk pengobatan
(1940 dan 1950), penderita SLE sekarang sudah mempunyai prognosis yang lebih baik. Sekarang
sudah dikenal spektrum penyakit dari yang ringan sampai yang berat.
SISTEMIK LUPUS ERITEMA TOSUS (SLE)

ginjal. DNA tidak selalu antigenik pada manusia, tetapi karena pengaruh SLE pada sistem
imunitas maka ia akan bertindak sebagai antigen. Komplemen, suatu rangkaian protein dalam
serum terikat pada komplek imunitas tersebut dan mulai terjadi proses peradangan. Akibatnya
dapat terjadi peradangan, kerusakan jaringan dan /atau pembentukan jaringan parut.
Nefritis lupus merupakan suatu gambaran SLE yang sering terjadi dan cukup serius. Ini
merupakan penyebab kematian yang paling sering. Keadaan ini secara klinik dapat dikenali
karena adanya protein, se-sel darah merah dan/atau silinder dalam urin. Dapat juga didiagnosis
dengan biopsy ginjal.

SISTEMIK LUPUS
ERITEMA TOSUS (SLE)
Penyakit sistem saraf akibat SLE dapat mempengaruhi sistem saraf sentral atau perifer,
menyebabkan perubahan tingkah laku (depresi, psikosis), kejang, gangguan saraf kranial dan
neuropati perifer. Gangguan-gangguan ini biasanya ada kaitannya dengan penyakit yang parah
dan prognosis yang jelek.
Tidak semua pasien akan mengalami semua gambaran klinik ini. Beberapa pasien menderita
penyakit yang ringan dan mungkin hanya mengalami ruam dan artritis. Sebaliknya beberapa
pasien mengalami penyakit parah yang menyerang beberapa sistem organ penting.
Diagnosis
The American Rheumatism Association telah mengembangkan kriteria untuk diagnosis
sistemik iu~ pus eritematosus. Adanya empat dari kriteria-kriteria ini disertai tes antibodi
antinuklear (ANA) positif memastikan diagnosis (90 persen dapat dipercaya),
Diagnosis
The American Rheumatism Association telah mengembangkan kriteria untuk diagnosis
sistemik lu- pus eritematosus. Adanya empat dari kriteria-kriteria ini disertai tes antibodi
antinuklear (ANA) positif memastikan diagnosis (90 persen dapat dipercaya).
1. Eritema pada wajah
2. Pembentukan tukak pada mulut atau nasofaring
3. Alopesia (rambut rontok)
4. Sensitivitas terhadap cahaya (fotosensitivitas)
5. Lupus diskoid (sejenis lupus yang hanya menyerang kulit)
6. Pleuritis atau perikarditis
7. Fenomena Raynaud
8. Artritis tanpa deformitas
9. Penyakit sistem saraf pusat
10. Sitopenia (anemia hemolitik, leukopenia atau trombositopenia)
11. Tes sel LE positif

12. Tes serologis untuk sifilis kronik positif palsu


13. Proteinuria yang nyata (3,5 gram per hari)
14. Silinder sel (Cochen dan kawan-kawan, 1971)
Penemuan laboratorium
Tes ANA harus positif pada 95-100 persen penderita SLE. Tes ini menyatakan apakah ada
antibodi yang sanggup merusak inti dari sel-sel tubuhnya sendiri, Tes ini juga mempunyai hasil
positif pada penyakit-penyakit autoimun lainnya dan pada sebagian kecil dari penduduk normal
(meningkat dengan bertambahnya usia). Karena itu, tes ANA tidak spesifik untuk SLE. Kadangkadang terjadi anemia, leukopenia dan trombositopenia.
Faktor LE (Lupus eritematosus) ditemukan pada tes yang memperlihatkan sel darah putih
telah memakan inti lain sesudah inkubasi dalam suatu sisteiri tes yang sederhana flihat gambar
682). Faktor ini pada suatu saat dapat diperlihatkan dalam perjalanan penyakit. Meskipun
terlihat pada penyakit-penyakit autoimun lainnya, tetapi keadaan ini sangat cenderung dipikirkan
SLE, terutama bila terdapat gejala- gejala klinik.
Tes SLE yang paling spesifik adalah tes anti DNA karena tes ini jarang positif pada keadaan
lain, tetapi positif pada kebanyakan pasien penderita SLE. Kepositifannya biasanya ada
kaitannya dengan penyakit yang aktif dan terserangnya ginjal, sehingga berguna sebagai
petunjuk terapi. Tes komplemen hemoli- tik juga berguna untuk mengikuti aktivitas peradangan
penderita SLE. Pada reaksi imun, komplemen terikat pada kompleks antiJ>odi-antigen, dan
kadar komplemen bebas dalam serum berkurang, ini merupakan petunjuk peningkatan aktivitas
penyakit.
Urinalisis, termasuk pemeriksaan protein, sel darah putih, sel darah merah dan silinder, dapat
membantu diagnosis maupun penatalaksanaan penyakit ginjal
Pengobatan
PENCEGAHAN
Pasien harus diberi nasehat untuk mempersiapkan tindakan pengaman. Mereka harus
berusaha menghindari matahari, terutama kontak langsung pada waktu matahari sedang bersinar
paling terik. Seorang pasien yang menderita fotosensitivitas bila kontak dengan sinar matahari
dapat mengakibatkan serangan penyakit.

Obat-obatan misalnya difenilhidantoin (Dilan- tin), kontrasepsi, 'sulfa,. isoniazid dan


prokainamid dapat menimbulkan sejenis penyakit SLE, Transfusi yang tidak begitu perlu harus
dicegah, karena kemungkinan reaksi transfusi (Cassidy, 1070).
Pasien yang menderita sistemik lupus eritemato- sus seringkali diganggu oleh masalah
mudah lelah. Karena itu, pasien sedapat mungkin menghindari kelelahan dengan sedapat
mungkin istirahat cukup dan mereka harus dapat mengatur aktivitas mereka sehari- hari.
Kehamilan dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan mungkin berbahaya, terutama bagi
pasien yang menderita penyakit ginjal. Kecuali itu pasien yang minum obat sitotoksik harus
diberitahu akan potensi pengaruh penyakit ini terhadap janin. Metoda keluarga berencana harus
dibicarakan dengan pasien-pasien ini. Cara kontraseptik yang bukan pil keluarga berencana
yang sebaiknya digunakan, karena pil dapat memperburuk keadaan SLE. Kontrasepsi dalam
rahim juga merupakan kontraindikasi relatif bagi pasien yang mendapat prednison karena
potensinya sebagai penyebab infeksi.

PANAS

Panas dapat membantu sekali meringankan mani" festasi SLE pada sendi, lihat Bab 65,
Rheumatoid Artritis untuk tinjauan jenis panas yang sesuai.

PENGOBATAN
Salisiiat

dapat

membantu mengobati

artritis

yang ada

kaitannya

dengan

SLE.

Hidroksiklorokuin (Pla- quenil) digunakan untuk mengobati manifestasi ruam dan sendi. Seperti
rheumatoid artritis, maka harus diadakan tindakan pengaman untuk memonitor ke* racunan obat.
Kortikosteroid (prednison) merupakan agen yang sangat penting dan berguna untuk
mengobati SLE; kortikosteroid merupakan obat utamanya. Tetapi kalau obat ini digunakan untuk
jangka waktu yang lama, maka banyak efek samping yang dapat diakibatkannya. Karena itu
dipergunakan dosis sekecil mungkin. Dosis yang dipergunakan untuk mengobati SLE batasnya
luas tergantung dari aktivitas penyakit dan sistem organ yang terserang. Dosis lebih dari 80 mg
per hari telah digunakan untuk jangka waktu pendek guna mengobati gangguan sistem susunan
saraf atau penyakit ginjal yang membahayakan jiwa pasien. Kalau penyakit tidak aktif lagi, maka

dosis prednison sedikit demi sedikit dikurangi sampai sekecil mungkin. Karena sifat steroid yang
imunosupre- sif, maka kemungkinan infeksi selalu merupakan bahaya yang mengancam.
Terapi imunosupresif (siklofosfamid atau aza tioprin) dapat digunakan dalam usaha untuk
menekan aktivitas autoimun SLE. Terapi seperti ini biasanya dianjurkan dan diberikan
untuk mengatasi keadaan-keadaan berikut; (1) diagnosis yang telah ditegakkan dengan baik,
(2) penyakit yang parah dan mengancam jiwa pasien, (3) kegagalan tindakan terapi lain
(misalnya, kegagalan respon terhadap steroid atau kebutuhan untuk mengurangi steroid
akibat efek sampingnya) dan (4) tidak adanya infeksi, kehamilan dan neoplasma.
SISTEMIK LUPUS ERITEMA TOSUS (SLE)

Implikasi perawatan pasien


Para ahli perawatan kesehatan dapat memberikan pelayanan yang berguna dalam usaha
untuk membantu pasien dan anggota keluarga yang menaruh perhatian untuk memahami
pengaruh SLE atas hidup mereka.
SLE membutuhkan penatalaksanaan medis yang lama, dan pasien-pasien yang mendapatkan
penerangan cukup lebih siap untuk merawat dirinya sendiri. Pasien perlu menyadari bahwa
sesungguhnya mereka dapat melakukan tindakan-tindakan protektif, misalnya: menghindari
cahaya matahari dan jangan sampai terlalu lelah. Pasien dan keluarganya perlu mengerti alasan
minum obat dan apa makna minum obat itu secara konsisten. Penjelasan tentang pengaruh
predni- son sebagai agen yang dapat menekan proses pembentukan kortison oleh adrenal tubuh
perlu sekali diberikan. Pasien harus mengerti bahwa kalau mereka sampai berhenti minum
kortikosteroid, maka kekuatan yang menekan proses penyakit akan berhenti. Kecuali itu, tubuh
tidak mempunyai hormon yang esensial ini, karena produksi hormon tersebut oleh tubuh telah
ditekan.
Pasien perlu sekali mengetahui masalah mana yang harus mereka laporkan pada dokter
mereka. Setiap kekambuhan gejala-gejala yang pernah dialaminya pada serangan sebelumnya
(demam, rasa lelah yang hebat, artritis, rasa sakit pada dada), atau setiap gejala yang baru,
sebaiknya dilaporkan. Efek samping obat seperti feses yang berwarna hitam seperti ter, yang
merupakan tanda adanya perdarahan saluran cerna, sebaiknya juga dilaporkan dengan segera. Pa-

sin harus berusaha secara aktif untuk menghindarkan kemungkinan terkena infeksi dan harus
membcritahu kepada petugas yang memelihara kesehatan pasien
SISTEMIK LUPUS ERITEMA TOSUS (SLE)

bahwa ia telah kontak atau terjadi infeksi. Muntah harus segera dilaporkan, karena berarti bahwa
obat' obatan yang diminum (terutama kortikosteroid) tidak dapat masuk dalam tubuh. Pasien
mungkin harus diberi kortikosteroid secara parenteral.

Seperti penyakit kronik lainnya, maka tenaga ahli pemeliharaan kesehatan dapat membantu
pasien untuk menyesuaikan diri dengan penyakitnya yang baru. Tenaga ahli itu dapat langsung
menunjukkan pada pasien dan keluarganya tentang badan sosial tertentu. Misalnya, mereka yang
bertugas memelihara kelangsungan keluarga dapat ditunjukkan pada badan-badan tertentu yang
menyediakan bantuan dalam menjalankan fungsi pengurus rumah tangga. Badan pembantu
keuangan dapat membantu menangani hilangnya pendapatan, misalnya tekanan ekonomi akibat
biaya pengobatan, perawatan kesehatan maupun transpor. Badan-badan penasehat dapat
membantu pasien dan keluarganya untuk menangani perubahan gaya hidup mereka yang harus
dijalani selama ia menderita penyakit.
Para tenaga ahli perawat kesehatan ikut berperanan dalam usaha mengajar pasien untuk
mengatasi SLB, pengobatan dan efek samping obat-obatnya. Pasien akan merasakan kaitan
dengan orang yang bersangkutan, mempercayakan diri dan merasa diri lebih ngani hilangnya
pendapatan, misalnya teKanan eKo- nomi akibat biaya pengobatan, perawatan kesehatan
maupun transpor. Badan-badan penasehat dapat membantu pasien dan keluarganya untuk
menangani perubahan gaya hidup mereka yang harus dijalani selama ia menderita penyakit.
Para tenaga ahli perawat kesehatan ikut berperanan dalam usaha mengajar pasien untuk
mengatasi SLE, pengobatan dan efek samping obat-obatnya. Pasien akan merasakan kaitan
dengan orang yang bersangkutan, mempercayakan diri dan merasa diri lebih terbiasa. Pikiran
pribadi yang mengganggu perihal penyakit kronik yang diderita dapat diutarakannya dan
perasaan tentang reaksi-reaksi dari keluarganya. Sikap tersebut merupakan pengungkapan
kepercayaan pasien pada tenaga ahli yang merawat kesehatannya. Ini merupakan kesempatan

tenaga ahli tersebut untuk menawarkan tenaganya sebagai seorang ahli dan membatu pasien
mengatasi SLE yang dideritanya. Mereka dapat memberikan bantuan pada pasien dengan
berbagai cara, tetapi mereka harus mengarahkan pasien pada badan penasehat ahli yang dapat
memenuhi kebutuhan pasien yang tak dapat mereka penuhi sendiri. Kalau memang pasien perlu
disalurkan pada badan bantuan tertentu, maka penyaluran tersebut sebelumnya harus
didiskusikan dengan pasien tersebut.

Anda mungkin juga menyukai

  • MUTU RS PRIMA
    MUTU RS PRIMA
    Dokumen32 halaman
    MUTU RS PRIMA
    Zulfan Haris Alvino
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen24 halaman
    Bab Vi
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen2 halaman
    Bab 3
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Contoh Pico Terbaru-Blok Endokrin 2012
    Contoh Pico Terbaru-Blok Endokrin 2012
    Dokumen3 halaman
    Contoh Pico Terbaru-Blok Endokrin 2012
    FerlianaFadli Arulnya Mimi
    100% (1)
  • Proposal Cover
    Proposal Cover
    Dokumen10 halaman
    Proposal Cover
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen12 halaman
    JUDUL
    Noval HiphopNak Metalick
    Belum ada peringkat
  • Cover Luar
    Cover Luar
    Dokumen1 halaman
    Cover Luar
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Buku Profil SIDOARJO 2017 PDF
    Buku Profil SIDOARJO 2017 PDF
    Dokumen264 halaman
    Buku Profil SIDOARJO 2017 PDF
    Saptandia Wulan
    Belum ada peringkat
  • Peng Kaji An
    Peng Kaji An
    Dokumen7 halaman
    Peng Kaji An
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Metode Penelitian
    Bab 4 Metode Penelitian
    Dokumen9 halaman
    Bab 4 Metode Penelitian
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • BENCANA
    BENCANA
    Dokumen5 halaman
    BENCANA
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen2 halaman
    Bab 3
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • RPS JIWA Ners 1901 Matrikulasi
    RPS JIWA Ners 1901 Matrikulasi
    Dokumen5 halaman
    RPS JIWA Ners 1901 Matrikulasi
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • 4014 12527 1 PB PDF
    4014 12527 1 PB PDF
    Dokumen9 halaman
    4014 12527 1 PB PDF
    Della Elvina Roesland
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan 22
    Pembahasan 22
    Dokumen2 halaman
    Pembahasan 22
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Form Sehat Jiwa PDF
    Form Sehat Jiwa PDF
    Dokumen8 halaman
    Form Sehat Jiwa PDF
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 - Pembahasan
    Bab 1 - Pembahasan
    Dokumen103 halaman
    Bab 1 - Pembahasan
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • 8333 27343 1 PB
    8333 27343 1 PB
    Dokumen13 halaman
    8333 27343 1 PB
    Ahmad Bukhari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Simbol
    Daftar Simbol
    Dokumen4 halaman
    Daftar Simbol
    fitri
    Belum ada peringkat
  • Peng Kaji An
    Peng Kaji An
    Dokumen7 halaman
    Peng Kaji An
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Hemodinamik
    Konsep Dasar Hemodinamik
    Dokumen13 halaman
    Konsep Dasar Hemodinamik
    A'ang Siemie
    Belum ada peringkat
  • 96 357 1 PB PDF
    96 357 1 PB PDF
    Dokumen7 halaman
    96 357 1 PB PDF
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Buletin Kespro
    Buletin Kespro
    Dokumen44 halaman
    Buletin Kespro
    dian5christiani5mala
    Belum ada peringkat
  • 623 703 3 PB
    623 703 3 PB
    Dokumen7 halaman
    623 703 3 PB
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • JALAN NAPAS MANAJEMEN
    JALAN NAPAS MANAJEMEN
    Dokumen72 halaman
    JALAN NAPAS MANAJEMEN
    MuhKalenggo
    Belum ada peringkat
  • BAB I Restraint
    BAB I Restraint
    Dokumen2 halaman
    BAB I Restraint
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Mater 6
    Mater 6
    Dokumen4 halaman
    Mater 6
    Arif Rahmaha Bimantara
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Limfoma Maligna
    Asuhan Keperawatan Limfoma Maligna
    Dokumen12 halaman
    Asuhan Keperawatan Limfoma Maligna
    Syuhaila
    Belum ada peringkat
  • EVALUASI SIMKEP RSUD BANYUMAS
    EVALUASI SIMKEP RSUD BANYUMAS
    Dokumen19 halaman
    EVALUASI SIMKEP RSUD BANYUMAS
    Annisaa Puspita Sari
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Hemodinamik
    Konsep Dasar Hemodinamik
    Dokumen13 halaman
    Konsep Dasar Hemodinamik
    A'ang Siemie
    Belum ada peringkat