Anda di halaman 1dari 37

Laporan Keluarga Binaan

Dermatitis Kontak Alergi


Oleh :
Syahri Gunawan

0810312121

Rahmi Ramadhani

0910313211

Leong Chew Wei

0810314290

Preseptor FK UNAND :

dr. Rika Susanti Sp.F

Preseptor Puskesmas:

dr. Inna Rokendry Azwar


dr. Zubaidah
dr. Lindawati

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS ALAI
PADANG
2015

Kata Pengantar
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan laporan keluarga binaan kami yang berada di wilayah kerja Puskesmas Alai.
Kegiatan keluarga binaan ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik
rotasi II pada Puskesmas Alai. Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Rika Susanti Sp.F,
selaku perseptor dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dr. Inna Rokendry Azwar, dr.
Zubaidah dan dr. Lindawati selaku perseptor dari Puskesmas Alai serta semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca sangat di harapkan. Semoga laporan keluarga
binaan ini dapat bermanfaat bagi semua.
Padang, 21 Januari 2015

Penulis

Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I. PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang

I.2.

Tujuan Penulisan

I.3.

Manfaat Penulisan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1.

Pendahuluan

II.2.

Defenisi

II.3.

Epidemiologi

II.4.

Etiologi

II.5.

Patofisiologi

II.6.

Diagnosa

II.7.

Manifestasi Klinis

II.8.

Diagnosa Banding

II.9.

Penatalaksanaan

II.10. Prognosis
II.11. Kesimpulan
BAB III. KELUARGA BINAAN
III.1. Pengenalan Keluarga Binaan
III.2. Identifikasi Permasalahan

III.3. Kesehatan Individu


BAB IV. KEGIATAN PEMBINAAN KELUARGA
IV.1.

Perumusan Masalah

IV.2.

Pemecahan Masalah

BAB V. PENUTUP
V.1.

Kesimpulan

V.2.

Saran

Daftar Pustaka

Daftar Gambar
Gambar 1.

Dermatitis Kontak Alergi pada kedua kaki

Gambar 2.

Diagram permasalahan

Gambar 3.

Sandal jepit yang di pakai pasien

Gambar 4.

Kawasan luar depan rumah pasien

Gambar 5.

Barang-barang yang menumpuk di depan rumah

Gambar 6.

Pencahayaan dan ventilasi rumah pasien

Gambar 7.

Ruang Tamu

Gambar 8.

Sofa yang robek

Gambar 9.

Kamar Pasien

Gambar 10.

WC pasien

Gambar 11.

Dapur

Gambar 12.

Kucing-kucing di dalam rumah

Gambar 13.

Jemuran pakaian pasien

Gambar 14.

Rumah tanpa langit-langit

Gambar 15.

Foto bersama keluarga pasien

Daftar Lampiran
1. Tabel follow up, masalah, assessment, rekomendasi dan solusi
2. Dokumentasi kunjungan ke rumah pasien
3. Kondisi lesi di kaki pasien yang sudah sembuh

BAB I

PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang
Rumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi sebagai tempat

perlindungan untuk memberi keamanan, tempat istirahat, tempat menjalin hubungan antar
anggota keluarga, tempat pengembangan anak, dan sebagainya. Keberadaan rumah yang sehat,
aman, serasi dan teratur sangat di perlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi
dengan baik. Kondisi rumah yang tidak sehat dan disertai dengan perilaku yang tidak sehat dapat
menimbulkan penyakit bagi penghuni rumah. Selain itu beberapa penyakit juga dapat di
sebabkan oleh adanya faktor bawaan seperti penyakit alergi. Salah satunya yang berhubungan
dengan kebersihan rumah adalah alergi terhadap debu. Sedangkan yang berhubungan dengan
kebiasaan salah satunya adalah dermatitis kontak alergi.
Dermatitis kontak merupakan istilah umum pada reaksi inflamasi akut atau kronis dari
suatu zat yang bersentuhan dengan kulit. Ada dua jenis dermatitis kontak. Pertama, dermatitis
kontak iritan (DKI) disebabkan oleh iritasi kimia, dermatitis kontak alergi (DKA) disebabkan
oleh antigen (alergen) dimana memunculkan reaksi hipersensitivitas tipe IV (cell-mediated atau
tipe lambat). Karena DKI bersifat toksik, maka reaksi inflamasi hanya terbatas pada daerah
paparan, batasnya tegas dan tidak pernah menyebar. Sedangkan DKA adalah reaksi imun yang
cenderung melibatkan kulit di sekitarnya (spreading phenomenon) dan bahkan dapat menyebar
di luar area yang terkena. PadaDKAdapat terjadi penyebaran yang menyeluruh.1
Dalam praktek klinis, kedua respon ini (antara iritan dan alergi) mungkin sulit untuk
membedakan. Banyak bahan kimia dapat bertindak baik sebagai iritan maupun alergen. DKA
adalah salah satu masalah dermatologi yang cukup sering, menjengkelkan, dan menghabiskan
biaya. Perlu dicatat bahwa 80% dari dermatitis kontak akibat kerja (Occupational Contact
Dermatitis) adalah iritan dan 20% alergi. Namun, data terakhir dari Inggris dan Amerika Serikat
menunjukkan bahwa persentase dermatitis kontak akibat kerja karena alergi mungkin jauh lebih
tinggi, berkisar antara 50 dan 60 persen, sehingga meningkatkan dampak ekonomi dari kerja
DKA.2,3
Oleh karena itu, dalam program binaan kali ini kami melakukan pembinaan pada salah
satu keluarga di wilayah kerja Puskesmas Alai, dimana dalam keluarga tersebut terdapat kasus
dermatitis kontak alergi. Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada

pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan maslah klinis pada
pasien dan keluarga, dan mengajak partisipasi seluruh anggota keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan.
I.2.

Tujuan Penulisan
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan pada keluarga yang menderita penyakit dermatitis
kontak alergi.
2. Menentukan solusi untuk menangani setiap masalah kesehatan yang di temukan pada
pasien dan keluarganya.

I.3.

Manfaat Penulisan
1. Dapat menjadi masukan kepada masyarakat, petugas puskesmas dan khususnya keluarga
sebagai upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit dermatitis kontak alergi di
masyarakat
2. Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisa dan
memberikan solusi pada permasalahan yang di hadapi oleh keluarga binaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Dermatitis kontak alergi tidak berhubungan dengan atopi. DKA merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi imunologi tipe IV, dimediasi terutama oleh limfosit yang
sebelumnya tersensitisasi, yang menyebabkan peradangan dan edema padakulit.
II. EPIDEMIOLOGI
Insiden dan Prevalensi Penyakit
Epidemiologi DKA sering terjadi. Penyakit ini terhitung sebesar 7% dari penyakit yang
terkait dengan pekerjaan di Amerika Serikat.1 Berdasarkan beberapa studi yang dilakukan,
insiden dan tingkat prevalensi DKA dipengaruhi oleh alergen-alergentertentu. Dalam data
terakhir, lebih banyak perempuan (18,8%) ditemukan memiliki DKA dibandingkan lakilaki (11,5%). Namun, harus dipahami bahwa angka ini mengacu pada prevalensi DKA dalam
populasi (yaitu, jumlah individu yang potensial menderita DKA bila terkena alergen), dan ini
bukan merupakan angka insiden (yaitu, jumlah individu yang menderita DKA setelah jangka
waktu tertentu).3 Tidak ada data yang cukup tentang epidemiologi dermatitis kontak alergi di
Indonesia, namun berdasarkan penelitian pada penata rias di Denpasar, sekitar 27,6 persen
memiliki efek sampingkosmetik, dimana 25, 4 persen dari angkaitu menderitaDKA.4
Usia
Dalam studi tentang reaktivitas Rhus, individu yang lebih muda (18 sampai 25 tahun)
memiliki onset lebih cepat dan resolusi cepat untuk terjadi dermatitis dibandingkan orang tua.
Kompetensi reaksi imun yang dimediasi sel T pada anak-anak masih kontroversi. Studi ini masih
menganggap bahwa anak-anak jarang mengalami DKA karena sistem kekebalan tubuh yang
belum matang, namun Strauss menyarankan bahwa hiporesponsifitas yang jelas pada anakanak mungkin karena terbatasnya paparan dan bukan karena kurangnya imunitas. Dengan
demikian, reaksi alergi terlihat terutama pada pasien anak yang lebih tua dan yang terjadi
sekunder oleh karena obat topikal, tanaman, nikel, atau pewangi.3
Pola Paparan

Paparan alergen dan kemungkinan terjadinya sensitisasi bervariasi tidak hanya pada usia,
tetapi juga dengan faktor sosial, lingkungan, kegemaran, dan pekerjaan. Meskipun sebagian
besar variasi yang berkaitan dengan jenis kelamin dan geografis pada DKA telah dikaitkan
dengan faktor-faktor sosial dan lingkungan, kegemaran dan pekerjaan memiliki efek yanglebih
menonjol.3
Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta yang sering adalah gangguan yang terkait dengan defisiensi imun,
seperti AIDS atau imunodefisiensi berat, penyakit yang beragam seperti limfoma, sarkoidosis,
kusta lepromatosa, dan dermatitis atopik telah dikaitkan dengan kurangnya reaktivitas atau
energi.3
Pekerjaan yang Umumnya Terkait dengan DKA
Ada banyak pekerjaan yang berhubungan dengan DKA dan hal itu berkaitan dengan
alergen yang seringterpapar pada pekerjaan tertentu. Ada pekerja industri tekstil, dokter gigi,
pekerja konstruksi, elektronik dan industri lukisan, rambut, industri sektor makanan dan logam,
dan industri produk pembersih.2,6,7,8,9
III. ETIOLOGI
Sekitar 25 bahan kimia yang tampaknya memberi pengaruh terhadap sebanyak setengah
dari semua kasus DKA. Ini termasuk nikel, pengawet, pewarna, dan parfum.
IV. PATOFISIOLOGI
Fase Sensitisasi
Alergen atau hapten diaplikasikan pada kulit dan diambil oleh sel Langerhans. Antigen
akan terdegradasi atau diproses dan terikat pada Human Leucocyte Antigen-DR (HLA- DR), dan
kompleks yang diekspresikan pada permukaan sel Langerhans. SelLangerhans akan bergerak
melalui jalur limfatik ke kelenjar regional, dimana akan terdapat kompleks yang spesifik
terhadap sel T dengan CD4-positif. Kompleks antigen-HLA-DR ini berinteraksi dengan
reseptor T-sel tertentu

(TCR)

dan

kompleks

CD3.

Sel

Langerhans

juga

akan

mengeluarkan Interleukin-1 (IL-1). Interaksi antigen dan IL-1mengaktifkan sel T. Sel T

mensekresi IL-2 dan mengekspresikan reseptor IL-2 pada permukaannya. Hal ini menyebabkan
stimulasi autokrin dan proliferasi sel T spesifik yangberedardi seluruh tubuh dan kembali ke
kulit.2
Tahap Elisitasi
Setelah seorang individu tersensitisasi oleh antigen, sel T primer atau memori dengan antigenTCR spesifik meningkat dalam jumlah dan beredar melalui pembuluh darah kemudian masuk ke
kulit. Ketika antigen kontak pada kulit, antigen akan diproses dan dipresentasikan dengan HLADR pada permukaan sel Langerhans. Kompleks akan dipresentasikan kepada sel T4 spesifik
dalam kulit (atau kelenjar, atau keduanya), dan elisitasi dimulai. Kompleks HLA-DRantigen berinteraksi dengan kompleks CD3-TCR spesifik untuk mengaktifkan baik sel
Langerhans maupun sel T. Ini akan menginduksi sekresi IL-1 oleh sel Langerhans dan
menghasilkan IL-2 dan produksi IL-2R oleh sel T. Hal ini menyebabkan proliferasi sel T. Sel T
yang

teraktivasi

akan

mensekresi IL-3, IL-

4, interferon-gamma, dan granulocyte

macrophage colony-stimulating factor (GMCSF). Kemudian sitokin akan mengaktifkan sel


Langerhans dan keratinosit. Keratinosit yang teraktivasi akan mensekresi IL-1, kemudian IL1 mengaktifkan phospolipase. Hal ini melepaskan asam arakidonik untuk produksi prostaglandin
(PG) dan leukotrin (LT). PG dan LT menginduksi aktivasi sel mast dan pelebaran pembuluh
darah secara langsung dan pelepasan histamin yang melalui sel mast. Karena produk vasoaktif
danchemoattractant, sel-sel dan

protein

dilepaskan

dari

pembuluh

darah.

Keratinosit

yangteraktivasi juga mengungkapkan intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) danHLADR, yangmemungkinkan interaksi selulerlangsungdengan sel-sel darah.2
HISTOPATOLOGI
Gambaran histologis pada DKA mengungkapkan bahwa dermis diinfiltrasi oleh sel inflamasi
mononuklear, terutama pada pembuluh darah dan kelenjar keringat. Epidermisnya hiperplastik
dengan invasi sel mononuklear. Sering vesikel intraepidermal terbentuk, yang bisa bergabung
menjadi lepuh yang besar. Vesikula dipenuhi dengan granulosit yang mengandung serosa dan sel
mononuklear. Dalam sensitivitas kontak Jones-Mote, selain akumulasi fagosit mononuklear dan
limfosit, basofil ditemukan. Ini merupakan perbedaan penting dari reaksi hipersensitivitas tipe
TH1, di manabasofil benar-benartidak ada.12

V. DIAGNOSA
Riwayat Penyakit
Perempuan lebih sering mengalami DKA daripada laki-laki, dan ada peningkatan insiden dengan
bertambahnya usia. Riwayat awal pasien terkena penyakit ini yang pada akhirnya akan
dievaluasi sebagai DKA merupakan standar anamnesa dermatologi. Riwayat dimulai dengan
diskusi tentang penyakit ini dan fokus pada tempat timbulnya masalah dan agen topikal yang
digunakan untuk mengobati masalah. Riwayat penyakit kulit, atopi, dan kesehatan umum juga
secara rutin diselidiki. Gambaran klinis DKA tergantung pada jenis alergen yang menyebabkan.
Biasanya, dermatitis terjadi pada lokasi aplikasi alergen tetapi penyebaran dermatitis juga
mungkin terjadi. Dalam anamnesis riwayat pasien, penting untuk mempertimbangkan pekerjaan,
rumah tangga, dan kemungkinan paparan terhadap alergen saat bepergian, dan juga tentu saja
waktu, lokalisasi, alergen sebelumnya diidentifikasi, diatesis topik, perawatan kulit, kosmetik,
dan obat topikal maupun sistemik.2,5,6
VI. MANIFESTASI KLINIS
Penampilan klinis DKA dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan durasi. Pada
kebanyakan kasus, erupsi akut ditandai dengan makula dan papula eritema, vesikel, atau bula,
tergantung pada intensitas dari respon alergi.

(Gambar 1)

Namun, dalam DKA akut di daerah tertentu dari tubuh, seperti kelopak mata, penis, dan
skrotum, eritema dan edema biasanya mendominasi dibandingkan vesikel. Batas-batas dermatitis
umumnya tidak tegas. DKA pada wajah dapat mengakibatkan pembengkakan periorbital yang
menyerupai angioedema. Pada fase subakut, vesikel kurang menonjol, dan pengerasan kulit,
skala, dan lichenifikasi dini bisa terjadi. Pada DKA kronis hampi rsemua kulit muncul scaling,
lichenifikasi,

dermatitis

yang pecah-pecah (membentuk

fisura),

dengan

atau

tanpa

papulovesikelisasi yang menyertainya.

(Gambar 2)
DKA tidak selalu tampak eksema, ada varian noneksema yang mencakup lichenoid
kontak, eritema multiformis (EM), hipersensitivitas kontak kulit seperti selulitis, leukoderma
kontak, purpura kontak, dan erythema dyschromicum perstans. Dari jumlah tersebut, varian
lichenoid dan EM terlihat paling sering. Daerah kulit yang berbeda juga berbeda dalam
mudahnya tersensitisasi.

(Gambar 3)

Tekanan, gesekan, dan keringat merupakan faktor yang tampaknya meningkatkan


sensitisasi. Kelopak mata, leher, dan alat kelamin adalah salah satu daerah yang paling mudah
peka, sedangkan telapak tangan, telapak kaki, dan kulit kepalalebih resisten.3,12
Pemeriksaan Penunjang
Uji Tempel atau Patch Test (In Vivo)
Uji tempel digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas terhadap zat yang bersentuhan
dengan kulit sehingga alergen dapat ditentukan dan tindakan korektif dapat diambil. Uji tempel
merupakan pemeriksaan untuk konfirmasi dan diagnostik tetapi hanya dalam kerangka
anamnesis dan pemeriksaan fisik, uji tempel ini jarang membantu jika tanpa anamnesis dan
pemeriksaan

fisik.

Uji

tempel

dapat

diadministrasikan

dengan thin-layerrapid-

use epicutaneous (TRUE) atau dengan ruang aluminium yang disiapkan tersendiri (Finn) dimana
dipasang pada tape Scanpor. Zat uji biasanya diaplikasikan pada punggung atas, meskipun jika
hanya satu atau dua yang diterapkan, lengan luar atas juga dapat digunakan.13

(Gambar 4).
Tempelan dihapus setelah 48 jam (atau lebih cepat jika gatal parah atau terbakar pada
kulit) kemudian dibaca. Kulit yang ditempel ini perlu dievaluasi lagi pada hari ke-4 atau 5,
karena reaksi positif mungkin tidak muncul sebelumnya.

ProvocativeUseTest

Pemeriksaan ini akan mengkonfirmasi reaksi uji tempel yang mendekati positif
terhadapbahan-bahan dari zat, seperti kosmetik. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk
mengujiproduk-produk untuk kulit. Bahan digosok ke kulit normal pada bagian dalam lengan
atas beberapa kali sehari selama lima hari.10
Uji Photopatch
Uji photopatch digunakan untuk mengevaluasi fotoalergi kontak terhadap zat seperti
sulfonamid, fenotiazin, p-aminobenzoic acid, oxybenzone, 6-metil kumarin, musk ambrette, atau
tetrachlorsalicylanilide. Sebuah uji tempel standar diterapkan selama 24 jam, hal ini kemudian
terekspos 5 sampai 15 jam/m2 dari ultraviolet-A dan dibaca setelah 48 jam.10
Tes in Vitro
Tes in vitro dan tes pada hewan untuk diagnosis DKA telah menerima banyak perhatian
dalam dekade terakhir. Laboratorium studi seperti transformasi limfosit atau inhibisi makrofag
telah dievaluasi sebagai pengukuran DKA pada manusia dan hewan. Masalah utama dalam
mengembangkan sistem in vitro adalah kurangnya pengetahuan tentang apa yang merupakan
bagian antigenik dari suatu bahan kimia tertentu. Meskipun pada uji tempel in vivo, di mana
kulit dapat memproses alergen untuk presentasi, saat ini tetap menjadi "standar baku" masih ada
prospek menarik dalam pengujian in vitro di masadepan.3
VII. DIAGNOSA BANDING
Kondisi kulit yang paling sering membingungkan adalah dermatitis seboroik, dermatitis
atopik, psoriasis, dan dermatitis iritan primer. Pada dermatitis seboroik, ada kecenderungan
umum ke arah kulitnya yang sifatnya berminyak, predileksi lesi ini adalah kulit kepala, zona T
pada wajah, dada tengah, dan lipatan inguinal. Dermatitis atopik sering onsetnya pada masa bayi
atau anak usia dini. Kulit tampak kering dan meskipun pruritus merupakan fitur yang menonjol,
pruritus akan muncul sebelum lesi, bukan setelah lesi. Daerah yang paling sering terlibat adalah
permukaan fleksura. Batas dermatitis tidak tegas, dan perkembangan dari eritema ke papula dan
ke vesikel tidak terlihat. Dermatitis psoriatik ditandai oleh plak eritematosa berbatas tegas
dengan sisik warna putih keperakan. Lesi sering didistribusikan secara simetris di atas
permukaan ekstensor seperti lutut atau siku. Dermatitis iritan primer mungkin hampir tidak bisa

dibedakan dalam penampilan fisiknya dari DKA. Perlu ditekankan bahwa mungkin ada kondisikondisi kulit lainnya yang menyertai. Hal ini tidak biasa untuk melihat DKA disebabkan oleh
obat topikal yang digunakan sebagai pengobatan dermatitis atopik maupun dermatitis
lainnya.12 DKA harus dibedakan dari urtikaria kontak di mana ruam muncul dalam beberapa
menit setelah pemaparan dan memudar dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Reaksi
alergi terhadap lateks adalah contoh terbaik dari urtikaria kontak alergi.9,14
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan awal dari semua jenis DKA diduga terdiri dari reduksi atau, jika
memungkinkan, eliminasi semua alergen yang dicurigai dan penggunaan steroid topikal terutama
di wajah - inhibitor kalsineurin topikal untuk mengembalikan kulit menjadi normal.5
Pencegahan
Menghindari Alergen
Setelah kemungkinan penyebab masalah dermatologi pasien telah ditentukan oleh uji
tempel, sangat penting untuk menyampaikan informasi ini kepada pasien dengan cara yang
mudah dimengerti. Ini melibatkan penjelasan cermat terhadap bahan yang mengandungalergen.5
Namun, untuk beberapa bahan kimia (seperti nikel dan kromium logam), penghindaran
langsung setelah sekali sensitisasi tidak selalu menghasilkan perbaikan gejala. Secara
keseluruhan, prognosis untuk alergi akibat kerja ini buruk. Dengan demikian, menghindari
alergen yang sudah pernah terpapar sekali adalah pencegahan yang tidak memadai. Selain itu,
menasihati pekerja dengan DKA untuk meninggalkan posisi mereka saat ini mungkin bukan
saran terbaik, terutama jika perubahan pekerjaan akan menghasilkan dampak ekonomi
yangsignifikan buruk.3
Induksi Ambang Batas
Pencegahan DKA yang benar terletak pada penentuan ambang batas untuk induksi
penyakit. Berdasarkan informasi ini, produk dapat dipasarkan dan tempat kerja dirancang
agarmengandungalergen padatingkat bawah ambangbatas.3,10
Pengobatan

Terapi Gejala
Bahan pengering seperti aluminium sulfat topikal, kalsium asetat bermanfaat untuk
vesikel akut dan erupsi yang basah, sedangkan erupsi likenifikasi paling baik ditangani dengan
emolien. Pruritus dapat dikontrol dengan antipruritus topikal atau antihistamin oral, antihistamin
topikal atau anestesi sebaiknya dihindari karena risiko merangsang alergi sekunder pada kulit
yang sudah mengalami dermatitis. Pengobatan dengan agen fisikokimia yang mengurangi respon
juga mungkin diperlukan. Glukokortikoid, macrolaktam, dan radiasi ultraviolet yang paling
banyak digunakan. Individu dengan DKA akibat kerja yang secara ekonomi tidak mampu untuk
berhenti bekerja dengan alergen dan yang juga tidak dapat bekerja dengan sarung tangan atau
krim pelindung, dapat mengambil manfaat dari terapi UVBatau PUVA.3
Pelindung Fisikokimia
Pencegahan DKA yaitu menghindari alergen, namun karena berbagai alasan, terutama
ekonomi, hal ini tidak selalu dapat dilakukan. Banyak bahan kimia, terutama molekul organik,
cepat dapat menembus sarung tangan berbahan vinyl atau karet lateks yang alami maupun
sintetik, dan pekerja mungkin tidak dapat menghindari kontak setiap hari dengan alergen. Orangorang ini

mungkin

dapat

menggunakan

sarung

tangan

plastik

yang

terbuat

dari

laminasi proprietary. Di masa depan, krim pelindung mungkin tersedia untuk membantu pasien
tersebut. Namun, krim ini tersedia untuk alergen tertentu saja (terutama poison ivy dan poison
oak), dan hanya efektif jika area yang dilindungi dicuci dalam beberapa jam setelah kontak
dengan alergen, dan pantas bagi banyak pasien oleh karena konsistensinya yangberminyak. 3,11
IX. PROGNOSIS
Individu dengan dermatitis kontak alergi dapat memiliki dermatitis persisten atau
kambuh, terutama jika bahan yang mereka alergi tidak dapat diidentifikasi atau jika mereka terus
menggunakan perawatan kulit yang tidak lagi sesuai (yaitu, mereka terus menggunakan bahan
kimia untuk mencuci kulit merekadan tidak menggunakan emolien untuk melindungi kulit
mereka). Semakin lama seorang individu mengalami dermatitis yang parah, semakin lama
dermatitis dapat disembuhkan setelah penyebabnya terindentifikasi. Beberapa individu memiliki
dermatitis persisten diikuti dermatitis kontak alergi, yang tampaknya benar terutama pada
individu yang alergi terhadap krom. Masalah yang khusus adalah neurodermatitis (lichen

simpleks chronicus), di mana individu berulang kali menggosok atau menggaruk daerah awalnya
terpengaruh oleh dermatitis kontak alergi. Tes TRUE dapat memberikan informasi dasar yang
akurat tentang alergen yangseringmenyebabkan DKA.16
X. KESIMPULAN
Dermatitis kontak alergi (DKA) merupakan salah satu penyakit kulit akibat kerja yang
cukup sering. Hal ini tidak terkait dengan atopi dan merupakan reaksi imunologi tipe IV yang
dimediasi terutama oleh limfosit yang sudah tersensitisasi sebelumnya. Tanda dan gejala klinis
yang sering yaitu pruritus, menyengat, nyeri, eritema berbatas tegas, edema, vesikel, papula,
bula, erosi, kerak, scaling, lichenifikasi, ekskoriasi, dan pigmentasi.
Alat-alat diagnostik yang digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis adalah uji tempel
sebagai baku emas. Kita harus memahami interpretasi masing-masing. Terdapat reaksi ragu,
reaksi positif lemah (non-vesikular), reaksi positif yang kuat (vesikuler), reaksi positif yang
ekstrim (bulosa), reaksi negatif, dan reaksi iritasi.12
Untuk mengkonfirmasi diagnosis, kita harus menggabungkan dengan anamnesis. Dalam
aspek ini, kita harus mempertimbangkan tentang etiologi. Etiologi yang beragam dan berkisar
dari logam sampai antibiotik, pewarna sampai produk tanaman. Dengan demikian, alergen yang
ditemukan dalam perhiasan, produk perawatan pribadi, obat topikal, tanaman, dan bahan kimia
yang memungkinkan kontak terhadap individu dengan pekerjaan tertentu. Setelah kita
mengetahui etiologi, kita dapat mencegah penyakit dengan menghindari alergen. Namun, tidak
hanya menghindari alergen yang bisa kita gunakan sebagai pencegahan, karena alasan pekerjaan
(juga dampak ekonomi), kita juga dapat menyarankan pakaian pelindung atau krim pelindung.
Untuk mengurangi keparahan DKA, kita dapat memberikan terapi simptomatis, seperti
aluminium sulfat topikal, antihistamin oral, glukokortikoid, macrolaktam, dan radiasi ultraviolet.

BAB III

KELUARGA BINAAN
III.1. Pengenalan Keluarga Binaan
Keluarga Ny. Yuniar merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan keluarga
binaan yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani rotasi II di
Puskesmas Alai. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan Ibu ke Puskesmas Alai.
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kami mendiagnosis pasien dengan diagnosa
kerja dermatitis kontak alergi. Penyakit yang di derita Ibu merupakan penyakit yang akan terus
berlanjut jika tidak ditangani dengan segera dan tidak merubah pola kebiasaan yang dapat
memicu penyakit ini sehingga keluarga ini kami jadikan keluarga binaan. Hal-hal yang kami
lakukan di antaranya adalah berupa:
a. Melakukan home visite kunjungan ke rumah
b. Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara holistik
c. Memberikan edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang permasalahan yang di
alami keluarga tersebut.
Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan kami:
III.2. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. Yuniar

Umur

: 60 tahun

Alamat

: Jl. Gunung Singgalang RT/RW 03/II No.5 Padang

Agama

: Islam

Pendidikan

: Tamat SMA

Pekerjaan

: Pedagang

Status

: Menikah

Identitas Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah:


1. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Tn. Zulkifli / Laki-laki / 65 tahun
Pekerjaan/ Pendidikan

: Tukang Bangunan / Tamat SMA

Hubungan dengan Pasien

: Suami

2. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Rahmat Hidayat / Laki-laki / 35 tahun


Pekerjaan/ Pendidikan

: Pedagang / Tamat SMP

Status

: Belum Menikah

Hubungan dengan Pasien

: Anak kandung (Anak ke-3)

3. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Nanang / Perempuan/ 32 tahun


Pekerjaan/ Pendidikan

: Ibu Rumah Tangga / Tamat SMA

Status

: Menikah

Hubungan dengan Pasien

: Anak kandung (Anak ke-4)

4. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Awang Gunawan / Laki-laki/ 28 tahun


Pekerjaan/ Pendidikan

: Swasta / Tamat SMP

Status

: Belum Menikah

Hubungan dengan Pasien

: Anak kandung (Anak ke-6)

5. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Iwan Setiawan / Laki-laki/ 23 tahun


Pekerjaan/ Pendidikan

: Tidak bekerja / Tamat SMA

Status

: Belum Menikah

Hubungan dengan Pasien

: Anak kandung (Anak ke-7)

6. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Megawati / Perempuan/ 21 tahun


Pekerjaan/ Pendidikan

: Belum Bekerja / SMA Adabiah

Status

: Belum Menikah

Hubungan dengan Pasien

: Anak kandung (Anak ke-8)

7. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Syaiful / Laki-laki/ 35 tahun


Pekerjaan/ Pendidikan

: Tukang Listrik / Tamat SMA

Status

: Menikah

Hubungan dengan Pasien

: Menantu Pasien

8. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Alif / Laki-laki/ 3 tahun


Hubungan dengan Pasien

: Cucu Pasien dari anak pasien ke-4

Silsilah Keluarga

Ny Y (60)

Ny.W (40)

Tn.A (38) R (35)

Tn.Z (65)

Ny.N (32)

T (30)

A (28)

I (23)

M (21)

A (3)

LATAR BELAKANG SOSIAL-EKONOMI-DEMOGRAFI-LINGKUNGAN KELUARGA


a. Status Ekonomi Keluarga

: Cukup, penghasilan suami perbulan dari buruh

bangunan Rp. 1.000.000/bln. Penghasilan dari berdagang sapu ijuk di pasar Alai
Rp. 1.500.000/bln.
b. Kondisi Rumah:
-

Rumah merupakan milik sendiri yang dibangun dan ditempati sejak tahun
1980. Rumah permanen, berlantai semen, beratap seng, terdiri dari ruang
tamu, ruang keluarga, 4 kamar tidur, dapur, dan 2 buah kamar mandi. Luas
rumah kira-kira 25 x 12 m2 .

Pekarangan ada, namun kecil. Depan rumah pasien langsung menghadap ke


jalan depan gang rumah pasien. Batas sebelah timur, selatan, dan utara
rumahnya adalah rumah tetangga dengan jarak yang dekat

Tata ruangan kurang baik, ventilasi dan pencahayaan kurang karena jumlah
jendela hanya sedikit dan jendela yang ada tidak pernah dibuka, kondisi
dalam rumah kurang bersih, banyak barang-barang rumah tangga yang tidak

tertata rapid an berdebu.


-

Listrik ada

Sumber air PDAM yang dipakai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi,
mencuci, dan minum. Untuk air minum menurut pengakuan Ny.Y dimasak
terlebih dahulu sampai mendidih.

WC berjumlah 1 buah di dalam kamar mandi, kamar mandi di dalam rumah,


septic tank ada berjarak 5 meter dari kamar mandi

Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah lalu dibakar

Kesan: Higien dan sanitasi lingkungan kurang baik


c. Kondisi Lingkungan Keluarga
-

Jumlah penghuni rumah 9 orang: pasien, suami pasien, 5 orang anak, 1


orang menantu, dan 1 orang cucu pasien.

Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk

d. Aspek Psikologis di Keluarga

Pasien tinggal bersama suami dan empat orang anaknya, 2 orang menantu, serta 1
orang cucu. Suami pasien setahun belakangan sering sakit-sakitan. Tn Z sudah
lama dikenal menderita hipertensi dan sudah 2 minggu yang lalu beliau dirawat di
rumah sakit karena tekanan darahnya mencapai 200/100 mmHg. Sehingga seluruh
perhatian keluarga sekarang tertuju pada Tn.Z. Semenjak Tn.Z masuk rumah
sakit, Ny.Y tidak berjualan dan menutup tokonya untuk sementara.

Hubungan antara anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.

Riwayat Penyakit Dahulu / Penyakit Keluarga


-

Pasien tidak pernah mengalami penyakit kulit seperti ini sebelumnya

Riwayat alergi disangkal pasien. Riwayat alergi makanan tidak ada. Riwayat
biring susu tidak ada

Riwayat bersin-bersin di pagi hari tidak ada. Tetapi pasien sering bersin-bersin
jika terkena debu

Riwayat sesak nafas dengan bunyi nafas menciut tidak ada

Riwayat mata sering terasa gatal dan berair tidak ada.

Riwayat alergi obat tidak ada

Riwayat galigato tidak ada

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat alergi di dalam keluarga tidak ada.

KELUHAN UTAMA
-

Bercak merah kehitaman yang terasa gatal di kedua punggung kaki sejak 3 bulan
yang lalu

KELUHAN TAMBAHAN
-

Pasien merasa sebulan belakangan ini telinganya kurang mendengar

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


-

Bercak kehitaman yang terasa gatal di kedua punggung kaki sejak 3 bulan yang
lalu, Rasa gatal semakin meningkat sejak 1 bulan yang lalu, pasien tidak tahan
untuk menggaruknya sehingga sekarang sudah menjadi lecet.

Awalnya berupa kulit yang memerah saja pada bagian punggung kaki yang
berkontak dengan sandal jepit berbahan karet merk swallow. Kemerahan pada
kulit tidak langsung muncul tetapi munculnya setelah sering berkontak ulang
dengan sandal jepit tersebut. Kemudian kulit yang memerah tersebut mulai terasa
gatal dan lama-lama menjadi bercak kehitaman pada punggung kaki yang
berkontak dengan tali sandal jepit.

Bercak kehitaman mulai menyebar ke ibu jari dan jari telunjuk kedua kaki 1,5
bulan kemudian

Sekarang punggung kaki tersebut terasa sedikit pedih karena lecet akibat digaruk
pasien

Riwayat kontak dengan bahan iritan tidak ada. Pasien mengaku tidak pernah
mengoleskan sesuatu pada punggung kakinya tersebut sebelum keluhan muncul

Tidak ada bercak kehitaman pada bagian tubuh yang lain

Riwayat trauma/luka di kaki sebelumnya tidak ada

Selama ini pasien tidak ada berobat. Jika terasa sangat gatal pasien hanya
merendam kakinya dengan air hangat dicampur garam lalu disikat dengan gundar.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum & tanda-tanda vital :
Keadaan Umum

: Tidak tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis Cooperative GCS 15 (E4V5M6)

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 90 x/mnt

RR

: 18 x/menit

Suhu

: 36,90 C

Berat Badan

: 52 kg

Tinggi Badan

: 155 cm

BMI

: 23,1 kg/m2

Status Generalis
Kepala

: kesan normal, bentuk dan ukuran normal, deformitas (-)

Rambut

: hitam diselingi uban

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterus (-/-), reflex pupil (+/+), isokor

Telinga

: liang telinga tertutup serumen, serumen (+) di telinga kiri dan kanan, nyeri tarik
(-) nyeri tekan (-), nyeri ketok mastoid (-)

Hidung

: kesan normal, bentuk dan fungsi normal,sekret (-)

Leher

: pembesaran KGB (-)

Thoraks-Cardiovascular

Paru:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: pergerakan dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-)


: fremitus sama kiri dan kanan
: sonor pada kedua lapang paru
: vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki(-/-)

Jantung
Inspeksi
: iktus cordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus cordis teraba pada RIC 5 linea midclavicula sinistra
Perkusi
:
Batas atas
: RIC 2 linea midclavicula sinistra
Batas kanan : linea parasternal dextra
Batas kiri
: RIC 5 linea midclavicula sinistra
Auskultasi
: S1, S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: distensi (-), kulit hiperemis (-)
Auskultasi
: BU (+) normal
Palpasi
: supel (+), defans muscular (-)
Perkusi
: timpani (+)
Punggung
: tidak ada kelainan
Ekstremitas

: Akral hangat (+/+), Capillary refilling < 2 detik, kulit kering, edema (-/-)

Status Dermatologikus
Lokasi
Distribusi
Bentuk
Susunan
Batas
Ukuran
Efloresensi

: kedua punggung kaki, kedua ibu jari, dan kedua jari telunjuk kaki
: terlokalisir dan simetris
: tidak khas
: tidak khas
: tegas
: plakat
: plak hiperpigmentasi dengan skuama kasar diatasnya dan terdapat

likenifikasi
Status venereologikus
: tidak diperiksa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anjuran

: Patch Test

DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Alergi e.c sandal jepit

DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Kontak Iritan e.c sandal jepit
DIAGNOSIS TAMBAHAN
Cerumen Prop Auricula Dextra et Sinistra
PENATALAKSANAAN:
Preventif:
-

Menghentikan pemakaian sandal jepit dan mengganti sandal dengan sandal lain

selain berbahan dasar karet


Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2 x sehari dengan air bersih dan

menggunakan sabun yang lembut


Memakai pelembab sehabis mandi
Usahakan untuk tidak menggaruk lesi
Jangan mencongkel-congkel telinga terlalu dalam

Menjelaskan kepada pasien mengenai dermatitis kontak alergi, penyebabnya,

Promotif:
gejala-gejalanya,
-

penatalaksanaannya,

proses

penyembuhannya,

dan cara

mencegahnya
Menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi-kondisi yang dapat memperburuk
keadaan kulit pasien seperti memakai sabun yang bersifat iritan dan memberikan

edukasi mengenai cara untuk mengatasi kekeringan pada kulit


Edukasi kepada pasien untuk selalu menjaga kebersihan kaki
Edukasi kepada pasien untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi secara

teratur minimal 2 x sehari


Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai cara membersihkan telinga

yang benar
Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan kontrol secara rutin ke Puskesmas
Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatannya memerlukan jangka panjang
sehingga sangat diperlukan kepatuhan dan kesabaran dari pasien untuk
mendapatkan hasil pengobatan yang optimal

Kuratif:
Sistemik:
- Loratadine 10 mg 1 x 1 tab
-

Vitamin C 3 x 1 tab

Topikal:
-

Hidrokortison salf

Phenol gliserol tetes telinga 5 gtt III

Rehabilitatif:
-

Kontrol ulang ke puskesmas 10 hari lagi

Kembali 5 hari lagi untuk melakukan spooling

BAB IV
ANALISIS MASALAH
IV.1 Perumusan Masalah
Masalah pada pasien:
1) Pasien menderita dermatitis kontak alergi yang disebabkan oleh sandal jepit

berbahan dasar karet yang sudah lama dipakainya


2) Kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakitnya
3) Pasien juga mengeluhkan pendengarannya berkurang. Hal ini dikarenakan
serumen yang penuh di kedua telinganya.
4) Pasien juga alergi terhadap debu. Pasien mengaku sering bersin-bersin jika
terkena debu
Masalah pada anggota keluarga pasien:

1) Suami pasien menderita hipertensi sudah sejak lama dan sekarang dirawat di Rumah
Sakit karena tekanan darahnya mencapai 200/100 mmHg
2) Anak pasien yang ke-4 mengalami obesitas dikarenakan jarang berolahraga dan suka
memakan cemilan
Masalah pada lingkungan rumah pasien:
1) Rumah kurang bersih, tata letak barang kurang rapi.
2) Sofa di ruang tamu sudah sobek dan busa sofa sudah keluar sehingga debu mudah
menumpuk disana
3) Pakaian dijemur di depan rumah saja
4)

Banyak barang-barang yang berserakan di luar rumah sehingga bisa menjadi


sarang nyamuk

5) Kamar berantakan tidak dibersihkan. Kasur tidak di alas dengan baik, Kasur dan
bantal jarang dijemur
6) Pasien banyak memelihara kucing di rumah
7) Keadaan di dalam rumah terlalu panas karena tidak ada loteng tapi langsung atap
seng
8) Jendela jarang dibuka
IV.2 Pemecahan Masalah
Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami lakukan diskusi
tentang cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini dengan bantuan serta
pandangan oleh petugas kesehatan Puskesmas Alai dan berdasarkan beberapa tinjauan
kepustakaan. Berikut adalah solusi pemecahan masalah kami sampaikan kepada keluarga binaan
pada saat home visite/ kunjungan rumah berikutnya:
Pada pasien

1) Memberikan penjelasan kepada pasien dan edukasi kepada pasien bahwa penyakit gatalgatal dan bercak kehitaman pada punggung kakinya itu disebabkan oleh alergi bahanbahan yang dapat memicu (factor pencetus) reaksi pertahanan tubuh mengeluarkan zatzat yang menyebabkan gatal dan peradangan pada kulit sehingga cara utama untuk
sembuh dari penyakit ini dengan menghindari factor pencetus yang dicurigai tersebut.
2) Menyarankan kepada pasien untuk menghentikan pemakaian sandal jepit yang sudah
lama dipakainya itu. Karena selama pasien memakai sandal tersebut kelainan kulit yang
dialaminya tidak akan sembuh. Pasien dapat mengganti dengan sandal lain yang tidak
terbuat dari bahan yang sama dengan sandal jepit yang sekarang (bahan karet), misalnya
sandal yang terbuat dari bahan dasar kulit.
3) Edukasi kepada pasien untuk selalu menjaga kebersihan kaki, karena kaki yang bersih
dapat meminimalisir terjadinya infeksi pada kaki pasien
4) Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien untuk menjaga kelembaban kaki
dengan memberikan pelembab kepada kaki. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kekeringan pada kulit kaki
5) Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa penyakit kulit ini sangat erat
hubungannya dengan faktor kebersihan diri sehingga diperlukan untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi secara teratur minimal 2 kali sehari dengan sabun
yang lembut, tidak menggunakan pakaian kotor berulang-ulang, mencuci pakaian yang
digunakan secara bersih dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering lalu disetrika,
memakai alas kaki tiap keluar rumah.
6) Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk-garuk bagian yang gatal, diusahakan
hanya ditepuk-tepuk saja atau ditekan-tekan bagian yang gatal, karena dengan menggaruk
bias menyebabkan timbul luka yang baru dan menjadi tempat masuk kuman sehingga
pengobatan bisa lebih lama
7) Menyarankan kepada pasien untuk memakai kaus kaki saat tidur untuk meminimalisir
pasien tanpa sadar akan menggaruk lesi

8) Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa untuk pengobatan penyakit kulit yang
dideritanya ini memerlukan waktu yang lama sehingga dibutuhkan kepatuhan dan
kesabaran pasien untuk melakukan kontrol secara rutin ke Puskesmas
9) Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien untuk tidak mencongkel-congkel
telinga sendiri dengan cotton bud dan dianjurkan untuk melakukan spooling di rumah
sakit setelah pemakaian obat tetes telinga yang diberikan dari puskesmas
10) Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien untuk menggunakan masker saat
hendak menyapu atau membersihkan rumah sehingga dapat meminimalisir paparan
terhadap debu.
Keluarga Pasien
1) Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa penyakit gatal-gatal dan
bercak kehitaman pada punggung kaki pasien itu disebabkan oleh alergi bahanbahan yang dapat memicu (factor pencetus) reaksi pertahanan tubuh
mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan gatal dan peradangan pada kulit.
2) Memberikan penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien bahwa penyakit kulit
yang diderita pasien ini sangat erat hubungannya dengan faktor kebersihan diri
sehingga diperlukan untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi secara
teratur minimal 2 kali sehari dengan sabun yang lembut, tidak menggunakan
pakaian kotor berulang-ulang, mencuci pakaian yang digunakan secara bersih dan
dijemur di bawah sinar matahari hingga kering lalu disetrika, memakai alas kaki
tiap keluar rumah.
3) Meminta keluarga keluarga pasien untuk memantau agar pasien tidak menggarukgaruk bagian yang gatal, diusahakan hanya ditepuk-tepuk saja atau ditekan-tekan
bagian yang gatal, karena dengan menggaruk bisa menyebabkan timbul luka yang
baru dan menjadi tempat masuk kuman sehingga pengobatan bisa lebih lama
4) Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa untuk pengobatan
penyakit kulit yang diderita pasien ini memerlukan waktu yang lama sehingga

dibutuhkan kepatuhan dan kesabaran pasien untuk melakukan kontrol secara rutin
ke Puskesmas, serta dukungan dari semua pihak keluarga
5) Memberikan penjelasan dan edukasi kepada suami pasien mengenai penyakit
hipertensi, komplikasi, penanganan, dan pencegahannya
6) Memberikan penjelasan kepada suami pasien pentingnya istirahat cukup dan
mengonsumsi makanan dengan kadar lemak dan garam yang rendah
7) Edukasi kepada suami pasien untuk rajin melakukan olahraga seperti jalan kaki,
atau jogging minimal selama 30 menit 3-4x seminggu
8) Memberikan penjelasan dan edukasi kepada suami pasien untuk mengontrol
tekanan darahnya secara teratur
9) Memberikan penjelasan dan edukasi kepada suami pasien untuk meminum obat
antihipertensinya secara teratur,

serta memberitahukan bahwa pengobatan

hipertensi ini butuh waktu yang lama dan kesabaran dalam berobat
10) Memberikan penjelasan dan edukasi kepada anak pasien mengenai obesitas atau
berat badan berlebih, bahaya dan komplikasinya, penanganan dan pencegahannya.
11) Menganjurkan kepada anak pasien untuk memulai olahraga dari latihan yang
ringan terlebih dahulu. Olahraga rutin minimal 2-3 kali seminggu selama 20-30
menit.
12) Menyarankan kepada anak pasien untuk mengatur pola makan sesuai jadwal,
mengurangi kebiasaan makan cemilan dan mengurangi makan makanan yang
mengandung banyak lemak dan tinggi kolesterol
Lingkungan Rumah Pasien
1) Menjelaskan kepada pasien rumah yang bersih dan teratur lebih bagus untuk kesehatan
dan anggota keluarga dapat terhindar dari penyakit lingkungan yang menular
2) Menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk merapikan barang-barang yang
berserakan dan membersihkannya dari debu dan kotoran. Buku-buku dan barang-barang

yang tidak terpakai lagi dapat disimpan dan disusun rapi dalam gudang. Sebaiknya
diusahakan perabotan rumah tidak terlalu banyak untuk menghindari banyaknya debu
yang tersimpan di dalam perabotan tersebut
3) Sofa yang sobek di ruang tamu sebaiknya diperbaiki sehingga busanya tidak keluar
karena jika dibiarkan selain merusak pemandangan juga akan menyimpan banyak debu
4) Menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk membuat tempat jemuran khusus di
samping rumah
5) Menyarankan kepada pasien untuk merapikan barang-barang yang berserakan di luar
rumah. Jika ada barang yang tidak terpakai lagi seperti ban bekas sebaiknya dimusnahkan
saja karena dapat menjadi tempat perindukannya nyamuk
6) Menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk membersihkan kamar tidur, mengalasnya
dengan seprai, mengganti seprai minimal 2 x sebulan. Menjemur kasur dan bantal di
bawah sinar matahari
IV.3 Tindak Lanjut Dan Hasil Intervensi Pasien
Tanggal
Kedatangan
pertama
(6
2015)

Intervensi Yang Dilakukan, Diagnosis Holistik & Rencana Selanjutnya


Evaluasi:
-

Januari

Pada kedatangan pertama ini, dievaluasi apakah terdapat perbaikan pada kaki
pasien, menilai cara pasien mengaplikasikan obat apakah sudah benar atau belum.

Kunjungan pertama ini juga digunakan untuk menambahkan data-data yang


belum lengkap, termasuk observasi keadaan rumah.

Meminta inform consent kepada pasien dan keluarga bahwa akan dijadikan
keluarga binaan dan disampaikan juga akan dilakukan beberapa kunjungan ke
rumah nantinya

Hasil :
-

Pasien telah minum obat yang telah diberikan dan telah mengaplikasikan salap
yang diberikan, tetapi pasien masih ragu apakah salapnya tersebut dipakai setiap
hari, atau saat akan tidur malam saja. Pasien mengaku ia hanya memakai salapnya
akan tidur malam saja karena takut kalau dipakai di siang hari, salap akan mudah

terhapus kembali akibat aktivitas. Sedangkan untuk pemakaian tetes telinga pasien
sudah melakukannya dengan benar
-

Penyakit yang diderita pasien lesinya masih sama dan gatal sudah berkurang.
Pasien khawatir penyebab penyakitnya ini karena sakit gula. Anak pasien juga
menanyakan apakah ibunya tidak menderita penyakit gula/ diabetes. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit DKA masih
kurang

Kondisi rumah yang kurang bersih dan tata letak barang yang kurang rapi
teramati pada kunjungan pertama ini.

Intervensi:
-

Memberikan penjelasan kepada pasien dan edukasi kepada pasien bagaimana


cara memakai salap yang benar yaitu dioleskan tipis-tipis pada kulit yang sakit yang
dapat diulangi 3-4 x sehari, sebelum mengoleskan salap sebaiknay kaki dalam
keadaan bersih, misalnya sehabis mandi.

Memberikan penjelasa kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit


dermatitis kontak alergi, penyebabnya, gejala-gejalanya, penatalaksanaannya,
proses penyembuhannya, dan cara mencegahnya

Memberikan penjelasan kepada pasien dan edukasi kepada pasien bahwa


penyakit kulit pada punggung kakinya itu disebabkan oleh alergi bahan-bahan yang
dapat memicu (factor pencetus) reaksi pertahanan tubuh mengeluarkan zat-zat yang
menyebabkan gatal dan peradangan pada kulit sehingga cara utama untuk sembuh
dari penyakit ini dengan menghindari factor pencetus yang dicurigai tersebut.

Menyarankan kepada pasien untuk menghentikan pemakaian sandal jepit yang


sudah lama dipakainya itu. Karena selama pasien memakai sandal tersebut kelainan
kulit yang dialaminya tidak akan sembuh. Pasien dapat mengganti dengan sandal
lain yang tidak terbuat dari bahan yang sama dengan sandal jepit yang sekarang
(bahan karet), misalnya sandal yang terbuat dari bahan dasar kulit.

Menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk membersihkan rumah dan

merapikan barang-barang yang berserakan di dalam rumah

TINDAK
LANJUT I
(9
2015)

Evaluasi:
-

Evaluasi dari intervensi sebelumnya

Januari Hasil:
- Pasien minum obat secara teratur dan sudah mengaplikasikan pemakaian salap
dengan benar. Pemahaman pasien mengenai penyakitnya sudah lebih baik, namun
pasien masih ingin memeriksakan kadar gula darahnya.
- Pasien sudah tidak lagi memakai sandal jepit yang dicurigai sebagai factor pencetus
tersebut dan sudah mengganti sandalnya dengan sandal yang baru
- Kondisi Rumah masih sama, masih sedikit berantakan. Pasien menjemur
pakaiannya hanya di halaman rumah saja. Kasur dibiarkan tidak beralas begitu saja.
- Pasien mengeluhkan kakinya masih gatal-gatal,apalagi jika malam hari pasien tanpa
sadar menggaruk lesi. Untuk telinganya pasien mngeluhkan terasa gatal dan pasien
berkeinginan untuk mencongkel telinganya dengan cotton bud
- Pada kunjungan kedua ini pasien juga mengeluhkan ia alergi terhadap debu
Intervensi:
-

Menyarankan kepada pasien untuk datang ke Puskesmas saja bila ingin


memeriksakan kadar gula darahnya

Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk-garuk bagian yang gatal,


diusahakan hanya ditepuk-tepuk saja atau ditekan-tekan bagian yang gatal,
karena dengan menggaruk bisa menyebabkan timbul luka yang baru dan
menjadi tempat masuk kuman sehingga pengobatan bisa lebih lama

Menyarankan kepada pasien untuk memakai kaus kaki saat tidur untuk
meminimalisir pasien tanpa sadar akan menggaruk lesi

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien untuk menggunakan masker


saat hendak menyapu atau membersihkan rumah sehingga dapat meminimalisir

paparan terhadap debu


-

Menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk merapikan barang-barang yang


berserakan dan membersihkannya dari debu dan kotoran. Buku-buku dan
barang-barang yang tidak terpakai lagi dapat disimpan dan disusun rapi dalam
gudang. Sebaiknya diusahakan perabotan rumah tidak terlalu banyak untuk
menghindari banyaknya debu yang tersimpan di dalam perabotan tersebut

Sofa yang sobek di ruang tamu sebaiknya diperbaiki sehingga busanya tidak
keluar karena jika dibiarkan selain merusak pemandangan juga akan
menyimpan banyak debu

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien untuk tidak mencongkelcongkel telinga sendiri dengan cotton bud dan dianjurkan untuk melakukan
spooling di rumah sakit setelah pemakaian obat tetes telinga yang diberikan dari
puskesmas

Menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk membuat tempat jemuran


khusus di samping rumah

Menyarankan kepada pasien untuk merapikan barang-barang yang berserakan di


luar rumah. Jika ada barang yang tidak terpakai lagi seperti ban bekas sebaiknya
dimusnahkan saja karena dapat menjadi tempat perindukannya nyamuk

Menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk membersihkan kamar tidur,


mengalasnya dengan seprai, mengganti seprai minimal 2 x sebulan. Menjemur

TINDAK

kasur dan bantal di bawah sinar matahari


Evaluasi:

LANJUT II
(12

Januari

2015)

Penyakit kulit yang diderita pasien sudah membaik

Pasien sudah membuat tempat jemuran disamping rumah

Pasien sudah membersihkan kamar tidur dan sudah mengalas kasur dengan
seprai

Suami pasien menderita hipertensi sudah sejak lama dan sekarang dirawat di
Rumah Sakit karena tekanan darahnya mencapai 200/100 mmHg

Anak pasien yang ke-4 mengalami obesitas dikarenakan jarang berolahraga dan
suka memakan cemilan

Intervensi:
-

Menyarankan Pasien untuk memakai pelembab agar kulit tidak kering dan
kelembaban kaki terjaga

Edukasi kepada pasien untuk selalu menjaga kebersihan kaki

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada suami pasien, pasien, dan anak
pasien mengenai penyakit hipertensi, komplikasi, penanganan, dan pencegahannya

Memberikan penjelasan kepada suami pasien pentingnya istirahat cukup dan


mengonsumsi makanan dengan kadar lemak dan garam yang rendah

Edukasi kepada suami pasien untuk rajin melakukan olahraga seperti jalan kaki,
atau jogging minimal selama 30 menit 3-4x seminggu

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada suami pasien untuk mengontrol


tekanan darahnya secara teratur

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada suami pasien untuk meminum obat
antihipertensinya secara teratur,

serta memberitahukan bahwa pengobatan

hipertensi ini butuh waktu yang lama dan kesabaran dalam berobat
-

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada anak pasien mengenai obesitas atau
berat badan berlebih, bahaya dan komplikasinya, penanganan dan pencegahannya.

Menganjurkan kepada anak pasien untuk memulai olahraga dari latihan yang
ringan terlebih dahulu. Olahraga rutin minimal 2-3 kali seminggu selama 20-30
menit.

Menyarankan kepada anak pasien untuk mengatur pola makan sesuai jadwal,
mengurangi kebiasaan makan cemilan dan mengurangi makan makanan yang

TINDAK
LANJUT III
(16
2015)

Januari

mengandung banyak lemak dan tinggi kolesterol


Evaluasi:
-

Pasien sudah mengaplikasikan pelembab kepada kakinya

Pasien masih belum melakukan spooling di rumah sakit. Pasien mengatakan


belum sempat karena harus mengurusi suaminya yang sedang dirawat di rumah

sakit
-

Rumah sudah tertata rapi

Pada kunjungan terakhir ini pasien berkeluh kesah mengenai keadaan


ekonominya yang dirasakan kurang dikarenakan karena sudah dua minggu ini dia
tidak membuka tokonya karena harus menjaga suaminya yang dirawat di rumah
sakit

Edukasi:
-

Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa untuk pengobatan penyakit kulit


yang dideritanya ini memerlukan waktu yang lama sehingga dibutuhkan kepatuhan
dan kesabaran pasien untuk melakukan kontrol secara rutin ke Puskesmas

Menyarankan kepada pasien untuk segera melakukan spooling pada kedua


telinganya

Memberikan penjelasan dan edukasi kepada anak pasien dan pasien pentingnya
gaya hidup sehat berupa makan makanan seimbang, rendah lemak, tinggi serat,
kaya buah dan sayuran.

Menyarankan kepada suami pasien dan anak pasien untuk berolahraga secara
teratur minimal 3x/minggu selama 30 menit.

Kebiasaan positif yang sudah dilakukan disarankan untuk terus dilakukan.

Meneruskan semua pola hidup sehat yang telah dianjurkan

Memberikan semangat kepada pasien dan keluarga untuk terus berusaha,


berdoa, dan bertawakkal kepada Allah SWT

Anda mungkin juga menyukai