Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

Disusun oleh :
1. Danang Setyo P.

P 10220204005

2. Esti Mulyani

P 10220204008

3. Ilmia Uswatun A.P 10220204014


4. Nurul Munifah

P 10220204024

5. Purwadi

P 10220204026

6. Wahyu Anggita

P 10220204037

IIA

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2006
LAPORAN PENDAHULUAN

pneumonia

A.

PENGERTIAN

Suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam


etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Ngastiyah, 1997)

Peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari


suatu infeksi. (Price, Sylvia, 1997)

Radang parenkim paru. (E.Behrman, Richard, 1999)

Infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai


bagian parenkim paru. (Mansjoer, 2000)

Istilah yang dipakai untuk peradanagan jaringan paru-paru.


(cyberMed Hembing. htm)

Proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).


(TempointeraksicomISPA dan Pneumonia.htm)

Radang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,


bahan kimia, penghisapan asap, debu, penyebab alergi dan aspirasi dari
lambung, jaringan paru-paru diperkuat seperti alveoli diisi dengan eksudat.
(Whalley and Wongs, 1995)

Infeksi akut di ruang alveoli paru-paru. Dapat melibatkan seluruh


lobus (pneumonis lobaris) atau lebih berbercak (lobuler). (Rosam,
Sacharin, 1996)

Proses inflamasi pada parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat
adanya invasi gen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu
tahanan saluran trakedrokialis sehingga flura endogen yang normal
berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan nafas. (Engram,
Barbara, 1998)

Inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisisan


alveoli dengan cairan. (Doengoes, Marilynn, 1999)

B.

ETIOLOGI
Umumnya

adalah

bakteri

yaitu

Streptococcus

pneumoniae

dan

Haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan Staphylococcus

pneumonia

aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif
denga mortalitas tinggi.
C.

MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik pada radang paru-paru sangat tergantung pada agen
penyebab atau pembawa, usia anak, reaksi anak, luasnya lesi dan derajat
obstruksi bronkus.
1.

Bakteri
Pneumonia stafilococcus, streptococcus dan pneumococcus merupakan
pneumonia yang paling sering ditemukan.
Gejala awal : -

rinithis ringan

anoreksia

gelisah

Berkembang sampai awitan yang tiba-tiba :

demam dan berkeringat

malaise

nafas cepat dan dangkal (50-80 x/manit),


pernafasan cuping hidung

ekspirasi berbunyi

lebih dari 5 tahun : sakit kepala dan kedinginan

kurang dari 2 tahun : vomitus dan diare ringan

leukositosis

foto thorak : pneumonia lobaris

cyanosis

2.

Virus
Virus penyebab adalah virus influenza, adenovirus, rubeola, varisella,
sitomegalovirus manusia dan virus sinsisium pernafasan.
Gejala awal : -

batuk
rhinitis

berkembang sampai awitan berangsur atau cepat :

pneumonia

gejala-gejala : demam ringan, batuk ringan dan


malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan prostrasi (kelesuan)

emfisema obstruktif

ronkhi basah

hasil foto thorak : bronkopneumonia

penurunan leukosit

photophobia

anoreksia

nausea

takipnea

Tanda-tanda klinik utama termasuk hal-hal berikut ini :

batuk

dispnea

takipnea

cyanosis

melemahnya suara nafas

retraksi dinding thorak

nafas cuping hidung

nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma


oleh paru terifeksi di dekatnya)

batuk proksimal mirip pertusis (umum terjadi


pada anak yang lebih kecil)

D.

KLASIFIKASI
1.

Pembagian pneumonia menurut dasar anatomis


a.

Pneumonia lobaris
Semua atau sebagian besar segmen dari satu atau lebih lobus paru-paru
dilibatkan. Biasanya gejala penyakit secara mendadak, tetapi kadangkadang didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada
anak besar sering disertai badan menggingil dan pada bayi dapat

pneumonia

disertai kejang, suhu naik cepat sampai 39-40 C dan suhu ini biasanya
menunjukkan tipe febris kontinue. Nafas menjadi sesak, disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut serta
rasa nyeri pada dada. Anak lebih suka tiduran pada dada yang sakit.
Batuk mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
b.

Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)


Semula pada terminal bronchioles, yang menjadi tersumbat dengan
mucopurulent exudates untuk membentuk tambalan yang diperkuat di
dekat lobuler.

c.

Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)


Penyebab proses peradangan lebih banyak atau lebih sedikit terkurung
di dalam dinding alveolus (interstitium) dan peribronchal serta jaringan
interlobuler.

2.

Pembagian pneumonia menurut dasar etiologi


a.

Pneumonia bakteri
Organisme ini mencapai paru-paru melalui saluran pernafasan,
akhirnya tersangkut dalam alveoli di mana mereka berproliferasi dan
memulai proses inflmasi yang mengarah pada konsolodasi. Keadaan
ini menunjuk adanya bahan dalam laveoli yang menghambat
masuknya udara, area permukaan alveolar yang ada untuk difusi gas
berkurang dan alveoli terisi dengan edema inflamator, bakteri dan
leukosit. (Rosam, Sacharin, 1996)

b.

Pneumonia virus
Inferksi virus umumnya pada epidemi dalam masyarakat dan
umumnya terbatas pada saluran pernafasan bagian atas. Virus
merupakan penyebab yang paling sering dari pneumonia pada anakanak, tetapi pada orang dewasa kasusnya hanya sebesar 10%.
Pneumonia ini umumnya ringan dan tidak membutuhkan perawatan di
RS dan tidak mengakibatkan kerusakan paru-paru yang menetap.
(Price, Sylvia A, 1995)

c.

pneumonia

Mycoplasma pneumonia

Umumnya dibahas bersama-sama dengan pneumonia virus meskipun


organisme penyebab infeksinya adalah bakteri. Kebanyakan infeksi
mikoplasma terbatas pada fangitis atau bronkitis, tetapi sekitar 10%
pasien yang terifeksi berlanjut menjadi pneumonia. Pneumonia
mikoplasma umumnya menyerang dewasa muda, terutama para
mahasiswa dan calon tentara. Berbeda dengan pneumonia virus,
penyakit ini sangat menular dan memberikan respon terhadap
tetrasiklin atau eritromisin. Pneumonia mikoplasma sering dianggap
sebagai pneumonia atipis primer atau walking pneumonia. (Price,
Sylvia A : 1995)
d.

Pneumonia jamur
Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru-paru supuratif
granulomatosa kronik yang sering kali disalah tafsirkan sebagai
tuberkulosis. Spora jamur-jamur ini ditemukan dalam tanah dan
terinhalasi. Spora yang terbawa masuk ke bagian-bagian paru yang
lebih sempit di fagositosis dan menimbulkan reaksi alergi. Kemudian
terjadi reaksi peradangan yang disertai pembentukan tuberkel, kaseosa
sentral, jaringan parut, perkapuran dan bahkan pembentukan kaverna.
Semua perubahan patologik ini mirip sekali dengan tuberkulosis
sehingga perbedaannya hanya dapat ditentukan dengan menemukan
jamur dan pembiakan jamur dari jaringan paru-paru. (Price, Sylvia A:
1995)

e.

Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia yang terjadi
sebagian bersifat kimia akibat reaksi terhadap asam lambung dan
sebagian bersifat bakterial akibat organisme yang mendiami mulut dan
lambung. Aspirasi paling sering terjadi selama atau sesudah anestesia
(terutama pada pasien obstetrik dan pembedahan darurat karena
kurangnya persiapan pembedahan), pada anak-anak dan pada tiap
pasien yang dianestesia dengan reflek batuk atau reflek muntah yang
tertekan. Aspirasi ini dapat juga terjadi pada bayi atau pasien yang
sangat lemah ketika sedang diberi minum tersedak, atau waktu

pneumonia

muntah/gumoh sebagian makanan atau susu terhisap ke jalan


pernafasan. Jenis pneumonia ini dapat sangat berat dan mempunyai
tingkat mortalitas tinggi. (Ngastiyah : 1997; Price, Sylvia : 1995)
f.

Pneumonia hipostatik
Sering timbul pada dasar paru-paru dan disebabkan oleh nafas yang
dangkal dan terus menerus berada dalam posisi yang sama. Gaya tarik
bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru-paru dan
infeksi membantu timbulnya pneumonia yang sesungguhnya. (Price,
Sylvia a : 1995)

g.

Sindrom loefler
Mekanisme dari infeksi cacing seperti ascaris pada anjing, toxocaris,
ascaris pada kucing, cacing tambang. Cacing ini membuat lesi di paru.

E.

PATOFISIOLOGI
Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas yang
menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi
dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,
yaitu terjadinya sebukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan
edema dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi
merah, sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi
berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan
leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat. Dilanjutkan
stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli,
degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan debris.
(Mansjoer : 2000)

F.

PATHWAY
Bakteri, virus
ISPA
Paru-paru perifer

pneumonia

Edema paru
Konsolidasi di alveoli

Pola nafas tak efektif

Deposisi fibrin ke Permukaan pleura


Degenerasi sel

G.

KOMPLIKASI
cemas

Sesak

Abses paru, efusi pleural, empiema, gagal nafas,

batuk produktif
Penumpukan
sputum

Bersihan jalan nafas tak


efektif
perikarditis,
meningitis

dan

atelektasis.

Abses paru
Abses paru di dalam paru-paru diding tebal, nanah mengisi rongga yang
dibentuk ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru-paru.

Efusi pleural dan empiema


Daerah yang sempit di antara dua selaput pleural secara normal berisi
sejumlah kecil cairan yang membantu melumasi paru-paru. Sekitar 20%
pasien yang diopname untuk radang paru-paru, cairan ini membangun di
sekeliling paru-paru. Dalam banyak kasus terutama pada streptococcus
pneumoniae, cairan tetap steril, tetapi ada kalanya dapat terkena infeksi
dan bahkan berisi nanah (suatu kondisi yang disebut empiema). Radang
paru-paru dapat juga disebabkan pleura sehingga terjadi peradangan yang
mana dapat mengakibatkan terganggunya jalan nafas dan sakit yang akut.

Kegagalan paru-paru
Udara mungkin memenuhi area antara selaput-selaput pleural yang
menyebabkan pneumothorak atau kegagalan paru-paru. Kondisi bisa
berupa suatu kesulitan dari radang paru-paru (terutama sekali radang paruparu pneumococcal) atau sebagian dari prosedur pelanggaran yang
digunakan untuk melakukan efusi pleural.

Komplikasi radang paru-paru yang lain


Di dalam kasus-kasus yang jarang, infeksi peradangan mungkin dapat
menyebar dari paru-paru ke hati dan dapat menyebar ke seluruh tubuh,
kadang-kadang menyebabkan bisul pada otak dan bagian tubuh atau
organ-organ yang lain. Hemoptisis yang parah (batuk darah) adalah
komplikasi radang paru-paru serius yang lain. Selain itu komplikasi yang
lain yaitu perikarditis, meningitis dan atelektasis.

pneumonia

Gagal nafas
Kegagalan yang berhubungan dengan pernafasan adalah suatu hal yang
penting-penting yang dapat menyebabkan kematian pada diri pasien
dengan radang paru-paru pneumoccocal. Kegagalan dapat terjadi karena
perubahan mekanik dalam paru-paru yang disebabkan oleh radang paruparu (kegagalan ventilatory) atau hilangnya oksigen di dalam nadi ketika
radang paru-paru mengakibatkan arus darah menjadi tidak normal
(kegagalan pernapasan hypoxemic).

H.

UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


1. Kajian foto toraks (chest X-Rays)
Penyinaran sinar X di dada hamper selalu diambil untuk memastikan
sebuah diagnlostik dari radang paru-paru. Mungkin dapat diungkapkan
sebagai berikut:
Area putih di dalam paru-paru disebut infiltrates, yang mana memadai
adanya infeksi/peradangan
Kesulitan

radang

paru-paru,

mencakup

pancaran/efusi

pleural

(mengalir disekitar paru-paru) dan bisul.


Terdapat bercak-bercak infiltrate berupa area putih dalam paru-paru
menandai adanya infeksi, menunjukkan konsolidasi paru, nodul.
2. Nilai analisis gas darah
Menunjukkan hipoksemia sebab ketidakseimbangan ventilasi-perfusi di
daerah pneumonia, menunjukkan asidosis metabolic dengan atau tanpa
retensi CO2
3. Hitung drah lengkap
Jumlah sel darah putih meningkat (tingkat tinggi) menandai adanya
infeksi/peradangan.
Hasil tes darah menunjukkan leukoksitosis dapat mencapai 15.00040.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.
Leucopenia dan pergeseran ke kiri mungkin terdapat pada infeksi
pneumokokus

yang

berat

terutama

menunjukkan prognosis yang kurang baik.

pneumonia

adanya

bakterimia

dan

4. Kultur darah
Mungkin

dilakukan

untuk

mendeteksi

organisme

spesifik

yang

menyebabkan radang paru-paru, tetapi tidak sering menolong dalam


pembeda yang berbahaya dari organisme keamanan.
5. Biopsy paru-paru
Di dalam kasus radang paru-paru yang menjengkelkan atau ketika hasil
diagnosa belum jelas di dalam kasus yang spesifik, terutama pada pasien
dengan kerusakan ksistem kekebalan, sebuah Biopsi paru-paru mungkin
diperlukan.
Sebuah ketukan paru-paru
Prosedur ini secara khas menggunakan suatu jarum yang dimasukkan
antara tulang rusuk untuk mengeluarkan cairan keluar paru-paru untuk
dianalisa. Ini dikenal dengan sejumlah nama yang antara lain aspirasi
paru-paru, kebocoran paru-paru, kebocoran dada, aspirasi jarum
percutaneous dan aspirasi jarum. Ini merupakan suatu prosedur yang
sangat tua yang tidak dilaksanakan sesering apapun lagi, terutama pada
anak-anak, karena melanggar dan mempunyai resiko sedikit untuk
kegagalan paru-paru. Beberapa tenaga ahli membantah, bagaimanapun
juga, bahwa sebuah ketukan pada paru-paru menawarkan suatu solusi
yang lebih akurat disbanding metode lain auntuk mengidentifikasi
baskteri dan resiko lebih sedikit. Memberikan peningkatan daya tahan
bakteri, mereka percaya penggunaannya harus ditaksir lagi pada orangorang muda.
6. Bronkoskopi
Banyak pasien yang diopname mempunyai gejala serupa, mencakup
demam atau tanda-tanda penyusupan/perembesan cairan paru-paru
pada sinar roentgen.
Pada pasien opname, tes darah atau dahak sering menandai adanya
bakteri atau organisme lain, tetapi agen seperti itu tidak selalu
menandai adanya radang paru-paru.

pneumonia

10

7. Uji air seni


Suatu uji tes air seni (sekarang) sampai 96 % akurat dalam
mengidentifikasi S. pneumoniae dalam 15 menit.
Hasil pemeriksaan urine yaitu urin berwarna lebih tua karena terdapat
albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialinproteinuria.
8. Dahak test
Adanya darah (suatu indikasi infeksi/peradangan)
Warna dan konsistensi. Jika dahak kuning, hijau dan buram, atau
warna coklat, mungkin adanya infeksi atau perdangan. Jelas, bersih,
putih berkilau dahak tidak menandai adanya infeksi/peradangan.
Hasil dahak tes: banyak leukosit polimorfonuklear dan basil batang
gram negatif yang berpasangan, tebal, pendek dan berkapsul serta
kokus gram positif yang berkelompok.
9. Pewarnaan gram
Mengungkapkan adanya bakteri dan apakah mereka adalah gram
negative/gram positif.
10. Kultur darah pleura
Mendeteksi adanya pancaran pleural dan mencurigai adanya empyema
(nanah).
Cairan diuji menggunakan perhitungan sel-sel darah, gram stains,
kultur dan tes bahan kimia.
I.

PENATALAKSANAAN
1.

Penatalaksanaan medis pneumonia


Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi,
karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka
biasanya diberikan :
a.

Penisillin 50.000 u/kg/BB/hari, ditambah dengan


kloramfenikol 50-70 mg/kg/BB/hari atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spektrum luas seperti ampisillin.
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.

pneumonia

11

Pengobatan ini

b.

Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya


diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan
3:2 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml/botol infus.

c.

Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam


asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat
diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

d.

Pasien bronkopneumonia ringan tidak usah dirawat


di RS.

2.

Penatalaksanaan keperawatan
Seringkali pasien pneumonia yang dirawat di RS datang sudah dalam
keadaan payah, sangat dispnea, pernafasan cuping hidung, sianosis dan
gelisah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelancaran
pernafasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi atau cairan, mengontrol
suhu tubuh, mencegah komplikasi dan kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
a.

Menjaga kelancaran pernafasan

b.

Kebutuhan istirahat

c.

Kebutuhan nutrisi dan cairan

d.

Mengontrol susu tubuh

e.

Mencegah komplikasi atau gangguan rasa aman dan


nyaman

f.

Kurangnya
penyakit

pneumonia

12

pengetahuan

orang

tua

mengenai

ASUHAN KEPERAWATAN
A.

PENGKAJIAN
Observasi
sulit dan sakit dalam bernapas
sakit pleuritis
pemendekan napas dan mendengkur
tachypnea
bunyi napas di atas area konsolidasi
dikurangi, melangkah ke absent
crackles
ronchi
egophony
pergerakan dada tidak simetris
ras dingin dan demam (102 F sampai 106 F atau 38,8 C sampai 41,1
C)
mata gelap
diaphoresis
anoreksia
rasa tidak enak badan
batuk produktif/tenacious
terus menerus, menyakitkan

pneumonia

13

sejumlah dahak hijau kekuning-kuningan yang banyak terjadi pink seperti


karat
kegelisahan
cyanosis
circumpolar area
nail beds
tachycardia
permasalahan psychososial
disorientasi
ketertarikan
B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
I.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi


a.

Tujuan : pasien menunjukkan fungsi pernafasan normal


Kriteria hasil :

Pernafasan tetap dalam batas normal

Pernafasan tidak sulit

Anak istirahat dan tidur dengan tenang

Intervensi / Rasional :

Posisikan untuk ventilasi yang maksimum

Beri posisi yang nyaman

Posisikan anakdenga sering untuk memastikan bahwa anak


tidak merosot untuk menghindari penekanan diafragma

Hindari pakaian atau bedong yang kuat

Dorong teknik relaksasi

Ajarkan pada anak dan keluarga tentang tindakan yang


mempermudah upaya pernafasan

b.

Tujuan : Pasien mendapat suplai oksigen yang optimal


Kriteria hasil :

Anak bernafas dengan mudah

Pernafasan tetap dalam batas normal

Intervensi :

pneumonia

14

Posisikan untuk efisiensi ventilasi yang maksimum

Gunakan oksimetri nadi untuk memantau saturasi oksigen

Tempatkan dalam lingkungan yang dingin, lembab, dengan


menggunakan sistem pelmberian oksigen yang tepat

II.

Beri oksigen sesuai ketentuan dan atau kebutuhan

Takut atau cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas, prosedur


dan lingkungan yang tidak dikenal.
Tujuan : pasien mengalami penurunan rasa takut atau cemas
Kriteria hasil :
Anak tidak menunjukkan tanda-tanda distres pernafasan atau

ketidaknyamanan fisik

Orang tua tetap bersama anak dan memberikan rasa nyaman

Anak melakukan aktivitas tenang yang sesuai dengan usia,


minat, kondisi dan tin dakan kognitif.

Intervensi / Rasional :
Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak

dengan istilah yang sesuai dengan tahap perkembangan.

Gunakan cara yang tenang dan meyakinkan

Jangan melakukan apapun yang membuat anak menjadi cemas


atau takut

Beri kepercayaan diri pada orang tua dan anak

Kaji dan implementasikan terapi penatalaksanaan nyeri yang


tepat (misalnya sedatif dan atau analgesik)
Beri aktivitas pengalihan yang tepat sesuai dengan kemampuan

kognitif dan kindisi anak.


III.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi


mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri
a.

Tujuan : pasien mempertahankan jalan nafas yang paten


Kriteria hasil :

Jalan nafas tetap bersih

Anak bernafas dengan mudah, pernafasan dalam bats normal

Intervensi / Rasional :

pneumonia

15

Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat untuk


memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik dan perbaikan
pertukaran gas, serta mencegah aspirasi sekresi (telungkup, semi
telungkup, miring)

Bantu anak dalam mengeluarkan sputum

Lakukan fisioterapi dada

Puasakan anak untuk mencegah aspirasi cairan (misalnya anak


dengan takipnea hebat)

Sediakan alat kedaruratan untuk menghindari keterlambatan


tindakan yang diperlukan

Hindari pemeriksaan dan kultur tenggorok pada pasien dengan


kcurigaan epiglotis karena dapat menyebabkan obstruksi jalan
nafas.

Bantu anak dalam menahan atau membebat area insisi atau


cedera untuk memaksimalkan efek batuk dan fisioterapi dada.

b.

Tujuan : pasien mengeluarkan sekresi dengan adekuat


Kriteria hasil :

Anak yang lebih besar mengeluarkan sekresi tanpa stres dan


keletihan yang tidak perlu, anak kecil akan mampu batuk
produktif.

Intervensi / Rasionalc :

Pastikan masukan cairan yang adekuat untuk mengencerkan


sekresi

Beri atmosfir yang dilembabkan untuk mencegah pengerasan


sekresi nasal dan pengeringan membran mukosa

Jelaskan pentingnya ekspektorasi pada anak dan keluarga

Bantu anak dalam batuk efektif; beri tisu

Beri

obat

nyeri

sesuai

indikasi

sebelum

mencoba

membersihkan jalan nafas

Bantu dengan pembebatan sehingga anak hanya akan


mengalami ketidaknyamanan yang minimum

pneumonia

16

Lekukan perkusi, vibrasi dan drainase postural untuk


mempermudah drainase sekresi.

pneumonia

17

Anda mungkin juga menyukai