DAN
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
Disusun oleh :
1. Danang Setyo P.
P 10220204005
2. Esti Mulyani
P 10220204008
P 10220204024
5. Purwadi
P 10220204026
6. Wahyu Anggita
P 10220204037
IIA
pneumonia
A.
PENGERTIAN
Proses inflamasi pada parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat
adanya invasi gen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu
tahanan saluran trakedrokialis sehingga flura endogen yang normal
berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan nafas. (Engram,
Barbara, 1998)
B.
ETIOLOGI
Umumnya
adalah
bakteri
yaitu
Streptococcus
pneumoniae
dan
pneumonia
aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif
denga mortalitas tinggi.
C.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik pada radang paru-paru sangat tergantung pada agen
penyebab atau pembawa, usia anak, reaksi anak, luasnya lesi dan derajat
obstruksi bronkus.
1.
Bakteri
Pneumonia stafilococcus, streptococcus dan pneumococcus merupakan
pneumonia yang paling sering ditemukan.
Gejala awal : -
rinithis ringan
anoreksia
gelisah
malaise
ekspirasi berbunyi
leukositosis
cyanosis
2.
Virus
Virus penyebab adalah virus influenza, adenovirus, rubeola, varisella,
sitomegalovirus manusia dan virus sinsisium pernafasan.
Gejala awal : -
batuk
rhinitis
pneumonia
emfisema obstruktif
ronkhi basah
penurunan leukosit
photophobia
anoreksia
nausea
takipnea
batuk
dispnea
takipnea
cyanosis
D.
KLASIFIKASI
1.
Pneumonia lobaris
Semua atau sebagian besar segmen dari satu atau lebih lobus paru-paru
dilibatkan. Biasanya gejala penyakit secara mendadak, tetapi kadangkadang didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada
anak besar sering disertai badan menggingil dan pada bayi dapat
pneumonia
disertai kejang, suhu naik cepat sampai 39-40 C dan suhu ini biasanya
menunjukkan tipe febris kontinue. Nafas menjadi sesak, disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut serta
rasa nyeri pada dada. Anak lebih suka tiduran pada dada yang sakit.
Batuk mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
b.
c.
2.
Pneumonia bakteri
Organisme ini mencapai paru-paru melalui saluran pernafasan,
akhirnya tersangkut dalam alveoli di mana mereka berproliferasi dan
memulai proses inflmasi yang mengarah pada konsolodasi. Keadaan
ini menunjuk adanya bahan dalam laveoli yang menghambat
masuknya udara, area permukaan alveolar yang ada untuk difusi gas
berkurang dan alveoli terisi dengan edema inflamator, bakteri dan
leukosit. (Rosam, Sacharin, 1996)
b.
Pneumonia virus
Inferksi virus umumnya pada epidemi dalam masyarakat dan
umumnya terbatas pada saluran pernafasan bagian atas. Virus
merupakan penyebab yang paling sering dari pneumonia pada anakanak, tetapi pada orang dewasa kasusnya hanya sebesar 10%.
Pneumonia ini umumnya ringan dan tidak membutuhkan perawatan di
RS dan tidak mengakibatkan kerusakan paru-paru yang menetap.
(Price, Sylvia A, 1995)
c.
pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Pneumonia jamur
Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru-paru supuratif
granulomatosa kronik yang sering kali disalah tafsirkan sebagai
tuberkulosis. Spora jamur-jamur ini ditemukan dalam tanah dan
terinhalasi. Spora yang terbawa masuk ke bagian-bagian paru yang
lebih sempit di fagositosis dan menimbulkan reaksi alergi. Kemudian
terjadi reaksi peradangan yang disertai pembentukan tuberkel, kaseosa
sentral, jaringan parut, perkapuran dan bahkan pembentukan kaverna.
Semua perubahan patologik ini mirip sekali dengan tuberkulosis
sehingga perbedaannya hanya dapat ditentukan dengan menemukan
jamur dan pembiakan jamur dari jaringan paru-paru. (Price, Sylvia A:
1995)
e.
Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia yang terjadi
sebagian bersifat kimia akibat reaksi terhadap asam lambung dan
sebagian bersifat bakterial akibat organisme yang mendiami mulut dan
lambung. Aspirasi paling sering terjadi selama atau sesudah anestesia
(terutama pada pasien obstetrik dan pembedahan darurat karena
kurangnya persiapan pembedahan), pada anak-anak dan pada tiap
pasien yang dianestesia dengan reflek batuk atau reflek muntah yang
tertekan. Aspirasi ini dapat juga terjadi pada bayi atau pasien yang
sangat lemah ketika sedang diberi minum tersedak, atau waktu
pneumonia
Pneumonia hipostatik
Sering timbul pada dasar paru-paru dan disebabkan oleh nafas yang
dangkal dan terus menerus berada dalam posisi yang sama. Gaya tarik
bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru-paru dan
infeksi membantu timbulnya pneumonia yang sesungguhnya. (Price,
Sylvia a : 1995)
g.
Sindrom loefler
Mekanisme dari infeksi cacing seperti ascaris pada anjing, toxocaris,
ascaris pada kucing, cacing tambang. Cacing ini membuat lesi di paru.
E.
PATOFISIOLOGI
Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas yang
menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi
dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,
yaitu terjadinya sebukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan
edema dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi
merah, sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi
berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan
leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat. Dilanjutkan
stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli,
degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan debris.
(Mansjoer : 2000)
F.
PATHWAY
Bakteri, virus
ISPA
Paru-paru perifer
pneumonia
Edema paru
Konsolidasi di alveoli
G.
KOMPLIKASI
cemas
Sesak
batuk produktif
Penumpukan
sputum
dan
atelektasis.
Abses paru
Abses paru di dalam paru-paru diding tebal, nanah mengisi rongga yang
dibentuk ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru-paru.
Kegagalan paru-paru
Udara mungkin memenuhi area antara selaput-selaput pleural yang
menyebabkan pneumothorak atau kegagalan paru-paru. Kondisi bisa
berupa suatu kesulitan dari radang paru-paru (terutama sekali radang paruparu pneumococcal) atau sebagian dari prosedur pelanggaran yang
digunakan untuk melakukan efusi pleural.
pneumonia
Gagal nafas
Kegagalan yang berhubungan dengan pernafasan adalah suatu hal yang
penting-penting yang dapat menyebabkan kematian pada diri pasien
dengan radang paru-paru pneumoccocal. Kegagalan dapat terjadi karena
perubahan mekanik dalam paru-paru yang disebabkan oleh radang paruparu (kegagalan ventilatory) atau hilangnya oksigen di dalam nadi ketika
radang paru-paru mengakibatkan arus darah menjadi tidak normal
(kegagalan pernapasan hypoxemic).
H.
radang
paru-paru,
mencakup
pancaran/efusi
pleural
yang
berat
terutama
pneumonia
adanya
bakterimia
dan
4. Kultur darah
Mungkin
dilakukan
untuk
mendeteksi
organisme
spesifik
yang
pneumonia
10
PENATALAKSANAAN
1.
pneumonia
11
Pengobatan ini
b.
c.
d.
2.
Penatalaksanaan keperawatan
Seringkali pasien pneumonia yang dirawat di RS datang sudah dalam
keadaan payah, sangat dispnea, pernafasan cuping hidung, sianosis dan
gelisah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelancaran
pernafasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi atau cairan, mengontrol
suhu tubuh, mencegah komplikasi dan kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
a.
b.
Kebutuhan istirahat
c.
d.
e.
f.
Kurangnya
penyakit
pneumonia
12
pengetahuan
orang
tua
mengenai
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Observasi
sulit dan sakit dalam bernapas
sakit pleuritis
pemendekan napas dan mendengkur
tachypnea
bunyi napas di atas area konsolidasi
dikurangi, melangkah ke absent
crackles
ronchi
egophony
pergerakan dada tidak simetris
ras dingin dan demam (102 F sampai 106 F atau 38,8 C sampai 41,1
C)
mata gelap
diaphoresis
anoreksia
rasa tidak enak badan
batuk produktif/tenacious
terus menerus, menyakitkan
pneumonia
13
DIAGNOSA KEPERAWATAN
I.
Intervensi / Rasional :
b.
Intervensi :
pneumonia
14
II.
ketidaknyamanan fisik
Intervensi / Rasional :
Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak
Intervensi / Rasional :
pneumonia
15
b.
Intervensi / Rasionalc :
Beri
obat
nyeri
sesuai
indikasi
sebelum
mencoba
pneumonia
16
pneumonia
17