BAB IV Pembuatan Antibodi Poliklonal Rabbit...
BAB IV Pembuatan Antibodi Poliklonal Rabbit...
49
PENDAHULUAN
Deteksi kebuntingan dini menjadi penting pada ruminansia kecil karena
akan sangat membantu dalam peningkatan populasi dan pengurangan biaya
produksi. Pregnancy-associated glycoprotein merupakan agen yang berfungsi
sebagai penanda kebuntingan juga merupakan indikator kesehatan calon anak
(Wodzicka-Tomaszewka et al. 1991; Klein et al. 2006).
Pregnancy-associated glygoprotein (PAG) merupakan famili aspartik
proteinase yang disekresikan oleh sel binukleat trofoblastik (Wooding 1992;
Pernyi et al. 2002; El Amiri et al. 2003; Hughes et al. 2003) dan molekulnya
tampak dalam lapisan sel epitel luar plasenta spesies hewan ungulata
(Green et al. 2000). Pregnancy-associated glygoprotein terdeteksi dalam darah
menggunakan metode radioimmuno assay (RIA) saat penempelan plasenta fetus
ketika sel binukleat trofoblastik mulai berpindah dan masuk ke dalam sel
endometrium membentuk sinsisium fetomaternal ( Ranilla et al. 1994;
Verberckmoes et al. 2004). Oleh sebab itu PAG merupakan indikator yang baik
untuk penanda kebuntingan juga kesehatan feto-plasental (Karen et al. 2003;
Boscos et al. 2003). Konsentrasi PAG terendah pada domba bunting adalah 2
ng/ml,
secara
signifikan
dicapai
pada
kebuntingan
hari
ke-25
dikoleksi pada saat melahirkan mempunyai protein dengan berat molekul 30,86
kDa dihitung berdasarkan migrasi relatif protein didalam monogel SDS-PAGE
(Stryer 1995; Devlin 2002). Pita protein ovPAG domba garut yang paling banyak
muncul mempunyai berat molekul 30.86 kDa,
dan
Penggunaan
No.:03-IA-ACUC
Hewan
2008,
Percobaan
Tanggal
15
(KPK-PHP)
Nopember
PT
2008
50
(Lampiran 1).
51
1
Koleksi darah
Antibodi Baseline
Isolat + FCA
Antibodi Primer
Isolat + FICA I
Antibodi Booster I
Isolat + FICA II
Antibodi Booster II
Rabbit anti-ovPAG
ELISA
Respon Imun
Western Blot
Bunting
Tidak Bunting
Gambar 19 Alur kerangka pemikiran penelitian pembuatan antibodi poliklonal rabbit anti-ovine pregnancy-associated glycoprotein
(rabbit anti-ovPAG)
1. Penyuntikan ke-1; 2. Penyuntikan ke-2 atau Booster I; 3. Penyuntikan ke-3 atau Booster II ; FCA=Freuds Complete Adjuvant ;
FICA=Freuds Incomplete Adjuvant
52
METODE PENELITIAN
Pembuatan Antibodi Poliklonal
Kelinci strain NZW dengan bobot rata-rata 3 kg, sejumlah 12 ekor dibagi
menjadi 6 kelompok masing-masing dengan 2 ulangan tanpa ada perbedaan jenis
kelamin. Pakan yang diberikan berupa pelet dan wortel sedangkan multivitamin
diberikan sebelum perlakuan dan diulangi setiap selesai imunisasi.
Isolat ovPAG (S,DT, DN8, DN16, DN32) yang diperoleh dari purifikasi
ekstrak kotiledon plasenta dalam kolom Sephadex-G75 dan
DEAE-cellulose
(Tabel 2). Freuds complete adjuvant (Sigma) dan Freuds Incomplete adjuvant
(Sigma) diperlukan sebagai larutan pengikat (adjuvant) ovPAG yang akan
diimunisasikan pada kelinci (Goldsby et al. 2000; Erb & Hau 1994;
Hendriksen & Hau 2003).
Tabel 2 Isolat ovPAG dan konsentrasinya yang diimunisasikan pada kelinci New
Zealand White
Isolat ovPAG
Jumlah (ekor)
Konsentrasi (ng/l)
181.00
171.00
2.67
44.33
86.00
53
Darah dari vena maupun arteri telinga (Vena dan Arteri auricularis) ditampung
kedalam tabung yang telah berisi antikoagulan, setiap dua minggu sekali dengan
volume maksimum 20% bobot kelinci (Ayad et al. 2007).
Darah (Baseline; FCA; FICA I dan II) disentrifus pada kecepatan 2 500
rpm selama 15 menit untuk dipisahkan plasma darahnya kemudian ditempatkan
dalam tabung, disimpan pada suhu 20oC sampai seluruh plasma terkumpul.
Setelah semua plasma darah tekumpul, respon imun kelinci terhadap ovPAG yang
diimunisasikan, diukur dengan melihat kerapatan optik menggunakan teknik
ELISA termodifikasi yang diukur pada panjang gelombang 450 nm.
Pemanfaatan Teknik ELISA Termodifikasi untuk Mengukur Konsentrasi
Rabbit anti-ovPAG
Prinsip utamanya adalah mengukur konsentrasi antigen berdasarkan
antigen yang dapat ditangkap oleh antibodi (capture antigen) dengan
menggunakan antibodi yang tidak dilabel oleh enzim (Crowther
2001;
blotto 5%
kemudian
diinkubasi pada suhu 370C selama 60 menit (Silva et al. 2007). Setelah 60 menit,
blotto dibuang dan dicuci sebanyak 4 kali.
Rabbit anti-ovPAG diencerkan dalam blotto 5% (1 : 50)
kemudian pada
54
membran
nitroselulose dan kertas saring dimasukkan ke dalam kaset transfer yang telah
ditambah spon di kedua sisinya.
dalam
transfer bufer pada 100 volt selama 60 menit . Membran nitroselulose diletakkan
dalam cawan petri,dan direndam dalam larutan blotto 5% selama 1 jam
(Goldsby et al. 2000; Huebner 2004).
Blotto diaspirasi dan selanjutnya dicuci dengan menambahkan PBS Tween
0.1 % , pencucian dilakukan sebanyak empat kali. Kemudian rabbit anti-ovPAG
ditambahkan ke dalam cawan petri dengan perbandingan rabbit anti-ovPAG dan
55
phosphate
disodium
salt
(BICP)
dengan
Analisis Data
Data respon imun, pemilihan antibodi, dan determinasi rabbit anti-ovPAG
dianalisis secara deskriptif. Respon imun dianalisis
dengan mengukur
peningkatan nilai kerapatan optik terhadap rabbit anti-ovPAG (B; FCA; FICA1,
dan FICA2) yang dihasilkan. Antibodi yang dipergunakan untuk ELISA
ditentukan berdasarkan data respon imun dan konsentrasi total proteinnya,
Selanjutnya, determinasi rabbit anti-ovPAG positif dan negatif terhadap ovPAG
terhadap dalam K; DN32; DN16; DN8; DT, dan S maupun urin bunting dan tidak
bunting dianalisis berdasarkan estimasi berat molekul yang muncul pada pita
protein.
belum pernah mendapat paparan ovPAG. Antigen atau imunogen dalam hal ini
ekstrak ovPAG merupakan substansi yang mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan respon imun yang spesifik. Ada beberapa persyaratan agar isolat
ovPAG dapat dipergunakan sebagai imunogen adalah dikenali sebagai benda
asing, mempunyai berat molekul yang besar, mempunyai struktur kimia yang
56
mengenali beberapa epitop pada antigen yang sama disebut antibodi poliklonal.
(Goldsby et al. 2000; Abbas et al. 2007).
Kekuatan interaksi antigen dan antibodi bergantung seberapa dekat
kecocokan antara antigen dan antibodi. Total kekuatan interaksi nonkovalen
antara tempat terikatnya antigen (single antigen) terhadap epitop tersebut.
Semakin tinggi afinitas antibodi, kemampuan antibodi untuk mengikat semakin
kuat dan ikatannya bertahan lama semakin rendah afinitas ikatan antibodi dan
epitop makin lemah dan ikatannya mudah lepas. Reaksi silang (cross-reactivity)
terjadi apabila ada dua antigen yang memiliki epitop yang identik atau antibodi
yang spesifik untuk satu epitop juga mengikat epitop lain yang tidak berhubungan
tetapi memiliki sifat kimia yang sama (Huebner 2004).
57
berdiferensiasi di dalam sel sekresi antibodi dan sel memori. Sebagian sel
antibodi, migrasi dan bertahan di sumsum tulang dalam periode yang panjang.
Imunisasi kedua (Booster I) dan ketiga (Booster II) akan menghasilkan respon
imun sekunder yang konsentrasinya lebih tinggi dari imunisasi pertama. Hal ini
terjadi karena memori sel B diaktivasi untuk memproduksi antibodi dalam jumlah
banyak yang kerjanya distimulir oleh sel T ( Goldsby et al. 2000; Abbas et al.
2007).
Berdasarkan grafik kerapatan optik rabbit anti- ovPAG , ada sembilan ekor
yang dapat dipergunakan sebagai sumber antibodi yaitu S1,S2,
DT1, DT2,
DN8.2, DN16.1, 16.2, DN32.1 dan 32.2. Anti-ovPAG DN8.1 tidak dipergunakan
pada uji selanjutnya karena telah menunjukan kerapatan optik yang tinggi dalam
plasma darah baseline. Tingginya titer antibodi dapat terjadi karena kelinci yang
dipergunakan kemungkinan pernah terpapar oleh protein yang mempunyai
spesisitas seperti isolat DN8.1. Oleh sebab itu, memori sel B akan langsung
memproduksi antibodi terhadap imunogen yang disuntikan.
Sedangkan
rendahnya kerapatan optik pada kelompok kontrol, merupakan hasil yang sangat
penting karena kelinci tidak memberikan respon imun terhadap NaCl 0.9% dan
baru memberikan respon positif terhadap penyuntikan isolat yang di dalamnya
mengandung ovPAG.
58
Gambar 20 Respon imun poliklonal antibodi rabbit anti-ovPAG terhadap berbagai sumber isolat ovine pregnancy-associated
glycoprotein (ovPAG)
B=Baseline; FCA=Freuds Complete Adjuvant ; FICA=Freuds Incomplete Adjuvant
59
DN16
DN32
Konsentrasi ovPAG :
DN16 = 44,33 ng/ml
DN32 = 86,00 ng/ml
Gambar 21 Perbandingan Potensi DN16 dan DN32 sebagai sumber Rabbit Anti-ovPAG
Keterangan : A= berat molekul (Setiatin et al. 2009)
B = respon imun
C = Konsentrasi
DN32
memberikan
respon
yang
lebih
baik
serta
60
ditunjang oleh faktor yang ketiga yaitu DN32 memiliki konsentrasi total protein
86 ng/ml dibanding DN16 sebesar 44,33 ng/ml.
71
71
62
71
62
53
34
34
31
14
14
14
Gambar 22 Determinasi rabbit anti-ovPAG DN32 negatif (Ab -) maupun positif (Ab +)
terhadap berbagai sumber ovPAG (K; DN32; DN16; DN8; DT; S)
61
Rabbit
Isolat ovPAG S
mempunyai lima pita protein sekitar 71; 62; 53; 34, dan 14 kDa (Gambar 22).
Berdasarkan uji konfirmasi Rabbit -ovPAG DN32 negatif maupun positif,
terdapat reaksi silang terhadap isolat lain yang terpapar dengan rabbit anti-ovPAG
DN32. Protein dari DT maupun S saat dilakukan uji konfirmasi terhadap antiovPAG DN32 negatif maupun positif membentuk pita protein yang jelas berarti
banyak terjadi reaksi silang terhadap protein yang dimiliki oleh kedua isolat
sehingga DT dan S tidak dipergunakan sebagai sumber rabbit anti-ovPAG.
Antibodi DN8 juga tidak dipergunakan karena pada saat uji antibodi negatif
maupun positif memberikan hasil yang jelas yaitu hanya memiliki satu pita pada
71 kDa yang merupakan protein umum dari kelinci. Protein pada berat molekul 71
kDa merupakan protein umum yang dimiliki oleh kelinci sehingga bereaksi
terhadap semua antibodi Rabbit -ovPAG DN32 negatif maupun positif.
62
kDa
71
31
P1
P2
P3
N1
N2
N3
P1
P2
P3
N1
N2
N3
63
KESIMPULAN
Rabbit anti-ovPAG DN32 dipergunakan sebagai sumber Rabbit antiovPAG yang paling spesifik dibandingkan dengan yang lainnya. Protein dengan
berat molekul 31 kDa merupakan protein penanda kebuntingan pada domba
garut.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. 2007. Cellular and Mollecular Immunlogy. Ed
ke-6. Philadelphia : Elsevier Inc. hlm 3 17; 123-142.
Ayad A, Sousa NM, Sulon J, Iguer-Ouada M, Beckers JF. 2007. Comparison of
five radioimmunoassay systems for PAG mesurement : Ability to detect
early pregnancy in cow. Reprod Dom Anim 42(4):433-440.
Barbato O et al. 2008. Isolation of pregnancy-associated glycoproteins (PAG)
from water buffalo (Bubalus bubalis) placenta by use of Vicia villosa
bound agarose affinity chromatography. Res Vet Sci 85(3):457-466.
Bella A, Sousa NM, Dehimi M, Watts J, Beckers JF. 2009. Western analyses of
Pregnancy-Associaed Glycoprotein Family (PAG) in Placental Extracts of
Various Mammals. Theriogenology, Volume 68 (7) : 1055-1066.
Boscos CM, Samartzi FC, Lymberopoulos AG, Stefanakis A, Belibasaki S. 2003.
Assessment of progesterone concentration using enzymeimmunoassay for
early pregnancy diagnosis in sheep and goats. Reprod Dom Anim 38(3):
Chow YA et al. 2003. Development of a microtiter plate ELISA and a dipstick
ELISA for the determination of the organophosphorus insecticide fenthion.
J Agric Food Chem 51 : 7854-7860.
Crowther JR. 2001. The ELISA Guidebook. New Jersey : Humana Press. hlm 182.
Cruse JM, Lewis RE. 2002. Illustrated Dictionary of Immunology. Ed ke-2. New
York : CRC Press.
Devlin TM. 2002. Textbook of Biochemistry with Clinical Correlation. New York
: Wiley-Liss.
64
El Amiri B et al. 2003. Isolation and partial characterization of three pregnancyassociated glycoproteins from the ewe placenta. Mol Reprod Dev 64 : 199206.
El Amiri B , Remy B , Sousa NM, Beckers JF. 2004. Isolation and
characterization of eight pregnancy-associated glycoproteins present at
high levels in the ovine placenta between day 60 and day 100 of gestation.
Reprod Nutr Dev 44:169-181.
Erb K, Hau J. 1994. Monoclonal and Polyclonal Antibodies. Di dalam : Svendsen
P, Hau J, editor. Handbook of Laboratory Animal Science. Vol-1. Boca
Raton, Florida : CRC Press. hlm 293-309.
Green JA et al. 2000. Pregnancy-associated bovine and ovine glycoproteins
exhibits spatially and temporally distinct expression patterns during
pregnancy. Biol Reprod 62:1624-1631.
Green JA et al. 2005. The establishment of an ELISA for the detection of
pregnancy-associated glycoproteins (PAGs) in the serum of pregnant cows
and heifers. Theriogenology 63(5):1481-1503.
Goldsby RA, Kindt TJ, Osborne BA. 2000. Kuby Immunology. Ed ke-4. New
York : WH Freeman & Co. hlm 63-172.
Gonzlez F et al. 2004. A comparison of diagnosis of pregnancy in the goat via
transrectal ultrasound scanning, progesterone, and pregnancy-associted
glycoprotein assays. Theriogenology 62:1108-1115.
Hendricksen C, Hau J. 2003. Production of Polyclonal and Monoclonal
Antibodies. Didalam: Hau J, van Hoosier GL, editor. Handbook of
Laboratory Animal Science : Essential Principles and Practices. Volume
1. Ed ke-2. Boca Raton, Florida : CRC Press. hlm 391-411.
Huebner J. 2004. Antibody-antigen interactions and measurements of
immunologic reactions. Di dalam : Pier GB, Lyczak JB, Wetzler LM,
editor. Immunology, infection, and immunity. Washington, DC : ASM
Press. hlm 207-232.
Hughes AL, Green JA, Piontkivska H, Roberts. 2003. Aspartic proteinase
phylogeny and the origin of pregnancy-associated glycoproteins. Mol Biol
Evol 20(11) : 1940 1945.
Karen A et al. 2003. Evaluation of false transrectal ultrasonographic pregnancy
diagnoses in sheep by measuring the plasma level of pregnancy-ssociated
glycoproteins. Reprod Nutr Dev 43:577-586.
Klein C et al. 2006. Monozygotic twin model reveals novel embryo-induced
transcriptome changes of bovine endometrium in the preattachment period.
Biol Reprod 74: 253-264.
Majewska M, Panasiewicz G, Dabrowski M, Gizejewski Z, Beckers JF,
Szafranska B. 2005. Multiple forms of Pregnancy-Associated
Glycoproteins released in vitro by porcine chorion or placentomal and
interplacentomal explants of wild and domestic ruminants. Biol Reprod.
5(2):185-203.
65