Anda di halaman 1dari 6

Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya,
pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda. 8
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu : 8
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah
mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut.
Universitas Sumatera Utara

3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau memisahkan, kemudian
mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat
analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam
satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata
lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
Universitas Sumatera Utara
responden. Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap secara langsung (berhadapan
muka) dengan responden atau tidak berhadapan langsung dengan responden (misalnya
melalui telepon). Angket berupa formulir yang berisi pernyataan dan diajukan secara tertulis
pada sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan. 9

Sejarah Kabupaten Bekasi

Pada abad ke-5 M, di wilayah Jabar berdiri kerajaan


Tarumanegara dengan Raja bernama Purnawarman dan menurut Prof. Dr. Purbatjaraka
istana kerajaan ini terletak di dekat sungai Ciliwung dan sungai Bekasi. Kerajaan
Tarumanegara sendiri runtuh sekitar abad ke-7 dan ke-8 akibat serangan Kerajaan
Sriwijaya. Namun, keberadaannya sebenarnya masih tetap ada hingga abad ke-10
Masehi(Rohedi, 1975:31). Menjelang keruntuhan Tarumanegara, di Jawa Barat ada 2
kerajaan besar yakni Kerajaan Galuh (abad ke-8) dan Kerajaan Pajajaran (abad ke-14).
Diantara kedua kerajaan tersebut, yang memiliki pengaruh cukup besar adalah Kerajaan
Pajajaran hingga Bekasi dibawah kekuasaanya.
Pada masa Kerajaan Pajajaran, Bekasi merupakan salah satu daerah sangat penting
karena letaknya yang sangat strategis sebagai daerah antara ke pelabuhan Sunda Kelapa.
Kekuasaan Kerajaan Pajajaran semakin surut setelah pelabuhan Sunda Kelapa jatuh ke
tangan kalangan muslim dibawah pimpinan Fatahillah, menantu Sultan Demak (Pangeran
Trenggana). Kehadiran kesatuan Islam di Sunda Kelama lambat laun telah menggeser
kekuasaan Pajajaran.
Namun Sunda Kelapa kemudian diganti menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527.
Pada bulan April 1619 terjadi pertempuran antara Jayakarta melawan VOC. Akhirnya
Jayakarta dapat ditundukkan oleh VOC pada tanggal 31 Mei 1619 dan wilayah
kekuasaannya meliputi daerah kekuasaan Jayakarta sebelumnya, termasuk Bekasi.
Setelah VOC berkuasa, Jayakarta berubah menjadi Batavia, kota ini dijadikan basis
utama bagai kekuasaan VOC dalam pengaturan ekonomi dan politik Hindia Timur. Tahun
1746 VOC memproklamirkan bahwa daerah pesisir utara pulau Jawa berada dalam
kekuasaannya dan menjadi daerah yuridiksi kompeni, berarti semua pimpinan yang ada
secara administratif harus mematuhi dan menggunakan hukum kompeni.
Sejarah Bekasi tidaklah dapat dipisahkan dari kolonialisme Belanda, pada saat itu Bekasi
merupakan salah satu distrik (kawedanaan) dari Afdeeling/regenschap Meester Cornelis,
yaitu Residensi Batavia yang dibagi menjadi tiga onderdistrik yang didalamnya terdapat

tuan-tuan tanah dan dibagi lagi dalam kesatuan administrasi terkecil yang disebut
kampung. Akibat diterapkannya system penguasaantanah secara partikelir, maka pada
tahun 1869 terjadi pemberontakan petani Bekasi di Tambun. Pada tanggal 6 September
berdiri Sarekat Islam Cabang Bekasi yang tujuannya ingin menyusun kekuatan untuk
melawan tuan tanah.
Setelah pemerintahan Hindia Belanda takluk kepada Jepang, kemudian Jepang
mengambil alih seluruh administratif pemerintahan dan keamanan sampai ke tingkat
kampung. Sejak awal pemerintahan, semua partai politik dibubarkan sampai akhirnya
terbentuk Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) dan pada tanggal 8 Januari 1944 didirikan
organisasi yang lebih luas yaitu Jawa Hokokai (Kebangkitan Jawa).
Saat Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, kota-kota
disekitar Jakarta seperti Tangerang, Bogor, dan Bekasi menyambutnya dengan semangat
dan penuh suka cita, bahkan sempat menimbulkan kekerasan dengan cara melucuti
persenjataan setiap tentara Jepang yang tertangkap dan tidak sedikit yang terbunuh.
Sejak itu di Bekasi muncul beberapa pergerakan masyarakat yang tujuaanya untuk
melawan pendudukan Jepang yang kejam dan menyengsarakan rakyat. Pada tanggal 19
Oktober 1945 terjadi insiden Kali Bekasi dan tanggal 23 November 1945 dimulainya
peristiwa Bekasi lautan api yaitu terjadi pertempuran antara masyarakat Bekasi dengan
tentara sekutu.
Situasi tahun 1949 masih diwarnai pertempuran dan diplomatis, Bekasi masih merupakan
kawedanaan, bagian dari Kabupaten Jatinegara. Kemudian awal tahun 1950 para tokoh
masyarakat Bekasi membentuk Panitia Amanat Rakyat Bekasi, dan pada tanggal 17
Januari 1950 Panitia Amanat Rakyat mengadakan rapat raksasa dengan semua rakyat
Bekasi. Dalam rakyat itu selain adanya beberapa tuntutan, rakyat Bekasi meminta kepada
pemerintah agar Kabupaten Jatinegara diganti menjadi Kabupaten Bekasi. Setelah tiga
kali pembicaraan antara bulan Februari sampai Juni 1950 akhirnya Moh. Hatta sebagai
Perdana Menteri RIS menyetujui pembentukan Kabupaten Bekasi.
Penggantian nama Kabupaten Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi tertuang dalam UU
No. 14 tanggal 8 Agustus Tahun 1950 tentang pembentukan kabupaten di Jabar serta
memperhatikan PP No. 32 tanggal 14 Agustus 1950 tentang penetapan mulai berlakunya
UU No. 12, 13, 14, dan 15 tahun 1950, dan realisasinya baru dilaksanakan tanggal 15
Agustus 1950 yang kemudian diakui sebagai lahirnya Kabupaten Bekasi/Hari Jadi
Kabupaten Bekasi dengan Bupati pertama adalah R. Suhanda Umar, SH.

Anda mungkin juga menyukai