Anda di halaman 1dari 15

TUGAS AGAMA ISLAM

ISLAM dan IPTEKS

AKBAR NUR FADILLAH


1212010038
TEKNIK MESIN PERANCANGAN 3A
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2013

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam, sebab
kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya tunduk patuh, mempunyai makna
tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan Allah. Dalam Surat Ali Imran ayat 83, Allah
menegaskan bahwa seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun di bumi, selalu berada dalam
keadaan islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-aturan Ilahi. Allah memerintahkan manusia
untuk meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu manusia takkan mampu
menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam
dan ilmu mempunyai akar huruf yang sama: ain-lam-mim.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita
lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia
mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia,
tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita
selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu
yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri,
harus memperhatikan beberapa hal yang penting.
Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk kita. Terkadang
ada pula yang menggunakan bahan bahan berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar.
Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb. Sesungguhnya Allah
melarang kita membuat pengrusakan di bumi, seperti dalam firman-Nya dalam (Q.S. Al-Araf :
56).
Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang orang yang berbuat baik.
Kita sebagai manusia, tak lepas dari tanggung jawab kita sebagai khalifah dimuka bumi. Dimana
kita ditugaskan untuk menjaga bumi dan seluruh isinya agar tetap asri. Ada alasan mengapa
Allah menciptakan kita sebagai khalifah dibumi ini?!!, yaitu karena manusia memiliki akal untuk
berfikir dan mengenali lingkungannya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup
lainnya. Bahkan malaikat pun pernah protes lantaran adam memiliki jabatan sebagai khalifah.
Seperti yang dikatakan Allah dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqarah : 34
Dan ingatlah tatkala kami berkata kepada malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam! Maka
sujudlah mereka, kecuali iblis enggan dia dan menyombongkan diri, karena dia adalah dari
golongan makhluk yang kafir.
Dengan surat tersebut menjelaskan bahwa kemampuan berfikir itulah yang membuat manusia
dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini jika dibandingkan dengan malaikat yang kita ketahui
sebagai makhluk yang maksum dari dosa. Bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi khalifah tidak
hanya bertasbih menyebut asma-Nya tapi juga kemampuannya dalam mengenali lingkungannya

dan berfikir. Ini adalah karunia yang besar bagi kita. Seharusnya kita bersyukur dan mampu
memanfaatkannya dengan baik.
B. Rumusan Permasalahan
Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan sains dan teknologi, serta karakteristik dna sumbernya ?
2. Bagaimanakah pandangan islam terhadap akal dan wahyu?
3. Bagaimanakah motivasi islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan makalah pengamatan ini adalah untuk mengetahui perspektif serta motivasi
islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dan manfaat penyusunan makalah pengamatan ini untuk kepentingan teoritis, yaitu untuk
menambah khazanah keilmuan tentang Ilmu pengetahuan dalam islam sehingga dapat mewarnai
menambah pengtahuan mahasiswa, serta diharapkan dapat memberi informasi tambahanatau
pembanding bagi peneliti lain dengan masalah sejenis.
Manfaat penyusunan makalah pengamatan ini adalah untuk kepentingan praktis, yaitu kontribusi
terhadap pemikiran Islam serta menghadirkan Islam secara lebih komprehensif..
PEMBAHASAN : ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
A. Perkembangan Sains dan Teknologi, Serta Karakteristik dan Sumbernya
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam
kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan
ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.
Sejarah ilmu pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia terlepas dari asal usul
kebangsaan maupun asal mula negara, dan pembagian lintasan sejarah ilmu yang paling tepat
adalah menurut urutan waktu dan bukan berdasarkan pembagian negara, lintasan sejarah ilmu
terbaik mengikuti pembagian kurun waktu dari satu zaman yang terdahulu ke zaman berikutnya,
zaman tertua dari pertumbuhan ilmu adalah zaman kuno yang merentang antra tahun kurang
lebih 4000 SM-400M. Zaman kuno ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. 4000- 6000 s.M : Masa Mesir dan Babilon
2. 600-30 s.M
: Masa Yunani Kuno
3. 30 SM-400 M
: Masa Romawi
Di mesir mulai tumbuh berbagai gagasan ilmiah dari pengetahuan arsitektur, ilmu gaya, ilmu
hitung, ilmu ukur. Semua ilmu ini penting untuk keperluan membangun berbagai kuil, istana, dan
piramid. Ilmu bedah dan ilmu kedokteran juga mulai dikembangkan di Mesir, di Babilonia
dikembangkan berbagai gagasan ilmiah dari ilmu bintang dan ilmu pasti. Suatu hal lain yang
perlu diketahui bahwa masih melekat pada pertumbuan ilmu pada masa yang pertama ini adalah

adanya penjelasan penjelasan yang persifat gaib. Pada masa berikutnya di Yunani Kuno antara
tahun 600-30 S.M mengenal siapa para pengembang ilmu serta tempat dan tahun kelahirannya.
Ada dua jenis ilmu yang dipelajari yang pada waktu itu mendekati kematangannya, pertama,
ilmu kedokteran, praktek yang setidaknya mencoba menerapkan metode yang berdisiplin dalam
pengamatan dan penarikan kesimpulan, dan kedua, geometri, yang sedang mengumpulkan
setumpukan hasil di seputar hubungan-hubungan antara ilmu hitung yang disusun secara khusus
dan sedang mendekati masalah-masalah struktur logis serta masalah-masalah definisi. Imuwanilmuwan yang terkemuka pada waktu itu di antaranya adalahThales (525-654 s.M.) merupakan
ilmuwan yang pertama di dunia karena ia memplopori tumbuhnya Ilmu Bintang, Ilmu Cuaca,
Ilmu Pelayaran, dan Ilmu Ukur dengan berbagai ciptaaan dan penemuan penting. Ilmuwan
Yunani Kuno kedua adalah Pythagoras (578?-510 s.M.) merupakan ahli Ilmu Pasti. Ilmuwan
Yunani Kuno yang ketiga adalah Democritus (470-400 s.M.), gagasan ilmiahnya yang terkenal
ialah tentang atom.
Perkembangan ilmu pada Masa berikutnya adalah Masa Romawi yang merupakan masa terakhir
dari pertumbahan ilmu pada Zaman Kuno dan merupakan masa yang paling sedikit memberikan
sumbangsih pada seajarah ilmu dalam Zaman Kuno. Namun bangsa Romawi memiliki
kemahiran dalam kemampuan keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan serta mengatuur
hukum dan pemerintahan. Bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis dan mengabaikan teori
ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang terkemuka. Perkembangan
berikutnya pada zaman pertengahan, ribuan naskah pengetahuan dari Zaman Yunani Kuno yang
terselamatkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh cendekiawan Muslim dan sebagian
ditambahi catatan ulasan, abad VII dan VIII Kaum Muslim meguasai wilayah-wilayah Asia Kecil
sampai Mesir dan Spanyol. Kota-kota yang merupakan pusat-pusat kebudayaannya ialah
Bagdad, Damaskus, Kairo, Kordoba, dan Toledo. Ilmuwan-ilmuwan Muslim yang terkenal
seperti Al-Razi (865-925) dan Ibnu Sina (980-1037) adalah ahli ilmu Kedokteran, Jabir ibn
Hayyan (721-815) dalam Pengetahuan Kimia dan obat-obatan, serta dalam Ilmu Penglihatan
oleh Ibn al-Haytham (965-1038).
Pada abad XI bangsa-bangsa Eropa Utara berangsur-angsur mengetahui perkembangan
pengetahuan ilmiah yang berlagsung di daerah Muslim. Dan dengan sebab itu Abad XIV-XVI
dikenal Zaman Pencerahan (renaissance) di Eropa, ditandai dengan kelahiran kembali semua
ilmiah maupun pengetahuan kemanusiaan dari Masa Yunani Kuno. Ilmuwan yang terkemuka
saat itu ialah Nicolaus Copernicus (1473-1543) seorang peletak dasar Ilmu Bintang Modern.
Lainnya adalah Andreas Vesailus (1514-1564) ahli Ilmu Urai Tubuh Modern. Dengan
berakhirnya Zaman Pencerahan dunia memasuki Zaman Modern mulai Abad XVII, pengertian
ilmu yang modern dan berlainan dengan ilmu lama atau klasik mulai berkembang dalm abad ini.
Perkembangan ini terjadi karena perkembangan 3 hal, yaitu perubahan alam pikiran orang,
kemajuan teknologi, dan lahirnya tata cara ilmiah. Pada Zaman ini banyak melahirkan ilmuwan
dengan teori baru di bidang ilmu pengetahuan yang beragam. Misal, Isaac Newton (1642-1727)
penemu Kaidah Gaya Berat dan Teori Butir Cahaya, Thomas Robert Malthus (1766-1834) Teori
Kependudukan. Setelah memasuki Abad XX pertumbuhan ilmu di dunia mengalami ledakan,
karena boleh dikatakan setiap tahun puluhan penemuan hasil penelitian para ilmuwan muncul.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang
mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut
sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu
alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang

sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat
ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang
dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut
kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang
penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani Metodos yang
berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya
merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu
sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab
akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian
sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya universal merupakan
syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an
(universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah
tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus
tersedia konteks dan tertentu pula.
Usaha-usaha manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah di segenap penjuru alam
semesta melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences), sedangkan usaha-usaha
manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah dalam kehidupan manusia melahirkan
ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan budaya (social and cultural sciences).
Pengembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan oleh siapa saja, baik orang yang beriman
maupun yang tidak beriman, asalkan memiliki sikap intelektual dan kemampuan metodologi
ilmiah, sebab ayat-ayat Allah bersifat:
1. pasti (Al-Furqan 2)
2. tidak pernah berubah (Al-Fath 23)
3. obyektif (Al-Anbiya 105)
Dampak positif dari adanya Iptek adalah sebagai berikut :
1. Mampu meringankan masalah yang dihadapi manusia.
2. Mengurangi pemakaian bahan bahan alami yang semakin langka.
3. Membuat segala sesuatunya menjadi lebih cepat
4. Membawa manusia kearah lebih modern.
5. Menyadarkan kita akan keesaan Allah SWT
6. Menjawab pertanyaan yang dari dulu diajukan oleh nenek moyang kita melalui penelitian
ilmiah.
Sedangkan dampak negatif dari adanya Iptek adalah sebagai berikut :
1. Dengan segala sesuatunya yang semakin mudah, menyebabkan orang orang menjadi malas
berusaha sendiri.

2. Menjadi tergantung pada alat yang dihasilkan oleh IPTEK itu sendiri.
3. Melupakan keindahan alam.
4. Masyarakat lebih menyukai yang instan.
5. Dengan memanipulasi makanan yang ada, menyebabkan masyarakat kurang gizi.
6. Kekhawatiran masyarakat terhadap IPTEK yang semakin maju menyebabkan peradaban
baru.
Sumber ilmu pengetahuan adalah alam. Alam adalah gudang inspirasi, ide, dan motivasi untuk
mengarahkan seseorang mencapai suatu peradaban yang lebih tinggi. Dalam autobiografi
seorang pelaut yang terkenal di zaman dynasti China yaitu Laksamana Chengho (seorang
jenderal) yang pernah melakukan pelayaran ke Afrika dan Asia menyebutkan, alam telah
memberikan motivasi, semangat, dan arahan kepadanya untuk melakukan penjelajahan ke dunia
lain untuk menemukan hal-hal baru. Suatu ide, gagasan, dan motivasi pada awalnya bersumber
dari rasa keingintahuan kita akan sesuatu hal. Rasa keingintahuan ini kemudian dirangsang oleh
alam melalui akal pikiran kita sehingga timbul suatu ide, motivasi, dan semangat dalam diri.
Rasa keingintahuan inilah yang mendasari untuk berkembangnya ilmu dan pengetahuan.
B. Akal dan Wahyu dalam Islam
Akal adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhlukmakhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah
urusan mereka di dunia.
Materi aql dalam al-Quran terulang sebanyak 49 kali, kecuali satu, semuanya datang dalam
bentuk kata kerja seperti dalam bentuk taqilun atau yaqilun. Kata kerja taqilun terulang
sebanyak 24 kali dan yaqilun sebanyak 22 kali, sedangkan kata kerja aqala, naqilu dan yaqilu
masing-masing satu kali (Qardawi, 1998: 19). Pengertian akal dapat dijumpai dalam penjelasan
ibnu Taimiyah (2001: 18). Lafadz akal adalah lafadz yang mujmal (bermakna ganda) sebab
lafadz akal mencakup tentang cara berfikir yang benar dan mencakup pula tentang cara berfikir
yang salah. Adapun cara berfikir yang benar adalah cara berpikir yang mengikuti tuntunan yang
telah ditetapkan dalam syara. Lebih lanjut, Ibnu Taimiyah dalam bukunya yang berjudul Hukum
Islam dalam Timbangan Akal dan Hikmah juga menyinggung mengenai kesesuaian nash alQuran dengan akal, jika ada pemikiran yang bertentangna dengan akal maka akal tersebutlah
yang salah karena mengikuti cara berpikir yang salah.
1. Definisi Akal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu atau
kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud
dengan akal adalah gabungan dari dua pengertian di atas, yang disampaikan oleh ibn Taimiyah
dan menurut kamus, yakni daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat
kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah atau bisa benar. Untuk
selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata akal.
Akal secara bahasa dari mashdar Yaqilu, Aqala, Aqlaa, jika dia menahan dan memegang erat
apa yang dia ketahui.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
Kata akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan dari kata melepas,
membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak

untuk jisim yang nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin, maka akal adalah menahan
dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah maka lafadz
akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu.
Syaikh Al Albani berkata,
Akal menurut asal bahasa adalah At Tarbiyyah yaitu sesuatu yang mengekang dan mengikatnya
agar tidak lari kekanan dan kekiri. Dan tidak mungkin bagi orang yang berakal tersebut tidak lari
ke kanan dan kiri kecuali jika dia mengikuti kitab dan sunnah dan mengikat dirinya dengan
pemahaman salaf.
Al Imam Abul Qosim Al Ashbahany berkata,
akal ada dua macam yaitu : thabii dan diusahakan. Yang thabii adalah yang datang bersamaan
dengan yang kelahiran, seperti kemampuan untuk menyusu, makan, tertawa bila senang, dan
menangis bila tidak senang.
Kemudian seorang anak akan mendapat tambahan akal di fase kehidupannya hingga usia 40
tahun. Saat itulah sempurna akalnya, kemudian sesudah itu berkurang akalnya sampai ada yang
menjadi pikun. Tambahan ini adalah akal yang diusahakan.
Adapun ilmu maka setiap hari juga bertambah, batas akhir menuntut ilmu adalah batas akhir
umur manusia, maka seorang manusia akan selalu butuh kepada tambahan ilmu selama masih
bernyawa, dan kadang dia tidak butuh tambahan akal jika sudah sampai puncaknya.
Hal ini menunjukan bahwa akal lebih lemah dibanding ilmu, dan bahwasanya agama tidak bisa
dijangkau dengan akal, tetapi agama dijangkau dengan ilmu.
2. Pemuliaan Islam Terhadap Akal
Islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, diantara hal yang menunjukan perhatian dan
penghormatan islam kepada akal adalah :
1. Islam memerintahkan manusia untuk menggunakan akal dalam rangka mendapatkan hal-hal
yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Islam mengarahkan kekuatan akal kepada tafakkur (memikirkan) dan merenungi (tadabbur)
ciptaan-ciptaan Allah dan syariat-syariatnya sebagaimana dalam firmanNya,
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadiaan) diri mereka? Allah tidak menjadikan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) benar dan waktu
yang telah ditentukan, Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan
pertemuan dengan Tuhannya. (QS. Ar-Rum)
Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang
berakal, (Al Baqarah : 184),
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jumat, maak
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Jumuah : 9).
2. Islam melarang manusia untuk taklid buta kepada adat istiadat dan pemikiran-pemikiran
yang bathil sebagaimana dalam firman Allah,
Dan apabila dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka
menjawab, (tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami, (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka
tidak mengetahui sesuatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk? (QS. Al Baqarah : 170).
3. Islam memerintahkan manusia agar belajar dan menuntut ilmu sebagaimana dalam firman
Allah,
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.(QS. At Taubah : 122).


4. Islam memerintahkan manusia agar memuliakan dan menjaga akalnya, dan melarang dari
segala hal yang dapat merusak akal seperti khomr, Allah berfirman,
Hai, orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkurban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al
Maidah, 90).
3. Ruang Lingkup Akal Dalam Islam
Meskipun islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, tetapi tidak menyerahkan segala
sesuatu kepada akal, bahkan islam membatasi ruang lingkup akal sesuai dengan kemampuannya,
karena akal terbatas jangkauannya, tidak akan mungkin bisa menggapai hakekat segala sesuatu.
Maka Islam memerintahkan akal agar tunduk dan melaksanakan perintah syari walaupun belum
sampai kepada hikmah dan sebab dari perintah itu.
Kemaksiatan yang pertama kali dilakukan oleh makhluk adalah ketika Iblis menolak perintah
Allah untuk sujud kepada Adam karena lebih mengutamakan akalnya yang belum bisa
menjangkau hikmah perintah Allah tersebut dengan membandingkan penciptaannya dengan
penciptaan Adam,
Iblis berkata: Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia
Engkau ciptakan dari tanah.. (QS.Shaad ; 76).
Karena inilah islam melarang akal menggeluti bidang-bidang yang diluar jangkauannya seperti
pembicaraan tentang Dzat Allah, hakekat ruh, dan yang semacamnya, Rasulullah bersabda,
Pikirkanlah nikmat-nikmat Allah, janganlah memikirkan tentang Dzat Allah.
Allah berfirman,
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,Roh itu termasuk urusan Tuhanku,dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.(QS.Al Isra: 85).
Allah menyuruh kita untuk memaksimalkan kemampuan akal yang diberikan pada kita. Salah
satu cara, Ia menganjurkan pada kita untuk menuntut ilmu setinggi tingginya demi kemajuan
umat bersama. Bahkan pernah dikatakan dalam suatu hadits bahwa ada tiga peninggalan yang
mampu menolong manusia untuk terhindar dari api neraka yaitu amal jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan doa anak sholeh. Dengan kata lain, Allah hendak mengatakan bahwa ilmu
sangatlah penting untuk kita, sebagai umat islam, bukan hanya penting untuk kehidupan dunia,
tetapi juga kehidupan akhirat. Ilmu yang bermanfaat itu dapat kita bawa hingga ke akhirat kelak.
Firman Allah dalam QS. Ali Imran : 110, Kamu adalah umat yang paling baik (khaira ummah,
umat pilihan), yang dilahirkan untuk kepentingan manusia; menyuruh mengerjakan yang benar
dan melarang membuat salah, serta beriman kepada Allah. Sekranya orang-orang keturunan
Kitab itu beriman, sesungguhnya itu baik untuk mereka. Sebahagian mereka beriman, tetapi
kebanyakannya orang-orang yang jahat.
Sebenarnya umat yang menjadi pengamal wahyu Allah (Islam) memiliki identitas (ciri, sibghah)
yang jelas di antaranya menguasai ilmu pengetahuan. Dalam mewujudkan keberadaannya
ditengah masyarakat mereka menjadi innovator dan memiliki daya saing serta memiliki imajinasi
yang kuat disamping kreatif dan memiliki pula inisiatif serta teguh dalam prinsip (istiqamah,
consern), bahkan senantiasa berfikir objektif dan mempunyai akal budi.
4. Definisi Wahyu
Wahyu sendiri dalam al-Quran disebut dengan kata al-wahy yang memiliki beberapa arti seperti

kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari
Allah ke dalam dada nabi-nabiNya, sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz al-Quran (asShieddiqy: 27). Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata
wahyu.
Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui
mimpi dan sebagainya. Wahyu adalah sesuatu yang dimanifestasikan, diungkapkan. Ia adalah
pencerahan, sebuah bukti atas realitas dan penegasan atas kebenaran. Setiap gagasan yang di
dalamnya ditemukan kebenaran ilahi adalah wahyu, karena ia memperkaya pengetahuan sebagai
petunjuk bagi manusia (Haque, 2000: 10). Allah sendiri telah memberikan gambaran yang jelas
mengenai wahyu ialah seperti yang digambarkan dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 16 yaitu:
Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang
lurus
Pengertian wahyu dalam penelitian di sini adalah kitab al-Quran yang di dalamnya merupakan
kumpulan-kumpulan dari wahyu yang membenarkan wahyu-wahyu sebelumnya (taurat, injil,
zabur) dan diturunkan oleh Allah hanya kepada Nabi Muhammad SAW selama hampir 23 tahun
(Haque, 2000: 19).
Wahyu, menurut Kamus Al-Mufrdt f Ghara`ibi`l-Qur`n, makna aslinya adalah
al-Isyaratu`s-sarah. Artinya, isyarat yang cepat yang dimasukkan ke dalam hati
seseorang atau ilqun fi`r-rau`i, maksudnya yang disampaikan dalam hati.
5. Fungsi Wahyu
1. Wahyu merupakan sumber pokok ajaran Islam.
2. Wahyu sebagai landasan berpikir. Semua produk pemikiran (ilmu, teori, konsep dan
gagasan) tidak boleh lepas dari wahyu, baik makna tersirat maupun tersurat.
3. Wahyu sebagai landasan berbuat, bersikap, berperilaku dalam semua segi kehidupan.
Akal dan wahyu kalau diletakkan secara fungsionalis, maka keduanya saling memiliki fungsi.
Akal memiliki fungsi untuk memahami wahyu, karena wahyu ditulis dengan bahasa Arab, dan
tidak setiap orang dapat memahami teks Arab. Wahyu (Al Quran sebagai hudan, untuk
memahami hudan diperlukan akal. Wahyu memiliki fungsi mengarahkan kerja akal dan
memberikan informasi kandungan wahyu yangg memerlukan bukti empiris, bahkan dengan
observasi, eksperimen, penyelidikan dan penelitian, yang ini semua dikerjakan dengan akal
pikiran.
C. Motivasi Islam dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya"
(Al-'Alaq : 1-5)

Ayat tersebut diatas mendorong Umat Islam untuk pandai membaca, berfikir dan berkreasi.
semakin banyak membaca, semakin banyak manfaat yang diperoleh. Ilmu akan bertambah,
bahasa makin baik, dan wawasan makin luas. Bacalah alam ini. Bacalah Al Qur'an ini. Bacalah
buku-buku ilmu pengetahuan. Jadi, membaca merupakan kunci pembuka untuk mempelajari
ilmu pengetahuan.
Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan sebagaimana yang dicerminkan dalam wahyu
pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tersebut diatas. Begitu besar perhatian
Islam terhadap ilmu pengetahuan, sehingga setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan
diwajibkan untuk menuntut ilmu.
Sabda Nabi : "Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki dan perempuan" (HR.
Ibnu Abdil Bar). Dimanapun ilmu berada, Islam memerintahkan untuk mencarinya. Sabda Nabi :
"Carilah ilmu meskipun di negeri Cina" (HR Ibnu 'Adi dan Baihaqi). Menuntut ilmu dalam Islam
tidak berhenti pada batas usia tertentu, melainkan dilaksanakan seumur hidup. tegasya dalam hal
menuntut ilmu tidak ada istilah "sudah tua". Selama hayat masih dikandung badan, manusia
wajib menuntut ilmu. Hanya caranya saja hendaklah disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan masing-masing. Perintah menuntut ilmu sepanjang masa ini diterangkan dalam
Hadits Nabi SAW. "Carilah ilmu sejak buaian sampai ke liang lahad".
Dengan memiliki ilmu, seseorang menjadi lebih tinggi derajatnya dibanding dengan yang tidak
berilmu. Atau dgn kata lain, kedudukan mulia tidak akan dicapai kecuali dengan ilmu.
Firman Allah SWT : "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (Al Mujadilah : 11)
Dan firman Allah SWT : "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui" (Az-Zumar : 9). Sementara itu, penghormatan terhadap penuntut ilmu
dijelaskan pula dalam beberapa Hadits Nabi SAW. diantaranya : "Tidaklah suatu kaum
berkumpul disalah satu rumah Allah, sambil membaca al Qur'an dan mempelajarinya kecuali
mereka dinaungi oleh para malaikat, mereka diberikan ketenangan, disirami rahmat dan selalu
diingat Allah".
"Sesungguhnya, malaikat akan meletakkan sayapnya (menaungi) pada pencari ilmu karena
senang apa yang sedang dituntutnya".
Menurut hadits tersebut diatas, tempat-tempat majlis ilmu itu dinaungi malaikat, diberikan
ketenangan (sakinah), disirami rahmat dan dikenang Allah di singgasana-Nya. Begitulah
penghormatan yang diberikan kepada orang-orang yang menuntut ilmu pengetahuan itu.
Ilmu Memperkuat Iman
Ilmu pengetahuan dapat memperluas cakrawala dan memperkaya bahan pertimbangan dalam
segala sikap dan tindakan. Keluasan wawawasan, pandangan serta kekayaan informasi akan
membuat seseorang lebih cenderung kepada obyektivitas, kebenaran dan realita. Ilmu yang benar
dapat dijadikan sarana untuk mendekatkan kebenaran dalam berbagai bentuk. Tentunya bagi
seorang muslim, dibalik wajah-wajah kebenaran itu tersirat kebenaran yang mutlak adalah Allah
SWT. Dengan kata lain, ilmu yang benar mendorong seseorang beriman kepada Allah SWT.
Bahkan lebih dari itu, ilmu yang benar dapat pula memperkuat dan meningkatkan keimanan

seseorang. Ilmu dapat memperkuat iman, dan iman melahirkan kepatuhan dan tawadhu' kepada
Allah SWT.
Firman Allah SWT : "Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini Al Qur'an itulah
yang hak (petunjuk yang benar) dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepada-Nya" (al Hajj : 54).
Dari salah satu hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud : "Dari Abu Darda' berkata, saya
mendengar Rasulallah SAW bersabda : 'Kelebihan seseorang alim dari seseorang 'abid (banyak
ibadah) seperti kelebihan bulan pada bintang-bintang".
Menurut hadits ini orang yang berilmu melebihi dari orang yang banyak ibadah laksana bulan
melebihi bintang-bintang. Ilmu manfaatnya tidak terbatas, bukan hanya bagi pemiliknya. Tapi ia
membias ke orang lain yang mendengarkannya atau yang membaca karya tulisnya. Sedangkan
ibadah manfaatnya terbatas hada pada sipelakunya.
Ilmu atasar dan pengaruhnya tetap abadi dan lestari selama masih ada orang yang
memanfaatkannya, meskipun sudah beberapa ribu tahun. Tetapi orang yang melakukan shalat,
puasa, zakat, haji, bertasbih, bertakbir dll tetap diberi pahala oleh Allah SWT, akan tetapi semua
ini segera berakhir dengan berakhirnya pelaksanaan dan kegiatan.
Sabda Nabi : "Jika manusia meninggal dunia, semua amalnya terputus kecuali tiga : sedekah
jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendo'akan kedua orang tuanya" (HR.
Muslim).
Marilah kita perhatikan intisari ajaran Al-Quran tentang sains dan teknologi. Pertama, Allah
menciptakan alam semesta dengan haqq (benar) kemudian mengaturnya dengan hukum-hukum
yang pasti (Al-A`raf 54, An-Nahl 3, Shad 27).
Kedua, manusia diperintahkan Allah untuk meneliti dan memahami hukum-hukum Allah di alam
semesta (Ali Imran 190-191, Yunus 101, Al-Jatsiyah 13).
Ketiga, dalam memanfaatkan hukum-hukum Allah di alam semesta yang melahirkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, manusia harus berwawasan lingkungan dan dilarang untuk merusak
atau membuat pencemaran (Al-Qasas 77, Ar-Rum 41).
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, kita harus memiliki sikap-sikap intelektual yang
diperintahkan Allah dalam Al-Quran.
Pertama, kritis terhadap permasalahan yang dihadapi, sebagaimana tercantum dalam Surat AlIsra ayat 36: Dan janganlah engkau ikuti sesuatu yang tiada padamu pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan isi hati, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.
Kedua, bersedia menerima kebenaran dari mana pun datangnya, sebagaimana tercantum dalam
Surat Az-Zumar ayat 18: Maka gembirakanlah hamba-hamba-Ku yang menginventarisasi

pendapat-pendapat, lalu mengikuti yang terbaik. Mereka itulah yang memperoleh petunjuk Allah
dan mereka itulah kaum intelektual.
Ketiga, menggunakan daya nazhar (nalar) semaksimal mungkin, sebagaimana tercantum dalam
Surat Yunus ayat 101: Katakan: nalarilah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan tidaklah
berguna segala ayat dan peringatan itu bagi kaum yang tidak percaya.
Menurut Surat Ali Imran 191-194, seorang ilmuwan atau intelektual Muslim harus mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut:
1. Senantiasa dalam kondisi zikir, memelihara komitmen kepada ajaran Allah.
2. Mengembangkan daya fikir dalam menalari ciptaan Allah.
3. Memanfaatkan potensi dan kesempatan yang disediakan Allah.
4. Menjauhi perilaku menyimpang dari ajaran Allah.
5. Siap membela kebenaran dan keadilan serta memberantas kezaliman.
6. Teguh beriman kepada Allah dan Rasul dalam sikap dan perilaku.
7. Menyadari kekhilafan dan berusaha meningkatkan kemampuan diri.
8. Ikhlas berkorban mempersembahkan bakti hanya kepada Allah.
9. Berwawasan masa depan untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Terdapat tiga alasan pokok, mengapa kita perlu menguasai iptek, yaitu :
1. Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara barat. Ini
fakta, tidak bisa dipungkiri.
2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-negara
Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan IPTEK-nya,
misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai
sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.
Sumber Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa
Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun
telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik
(dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan
memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut:
1. Al-Quran dan Sunnah :
Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai
sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah
SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested
interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga
tentang kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai
perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3) dan menjadikan Nabi SAW sebagai
pemimpin dalam segala hal (QS 33/21).
2. Alam semesta:
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS 3/190-192) dan
mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2 yang telah dibuktikan oleh
pengetahuan modern seperti :

a) Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).
b) Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30): Kegelapan (nebula dari kumpulan H dan He
yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya akibat medan magnetik yang menghasilkan panas
radiasi termonuklir (bintang dan matahari) pembakaran atom H menjadi He lalu menjadi C lalu
menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam seperti planet (bumi) panas turun
menimbulkan kondensasi baru membentuk air baru mengakibatkan adanya kehidupan
(tumbuhan).
c) Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3), matahari sebagai
contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.
d) Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).
e) Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama ad-dunya) (QS 37/6).
f) Ayat yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya (nur/kaukab) dengan
matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16).
g) Ayat tentang gaya tarik antar planet (QS 55/7).
h) Ayat tentang revolusi bumi mengedari matahari (QS 27/88).
i) Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki waktu orbit yang berbeda2 (QS 55/5) dan garis
edar sendiri2 yang tetap (QS 36/40).
j) Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS 39/5).
k) Ayat tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6/125).
l) Ayat tentang akan sampainya manusia (astronaut) ke ruang angkasa (ini bedakan dengan lau)
dengan ilmu pengetahuan (sulthan) (QS 55/33).
m) Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan salju (QS 24/43).
n) Ayat tentang bahwa awal kehidupan dari air (QS 21/30).
o) Ayat bahwa angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan (QS
15/22).
p) Ayat bahwa pada tumbuhan terdapat pasangan bunga jantan (etamine) dan bunga betina
(ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3).
q) Ayat tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari makanan (farts) lalu diserap oleh
darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66), perlu dicatat bahwa peredaran darah baru
ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya nabi Muhammad SAW.
r) Ayat tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan campuran
(QS 76/2), mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat
spermatozoid), vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostrate
(pemberi warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir).
s) Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22/5), dengan
tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel dpada rahim.
t) Ayat tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nuthfah) zygote yang melekat
(alaqah) segumpal daging/embryo (mudhghah) dibungkus oleh tulang dalam misenhyme
(izhama) tulang tersebut dibalutoleh otot dan daging (lahma) (QS 23/14).
3. Diri manusia:
Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptaannya, baik
secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa manusia tersebut (QS 91/7-10).
4. Sejarah:
Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar sejarah

(QS 12/111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya dan akan datangnya hari
pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Firaun,
dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga
saat ini.
Bila diteliti bahwa ayat pertama turun adalah (Iqra, artinya baca) QS. 96, Al Alaq 1-5.
Membaca dan menulis, adalah jendela ilmu pengetahuan. Dijelaskan, dengan membaca dan
menulis akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui (allamal-insana
maa lam yalam). Ilham dan ilmu belum berakhir. Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal dan
dorongan kepada manusia untuk mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap
perubahan zaman dan pergantian masa. Adapun keistimewaan ilmu, menurut wahyu Allah,
antara lain :
1. Yang mengetahui pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah dan orang-orang yang
dalam ilmunya (QS.2:7)
2. Orang berilmu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (QS.3:18)
3. Di atas orang berilmu, masih ada lagi yang Maha Tahu (QS.12:76)
4. Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43, dan 21:7)
5. Jangan engkau turuti apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu (QS.17:36)
6. Kamu hanya mempunyai ilmu tentang ruh sedikit sekali (QS.17:85)
7. Memohonlah kepada Allah supaya ilmu bertambah (QS.20:114)
8. Ilmu mereka (orang yang menolak ajaran agama) tidak sampai tentang akhirat (QS.27:66)
9. Hanyalah orang-orang berilmu yang bisa mengerti (QS.29:43)
10. Yang takut kepada Tuhan hanyalah orang-orang berilmu (QS.35:28)
11. Tuhan meninggikan orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa tingkatan
(QS.58:11)
12. Tuhan mengajarkan dengan pena (tulis baca) dan mengajarkan kepada manusia ilmu yang
belum diketahuinya (QS.96:4-5)
Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam ayatayat berikut:
Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?
Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. AzZumar [39] : 9).
Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa saja
yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia telah
dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah. (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS Mujaadilah [58] :11)
Rasulullah SAW pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik
mungkin. Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang
sama sekali lain dari zamanmu kini. (Al-Hadits Nabi SAW).
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para
penuntut ilmu. (Al-Hadits Nabi SAW).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segisegi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
2. Akal adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhlukmakhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah
urusan mereka di dunia.
3. Wahyu sendiri dalam al-Quran disebut dengan kata al-wahy yang memiliki beberapa arti
seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara
cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabiNya, sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz alQuran (as- Shieddiqy: 27). Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada
penggunaan kata wahyu.
4. Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui
mimpi dan sebagainya. Wahyu adalah sesuatu yang dimanifestasikan, diungkapkan.
5. Alquran dan Al Sunnah merupakan sumber ilmu pengetahuan yang utama dlaam islam.
6. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan mewajibkan kepada ummatnya untuk
senantiasa mencari ilmu.
B. Saran
1. Sebagai umat islam kita harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang berguna bagi umat
manusia.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu yang di peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan umat
manusia.
3. Menjadikan Al Quran dan Al Sunnah sebagai pegangan hidup karena keduanya merupakan
sumber ilmu yang paling utama.

Anda mungkin juga menyukai