PENDAHULUAN
Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi, dapat melibatkan
seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang
berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Salah satunya yang sering terjadi adalah osteomielitis.
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan struktur
disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik maupun non piogenik. Penyebab
tersering osteomielitis pyogenik adalah Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli,
Pseudomonas, dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus influenzae dan kelompok
B streptokokus seringkali bersifat patogen.1
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada
bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang
tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah sekitar 1
kasus per 1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36 %.
Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Kejadian tertinggi
pada negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah
terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari. 2
Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah banyak dikembangkan tentang bagaimana cara
menatalaksana penyakit ini dengan tepat. Sangat penting mendiagnosis osteomielitis ini sedini
mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan dengan antibiotika dapat dimulai, dan
perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi
yang masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh tulang mengalami
kerusakan yang dapat menimbulkan kelumpuhan.
Seringkali usaha ini berupa suatu tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli bedah
plastik, ahli penyakit infeksi, ahli penyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli fisioterapi yang
berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang optimal bagi penderita. Infeksi
dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik melalui peredaran
darah maupun akibat kontak dengan lingkungan luar tubuh.
1
Penatalaksanaan dan terapi spesifik dini penting dalam osteomielitis, dan identifikasi
mikroorganisme penyebabnnya juga esensial untuk terapi antibiotik. Penyebab utama dari
infeksi-infeksi tulang ialah Staphylococcus aureus. Infeksi dengan fraktur terbuka atau yang
berhubungan dengan sendi prostesis dan trauma umumnya membutuhkan kombinasi dari
antibiotik dan juga operasi. Ketika biofilm mikroorganisme terlibat, seperti pada prostisis sendi,
kombinasi rifampicin dengan antibiotik lainnya penting digunakan untuk pengobatan.3
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI, FAAL, HISTOLOGI, dan BIOKIMIA TULANG
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama, yaitu :
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam, seperti
otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru-paru
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam
5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hematopoetik untuk memproduksi sel-sel
darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit 3
Tulang panjang, yang temasuk adalah femur, tibia, fibula, humerus, ulna. Tulang panjang
disusun untuk menyagga berat badan dan gerakan. Tulang panjang (os longum) terdiri
dari 3 bagian, yaitu epiphysis, diaphysis, dan metaphysis. Ujung tulang panjang
dinamakan epifisis. Plat epifisis memisahkan epifisis dari metafisis dan merupakan pusat
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa mengalami klasifikasi.
Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya. Sedangkan,
daearah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut
metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangat sering ditemukan adanya
kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan daerah metabolic yang aktif
3
dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada
daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang. Diaphysis atau
batang, adalah bagian tengah tulang yang
berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari
tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang
besar. Seluruh tulang dilapisi oleh lapisan
fibrosa yang disebut periosteum.
Tulang terdiri atas bagian kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian
dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekular dan di luarnya dilapisi oleh periosteum.
Berdasarkan histologisnya maka dikenal:
Tulang imatur (non-lamellar bone, woven bone, fiber bone), tulang ini pertama-tama
terbentuk dari osifikasi endokondral pada perkembangan embrional dan kemudian secara
perlahan-lahan menjadi tulang yang matur dan pada umur 1 tahun tulang imatur tidak
terlihat lagi. Tulang imatur ini mengandung jaringan kolagen dengan substansi semen dan
mineral yang lebih sedikit dibandingkan dengan tulang matur.
Secara histologik, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel,
jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Tulang mature ditandai dengan sistem Harversian atau
osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui korteks yang tebal. Tulang matur
kurang mengandung sel dan lebih banyak substansi semen dan mineral dibanding dengan tulang
imatur.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga
jenis sel: osteoblas, osteosit, dan osteoklas. 5
Osteoblast merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi sel mesenkim yang sangat
penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblas dapat
memproduksi sunstansi organik intraseluler atau matriks, dimana kalsifikasi terjadi di
kemudian hari. Tulang baru dibentuk oleh osteoblast yang membentuk osteoid dan
mineral pada matriks tulang bila proses ini selesai osteoblast menjadi osteosit dan
99% dari seluruh kalsium tubuh dan 90% dari seluruh fosfor tubuh. Unit dasar dari kortek tulang
disebut sistem haversian. Yang terdiri dari saluran haversian (yang berisi pembuluh darah, saraf
dan lymphatik), lacuna (berisi osteosit), lamella, canaliculi (saluran kecil yang menghubungakan
lacuna dan saluran haversian). 3,5
Bagian
oleh membran fibrous padat yang dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi pada
tulang dan memungkinkannya tumbuh selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen.
Periosteum mengandung syaraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat
dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vasculer tipis yang menutupi rongga sum-sum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum terletak dekat endosteum dan dalam lakuna howship.
Sumsum tulang merupakan jaringan vasculer dalam rongga sumsum tulang panjang dan
dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di dalam sternum vertebra dan rusuk
pada tulang dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang
dewasa, tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. 5
BAB. III
PEMBAHASAN
OSTEOMIELITIS
Morbiditas
Prevalensi keseluruhan di Amerika adalah 1 kasus per 5000 anak, sedangkan neonatus
adalah sekitar 1 kasus per 1000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia
sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar
16% (30-40% pada pasien dengan DM). Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4
kasus per 100.000 penduduk. Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran
infeksi lokal ke jaringan lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis,
dengan rasa nyeri dan kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi umum; atau
sepsis. Sebanyak 10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral mengembangkan temuan
8
neurologis atau kompresi corda spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak dengan
osteomielitis tulang panjang dapat berkembang menjadi trombosis vena dalam (DVT).
Perkembangan DVT juga dapat menjadi penanda adanya penyebarluasan infeksi.
Komplikasi vaskuler tempaknya lebih umum dijumpai dengan Staphylococcus Aureus
yang resisten terhadap methacilin yang didapat dari komunitas (Community-Acquired
Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus / CA-MRSA) dari yang sebelumnya
diakui.2 Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas humoral, dan
imunitas selular dapat meningkatkan resiko osteomielitis. 1,8
Mortalitas
Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis atau keberadaan
perbandingan 4:1.
Usia
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula ditemukan pada
bayi dan neonatus. Pada keseluruhan insiden terbanyak pada negara berkembang.
Osteomielitis vertebral lebih sering pada orang tua usia 45 tahun. Osteomielitis pada
anak-anak sering bersifat akut dan menyebar secara hematogen, sedangkan osteomielitis
pada orang dewasa merupakan infeksi subakut atau kronik yang berkembang secara
sekunder dari fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak. Post traumatik osteomielitis
Diabetes mellitus
Alkoholisme
3.4 KLASIFIKASI
Osteomielitis merupakan penyakit yang kompleks, sehingga sistem klasifikasi yang
bervariasi telah dikembangkan disamping kategori umum berdasarkan waktunya yaitu akut, subakut, dan kronik. Sistem klasifikasi Waldvogel membagi osteomielitis berdasarkan
patogenesisnya dalam kategori hematogenous, contiguous and chronic, sedangkan klasifikasi
yang lebih baru menurut sistem klasifikasi Cierny-Mader berdasarkan status dari proses
penyakit, bukan etiologi, kronisitas, atau factor lainnya sehingga istilah akut dan kronik tidak
dipergunakan pada system Cierny-Mader, derajat pada system ini bersifat dinamik dan dapat
berubah-ubah sesuai sesuai kondisi medik pasien, keberhasilan terapi antibiotic dan pengobatan
lainnya. 2,8
Waldvogel Classification System for
Osteomyelitis
Hematogenous osteomyelitis
Osteomyelitis secondary to contiguous focus of
infection
No generalized vascular disease
Generalized vascular disease
Chronic osteomyelitis (necrotic bone)
Information from Waldvogel FA, Medoff G,
Swartz MN. Osteomyelitis: a review of clinical
features, therapeutic considerations and unusual
aspects (first of three parts). N Engl J Med
1970;282:198-206.
11
Osteomielitis berdasarkan lokasi tulang yang terkena (Osteomielitis pada Tulang Lain)
Tengkorak
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat perluasan
infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses destruksi bisa setempat atau difus.
Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau sedikit sekali. Dibawah ini adalah
gambaran CT-
Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi.
Namun, infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut. Infeksi terjadi
melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering dan diikuti hygiene oral
yang
buruk
12
Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap tulang
ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka jarang terjadi. Pada
foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan
sekuester yang multipel. Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering
disertai abses dan fistula.
Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat, dan
pada tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis diferensial
perlu dipikirkan kemungkinan keganasan.
Osteitis pubis merupakan infeksi bagian bawah yang sekitar simfisis pubis
yang merupakan komplikasi dari operasi dari prostat dan kandung kemih atau , jarang
akibat operasi pelvis lainnya.
Vertebra
adalah
tempat
yang
paling
umum
pada
secara
hematogen. Organisme
mencapai badan vertebra yang memiliki perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang dan
13
atas usia 50), abses gigi, infeksi jaringan lunak, dan suntikan IV yang terkontaminasi, tapi
sumber bakteremia
pasien memiliki
beberapa melaporkan terjadinya trauma yang mendahului onset dari infeksi. Luka tembus
dan
osteomielitis
Osteomielitis pada vertebrae jarang terjadi, hanya 10% dari seluruh infeksi
tulang, dan dapat muncul pada seluruh usia. Kuman penyebab
Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Pasien yang menderita
terbanyak
penyakit
ialah
ini
menuju
sering
badan
terjadi infeksi.
3.5 PATOGENESIS
3.5.1 Osteomielitis primer
Osteomyelitis primer disebabkan penyebaran secara hematogen dari fokus lain.
Osteomyelitis primer disebabkan oleh implantasi mikroorganisme secara langsung ke dalam
tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut. Fraktur terbuka (compound fracture), luka
tembus (terutama disebabkan oleh senjata api), dan operasi bedah pada tulang merupakan kausakausa tersering. Terapi operatif biasanya perlu dilakukan, terapi dengan obat antimikroba hanya
sebagai pembantu saja. 12
14
Penyebaran umum
Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septikemia
Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi mltifokal pada daerahdaerah lain
2.
Penyebaran lokal
daerah ini.
Teori trauma
Bila trauma artifisial dilakukan pada binatang percobaan, maka akan terjadi
hematoma pada daerah lempeng epifisis. Dengan penyuntikan bakteri secara
intravena, akan terjadi infeksi pada daerah hematoma tersebut.
15
anak-anak) sehingga terbentuk lingkungan tulang seperti peti mayat yang disebut involukrum
dengan jaringan sekuestrum di dalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu kedua.
Apabila pus menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus atau (discharge) dari involukrum
keluar melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. 3
3.5.1.2. Osteomyelitis subakut
Osteomyelitis subakut adalah bentuk lain dari osteomyelitis, dan abses Brodie adalah
salah satu tipe yang paling umum dari osteomyelitis subakut. Abses ini biasanya ditemukan
dalam spongiosa tulang dekat ujung tulang. Bentuk abses ini biasanya bulat atau lonjong dengan
pinggiran skleroti, kadang-kadang terlihat sekuester. Abses tetap terlokalisasi dan kavitas dapat
secara bertahap terisi jaringan granulasi. Abses Brodie juga dapat ditemukan pada osteomielitis
kronik. 1,8,9
Osteomyelitis subakut terjadi lebih banyak pada tulang-tulang dibandingkan dengan tipe
akut, dan itu terjadi pada bermacam-macam daerah diantara tulang-tulang yang terinfeksi.
Ekstremitas bawah terinfeksi lebih banyak dibandingkan ekstremitas atas. Tibia terinfeksi lebih
sering dibandingkan femur.8
Osteomyelitis subakut mungkin hanya terjadi pada epifisis, yang merupakan kebalikan
dari yang dipercaya bahwa infeksi tulang pertama tidak terjadi di epifisis. Diafisis kadangkadang terinfeksi, meskipun lebih sering pada dewasa dibandingkan pada anak-anak; daerah
yang paling sering terinfeksi adalah metafisis. Daerah lain yang dilaporkan sebagai osteomielitis
subakut adalah metafisis sesuai lokasi, seperti di pelvis, tulang belakang, calcaneus, clavicula,
dan talus. Osteomyelitis subakut yang terjadi pada tulang tarsal biasanya terjadi pada daerah
subkondral atau batas apofisis dari calcaneus. Lesi subakut dari tulang belakang terjadi lebih
sering pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. Pada osteomyelitis subakut yang terjadi
pada tulang panjang pada orang dewasa, diafisis sering terkena sama seperti metafisis, sedangkan
lutut jarang terkena.8,9
17
18
Pada awal penyakit, gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise menonjol,
sedangkan gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis belum tampak. Pada masa ini dapat
terjadi salah diagnosis sebagai demam tifoid. Nyeri spontan lokal yang mungkin disertai nyeri
tekan dan sedikit pembengkakan serta kesukaran gerak dari ekstremitas yang terkena, merupakan
gejala osteomielitis hematogen akut. Pada anak anak, seringkali orang tua baru menyadari
setelah anak tampak tidak mau menggunakan salah satu anggota geraknya atau tidak mau
disentuh. Mungkin saja sebelumnya didapatkan riwayat infeksi seperti kaki yang terluka, nyeri
tenggorokan, atau keluarnya cairan dari telinga. 2
Pada bayi baru lahir, bayi tampak gelisah, dan irritable. Biasanya lebih sering terjadi
pada bayi dengan risiko tinggi seperti prematur, berat badan kurang, bayi riwayat persalinan
yang sulit atau pemasangan kateter arteri tali pusat. 9
Pada orang dewasa, predileksi tempat tersering adalah pada vertebra thorakolumbal.
Dapat saja menyerang penderita dengan riwayat masalah pada traktus urinarius. Nyeri lokal
bukanlah gejala yang menonjol, dan pemeriksaan x ray baru akan berarti beberapa minggu
kemudian. Tulang pada daerah lain biasanya terlibat pada penderita Diabetes Mellitus,
malnutrisi, ketergantungan obat, dan imunodefisiensi. 10
3.6.2. Gambaran klinik Osteomielitis subakut
Osteomielitis Hematogen Subakut biasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja.
Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit pembengkakan,
dan dapat pula penderita menjadi pincang. Terasa rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama
beberapa minggu atau berbulan-bulan. Suhu tubuh penderita biasanya normal. 11
3.6.3. Gambaran klinik Osteomielitis kronik
Bentuk kronik dari osteomielitis seringkali timbul pada dewasa. Umumnya infeksi tulang
ini merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka, dan paling sering pada trauma terbuka pada
tulang dan jaringan sekitarnya. Biasanya terdapat riwayat osteomilitis pada penderita. Nyeri
tulang yang terlokalisir, kemerahan, dan drainase disekitar area yang terkena seringkali timbul.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri
19
tekan, deformitas, instabilitas, dan tanda-tanda dari gangguan vaskularisasi, jangkauan gerakan,
dan status neurologis. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar.1
3.7. DIAGNOSIS
Diagnosis
dari
penyakit,
pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan
laboratorium
memberikan
data
dan
dimana
protein
harus
diperhatikan.
Jika
tulang
teraba,
maka evaluasi mikrobiologi dan histologi langsung dilakukan untuk mengkonfirmasi terdapatnya
osteomielitis, setelah itu pengobatannya. Pemeriksaan penunjang lainnya tidak diperlukan lagi.
Radiografi
Dalam osteomielitis pada ekstremitas, foto radiografi polos dan scintigrafi tulang adalah
alat pemeriksaan utama. Bukti radiograf dari osteomielitis tidak akan muncul sampai kira-kira
dua minggu setelah onset dari infeksi.12
Kuman biasanya bersarang dalam spongiosa metafisis dan membentuk pus sehingga
timbul abses. Pus menjalar ke arah diafisis dan korteks, mengangkat periost dan kadang-kadang
menembusnya. Pus meluas di daerah periost dan pada tempat-tempat tertentu membentuk fokus
skunder. Nekrosis tulang yang timbul dapat luas dan terbentuk sekuester. Periost yang terangkat
oleh pus kemudian akan membentuk tulang di bawahnya, yang dikenal sebagai reaksi periosteal.
Juga di dalam tulang itu sendiri dibentuk tulang baru, baik pada trabekula dan korteks, sehingga
tulang terlihat lebih opak dan dikenal sebagai sklerosis. Tulang yang dibentuk di bawah periost
20
ini membentuk bungkus bagi tulang yang lama dan disebut involukrum. Involukrum ini pada
berbagai tempat terdapat lubang tempat pus keluar, yang disebut kloaka. 1
Seringkali reaksi periosteal yang terlihat lebih dahulu, baru kemudian terlihat daerahdaerah yang berdensitas lebih rendah pada tulang yang menunjukkan adanya dekstruksi tulang,
dan disebut rarefikasi. 9
Pada osteomielitis kronik tulang akan menjadi tebal dan sklerotik dengan gambaran
hilangnya batas antara korteks dan medula. Dalam tulang yang terinfeksi akan terdapat sekuestra
dan area destruksi. Kadang-kadang suatu abses, dikenal dengan brodies abscess akan terlihat
sebagai daerah lusen(gmbaran cavitas) yang dikelilingi area sklerotik.1 Brodies abses dapat
ditemukan pada osteomielitis subakut atau kronik.
Scintigrafi tulang
Untuk pencitraan nuclir, Technetium Tc-99m metilen difosfonat adalah agen pilihan
utama. Sensitivitas pemeriksaan ini terbatas pada minggu pertama dan sama sekali tidak
spesifik.1
MRI (Magnetic resonance imaging)
Magnetic resonance imaging (MRI) sangat membantu
dalam mendeteksi osteomielitis. MRI lebih unggul jika
dibandingkan dengan radiografi, CT scan dan scintigrafi
tulang MRI memiliki sensitifitas 90-100% dalam mendeteksi
osteomielitis. MRI juga memberikan gambaran resolusi
ruang anatomi dari perluasan infeksi. 8
21
Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion and ct scan
23
3.9 PENATALAKSANAAN
3.9.1 Osteomielitis akut
Begitu diagnosis secara klinis ditegakkan, ekstremitas yang terkena diistirahatkan (bila
perlu menggunakan bidai atau traksi) dan segera berikan antibiotik. Antibiotik spektrum luas
yang efektif terhadap gram positif maupun gram negatif diberikan langsung sambil menunggu
hasil biakan kuman. Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan
laju endap darah penderita. Bila dengan terapi intensif selama 24 jam tidak didapati perbaikan,
dianjurkan untuk mengebor tulang yang terkena / drainase bedah (chirurgis).1
Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat untuk mengurangi tekanan
intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk menentukan jenis kuman dan resistensinya.
Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan menggunakan cairan NaCl 0,9% dan dengan
antibiotik. Bila terdapat perbaikan, antibiotik parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian
diteruskan secara oral paling sedikit 4 minggu. 1
Penyulit berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupa dekstruksi sendi,
gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis, dan osteomielitis kronik.
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah : 1
a.
Adanya abses.
b.
c.
Adanya sekuester.
d.
epidermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah
cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan. 1
24
Mengontrol eksaserbasi
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian
dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan :
Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran dan
mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut
b.
c.
d.
Timbulnya resistensi
e.
f.
Antibiotik antagonis
g.
h.
Kesalahan diagnostik
3. 10 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomielitis hematogen akut adalah : 1,2,8
Septikemia
Dengan makin tersedianya obat-obatan antibiotik yang memadai, kematian akibat
septikemia pada saat ini jarang ditemukan.
26
Artritis Supuratif
Artritis Supuratif dapat terjadai pada bayi muda karena lempeng epifisis bayi (yang
bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik. Komplikasi terutama terjadi pada
osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsuler (misalnya
pada sendi panggul) atau melalui infeksi
metastatik.
Gangguan Pertumbuhan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifsisis
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga tulang yang terkena akan menjadi
lebih pendek. Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis
yang
merupakan stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang
Osteomielitis Kronik
Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis akut akan
berlanjut menjadi osteomielitis kronik
Fraktur Patologis
Ankilosis
3. 11 PROGNOSIS
Prognosis dari osteomyelitis beragam tergantung dari berbagai macam faktor seperti
virulensi bakteri, imunitas host, dan penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien. Diagnosis
yang dini dan penatalaksanaan yang agressif akan dapat memberikan prognosis yang memuaskan
dan sesuai dengan apa yang diharapkan meskipun pada infeksi yang berat sekalipun. Sebaliknya,
osteomyelitis yang ringan pun dapat berkembang menjadi infeksi yang berat dan meluas jika
telat dideteksi dan antibiotik yang diberikan tidak dapat membunuh bakteri dan menjaga
imunitas host. Pada keadaan tersebut maka prognosis osteomyelitis menjadi buruk. Terapi yang
inadekuat memungkinkan terjadinya infeksi relaps dan progresivitas menuju infeksi kronik.
27
Karena terjadi avaskularisasi dari tulang, osteomielitis kronik hanya dapat disembuhkan dengan
reseksi radikal atau amputasi. Infeksi kronik ini dapat muncul dalam bentuk eksaserbasi akut,
dimana ini dapat ditindak dengan debridement yang kemudian diikuti oleh antibiotik parenteral
atau oral.
BAB. IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan
struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme piogenik ataupun non-piogenik. Penyebab
osteomielitis tersering adalah kuman piogenik: Staphylococcus aureus (89-90% kasus). Infeksi
dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau menyebar
dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu sendiri jika
terjadi cedera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk melalui luka
tersebut.1
Pendiagnosisan secara dini dan tepat akan mempermudah dalam penatalaksanaan
osteomielitis. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium maupun penunjang yang lain. Pemeriksaan penunjang atau pencitraan
yang dapat dilakukan adalah foto polos, CT scan, MRI, dan Radioisotop bone scan, yang
memiliki keunggulan masing-masing. Gambaran radiografi foto polos osteomielitis sangat khas
dan diagnosis dapat mudah dibuat disesuaikan dengan riwayat klinis, sehingga pemeriksaan
radiologis tambahan lainnya seperti CT, dan MRI jarang diperlukan.
Penatalaksanaannya harus secara komprehensif meliputi pemberian antibiotika,
pembedahan, dan konstruksi jaringan lunak, kulit, dan tulang. Pendiagnosisan dan
penatalaksanaan yang efektif dan tepat akan memberikan prognosis yang lebih baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Infeksi dan Inflamasi, Edisi ke-3. Jakarta: PT
Yarsif Watampone. 2008; 132-41.
2. King RW, Kulkarni R. Osteomyelitis in Emergency Medicine. Updated: 25 July 2013.
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview#showall. Accessed: 9
September 2013
3. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Struktur dan Fungsi Tulang, Edisi ke-3. Jakarta:
PT Yarsif Watampone. 2008; 6-11.
4. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6.
Jakarta: EGC.
5. Carlos Junqueira, Jose Carniero, Robert Kelley. 1998. Histologi Dasar. Jakarta : EGC.
6. Ott
S.
Bone
Growth
and
Remodelling.
2008.
Available
from:URL:
at:
Osteomyelitis
in
Adult.
Updated:
2012.
Available
at:
https://www.clinicalkey.com/topics/orthopedic-surgery/osteomyelitis-in-adults.html.
Accessed: 9 September 2013
9. Jong W., Sjamsuhidayat R. 2005. Infeksi Muskuloskeletal. In Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 903 910.
10. Siregar P. Osteomielitis. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staff Pengajar
29
30