kesulitan besar untuk bermain dengan anak seusia mereka dan menjalin persahabatan
(Hinshaw & Melnick, 1995; Whalen & Henker, 1985), hal ini mungkin karena mereka
cenderung agresif saat bermain sehingga membuat teman-temannya merasa tidak
nyaman.
Anak ADHD bermain agresif dengan tujuan mencari sensasi sedang anak normal
malakukan hal tersebut dangan tujuan untuk bermain sportif. Anak ADHD mengetahui
tindakan yang dibenarkan secara sosial dalam berbagai situasi hipotesis, namun tidak
mampu mempraktekan pengetahuan tersebut dalam perilaku interaksi sosialnya (Whalen
& Henker, 1985, 1999).
Tipe ADHD
Karena simtom-simtom ADHD bervariasai, DSM-IV-TR mencantumkan tiga subkategori,
yaitu:
1. Tipe predominan inatentif: anak-anak yang masalah utamanya adalah rendahnya
konsentrasi.
2. Tipe predominan Hiperaktif-Impulsif: anak-anak yang masalah utamanya diakibatkan
oleh perilaku hiperaktif-impulsif.
3. Tipe kombinasi: anak-anak yang mengalami kedua rangkaian masalah diatas.
Anak-anak yang mengalami masalah atensi, namun memiliki tingkat aktivitas yang
sesuai dengan tahap perkembangannya, tampak sulit memfokuskan perhatian atau lebih
lambat dalam memproses informasi (Barkley, Grodzinsky, & DuPaul,1992), mungkin
berhubungan dengna masalah pada daerah frontal atau striatal otak (Tannock,1998).
Gangguan ADHD, lebih berhubungan dengan perilaku tidak mengerjakan tugas di
sekolah, kelemahan kognitif, rendahnya prestasi, dan prognosis jangka panjangnya lebih
baik.
Berbeda
dengan
anak
yang
mengalami
gangguan
tingkah
laku,
merekabertingkah disekolah dan dimana pun, dan kemungkinan jauh lebih agresif, serta
mungkin memiliki orang tua yang antisosial.
2. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor Biologi
1. Faktor genetik, penelitian menunjukan bahwa predisposisi genetika terhadap ADHD
kemungkinan berperan. Bila orang tua menderita ADHD, kemungkinan sebagian anaknya
akan mengalami gangguan tersebut (Biederman, dkk, 1995). Mengenai apa yang
diturunkan dalam keluarga sampai saat ini belum ditemukan, namun studi baru-baru ini
menunjukan bahwa ada perbedaan ungsi dan struktur otak pada anak ADHD dan anak
yang tidak ADHD.Frontal lobe pada anak ADHD kurang responsif terhadap stimulasi
(Rubia dkk,1999 ; tannock, 1998), aliran darah cerebral berkurang (Sieg dkk, 1995).
Terlebih lagi beberapa bagian otak (frontal lobe, nucleus, kaudat, globus pallidus) pada
anak ADHD lebih kecil dari ukuran normal (Castellanos dkk, 1996; Filipek dkk, 1997;
Hynd dkk, 1993).
2. Faktor perinatal dan prenatal, berbagai hal yang berhubungan dengan masa-masa
kelahiran, serta berbagai zat yang dikonsumsi ibu saat kehamilan, merupakan prediktor
simtom-simtom ADHD.
3. Racun lingkungan, teori pada tahun 1970-an menyangkut peran racun dalam terjadinya
hiperaktifitas. Zat-zat adiktif pada makanan mempengaruhi kerja system saraf pusat pada
anak-anak hiperaktif. Nikotin, merupakan racun lingkungan yang dapat berperan dalam
terjadinya ADHD.
Faktor Psikologis
Bruno Bettelheim (1973), mengemukakan teori diathesis-stres mengenai ADHD, yaitu
hiperaktifitas terjadi bila suatu predisposisi terhadap gangguan dipasangkan dengan pola
asuh orang tua yang otoritarian. Pembelajaran juga dapat berperan dalam ADHD, seperti
yang dikemukakan Ross dan Ross (1982), hiperaktivitas dapat merupakan peniruan
perilaku orang tua dan saudara-saudara kandung. Dalam hubungan orang tua-anak sangat
kurang bersifat dua arah dan lebih mungkin merupakan rantai asosiasi kompleks
(Hinshaw dkk, 1997). Seperti halnya orang tua anak yang hiperaktif mungkin memberi
lebih banyak perintah dan memiliki interaksi negatif dengan mereka (a.l.,Anderson,
Hinshaw, & Simmel, 1994; Heller dkk, 1996), demikian juga anak-anak hiperaktivitas
diketahui kurang patuh dan memiliki interaksi yang lebih negative dengan orang tua
mereka (Barkley, Karlsson & Pollar; Tallmadge & Barkley, 1983).
3. FAKTOR PRESIPITASI
Petistiwa pasca kelahiran, seperti komplikasi kelahiran dan penyakit.
kerusakan pada korteks prefrontal (Fuster, 1989; Grattal dan Eslinger, 1991).
Menurunnya kemampuan anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dikaitkan pada
fungsi lobus prefrontal (Barkeley, Grodzinsky, dan DuPaul, 1992).
4. PSIKODINAMIKA
Masa bayi
Tingkah bayi serba sulit dimengerti
Menjengkelkan
Serakah
Sulit tenang
Sulit tidur
Masa prasekolah
Terlalu aktif
Keras kepala
Suka menjengkelkan
Usia sekolah
Sulit berkonsentrasi
Impulsif
Adolescent
Tidak dapat tenang
5.
PATOPSIKOLOGI
Mekanisme patofisiologis gangguan ini masih banyak diperdebatkan oleh para ahli.
Seperti halnya gangguan autism, tampaknya gangguan pemusatan perhatian dan ADHD
merupakan suatu kelainan yang bersifat multi faktorial. Banyak faktor yang dianggap
sebagai penyebab gangguan ini, diantaranya adalah faktor genetik, perkembangan otak
saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, tingkat kecerdasan (IQ), terjadinya
disfungsi metabolisme, ketidak teraturan hormonal, lingkungan fisik, sosial dan pola
pengasuhan anak oleh orang tua, guru dan orang-orang yang berpengaruh di sekitarnya.
Banyak penelitian menunjukkan efektifitas pengobatan dengan psychostimulants, yang
memfasilitasi pengeluaran dopamine dan noradrenergic tricyclics. Kondisi ini
mengungatkan sepukalsi adanya gangguan area otak yang dikaitkan dengan kekuirangan
neurotransmitter. Sehingga neurotransmitters dopamine and norepinephrine sering
ADHD.
Penelitian neuropsikologi menunjukkkan kortek frontal dan sirkuit yang menghubungkan
fungsi eksekutif bangsal ganglia. Katekolamin adalah fungsi neurotransmitter utama
yang berkaitan dengan fungsi otak lobus frontalis. Sehingga dopaminergic dan
noradrenergic neurotransmission tampaknya merupakan target utama dalam pengobatan
ADHD.
Teori lain menyebutkan kemungkinan adanya disfungsi sirkuit neuron di otak yang
dipengaruhi oleh dopamin sebagai neurotransmitter pencetus gerakan dan sebagai kontrol
aktifitas diri. Akibat gangguan otak yang minimal, yang menyebabkan terjadinya
hambatan pada sistem kontrol perilaku anak. Dalam penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan MRI didapatkan gambaran disfungsi otak di daerah mesial
kanan prefrontal dan striae subcorticalyang mengimplikasikan terjadinya hambatan
terhadap respon-respon yang tidak relefan dan fungsi-fungsi tertentu. Pada penderita
ADHD terdapat kelemahan aktifitas otak bagian korteks prefrontal kanan bawah dan
kaudatus kiri yang berkaitan dengan pengaruh keterlambatan waktu terhadap respon
didapatkan perbedaan yang signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal.
Penyebab Kesulitan Konsentrasi Neurologik, Malfungsi organik otak, faktor genetik,
Ketrampilan Persepsi. Tidak bisa membedakan figure dan latar belakang. Tidak
mampu mengolah makna apa yang didengar atau dilihat sehingga anak tidak berminat.
Metacognition
adalah
kemampuan
untuk
memilih
strategi
dalam
6. TANDA KHAS
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan
pada anak dengan ADHD antara lain :
1.
Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
2.
3.
4.
7.
aktivitas-aktivitas bermain
8.
Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya
9.
10.
11.
12.
kepadanya
13.
kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinankemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).
7. INTERVENSI
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan terhadap anak
yang menderita ADHD antara lain :
1.
2.
rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan
perilaku regulasi diri
3.
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial dan regulasi
diri
4.
Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang
berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri
6.
anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum
dan memberi dukungan moral
7.
1.
2.
Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang
3.
2.
1.
2.
1.
2.
3.
Izinkan beristirahat
1.
2.
Minimalkan perubahan