PEMBAHASAN
LEUKORE
I.
Definisi
Leukore atau dikenal dengan Fluor albus (fluor=cairan kental,
Fisiologis
berbagai infeksi. Dalam keadaan normal, cairan terlihat berwarna bening atau
pada saat terjadi gumpalan menjadi berwarna kekuningan atau kering, dan tidak
menyebabkan iritasi seperti gatal, rasa terbakar, rasa sakit, dan tidak ada darah
dengan pH 3,5-4,5.2
Leukorrhea fisiologis terdapat pada keadaan sebagai berikut :
1. Bayi baru lahir sampai dengan usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen di
plasenta terhadap uterus dan vagina bayi.
2. Premenarche, mulai timbul pengaruh estrogen
3. Saat sebelum dan sesudah haid
4. Saat atau sekitar ovulasi, keadaan sekret dari kelenjar pada serviks uteri menjadi lebih
encer
5. Adanya rangsangan seksual pada wanita dewasa karena pengeluaran transudasi
dinding vagina
6. Pada kehamilan, karena pengaruh peningkatan vaskularisasi dan bendungan di vagina
dan di daerah pelvis
7. Stress emosional
8. Penyakit kronis, penyakit saraf, karena pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri
juga bertambah
9. Pakaian (celana dalam ketat, pemakaian celana yang jarang ganti, pembalut)
10. Leukorrhea yang disebabkan oleh gangguan kondisi tubuh, seperti keadaan anemia,
kekurangan gizi, kelelahan, kegemukan, dan usia tua > 45 tahun
B. Patologis
Infeksi
Leukorrhea dikatakan tidak normal jika terjadi peningkatan volume (khususnya
membasahi pakaian), bau yang khas dan perubahan konsistensi atau warna.Penyebab
terjadinya leukorrhea patologis bermacam-macam, dapat disebabkan oleh adanya
infeksi (oleh bakteri, jamur, protozoa, virus) adanya benda asing dalam vagina,
gangguan hormonal akibat menopause dan adanya kanker atau keganasan dari alat
kelamin, terutama pada serviks
Non Infeksi
a. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari vagina yang tercampur dengan
urine atau feses.Hal ini dapat terjadi akibat adanya fistel uterovagina, fistel
rektovagina yang disebabkan kelainan kongenital, cedera persalinan, radiasi pada
kanker alat kandungan atau akibat kanker itu sendiri.
b. Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun
tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin
pesariumpada wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat kontrasepsi
seperti IUD dapat merangsang pengeluaran sekret yang jika berlebihan menimbulkan
luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal dalam vagina.
c. Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan adanya
perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh dari luar
misalnya karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita sedang dalam
pengobatan hormonal.
Estrogen turun vagina menjadi kering dan lapisan sel tipis, kadar glikogen
berkurang, dan basil doderlein berkurang memudahkan infeksi karena lapisan sel
epitel tipis, mudah menimbulkan luka flour albus
d. Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan
sehingga mengakibatkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh
darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker
tersebut. Pada Ca cerviks terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk
akibat terjadinya proses pembusukan tadi, dan acapkali disertai adanya darah yang
tidak segar.
e. Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang
menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina.
Menopouse
Pada wanita yang telah mengalami menopouse terjadi penurunan aktivitas hormonal
seperti estrogen yang berdampak pada penurunan aktivitas organ genital.Seperti
vagina menjadi lebih keras, menipisnya epitel dan kurangnya degenerasi sel epitel.
Hal ini dapat mempermudah terjadinya infeksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan keputihan
g. Erosi
Daerah merah sekitar ostium uteri internum yakni epitel kolumner endoserviks
terkelupas, mudah terjadi infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga
timbul fluor albus.
h. Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan
glukokortikoid dan aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin.
Hipotalamus
bereaksi
mengontrol
sekresi
Adrenocorticopin
(ACTH)
yang
i.
Penggunaan obat-obatan
III.
Epidemiologi
Leukore sering terjadi pada usia reproduktif terutama pada wanita
dengan fungsi seksual yang aktif dan higienitas yang buruk. Penyebab
terbanyak diantaranya bakteri, fungi, dan parasit.4
Trichomonas vaginalis tersebar diseluruh dunia. Prevalensi
terjadinya Trichomonas Vaginalis yaitu 5-50% pada populasi yang
berbeda. Berdasarkan data WHO terdapat 180 juta orang yang terkena
infeksi trichomoniasis.4 Prevalensi terjadinya trikomoniasis adalah 5-74%
pada wanita dan 5-29% pada pria.2
Bakterial vaginosis (BV) merupakan penyebab tersering leukore.
Terjadi pada lebih dari 50% wanita dengan gejala asimptomatik. Pada
kebanyakan wanita sering terjadi pada usia produktif, dari 70-75%,
sebanyak 40-45% pernah menglami gejala yang berulang dan sering
terjadi pada wanita muda. Infeksi Bakterial vaginosis terjadi pada sepertiga
V. GAMBARAN KLINIS
1. INFEKSI PADA VAGINA
a) Infeksi Jamur: Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang
bervariasi, konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah
Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50% penderita
mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan dispareunia.
Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva dan
vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum terasa
nyeri, dan dinding vagina tampak eritem
Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis, yaitu
berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak
pergeseran lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh bakteri
lain, seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan
Bacteroides spp. Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Gejala klinis:
Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan terutama
setelah melakukan hubungan seksual
Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna putih,
keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina
PENYEBAB
KELUHAN
bau
duh
tubuh
vagina
lecet pada vulva
iritasi pada vulva
dispareunia
GEJALA
Vulvitis/vaginitis
Duh tubuh vagina
Jumlah
Warna
konsistensi
Kandidosis Vulvovaginalis
Trichomoniasis
C.albicans
T.vaginalis
Vaginosis
Bakterial
G.vaginalis
Bakteri anaerob
Mycoplasma
Bau asam
Bau
Bau amis
+
+
+
+
+
+
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Sedikit-sedang
Putih
Encer/menggumpal/cheesy
plaques
Banyak
Kuning
Encer/berbusa
purulen
Sedang
Putih Keabuan
Encer/berbusa.
Homogen, tipis,
melekat pada
dinding vagina
DIAGNOSIS
pH vagina
Whiff test
Mikroskopis
KOH 10%
Gram
4,5
(-)
> 4,5
seringkali (+)
NaCl
Gerakan
Trichomonas (+)
Banyak
sel
PMN
> 4,5
(+)
Clue
cells,
PMN sedikit,
lactobacilli
sedikit (-)
Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau
perdarahan intermenstrual
Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh serviks yang
mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat
pengambilan bahan pemeriksaan
2. Servisitis Chlamidia trachomatis
Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar serupa dengan
gonore.Pada wanita, traktus genitalis yang paling sering terinfeksi oleh C. trachomatis
adalah endoserviks. Pada 60 % penderita biasanya asimtomatik (silent sexually
transmitted disease).
Gejala klinis
Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa dengan
keluhan servisitis gonore, yaitu adanya duh tubuh vagina
Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai duh tubuh servks yang
mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat
pengambilan bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks
Penyebab
Anak-anak
Benda asing (biasanya
kertas tissue)
Infeksi(misalnya,
Candida, cacing kremi,
streptokokus,
stafilokokus)
Penemuan Klinis
Pendekatan Diagnostik*
Evaluasi Klinis
Pemeriksaan mikroskopik daricairan
vaginauntuk
ragidanhifadan
kulturuntuk
mengkonfirmasi
Pemeriksaanvulva
dananusuntuk
cacing kremi.
Pelecehan seksual
Infeksi Kandidiasis
Infeksi Trikomonas
Benda asing
Semua umur
Reaksi hipersensitifitas
Inflamasi(misalnya,
stafilokokus)
Nyeri
vulvovagina,
vaginaberdarah atau cairan
vagina
berbau
busuk
Seringkali, keluhan medis
samar-samar
dannonspesifik(misalnya,
kelelahan, nyeri perut) atau
perubahanperilaku (misalnya,
amarah)
Berbau busuk(amis), discharge
vaginaabu-abu
tipis
denganpruritus daniritasi
Eritema danedema tidak biasa
Infeksicandidavulvadan
iritasivagina, edema, pruritus
Dischargeyang menyerupaikeju
cottage
danmelekat
pada
dindingvagina.
Kadang-kadangmemburuknya
gejalasetelah
hubungan
seksualdan sebelummens
Cairan
kuning-hijau,
vaginaberbusa,
sering
dengannyeri, eritema, dan
edemadarivulvadan
vagina
Kadang-kadangdisuriadan
dispareunia
Kadang-kadangbelang-belang,
bintik-bintik
merah
"strawberry" di dindingvagina
atauserviks
Cairan sangatberbau busuk, dan
seringberlimpah,
eritemavagina, disuria, dan
kadang-kadangdispareunia
Obyekterlihatselama
pemeriksaan
evaluasiklinis
Kultur
seksual
Langkah-langkah untukmemastikan
keselamatananak danlaporan kepihak
yang berwenangjika kekerasandiduga
Evaluasi klinis
radiasi
ooforektomi,
kemoterapi)
pelvis,
disuria, iritasi
Kadang-kadangpruritus,
eritema,
nyeri
terbakar,
perdarahan
ringan
Jaringan vagina tipis,kering
Fistulaenterik(komplikas Vagina
cairan
berbau Visualisasi langsung atau palpasi
i persalinan, operasi busukdenganberlalunyafesesdar fistula di bagian bawah vagina
panggul,
atau i vagina
penyakitinflamasi usus)
* Jikaada keputihan, pemeriksaan mikroskopis daripreparat basahgaram dan preparat
KOHdankulturabagi
organismemenular
seksualdilakukan(kecuali
satu
penyebabtidak
menularseperti alergiatau badanasingjelas)
kondisiinflamasiseperti inimerupakan penyebabumumvaginitis.
KOH = K hidroksida
SUSPEK:
TRIKOMONIASIS
VAGINOSIS BAKTERI
SUSPEK:
KANDIDIASIS
SUSPEK:
GONORE
KLAMIDIASIS
VI.
DIAGNOSIS
A. Anamesis
1. Usia.
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau pada wanita
dewasa, leukorea yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi dan
merupakan leukorea yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus dipikirkan
kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya.
Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
keganasan terutama kanker serviks.
2. Alat kontrasepsi
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi kelenjar serviks.
Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD juga
dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks yang meragsang sekresi kelenjar
serviks menjadi meningkat.
3. Kontak seksual.
Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS seperti gonorea, kondiloma akuminata,
herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan adalah kontak seksual
terakhir dan dengan siapa dilakukan.
4. Perilaku.
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-temannya kemungkinan
tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya leukorea cukup besar. Contoh
kebiasaan yang kurang baik adalah tukar menukar peralatan mandi atau handuk.
5. Sifat leukorea.
Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah berapa lama kejadian
tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan
mengetahui hal hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
6. Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi.
Pada kedua keadaan ini leukorea yang terjadi biasanya merupakan hal yang
fisiologis.
7. Masa inkubasi.
Bila leukorea timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh zat kimia
ataupun pengaruh rangsangan fisik.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya
yang mungkin berkaitan dengan leukorea. Pemeriksaan yang kusus harus dilakukan
adalah pemeriksaan genitalia yang meliputi: inspeksi dan palpasi genitalia eksterna;
pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks; pemeriksaan pelvis bimanual.
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lendir serviks.
o
Pada infeksi karena gonokokkus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium uretra
eksternum merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labio mayora dapat
bengkak, merah, dan nyeri tekan.Kadang-kadang kelenjar Bartolini ikut meradang
dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk.Pada pemeriksaan melalui spekulum
terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Pada trikomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab. Kadang
terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi
berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance. Bila sekret banyak
dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang berwarna
hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis
atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir
bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.
Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina, pada
dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih, yang jika
diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah.
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna merah dengan permukaan
yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler, berbenjol-benjol
dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu tampak sekret yang
kental berwarna coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks lanjut, serviks menjadi
nekrosis, berbenjol-benjol, ulseratif dan permukaannya bergranuler, memberikan
gambaran seperti bunga kol.
Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi seperti IUD,
tampon vagina, pesarium, kondom yang tertinggal dan sebagainya.
C. Pemeriksaan Penunjang
3.
vulvovaginalis candidiasis.2
Pewarnaan gram (Gram staining)
Pada pewarnaan gram, spesimen diambil dari serviks dan vagina. Pada
pewarnaan gram, dilakukan identifikasi jumlah leukosit PMN dan epitel,
Candida (pseudohia dan blastospora), gram negatif diplokokus intraselular.
Jika hasil apus serviks ditemukan satu PMN yang mengandung gram
negatif diplokokus dengan jenis tipikal, >= 5PMN/lapang pandang yan
dilihat dengan minyak imersi maka diinterpretasikan (+) infeksi
gonokokus. Apusan yang diambil dari vaginal dikatakan (+) jika terdapat
psudohifa kandida dan orblastospora, sedangan bakterian vaginosis
4.
5.
6.
7.
infeksi.2
PCR (polymerase Chain Reaction)
PCR digunakan untuk mengidenifikasi
mikroorganisme
yang
KEPUTIHAN PATOLOGIS
1. Antiseptik : Povidone Iodin
Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi dengan alat
douche-nya sebagai aplikator larutan ini.Selain sebagai antiinfeksi yang disebabkan jamur
Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai pembersih.
Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui.Bila terjadi iritasi atau sensitif
pemakaian harus dihentikan.
2. Anti biotik
Clotrimazole
o
Efek samping: pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal
dan urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan
sekali sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis
tunggal.
Tinidazole
o
Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak
perlu minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.
Metronidazole
o
Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250
mg 3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis
Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual.
Untuk infeksi Gardnerella vaginalis
Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi
terhadap alkohol.
Nimorazole
o
Penisilin
o
Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat
makanan dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin
terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis
besar
Hambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan
krim untuk mengobati herpes dilabia.
Efek samping :
o
Sistemik:
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
Neisseria gonorhoeae
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im atau
- Ampisiillin 3,5 gram im
Ditambah
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
4. Biasakan membasuh dengan air bersih yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina
6. Hindari penggunaan bedak fakum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi.
8. Membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH
di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar
susu.produk seperti ini mampu menjaga kesemibangan pH sekaligus meninkatkan
pertumbuhan fora normal dan menekan pertumbuhan bakteri jahat.
VIII.
PENGAWASAN
Pada waktu kunjungan ulang dilakukan pemeriksaan klinis dan
laboratorium untuk menilai keberhasilan terapi dan menentukan langkah
selanjutnya. Bila lekore masih ada, sedangkan tanda klinis sudah hilang. Perlu
dipikirkan sebab lain misalnya hormon. Bila keadaan memburuk atau timbul
reinfeksi harus dicari penyebabnya. Bila perlu dilakukan pemeriksaan kultur dan
sensitivitas serta diulangi sesuai protokol.8
IX.
PROGNOSIS
Ketepatan dalam diagnosis dari penyebab terjadinya leukore
seperti bakteri, candida, atau protozoa, ketepatan dalam memberikan
X.
adalah PID. Hal ini terjadi pada 10-20% infeksi akut gonore. Komplikasi lainnya
diantaranya dapat menyebabkan bartholinitis.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusdi Numlil, Trisna Y, Soemiati Atiek. Pola Pengobatan Fluor Albus di
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Serta
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (analisis data rekam medik tahun
2006-2007). Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, 2, Agustus 2008, 91-100
2. Monalisa, Bubakar Abdul R, Amirudin Muhammad. Clinical Aspect Flour
Albus Of
6. Payne SC, Corner PR, Stanek MK, Palmwr AA. Bacterial vaginosis. In
medscape General Medicine in. www.medscape.com, diakses 27 Maret
2014.
7. Daili, Syaiful Fahmi. Infeksi Menular Seksual, Dalam: Ilmu Kebidanan.
Edisi 4, Jakarta 2010. Hlm 924-925
8. Wijayanegara, Hidayat, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi
Judistiani. 1997. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi
RSUP Dr. Hasan Sadikin.
:Obsteri