Oleh:
KELOMPOK 24
1. Nadia Brillianti
2. Nia Fitriani
3. Noer A Hasni
4. Novitasari Dika
5. Nur Alitasari
6. Nur Hanifah
7. Nur Shabrina Giesta
8. Paramita Setya D
9. Rafiah
10. Ratih Dwi K
11. Rina Sekarrini
12. Riska Ambarwati
13. Rizka Octaviani
H 0812125
H 0812126
H 0812129
H 0812131
H 0812132
H 0812134
H 0812136
H 0812143
H 0812146
H 0812149
H 0812153
H 0812157
H 0812159
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Ketua
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah sebuah pendekatan
dalam
kimiawi,
mekanis,
dan
varietas
tahan
seacar
berimbang.
J
A
L
A
N
D
E
S
A
A
L
A
N
PADI
Gambar 1.
LAHAN
PRAKTIKUM
PHT BAWANG
PADI
Denah
Lahan Praktikum D
MERAH
E
S
A
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persiapan Lahan
Pengolahan tanah ditingkat petani umumnya dilakukan dengan
mengolah tanah secara intensif sampai gembur pada seluruh permukaan tanah
setiap akan menanam dan biasanya dilakukan dua sampai tiga kali
pembajakan baik dengan bajak mesin maupun ternak. Cara pengolahan tanah
tersebut disebut pengolahan konvensional (conventional fillage). Cara
pengolahan tanah secara konvensional seperti demikian dapat membantu
negatif
terhadap
produktivitas
lahan
dan
tanaman
olah
yang
gembur
dan
cocok
untuk
budidaya
bawang
dalam
suku Liliaceae.Tanaman ini berasal dari Asia Selatan, yaitu daerah sekitar
India, Pakistan sampai Palestina.Bawang merah sangat banyak manfaatnya,
baik digunakan sebagai sayuran rempah, juga dimanfaatkan sebagai obat
tradisional karena mengandung asam amino Alliin yang berfungsi sebagai
antibiotic.Bawang merah merupakan sayuran unggulan nasional yang
mempunyai peran cukup penting dan perlu dibudidayakan dengan intensif
(Hatta, 2012).
Musim tanam optimal bawang merah yaitu pada akhir musim hujan
bulan Maret-April dan musim kemarau Mei-Juni, tetapi di beberapa sentral
produksi, bawang merah ditanam tanpa mengenal musim. Untuk penanaman
diluar musim perlu memperhatikan pengendalian hama dan penyakit. Sebelum
tanam, tanah harus diairi, benih dibersihkan dan diseleksi. Pembersihan benih
dilakukan 1-2 hari sebelum tanam serta ujung benih sudah dipotg 1/3 bagian.
Jarak tanam yang dianjurkan yaitu 20 cm x 15 cm untuk umbi benih sedang
dan 20 x 20 cm untuk umbi benih besar. Sedangkan jarak tanam pada
penanaman yang ditujukan untuk benih yaitu 15 x 15 cm. Penanaman
dilakukan dengan cara membenamkan 2/3 bagian umbi kedalam tanah,
sedangkan 1/3 bagiannya muncul diatas tanah (Direktorat Perbenihan,
2011).Dalam penanaman untuk budidaya bawang merah antara lain dalam
memilih bibit, cara menanam dan pemeliharaan. Dalam memilih bibit untuk
budidaya bawang merah antara lain: umbi kompak/tidak keropos, kulit tidak
luka, masih ada daunnya walau telah disimpan 2-3 bulan setelah panen,
mengkilat. Selanjutnya adalah cara menanam dalam budidaya bawang merah.
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air (dosis 1 tutup/lt air).T
aburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yang telah direndam NASA.
Simpan selama 2 hari sebelum tanam.Pada saat tanam, seluruh bagian umbi
bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah.Untuk tiap
lubang ditanam satu buah umbi bibit.Pada Musim Kemarau jarak tanam 15 x
15 cm (varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok).Pada Musim Hujan 20 x 15
cm (varietas Tiron) (Santoso, 2008).
C. Pemeliharaan
Untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, salah satu langkah
terpenting dalam budidaya bawang merah adalah pemeliharaan. Jika tanaman
kurang terpelihara, maka produksi optimal yang diharapkan akan sulit dicapai.
Kegiatan pemelihraan tanaman bawang merah meliputi penyiraman,
pemupukan, penyiangan, dan penggemburan tanah, serta pengendalian hama
dan penyakit.
Semua
tanaman
membutuhkan
air
untuk
kelangsungan
tanah
(Suparman 2004).
di
sekitar
tanaman
bawang
yang
sudah
tumbuh
selanjutnya
sangat
tergantung
pada
kondisi
penyakit ini apabila belum terlambat dapat diatasi dengan semprotan fungisida
Maneb 0,2 % , Dithane M-45 0,2%. Pengendalian penyakit dapat dilakukan
dengan cara sanitasi dan pembakaran sisa tanaman yang sakit, penggunaan
benih yang sehat dan penggunaan fungisida yang efektif (Hendro 2003).
D. Hama dan Pengendalian
Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan tanaman mengalami
kerusakan parah, dan berakibat gagal panen. Beberapa cara pengendalian
hama tanaman bawang merah sesuai dengan strategi pengelolaan hama
terpadu (PHT) adalah sebagai berikut:
1. Secara mekanik dilakukan dengan pembersihan semua gulma dan sisa
tanaman inang hama yang ada di sekitar areal pertanaman bawang
2.
merah;
Tanaman yang terserang hama secara berat dicabut atau pucuk-pucuknya
3.
4.
sebuah hama baru. Dengan cara ini, siklus hidup hama akan terputus;
Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mengurangi masuknya
hama dari luar pertanaman bawang merah; Penggunaan mulsa plastik
hitam perak juga dapat mencegah hama mencapai tanah untuk menjadi
pupa sehingga daur hidup hama akan terputus. Pemasangan mulsa jerami
di musim kemarau akan meningkatkan populasi predator di dalam tanah
yang pada akhirnya akan memangsa hama yang akan berpupa di dalam
5.
tanah;
Pengaturan pola tanam, misalnya tumpangsari dengan bawang daun, pola
tumpang gilir dengan bawang merah, tanaman bawang dapat bersifat
6.
7.
(Piay, et al 2010).
Pengendalian secara terpadu terhadap hama pada tanaman bawang
merah dapat dilakukan dengan cara :
1. Mekanis,
dibunuh.
Kultur teknis,
Hama ulat grayak :menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa
tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan
rotasi tanaman.
3. Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan
aktif Bacilus thuringiensis seperti Dipel, Florbac, Bactospeine, dan
4.
Thuricide.
Sex pheromone, yaitu memasang perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan
kandungan
bahan
kimiapada
Pertanianmelalui
Direktorat
Jenderal
melalui
Perlindungan
Kementerian
Tanaman
telah
awalnya
SL
PHT
hanya
di antaranya
cabai
tanaman bawang merah, musuh alami, agen hayati serta membuat sendir
ipestisida
untuk
pengendalian
hama
dan
penyaki
tersebut
dengan
penambahan
bahan
kimia
pada
coating
yang
dapat
60%
leher
batang
lunak,
tanaman
rebah,
dan
daun
umbi.
mengeras dan daun menguning. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan
tanah kering. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman, kemudian
dijemur untuk mendapatkan kadar air umbi 80%. Bawang merah dapat
dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 70-80 hari. Tanaman
bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60% leher batang lunak,
tanaman rebah dan daun menguning. emanenan sebaiknya dilaksanakan pada
saat tanah kering dan cuaca cerah untuk menghindari adanya serangan
penyakit busuk umbi pada saat umbi disimpan (BPS 2010).
Bawang merah yang sudah dipenen kemudian diikat pada batangnya
untuk mempermudah penanganan.Selanjutnya umbi dijemur hingga cukup
kering (1-2 minggu) dibawah sinar matahari langsung kemudian dilakukan
dengan
pengelompokan
(grading)
sesuai
dengan
ukuran
umbi.Pada
penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari tanah dan
kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 80 %), umbi bawang
merah siap dipasarkan atau disimpan di gudang kemasan bawang.
Pengeringan juga dapat dilakukan dengan alat pengering khusus sampai
mencapai kadar air 80% (Litbang 2011).
Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak
becek.Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya.Selanjutnya
5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan atau dipocong. Secara tradisional
umbi lapis bawang merah digunakan untuk peluruh dahak (obat batuk), obat
kencing manis, memacu enzim pencernaan, peluruh haid, peluruh air seni dan
penurun panas. Di dalam masyarakat, penggunaan bawang merah untuk
bahan masakan dan obat, umumnya dipilih bawang yang masih segar. Di saat
kondisi panen melimpah, bawang merah bisa diberi perlakuan untuk
memperpanjang daya simpannya (Sumarni 2005).
Prosedur Kerja Panen dengan mempersiapkan peralatan panen seperti
keranjang, karung, tali.Mencabut umbi dengan hati-hati.Musim penghujan
umbi dijemur dengan diangin-anginkan dengan posisi umbi di atas selama
hari.Memasukkan umbi ke dalam karung untuk kemudian dibawa ke tempat
penyimpanan.Apabila
terjadi
hujan
lakukan
penutupan
penggunakan
ini
bangunan
pengeringan-penyimpanan
(Instore
Drying)
lebih
cepat
dibandingkan
dengan
pengeringan
cara
petani
III.
METODOLOGI
A. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam laporan Praktikum Pengelolaan
Hama Terpadu ini adalah metode purposive samplingdan metode deskriptif
analitis.Purposive sampling adalah metode dengan pemilihan lokasi praktikum
secara sengaja.Pemilihan lokasi praktikum Pengelolaan Hama Terpadu
dilakukan secara sengaja yaitu di Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.Sedangkan
metode deskriptif analitis dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
subjek/objek penelitian (lahan pertanian Bawang Merah) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam praktikum
Pengendalian Hama Terpadu meliputi:
1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada petani pemilik
lahan, dan jawaban-jawaban petani pemilik lahan dicatat atau direkam
dengan alat perekam.Jika ada pertanyaan yang belum dipahami,
pewawancara dapat segera menjelaskannya.Wawancara tersebut dilakukan
untuk memperoleh data dari petani pemilik lahan.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan
adalah
setiap kegiatan
untuk
dilakukan
dengan pemilihan
pertimbangan.Penentuan
jumlah
sampel
tanaman
dilakukan
dengan
dilakukan
dengan pemilihan
5 6 7 8
GALENGAN
9 10 11 12 13 14 15 16 17
18
15
11
14
13
12
5
6
8
9
10
GALENGAN
33 32 31 30
26
29
28
27
30
26
25
24
23
29
22
21
28
20
19
27
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
= Letak sampel
E. Cara Budidaya
Metodologi yang digunakan untuk mengetahui cara budidaya tanaman
adalah dengan metode wawancara langsung terhadap pemilik lahan yaitu
Bapak dan Ibu Tarmidi. Selain metode wawancara, penelitian cara budidaya
juga dilakukan dengan metode observasi langsung pada lahan. Dengan
melakukan observasi langsung pada lahan, kita dapat mengetahui kondisi
sebenarnya dan cara budidaya yang telah diterapkan pada lahan oleh petani.
F. Cara Mendapatkan Informasi Kondisi OPT
Metodologi yang digunakan dalam mendapatkan informasi kondisi
OPT adalah dengan cara wawancara langsung kepada pemilik lahan. Metode
ini digunakan karena degan mewawancarai langsung pemilik lahan, kita bisa
tahu kondisi OPT yang sebenarnya pada lahan. Informasi kondisi OPT juga
dilakukan dengan observasi langsung agar kita bisa melihat dengan jelas OPT
apa yang sebenarnya ada dan menyerang lahan. Selanjutnya untuk
memperoleh informasi tentang OPT lebih lanjut, metode yang digunakan
adalah dengan mencari data baik dari internet ataupun dari dosen
pembimbing.
G. Cara Mendapatkan Informasi Kondisi Pertanaman
Informasi tentang kondisi pertanaman di lahan pengamatan dan
sekitarnya didapat dengan mewawancarai langsung pemilik lahan dan
observasi langsung.Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi
selengkap-lengkapnya mengenai kondisi pertanaman yang ada di lahan
pengamatan. Observasi secara langsunh dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang kondisi pertanaman pada lahan secara faktual.
H. Cara Mendapatkan Informasi Kondisi Lingkungan
berasal dari eksternal atau dengan kata lain bukan berasal dari anggota
keluarga.
IV.
HASIL PENGAMATAN
dilakukan setelah masa panen selesai, setelah tanaman bawang merah sudah
dipanen dan diambil umbinya lahan disemprot oleh herbisida untuk
menanggulangi tumbuhnya gulma saat masa tanam selanjutnya. Pemberian
herbisida setelah tanaman dipanen ini juga bertujuan agar tanaman bawang
merah tidak terkena oleh dampak herbisida, yang akan mengakibatkan
tanaman tersebut ikut mati tidak hanya gulmanya.
Setelah lahan diberi herbisida dan menunggu gulma mati, lahan
kemudian diolah dengan menggunakan mesin pembajak sawah, pengolahan
tanah dilakukan bertujuan untuk membalik tanah, dan untuk menggemburkan
tanah selain itu, agar gulma yang sudah mati sebelumnya dapat terkubur dan
dapat dijadikan pupuk organic didalam tanah. Setelah pengolahan tanah yang
telah dibalik dan digemburkan, kemudian lahan dibiarkan selama satu minggu
agar tanah dapat beristirahat dan dapat mengembalikan unsur hara yang
sebelumnya sudah terpakai untuk budidaya tanaman bawang merah
sebelumnya. Pada saat pengistirahatan lahan diberi pupuk organik yang
dicampurkan dengan tanah untuk menambah unsure hara yang dieprlukan
untuk budidaya bawang merah selanjutnya.
Budidaya bawang merah yang dilakukan oleh petani Desa Kotakan ini
juga menggunakan kapur (dolomit) untuk meningkatkan pH tanah agar tidak
masam karena syarat tanaman bawang merah dapat hidup pada pH 5.6 6.5,
ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-32 0 C, sehingga
tanaman bawang merah mampu bertumbuh dengan baik dalam kondisilahan
yang sesuai dengan perkembangbiakan tanaman bawang merah tersebut.
Tahap selanjutnya yaitu pembuatan guludan, agar tanaman bawang
merah tidak tergenang oleh air, apabila tanaman tergenang oleh air akan
menyebabkan kebusukan umbi yang ada didalam tanah tersebut. Setelah
pembuatan guludan tersebut selesai jarak antar guludan sekitar 1 meter dalam
lahan 1500m2. . banyaknya guludan yang ada dalam lahan tersebut adalah 30
guludan, tahap penanaman bawang merah dilakuka dengan menggunakan
bibit bawang merah varietas bima yang dibeli oleh petani di toko pertanian
sekitar Sukoharjo. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman bawang merah
sekitar 13cm x 9 cm untuk setiap tanaman. Ukuran umbi bibit yang optimal
adalah 3-4 gram/umbi. umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan
dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya), umbi bibit harus
sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi
tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau). Setiap lubang diberi satu umbi
yang kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pada umur tanaman 0-13 HST dilakukan penyemprotan pestisida
untuk mencegah serangan hama pada tanaman bawang merah dan untuk
membantu dalam pertumbuhan tanaman. Penyiangan pertama dilakukan umur
7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau
tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada
saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang. Dilakukan
pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar
perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang
rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi
selokan dengan lumpur dari dasar saluran.
Pemeliharaan/susulan
dengan
menggunakan
dosis
pemupukan
tanaman
tumbuh
telah
mencapai
lebih
90
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah. Tinggi
permukaan air pada saluran (canal) dipertahankan setinggi 20 cm dari
permukaan bedengan pertanaman.
Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30-35 HST dilanjutkan
pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak. Pada fase
pengamatan HPT sama seperti fase vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah
pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu
dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari (36-50 HST).
Pada fase pematangan umbi tidak memerlukan begitu banyak kebutuhan air
sehingga penyiraman dapat dialkukan sekali dalam satu hari di sore hari fase
pematang umbi berlangsung pada umur 51-65 HST.
Pada fase pematangan tanaman bawang merah sudah menunggu untuk
dipanen. Ciri-ciri tanmaan bawang merah sudah siap untuk dipanen yaitu 6090% daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari,
dataran tinggi umur 70-90 hari. Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah
dan tanah tidak becek. Pemanenan dengan pencabutan batang dan daundaunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat. Penjemuran pertama selama 5-7
hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun
dilakukan oleh petani dengan memanfaatkan sinar matahari dan dijemur pada
area yang luas tanpa menggunakan alas. Penjemuran kedua selama2-3 hari
dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi
dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit
terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru
disimpan di gudang. Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada
rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban
70-80%, sanitasi gudang. Setelah bawang merah kering dan sudah bersih dari
daun dan kotoran yang lain bawang merah tersebut dapat dijual ke pengepul,
selain itu bawang merah juga dapat dijual saat masih dilahan yang langsung
diambil oleh pengepul .
C. Keadaan OPT
1. Jenis Hama
Hama yang menyerang tanaman bawang merah yang telah diamati
terdapat satu hama yaitu ulat daun. Ulat daun (Spodoptera exigua Hubner.
Ordo : Lepidoptera; Famili : Noctuidae) Serangan hama ini dapat
menyebabkan kerugian yang tidak sedikit.
2. Populasi
Produksi bawang merah musim tanam ini terbilang mengalami
kerugian akibat serangan dari ulat Spodoptera exigua. Spodoptera exigua
merupakan satu-satunya hama yang ada di lahan ini. Populasi hama ulat
yang menyerang diperkirakan mencapai 60-70 % dari total lahan. Populasi
yang besar ini mengakibatkan kesulitan bagi petani untuk melakukan
penanganan, karena penyebaran hama yang terlalu cepat. Maka dengan
adanya populasi hama yang sangat menguasai lahan mengakibatkan
produktivitas menurun dan mengurangi nilai keuntungan.
3. Gejala serangan
Ulat bawang dapat menyerang tanaman sejak fase pertumbuhan awal
(1-10 hst) sampai dengan fase pematangan umbi (51-65 hst). Ulat muda
(instar 1) segera melubangi bagian ujung daun, lalu masuk ke dalam daun
bawang. Ulat memakan permukaan daun bagian dalam, dan tinggal bagian
epidermis luar. Daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau
terlihat bercak-bercak putih transparan, akhirnya daun terkulai.
4. Intensitas Serangan Hama
Serangan hama dapat dihitung dengan rumus intesitas hama.
Perhitungan ini berhubungan dengan perbandingan jumlah daun yang
terserang pada sempel tanaman bawang merah kemudian dikategorikan
berdasarkn persentase serangan. Intensitas tersebut dituliskan dalam
bentuk persentase.
Jumlah Daun
Daun Terserang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
26
27
14
14
28
42
18
14
10
12
8
14
6
6
7
9
3
8
9
10
Intensitas
(%)
31
52
43
43
25
21
17
57
90
83
Kategori
2
3
2
2
1
1
1
3
4
4
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
27
26
19
42
21
8
12
29
17
13
21
15
9
26
13
27
9
16
15
19
13
16
8
20
7
7
8
13
11
10
13
11
6
11
9
16
10
10
11
9
48
62
42
48
33
88
67
45
65
77
62
73
67
42
69
59
78
63
73
47
2
3
2
2
2
4
3
2
3
4
3
3
3
2
3
3
4
3
3
2
Gambar 5. Capung
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Cyperales
Family
: Cyperaceae
Genus
: Cyperus
gulma
sudah
dilakukan
pengendalian
untuk
tindakan ini dilakukan ketika gulma mulai tumbuh. Tahap terakhir terakhir
yaitu herbisisda pasca tumbuh awal yang diaplikasikan pada awal
pertumbuhan biji gulma.
D. Analisis Ekonomi
Analisis Ekonomi dari usahatani bawang merah ini diketahui dengan
melakukan perhitungan untuk mengidentifikasi hasil dari usaha tani tersebut.
Cara pengidentifikasian ini dengan mengetahui luas lahan, hasil produksi dan
harga jual per kg. Perhitungan dilakukan seperti di bawah ini:
Luas lahan = 0,15 Ha
Teknik budidaya pemeliharaan secara intensif
Hasil produksi = 7,8 kwintal=780 kg
Harga jual = Rp 6.500,00/ kg
Tabel 2. Biaya Produksi Tanaman Bawang Merah
Uraian
1.
Biaya Variabel
a. Benih (kg)
b. Pupuk
Pupuk organik (kg)
SP 36 (kg)
KCl (kg)
Za (kg)
c. Pestisida
Ludo (l)
Prevathon (l)
Metindo (g)
Baikap (l)
d. Herbisida
Gramoxon (kg)
Roundup (l)
e. Kapur (dolomit) (kg)
Total
2.
Biaya Tetap
a.
Tenaga Kerja
Pengolahantanah (HOK)
Pembuatan bedengan
Penanaman (HOK)
Pemupukan (HOK)
Penyiangan (HOK)
Volume
Harga
Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
200
17.000
3.400.000
600
70
70
120
500
1.700
2.000
1.500
300.000
119.000
140.000
180.000
0,25
0,5
0,1
0,5
500.000
250.000
300.000
100.000
125.000
125.000
30.000
50.000
1
0,2
400
120.000
100.000
240
120.000
20.000
96.000
4.705.000
10
10
8
4
4
40.000
40.000
40.000
40.000
40.000
400.000
400.000
320.000
160.000
160.000
2
10
2
40.000
40.000
40.000
1
1
1
1
1
80.000
400.000
80.000
8.000
32.500
115.000
84.000
300.000
300.000
2.539.500
7.244.500
Produktivitas bawang merah dengan luas lahan 0,15 Ha adalah 780 kg.
Harga bawang merah ditingkat petani Rp 6.500,00/kg.
1.
2.
3.
Kerugian
= TR TC
= Rp5.070.000,00 - Rp 7.244.500,00
= Rp 2.174.500,00
4.
a.
BEP Produksi
=
=
= 1.114,53 kg
Jumlah diatas menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi
1.114,53 kg bawang merah dari usaha tani tersebut tidak menghasilkan
keuntungan maupun mengalami kerugian.
b. BEP Harga Produksi =
=
= 9.287,82 / kg
Jumlah tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga bawang
merah di tingkat petani sebesar Rp 6.500,00/kg, maka usaha tani bawang
merah tidak mendapat keuntungan dan akan mengalami kerugian.
5.
B/C Ratio
=
=
= 0,6998
6.
V. PEMBAHASAN
Keadaan organisme penggangu tanaman (OPT) pada praktikum ini berupa
hama tanaman bawang merah. Bawang merah sendiri memiliki 60 hari masa
tanam. Saat dilakukannnya praktikum banyak terdapat gejala-gejala dari hama
tanaman bawang merah ini berupa daun yang terdapat bekas gigitan tidak rata
pada pinggiran daun, dan daun berubah warna. Selama melakukan pengamatan
pada lahan bawang merah ini hanya ditemukan mengenai serangan hama pada
pertanaman bawang merah yang dijadikan sebagai sampel untuk pengamatan
sedangkan untuk gejala penyakit pada pertanaman bawang merah tidak ditemukan
sehingga hanya penjelasan dari petani bawang merah sebagai informasi. Tanaman
Bawang Merah tidak seluruhnya diamati, namun hanya beberapa saja yang akan
diamati yang selanjutnya akan disebut sampel. Dari jumlah populasi tanaman
yang ada diambil 10% dari jumlah populasi atau kurang lebih sekitar 30 tanaman
untuk menjadi sampel. Luas lahan dari bawang merah sebesar 1500m2 , jarak
tanam yang digunakan untuk tanaman bawang merah sekitar 13cm x 9 cm untuk
setiap tanaman.
Produksi bawang merah musim tanam ini terbilang mengalami kerugian
akibat serangan dari ulat Spodoptera exigua. Organisme pengganggu tanaman
yang terdapat pada lahan bawang merah tersebut dapat berkembang dengan cepat
karena kondisi lingkungan yang cocok untuk perkembangan hidupnya. Hama
yang menyerang tanaman bawang merah dalam sample yaitu berupa ulat daun
(Spodoptera exigua Hubner. Ordo : Lepidoptera; Famili : Noctuidae). Serangan
hama ini dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Sementara siklus hidup
dari ulat ini yaitu telur sampai imago adalah 3 4 minggu. Kondisi lingkungan
dengan kondisi yang lembab serta cuaca atau iklim yang tidak menentu ini juga
berakibat dengan pertumbuhan hama yang menyerang lahan bawang merah
menjadi meningkat serangannya hingga 60-70%, namun hal tersebut tenyata dapat
diatasi oleh petani bawang merah. Pengendalian hayati, secara kultur teknis, serta
pemberian pestisida kimiawi yang sesuai dengan gejala serangan yang terjadi
dengan lebih dulu mengecek keadaan pertanaman bawang merah setiap harinya
kebijakan
impor
yang
diterapkan
pemerintah
yang
seringkali
Untuk bobot yang sama dengan jarak tanam 1515 dibutuhkan 2,4 ton per hektar.
Bila bobot umbi lebih kecil, kebutuhan umbi per hektarnya lebih sedikit lagi.
Tanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi 20-30 cm dan
panjang sesusai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus
dijadikan parit sedalam 50 cm. Cangkul bedengan sedalam 20 cm, gemburkan
tanahnya. Bentuk permukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak melengkung.
Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar apabila keasaman
tanah kurang dari pH 5,6. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2 minggu
sebelum tanam. Gunakan 15-20 pupuk kompos atau pupuk kandang sebagai
pupuk dasar. Tebarkan pupuk di atas bedengan dan aduk dengan tanah hingga
merata. Bisa juga ditambahkan urea, ZA, SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg,
311 kg dan 56 kg setiap hektarnya. Campur pupuk buatan tersebut sebelum
diaplikasikan. Biarkan selama satu minggu sebelum bedengan ditanami.
Mempersiapkan benih atau umbi bawang merah yang siap tanam. Apabila
umur umbi masih kurang dari 2 bulan, lakukan pemogesan terlebih dahulu.
Pemogesan adalah pemotongan bagian ujung umbi, sekitar 0,5 cm. Fungsinya
untuk memecahkan masa dorman dan mempercepat tumbuhnya tananaman. Jarak
tanam untuk budidaya bawang merah pada saat musim kemarau dipadatkan
hingga 1515 cm. Sedangkan pada musim hujan setidaknya dibuat hingga 2020
cm. Benih bawang merah ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian
umbi kedalam tanah.
Penyiraman pada budidaya bawang merah hendaknya dilakukan sehari dua
kali setiap pagi dan sore. Setidaknya hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu,
frekuensi penyiraman bisa dikurangi hingga satu hari sekali. Pemupukan susulan
diberikan setelah tanaman bawang merah berumur 2 minggu. Jenis pupuk terdiri
dari campuran urea, ZA, dan KCl yang diaduk rata. Komposisi masing-masing
pupuk sebanyak 93 kg, 200 kg dan 112 kg untuk setiap hektarnya. Pemupukan
susulan selanjutnya diberikan pada minggu ke-5 dengan komposisi urea, ZA, KCl
sebanyak 47 kg, 100 kg, 56 kg per hektar. Pemupukan diberikan dengan membuat
garitan disamping tanaman. Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak dua
kali dalam satu musim tanam. Untuk menghemat biaya, lakukan penyiangan
rumpun
daun,
semprot
dengan
insektisida
yang
berbahan
aktif
dan
seperti
terpilin.
Bagian
pangkal
batang
membusuk.
yang terjadi serta juga dapat menambah keuntungan dan peningkatan hasil panen.
Penggunaan varietas unggul ini juga tidak asal ditanam, namun petani sebelum
menanam varietas unggul ini juga melihat serta mengidentifikasi tentang tanaman.
Jumlah tanaman yang diproduksi pada lahan bawang merah milik pak Tarmadi
mencapai 4620 tanaman.
Dalam analisis ekonomi dari usaha tani bawang tersebut dapat dilihat
bahwa dari luas lahan 0,15 Ha. Dapat menghasilkan atau memproduksi 780 kg
bawang merah dan dengan harga jual Rp 6.500,00/kg di pasaran. Dari analisis
pendapatan dapat dilihat bahwa total pendapatan petani adalah Rp 5.070.000,00.
Kemudian total analisis biaya usaha tani bawang adalah Rp 7.244.500,00.
Sehingga dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa total kerugian yang
didapat dari usaha tani bawang tersebut sebesar Rp 2.174.500,00. Dalam
perhitungn Break Even Point (BEP) didapatkan bahwa total akhir dari BEP
produksi usahatani bawang adalah 1.114,53 kg. Sehingga kesimpulannya bahwa
pada saat diperoleh produksi 1.114,53 kg bawang merah dari usaha tani tersebut
tidak menghasilkan keuntungan maupun tidak mengalami kerugian.
Kemudian BEP harga produksi adalah sebesar 9.287,82 / kg. Sehingga
bahwa pada saat harga bawang merah di tingkat petani sebesar Rp 6.500,00/kg,
maka usaha tani bawang merah tidak mendapat keuntungan dan akan mengalami
kerugian. Dari B/C Ratio yang dihasilkan dari perhitungan usahatani bawang
tersebut adalah 0,6998. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan mengeluarkan
biaya sebesar Rp 7.244.500,00akan memperoleh keuntungan sebesar 0,6998kali
lipat. Perhitungan dari ROI bertujuan untuk mengetahui keuntungan usaha
berkaitan dengan modal yang dikeluarkan sehingga hasil yang didapat dari ROI
adalah sebesar 30,01 %. Dari nilai ROI yang didapat sebesar 30,01 %tersebut
dapat menggambarkan bahwa setiap Rp 100 yang digunakan akan diperoleh
keuntungan sebesar Rp 30,01. Dan nilai ROI yang tinggi pada usahatani tersebut
menunjukkan bahwa usahatani bawang merah cukup tidak efisien.
VI.
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil dan pembahasan keadaan organisme penggangu
tanaman (OPT) pada praktikum ini maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:
1. Kondisi umum di lahan pertanian bawang merah milik Bapak Tarmadi
sangat subur dengan tanah basah dan terbuka (sinar matahari langsung).
Luas lahan ini sebesar 1500 m2 dibudidayakan cara tanam dengan
menggunakan bendengan. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman
bawang merah sekitar 13cm x 9 cm untuk setiap tanaman. Pada
pemeliharaan digunakan Urea/ZA, KCl yang dilakukan 2 kali dalam
sehari.
2. Cara budidaya tanaman bawang merah dimulai dengan persiapan lahan,
pengolahan lahan, pengistirahatan lahan, pembuatan guludan, penanaman
bibit, penyemprotan pestisida, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan
panen.
3. Terdapat OPT pada lahan bawang merah yaitu hama ulat daun dengan
siklus hidup dari telur sampai imago adalah 3 4 minggu. Cara
pengendaliannya yaitu dengan pengendalian hayati, kultur teknis dan
kimiawi.
4. Insektisida yang digunakan adalah Ludo, Prevathon, Metindo dan Baikap.
Insektisida ini termasuk dalam insektisida dengan dosis tinggi.
5. Musuh alami yang ditemukan di lahan antara lain, capung, coccinelidae,
sementara gulma yang terdapat di lahan adalah gulma teki-tekian. Teknik
pengendalian gulma yang dilakukan pada budidaya bawang merah milik
Bapak Tarmadi adalah menggunakan herbisida dan secara manual.
6. Produktivitas bawang merah dengan luas lahan 0,15 Ha adalah 780 kg.
Harga bawang merah ditingkat petani Rp 6.500,00/kg. Analisis total
pendapatan sejumlah Rp 5.070.000,00 dan total biaya yang dikeluarkan
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik, 2010. Produksi Bawang Merah Menurut Provinsi 2006
2010. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura.
Cahyono, B. 2007.Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani Cabai Rawit.
Yogyakarta. Kanisius.
Deptan.2009. Teknologi Sistem Pengeringan dan Penyimpanan Bawang Merah
(In store drying).http://pascapanen.litbang.deptan.go.id. Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2014.
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012. Standart Operating
Procedure.Yogyakarta.
Direktorat Perbenihan, 2011. Pedoman pemurnian varietas bawang merah.
Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Hortikultura.
Hatta, Muhammad.2012. Pengaruh Jenis Mulsa Dan Konsentrasi Pupuk Organik
Cair Super Bionik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah
(Allium Ascalonicum L.) Jurnal Pertanian 7(2).
Hidayat, A. 2004. Budidaya Bawang Merah. Beberapa Hasil Penelitian di
Kabupaten Brebes.Makalah di Sampaikan pada Temu Teknologi Budidaya
Bawang Merah. Direktorat Tanah. Sayuran dan Biofarmaka, Brebes, 3
September 2004.
Hidayat, A. 2004. Budidaya bawang merah.Beberapa hasil penelitian di
Kabupaten Brebes. Makalah disampaikan pada Temu Teknologi Budidaya
Bawang Merah. Direktorat Tana. Sayuran dan Bio Farmaka, Brebes, 3
September 2004.
Jurnalasia.
2014.
Melirik
Prospek
Budidaya
Bawang
Merah
http://jurnalasia.com/2014/01/09/melirik-prospek-budidaya-bawangmerah/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2014.
Litbang, 2011. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah.
Diunduh dari http://www.litbang.deptan.go.id pada tanggal 29 Oktober
2014.
Litbang. 2009. Teknologi Pengeringan Penyimpanan Bawang Merah.
http://pascapanen.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2014.
Nani Sumarni dan Achmad Hidayat.2005.Budidaya Bawang Merah. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Hortikultura Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bandung.
Piay, Sherly Sisca; Ariarti Tyasdjaja; Yuni Ermawati; F. Rudi Prasetyo Hantoro.
2010. Budidaya dan PascaPanen Cabai Merah (Capsicum annuum L.).